• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS AKHIR. Diajukan Kepada Sekolah Tinggi Teknologi Industri Padang untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TUGAS AKHIR. Diajukan Kepada Sekolah Tinggi Teknologi Industri Padang untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S1)"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AKHIR

ANALISIS PENGARUH FAKTOR PENGETAHUAN K3,SIKAP,

PERILAKU, PENGAWASAN DAN DAMPAK TERHADAP

PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI PADAPT. LEMBAH

KARET JALAN BY PASS KM.22

Diajukan Kepada Sekolah Tinggi Teknologi Industri Padang untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S1)

Renddy Jayusman Dachi

1210024425029

YAYASAN MUHAMMAD YAMIN PADANG

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI PADANG

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI

(2)
(3)

ANALYSIS OF OHS KNOWLEDGE, ATTITUDE, BEHAVIOR,

SUPERVISION AND IMPACT SELF PROTECTIVE

EQUIPMENT FOR THE IN PT. LEMBAH KARET JALAN

BY PASS KM 22

ABSTRACT

Occupational safety and health are important for the company, because the impact of accidents and occupational diseases not only harms employees, but also the company. PT Lembah Karet is one of the national private companies that processes and produces raw rubber into the largest crumb rubber and SIR 20 rubber in the city of Padang. The problems that occur at PT Lembah Karet include the persistence of PT. Lembah Karet does not use work safety equipment so accident data from year to year always occur which results in higher accident rates because most employees do not use personal protective equipment. This study aims to determine the effect of K3 knowledge, attitudes, behaviors, supervision, impact on the use of PPE in PT. Lembah Karet padang and calculate the influence of K3 knowledge, attitudes, behavior, supervision, impact on PPE in PT. Rubber Valley of Padang. From the results of the study it can be concluded that K3 Knowledge, Attitude, Behavior, Monitoring and Impact affect the Personal Protective Equipment at PT. Lembah Karet branch of the desert with a percentage of 74.1% of which 25,6% is explained by factors that are not affected by personal protective equipment at PT. Rubber Valley of Padang.

(4)

ANALISIS PENGARUH FAKTOR PENGETAHUAN K3,SIKAP,

PERILAKU, PENGAWASAN DAN DAMPAK TERHADAP

PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI PADA

PT. LEMBAH KARET JALAN BY PASS KM.22

ABSTRAK

Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan hal yang penting bagi perusahaan, karena dampak kecelakaan dan penyakit kerja tidak hanya merugikan karyawan, tetapi juga perusahaan. PT. Lembah Karet adalah salah satu perusahaan swasta nasional yang mengolah dan memproduksi karet mentah menjadi karet remah (crumb rubber) dan karet SIR 20 terbesar di Kota Padang. Adapun masalah yang terjadi di PT Lembah Karet diantaranya adalah Masih adanya karyawan PT. Lembah Karet yang tidak penggunaan alat-alat keselamatan kerja sehingga data kecelakaan dari tahun ketahun selalu terjadi yang mengakibatkan tingkat kecelakaan lebih tinggi karena kebanyakan karyawan tidak menggunakan alat pelindung diri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengetahuan k3, sikap, perilaku, pengawasan, dampak terhadap penggunaan APD di PT. Lembah Karet padang dan menghitung besar pengaruh pengetahuan k3, sikap, perilaku, pengawasan, dampak terhadap APD di PT. Lembah Karet Padang. Dari hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa Pengetahuan K3, Sikap, Perilaku, Pengawasan dan Dampak berpengaruh terhadap Alat Pelindung Diri di PT. Lembah Karet cabang padang dengan persentase 74,1 % yang mana 25,6 % lagi diterangkan oleh faktor-faktor yang tidak dipengaruhi oleh alat pelindung diri di PT. Lembah Karet Padang.

Kata Kunci : Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Crumb rubber, APD, Kecelakaan kerja

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul “Analisis Pengaruh Faktor Pengetahuan k3, Sikap, Perilaku, Pengawasan dan Dampak Terhadap Penggunaan Alat Pelindung Diri Pada PT. Lembah Karet Jalan By Pass Km.22.

Dalam penulisan dan penyusunan tugas akhir ini peneliti banyak menemukan kendala-kendala atau masalah yang menjadi suatu tantangan tersendiri untuk menyelesaikan tugas akhir ini.

Dalam penyusunan tugas akhir ini peneliti merasakan bahwa hasil penelitian ini masih jauh sekali dari kesempurnaan dari segi pembahasan maupun materi maupun teknik penyajiannya.

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada :

1. Keluarga tercinta yang telah memberikan dukungan dan semangat.

2. Bapak H. Riko Ervil, MT selaku Ketua STTIND dan Pembimbing I yang telah memberi masukan agar tugas akhir ini bisa selesai.

3. Ibu Tri Ernita, ST, MP selaku PLT. Ketua Prodi Teknik Industri dan pembimbing II yang telah memberikan dorongan dan masukan agar tugas akhir ini bisa selesai.

4. Semua rekan-rekan sesama mahasiswa yang turut memberikan dorongan semangat pada penulis untuk menyelesaikan tugas akhir ini.

(6)

Kami berharap semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dapat menambah wawasan kita tentang cara penyusuan dan penulisan skripsi

Padang, Januari 2019

(7)

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN ABSTRACT ABSTRAK KATA PENGANTAR ... ii DAFTAR ISI ... iv DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Identifikasi Masalah ... 4 1.3 Batasan Masalah ... 5 1.4 Rumusan Masalah ... 5 1.5 Tujuan Masalah ... 5 1.6 Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Landasan Teori ... 7

2.1.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja ... 7

2.1.1.1 Keselamatan Kerja ... 9

2.1.1.2 Keselamatan Kerja dan Perlindungan Tenaga Kerja .. 10

2.1.1.3 Keselamatan Kerja, Peningkatan Produksi dan Produktifitas ... 11

2.1.2 Penyakit Kerja ... 12

2.1.3 Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) ... 13

2.1.4 Tujuan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja ... 18

2.1.5 Manfaat Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja ... 19 2.1.6 Strategi dan Pendekatan Keselamatan dan

(8)

Kesehatan Kerja ... 21

2.1.7 Landasan Hukum Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) ... 25

2.1.8 Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja ... 29

2.1.9 Alat Pelindung Diri ... 29

2.1.10 Populasi Dan Sampel ... ……… 31

2.1.10.1 Populasi ... 31

2.1.10.2 Sampel ... 31

2.1.11 Uji Validitas ... 32

2.1.12 Uji Kecukupan Data ... 33

2.1.13 Uji Keseragaman Data ... 34

2.1.14 Pengertian SPSS………... 35

2.2 Kerangka Konseptual ... 35

2.3 Hipotesa ... 35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 38

3.1 Jenis Penelitian ... 38

3.2 Lokasi Penelitian ... 38

3.3 Variabel Penelitian ... 39

3.4 Data, Jenis Data, dan Sumber Data ... 39

3.4.1 Data ... 39

3.4.2 Jenis Data ... 39

3.4.3 Sumber Data ... 39

3.5 Populasi Dan Sampel ... 40

3.5.1 Populasi ... 40

3.5.2 Sampel ... 40

3.6 Tekni Pengolahan Data Dan Analisa ... 41

3.6.1 Uji Validasi ... 41

3.6.2 Uji SPSS42 3.6.2.1 Uji validitas... 42

(9)

3.6.2.3 Uji regresi berganda ... 43

3.6.2.4 Uji pengaruh ... 43

3.6.2.5 Uji koefisien determinasi ... 43

3.6.3 Kerangka Metodologi ... 43

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ... 45

4.1 Pengumpulan Data ... 45

4.1.1 Data Pekerja ... 45

4.1.2 Data Kecelakaan Kerja ... 45

4.1.3 Alat Pelindung Diri Yang Ada Di Perusahaan ... 45

4.1.4 Data Kuesioner (lampiran) ... 46

4.2 Pengolahan Data ... 46

4.2.1 Uji Validasi ... 46

4.3 Uji Reliabilitas ... 50

4.4 Uji Normalitas ... 51

4.5 Analisa Regresi Berganda ... 52

4.6 Uji Pengaruh ... 55

4.7 Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 57

BAB V ANALISA PENGOLAHAN DATA ... 58

5.1 Analisa Hasil ... 58

5.1.1 Pengaruh Pengetahuan Terhadap APD ... 58

5.1.2 Pengaruh Sikap Terhadap APD ... 59

5.1.3 Pengaruh Perilaku Terhadap APD ... 60

5.1.4 Pengaruh Pengawasan Terhadap APD ... 61

5.1.5 Pengaruh Dampak Terhadap APD ... 62

5.1.6 Berapa Besar Pengaruh K3, sikap, Perilaku, Pengawasan dan Dampak Terhadap APD ... 63

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 64

6.1 Kesimpulan ... 64

(10)

DAFTAR KEPUSTAKAAN LEMBARAN KONSULTASI LAMPIRAN

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Data Kecelakaan Kerja 4 Tahun Terakhir Pada Karyawan

PT. Lembah Karet ……. ... 3

Tabel 2.1 Sumber Data Strategi untuk Meningkatkan Kesehatan dan Keselamatan Kerja ... 23

Tabel 4.1 Data Kecelakaan Kerja 4 Tahun Terakhir Pada Karyawan PT Lembah Karet ……. ... 45

Tabel 4.2 Hasil Uji Validitas Pengetahuan K3 (X1)……. ... 46

Tabel 4.3 Hasil Uji Validitas Variabel Sikap (X2)……. ... 47

Tabel 4.4 Hasil Uji Validitas Variabel perilaku (X3)……. ... 48

Tabel 4.5 Hasil Uji Validitas Variabel Pengawasan (X4)……. ... 49

Tabel 4.6 Hasil Uji Validitas Variabel dampak (X5)……. ... 50

Tabel 4.7 Uji Reabilitas……. ... 51

Tabel 4.8 Hasil Pengujian Normalitas Kolmogorov-Smirnov……. ... 52

Tabel 4.9 Analisa Regresi Berganda Coefficientsa ……. ... 53

Tabel 4.10 Hasil Uji Valid……. ... 55

Tabel 4.11 Hasil Pengujian Determinasi……. ... 57

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pendekatan-Pendekatan Terhadap keselamatan dan Kesehatan

Kerja yang Efektif ... 24 Gambar 2.2 Kerangka Konseptual... 36 Gambar 2.3 Kerangka Metodologi ... 44

(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap hari manusia terlibat pada suatu kondisi lingkungan kerja yang berbeda-beda dimana perbedaan kondisi tersebut sangat mempengaruhi terhadap kemampuan manusia. Manusia akan mampu melaksanakan kegiatan dengan baik dan mencapai hasil yang optimal apabila lingkungan kerjanya mendukung. Dengan demikian peran dalam bekerja harus dilengkapi dengan alat-alat pelindung diri yang nantinya meninjau keselamatan pekerja.

Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan hal yang penting bagi perusahaan, karena dampak kecelakaan dan penyakit kerja tidak hanya merugikan karyawan, tetapi juga perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung. Terdapat beberapa pengertian tentang keselamatan dan kesehatan kerja yang didefinisikan oleh beberapa ahli, dan pada dasarnya definisi tersebut mengarah pada interaksi pekerja dengan mesin atau peralatan yang digunakan, interaksi pekerja dengan lingkungan kerja, Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi kerja, seperti memperbaiki keamanan dan keselamatan kerja, mengurangi kelelahan dan stress, meningkatkan kenyamanan kerja serta memperbaiki kualitas hidup dalam lingkungan kerja.

PT. Lembah Karet adalah salah satu perusahaan swasta nasional yang mengolah dan memproduksi karet mentah menjadi karet remah (crumb rubber) dan karet SIR 20 terbesar di Kota Padang dengan total produksi karet SIR 20 nya kurang

(14)

lebih mencapai 24.000 ton per-tahun dan jumlah karyawan mencapai 110 orang baik shift harian maupun bulanan.

Namun, seperti halnya seluruh perindustrian, dibalik sebuah pencapaian akan selalu ada konsekuensi yang harus ditanggung. Berdasarkan data yang ada di PT. Lembah Karet Padang, sejak Januari 2015 sampai Desember 2018 tercatat ada 52 kasus kecelakaan di gudang bahan baku yang terjadi dan telah menyebabkan cacat dan cedera. Dimana yang terbanyak terjadi di lima bagian, antara lain di bagian Timbang, di bagian Gilingan, di bagian Press dan di bagian Cuci Lory, Sedangkan sisanya tersebar di bagian bengkel, packing, oven, teknik mesin, konstruksi dan lain-lain. Dari penjabaran diatas PT. Lembah Karet seharusnya sudah menerapkan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3), tetapi sampai saat ini perusahaan masih belum memiliki SMK3 tetapi hanya mempunyai P2K3.

Berdasarkan data kecelakaan kerja pada PT. Lembah Karet pada tahun 2015 terdapat 20 orang kecelakaan kerja, tahun 2016 ada 15 orang kecelakaan kerja, Tahun 2017 terdapat 8 orang kecelakaan kerja, dan tahun 2018 ada 9 orang kecelakaan kerja. Dimana kecelakaan yang paling parah yaitu 1 orang mengalami kaki kena besi pada bagian Forklift, 1 orang kaki kena gancu pada bagian timbang, 1 orang tangan kena gancu pada bagian timbang, 1 orang mata kena soda api pada bagian cuci lory,1 orang kaki kiri kena gancu pada bagian timbang,1 orang tangan kena arus listrik pada bagian teknik, 1 orang jatuh terpleset kepala terhempas.

Dengan demikian perusahan juga telah menyediakan berbagai Alat Pelindung Diri (APD) guna mencegah terjadinya cedera dan akhirnya terjadi risiko yang tidak diinginkan, seperti masker, sarung tangan, sepatu bot, kacamata dan helm. Akan

(15)

tetapi kebanyakan karyawan tidak mengikuti aturan perusahaan yang telah ditetapkan.

Pada saat Prapenelitian di PT. Lembah Karet saya mendapatkan data dari berbagai kecelakaan kerja yang terjadi akibat bekerja. Oleh sebab itu data yang akan diteliti adalah berapa banyak kecelakaan karyawan yang terjadi ditahun 2015-2018. Berikut ini data-data kecelakaan kerja yang terjadi pada PT. Lembah Karet adalah sebagai berikut :

Tabel 1.1

Data Kecelakaan Kerja 4 Tahun Terakhir Pada Karyawan PT.Lmbah Karet

Sumber : PT. Lembah Karet

Pada tabel diatas terdapat beberapa data kecelakaan kerja yang terjadi dari tahun 2015-2018 sebanyak 52 orang. Kecelakaan yang terjadi pada bagian gudang bahan baku dikarenakan pekerja banyak yang tidak menggunakan APD dalam bekerja. Dengan demikian perbedaan antara kecelakaan ringan dan kecelakaan berat dapat dibedakan sebagai berikut :

1. Kecelakaan ringan adalah kecelakaan yang hanya mengakibatkan luka goresan pada tangan, kaki dan anggota tubuh lainnya sedangkan

No Tahun Kecelakaan Ringan

(Orang) Kecelakaan Berat (Orang) Jumlah Kecelakaan 1 2015 11 9 20 2 2016 8 7 15 3 2017 6 2 8 4 2018 9 0 9

(16)

2. Kecelakaan berat adalah kecelakaan yang bisa mengakibatkan cedera pada tangan, kaki dan anggota tubuh lainnya yang membutuhkan penggobatan yang sangat serius.

Berbagai perubahan yang terjadi membuat perusahaan harus berfikir kembali tentang tuntutan jaminan program keselamatan dan kesehatan kerja bagi para karyawan. Untuk lebih jelasnya karyawan yang melakukan pekerja yang lebih berat seharusnya pemimpin harus tahu bagaimana cara memotivasi karyawan untuk menjaga kenerja agar tetap lebih hati-hati dalam melakukan suatu pekerjaan. Oleh sebab itu, program jaminan kesehatan dan dan keselamatan kerja sangat penting diterapkan dalam perusahaan yaitu untuk meningkatkan kepuasan, sehingga kinerja menjadi lebih meningkat dan tercapainya hasil produksi yang diinginkan.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis ingin mengadakan penelitian dengan judul“Analisis Pengaruh Faktor Pengetahuan k3, Sikap, Perilaku, Pengawasan dan Dampak Terhadap Penggunaan Alat Pelindung Diri Pada PT. Lembah Karet Jalan By Pass Km. 22

1.2 Identifikasi Masalah

Adapun masalah-masalah yang teridentifikasi dari latar belakang adalah sebagai berikut :

1. Masih adanya karyawan PT. Lembah Karet yang tidak penggunaan alat-alat keselamatan kerja.

2. Data kecelakaan dari tahun ketahun selalu terjadi.

3. Tingkat kecelakaan lebih tinggi karena kebanyakan karyawan tidak menggunakan alat pelindung diri.

(17)

1.3. Batasan Masalah

Dari identifikasi masalah di atas, peneliti membatasi masalah yaitu tingkat kecelakaan kerja dalam 4 tahun terakhir pada karyawan PT. Lembah Karet.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti merumuskan masalah penelitian ini sebagai berikut :

1. Faktor apakah yang menyebabkan terjadinya kecelakaan kerjadi PT. Lembah Karet?

2. Bagaimana dampak terjadinya kecelakaan kerja di PT. Lembah Karet? 1.5 Tujuan Penelitian

. Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengetahui pengaruh pengetahuan k3, sikap, perilaku, pengawasan dan danpak

terhadap penggunaan APD di PT. Lembah Karet Padang.

2. Menghitung besar pengetahuan k3, sikap, perilaku, pengawasan dan dampak terhadap penggunaan APD di PT. Lebah Karet Padang.

1.7 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian tersebut adalah sebagai berikut: 1. Bagian Instansi Atau Masyarakat

Dapat menjadi bahan masukan bagi para pekerja untuk malakukan aktifitas lebih lanjut agar terhidar dari kecelakaan kerja

(18)

Penulis dapat mengaplikasikan ilmu yang didapat dibangku perkuliahan kedalam bentuk penelitian dan meningkatkan kemampuan penulis dalam menganalisa suatu permasalahan serta menambah wawasan penulis khususnya dibidang keilmuan teknik industri.

3. Bagi Institusi STTIND Padang

Dapat dijadikan sebagai salah satu masukan untuk membuat jurnal dan dapat dijadikan sebagai referensi dan pedoman bagi mahasiswa yang akan melakukan penelitian.

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam tugas besar ini tujuan penulis adalah untuk mengetahui dampak resiko keselamatan kerja (K3) dan cara menangani permasalahan yang ada. Maka hal yang menjadi landasan teori adalah sebagai berikut.

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (k3) adalah suatu kondisi dalam pekerjaan yang sehat dan aman, baik bagi pekerjaannya, perusahaan maupun bagi masyarakatnya dan lingkungan sekitar pabrik atau tempat kerja tersebut. Keselamatan dan kesehatan juga merupakan suatu usaha untuk mencegah setiap perbuatan atau kondisi tidak selamat, yang dapat mengakibatkan kecelakaan. Keselamatan dan Kesehatan Kerja salah satu upaya pemerintah dalam memberikan jaminan keselamatan dan kesehatan buruh dalam bekerja.

Keselamatan dan kesehatan kerja di Indonesia mengacu pada Undang-Undang nomor 1 tahun 1970 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Redaksi, 2008, hal. 10). Dimana sebulumnya juga sudah keluar Peraturan Menteri Tenaga Kerja (permenaker) Nomor 5 Tahun 1996 Tentang Sisitem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Redaksi, 2008, hal. 463). Pemeliharaan kesehatan bagi tenaga kerja dengan manfaat lebih baik dari peket jaminan pemeliharaan kesehatan dasar jaminan sosial tenaga

(20)

kerja diatur dalam permenaker Nomor 1 Tahun 1998 Tentang Sistim Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Redaksi, 2008, hal 463).

Dalam ketiga regulasi tersebut diatur secara jelas antara hak dan kewajiban dari pihak perusahaan atau pekerja. Undang-undang tersebut mengatur hak dan kewajiban dari pekerja terkait Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yaitu:

1. Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja.

2. Memakai alat-alat perlindungan dari yang diwajibkan

3. Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat keselamatan dan kesehatan yang diwajibkan.

4. Meminta kepada pengurus agar dilaksanakan semua syarat keselamatan dan kesehatan yang diwajibkan.

5. Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan dimana syarat keselamatan dan kesehatan kerja serta alat-alat perlindunagan diri yang diwajibkan diragukan olahnya kecuali dalam hal-hal khusus ditentukan lain oleh pegawai pengawas dalam batas-batas yang masih dapat dipertanggung jawabkan.

Sebaliknya pihak perusahaan juga mempunyai hak dan kewajiban sebagai berikut:

1. Memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental dan kemampuan fisik dari tenaga kerja yang akan diterimanya maupun akan dipindahkan sesuai dengan sifat-sifat pekerjaan yang diberikan padanya.

(21)

2. Memeriksa semua tenaga kerja yang berada dibawah pimpinannya, secara berkala pada dokter yang ditunjuk oleh Pengusaha dan dibenerkan oleh direktur.

3. Menunjukkan dan menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru tentang :

a. Kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya serta apa yang dapat timbul dalam tempat kerjaannya.

b. Semua pengamanan dan alat-alat perlindungan yang diharuskan dalam semua tempat kerjaannya.

c. Alat-alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan. d. Cara-cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan pekerjaannya.

4. Bertanggung jawab dalam pencengahan kecelakaan dan pemberantas kebakaran serta peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja, pula dalam pemberian pertolongan pertama dalam kecelakaan.

5. Melaporkan tiap kecelakaan yang terjadi dalam tempat kerja yang dipimpinnya, pada pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja.

6. Secara tertulis menempatkan dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua syarat keselamatan kerja yang diwajibkan, sehelai Undang-undang ini dan semua peraturan pelaksanaannya yang perlu bagi tempat kerja yang bersangkutan, pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca dan menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli kesehatan kerja.

2.1.1.1 Keselamatan Kerja

Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerrja dan

(22)

lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan (Suma’mur, 1989, hal. 1). Keselamatan kerja bersasaran segala tempat kerja, baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air, maupun di udara. Tempat-tempat kerja demikian tersebar pada segenap kegiatan ekonomi, seperti pertanian, industri, pertambangan, pekerjaan umum, jasa dan lain-lain. Keselamatan kerja menyangkut segenap proses produksi dan distribusi, baik barang maupun jasa. Salah satu aspek penting sasaran keselamatan kerja, mengingat resiko bahayanya adalah penerapan teknologi, terutama teknoligi yang lebih maju dan mutakhir. Keselamatan kerja adalah tugas semua orang yang bekerja. Keselamatan kerja adalah diri, oleh dan untuk semua tenaga keja serta orang lainnya dan juga masyarakat pada umumnya. Tujuan tenaga kerja adalah sebagai berikut:

a. Melindungi tenaga kerja atas keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktifitas nasional. b. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berbeda ditempat kerja. c. Sumber produksi dipelihara dan digunakan secara aman dan efisien. 2.1.1.2 Keselamatan Kerja dan Perlidungan Tenaga Kerja

Perlindungan tenaga kerja meliputi aspek-aspek yang cukup luas, yaitu perlindungan keselamatan, kesehatan, pemeliharaan moral kerja serta perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia dan moral agama (Suma’mur, 1989, hal. 3). Perlindungan tersebut bermaksud agar tenaga kerja secara aman melakukan pekerjaan sehari-hari untuk meningkatkan produksi dan produktifitas nasional. Tenaga kerja harus memperoleh dari berbagai soal sekitarrnya dan pada dirinya yang dapat

(23)

menimpa dan menunggu dirinya serta pelaksanaan pekerjaannya. Jalaslah, bahwa keselamatan kerja adalah satu segi penting dari perlindungan tenaga kerja. Dalam hubungan ini, bahaya yang dapat timbul dari mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, keadaan tempat kerja, lingkungan, cara melakukan pekerjaan, karakteristik fisik dan mental dari pekerjanya, harus sejauh mungkin diberastas dan atau dikendalikan.

2.1.1.3 Keselamatan Kerja, Peningkatan Produksi dan Produktifitas

Keselamatan kerja dapat membantu meningkatkan produksi dan produktifitas atas dasar (Suma’mur, 1989, hal. 4):

1. Dengan tinngkat keselamatan kerja yang tinggi, kecelakaan-kecelakaan yang terjadi sebab sakit, cacat dan kematian dapat dikurangi atau ditekan sekecil-kecilnya, sehingga pembiayaan yang tidak perlu dapat dihindari.

2. Tingkat keselamatan yang tinggi sejalan dengan pemeliharaan dan penggunaan peralatan kerja dan mesin yang produktif dan efisien dan bertalian dengan tingkat produksi dan produktifitas yang tinggi.

3. Pada berrbagai hal, tingkat keselamatan yang tinggi menciptakan kondisi-kondisi yang mendukung kenyamanan serta kegairahan kerja, sehingga factor manusia daapat diserasikan dengan tingkat efisien yang tinggi pula.

4. Praktek keselamatan tidak biasa dipisah-pisahkan dari keterampilan. Keduanya berjalan sejajar dan merupaakan unsur-unsur esensial bagi kelangsungan proses produksi.

(24)

5. Keselamatan kerja yang dilaksanakan sebaik-baiknya dengann partisipasi pengusaha dan buruh akan membawa iklim keamanan dan ketenangan kerja. Sehingga sangat membatu bagi hubungan buruh dan pengusaha yang merupakan landasan kuat bagi terciptanya kelancaran produksi.

2.1.2 Penyakit Kerja

Penyakit kerja adalah kondisi abnormal atau penyakit yang disebabkan oleh kerentanan terhadap faktor lingkungan yang terkait dengan pekerjaan. Hal ini meliputi penyakit akut dan kronis yang disebakan oleh pernafasan, penyerapan, pencernaan, atau kontak langsung dengan bahan kimia beracun atau pengantar yang berbahaya (Dessler, 2007).

Masalah kesehatan karyawan sangat beragam dan kadang tidak tampak. Penyakit ini dapat berkisar mulai dari penyakit ringan seperti flu, hingga penyakit yang serius yang berkaitan dengan pekerjaannya (Malthis dan Jackson, 2002).

Schuler dan Jackson (1999) menjelaskan bahwa dalam jangka panjang,bahaya-bahaya di lingkungan tempat kerja dikaitkan dengan kanker kelenjar tiroid, hati, paru-paru, otak dan ginjal, penyakit paru-paru putih, cokelat, dan hitam; leukimia; bronkitis; emphysema dan lymphoma; anemia plastik dan kerusakan sistem saraf pusat, dan kelainan-kelainan reproduksi (misal kemandulan, kerusakan genetic, keguguran dan cacat pada waktu lahir).

Menurut Bennet Silalahi (1995) perusahaan mengenal dua kategori penyakit yang diderita tenaga kerja, yaitu:

(25)

1. Penyakit umum

Merupakan penyakit yang mungkin dapat diderita oleh semua orang, dan hal ini adalah tanggung jawab semua anggota masyarakat, karena itu harus melakukan pemeriksaan sebelum masuk kerja.

2. Penyakit akibat kerja

Dapat timbul setelah karyawan yang tadinya terbukti sehat memulai pekerjaannya. Faktor penyebab bisa terjadi dari golongan fisik, golongan kimia, golongan biologis, golongan fisiologis dan golongan psikologis.

2.1.3 Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Menurut Rizky Argama (2006), program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu sistem program yang dibuat bagi pekerja maupun pengusaha sebagai upaya pencegahan (preventif) timbulnya kecelakaan dan penyakit kerja akibat hubungan kerja dalam lingkungan kerja dengan cara mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan dan penyakit kerja akibat hubungan kerja, dan tindakan antisipatif bila terjadi hal demikian.

Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu sistem yang dirancang untuk menjamin keselamatan yang baik pada semua personel di tempat kerja agar tidak menderita luka maupun menyebabkan penyakit di tempat kerja dengan mematuhi/ taat pada hukum dan aturan keselamatan dan kesehatan kerja, yang tercermin pada perubahan sikap menuju keselamatan di tempat kerja (Rijuna Dewi, 2006).

(26)

Dessler (1992) mengatakan bahwa program keselamatan dan kesehatan kerja diselenggarakan karena tiga alasan pokok, yaitu:

1. Moral.

Para pengusaha menyelenggarakan upaya pencegahan kecelakaan dan penyakit kerja pertama sekali semata-mata atas dasar kemanusiaan. Mereka melakukan hal itu untuk memperingan penderitaan karyawan dan keluarganya yang mengalami kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

2. Hukum.

Dewasa ini, terdapat berbagai peraturan perundang-undangan yang mengatur ikhwal keselamatan dan kesehatan kerja, dan hukuman terhadap pihakpihak yang melanggar ditetapkan cukup berat. Berdasarkan peraturan perundang-undangan itu, perusahaan dapat dikenakan denda, dan para supervisor dapat ditahan apabila ternyata bertanggung jawab atas kecelakaan dan penyakit fatal.

3. Ekonomi.

Adanya alasan ekonomi karena biaya yang dipikul perusahaan dapat jadi cukup tinggi sekalipun kecelakaan dan penyakit yang terjadi kecil saja. Asuransi kompensasi karyawan ditujukan untuk member ganti rugi kepada pegawai yang mengalami kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

Menurut Sjafri Mangkuprawira dan Aida V. Hubeis (2007), secara umum program keselamatan dan kesehatan kerja dapat dikelompokkan:

(27)

1. Telaah Personal

Telaah personal dimaksudkan untuk menentukan karakteristik karyawan tertentu yang diperkirakan rawan dan berpotensi mengalami kecelakaan dan penyakit kerja:

a. Faktor usia, apakah karyawan yang berusia lebih tua cenderung lebih aman dibanding yang lebih muda ataukah sebaliknya.

b. Ciri-ciri fisik karyawan, seperti potensi pendengaran dan penglihatan yang cenderung berhubungan dengan derajad kecelakaan karyawan yang kritis. c. Tingkat pengetahuan dan kesadaran karyawan tentang pentingnya

pencegahan dan penyelamatan dari kecelakaan dan penyakit kerja.

Dengan mengetahui ciri-ciri personal itu maka perusahaan dapat memprediksi siapa saja karyawan yang potensial untuk mengalami kecelakaan dan penyakit kerja, lalu sejak dini perusahaan dapat menyiapkan upaya-upaya pencegahaanya.

2. Sistem Insentif

Insentif yang diberikan kepada karyawan dapat berupa uang dan bahkan karir. Dalam bentuk uang dapat dilakukan melalui kompetisi antar-unit tentang keselamatan dan kesehatan kerja dalam kurun waktu tertentu, misalnya selama enam bulan sekali. Siapa yang mampu menekan kecelakaan dan penyakit kerja sampai titik terendah akan diberikan penghargaan. Bentuk lain adalah berupa peluang karir bagi para karyawan yang mampu menekan kecelakaan dan penyakit kerja bagi dirinya atau bagi kelompok karyawan di unitnya.

(28)

3. Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja bagi karyawan biasa dilakukan oleh perusahaan. Fokus pelatihan pada umumnya pada segi-segi bahaya atau risiko dari pekerjaan, aturan dan peraturan keselamatan dan kesehatan kerja, dan perilaku kerja yang aman dan berbahaya.

4. Peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Perusahaan perlu memiliki semacam panduan yang berisi peraturan dan aturan yang menyangkut apa yang dapat dan tidak dapat dilakukan oleh karyawan di tempat kerja. Isinya harus spesifik yang memberi petunjuk bagaimana suatu pekerjaan dilakukan dengan hati-hati untuk mencapai keselamatan dan kesehatan kerja maksimum. Sekaligus dijelaskan beberapa kelalaian kerja yang dapat menimbulkan bahaya individu dan kelompok karyawan serta tempat kerja.

Ernawati (2009) menyebutkan bahwa penerapan program K3 harus sesuai dengan prosedur yang benar. Sebagai contoh kegiatan penerapan pemadaman kebakaran dan prosedur kerja dilakukan berdasarkan SOP (Standard Operation Procedures), peraturan K3L (Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan), dan prosedur/ kebijakan perusahaan, yang meliputi:

a. Prosedur perlindungan mesin diikuti pada saat tanda bahaya muncul. b. Prosedur peringatan/ evakuasi diikuti di tempat kerja.

c. Prosedur gawat darurat diikuti secara professional dengan tepat untuk melindungi mesin pada saat keadaan tanda bahaya muncul.

(29)

Muhammad Sabir (2009) mengatakan, prosedur penerapan program K3 perlu dikuasai oleh semua pihak karena ada beberapa faktor yang peru diperhatikan, antara lain:

1. Bahaya pada area kerja dikenali dan dilakukan tindakan pengontrolan yang tepat.

2. Kebijakan yang sah pada tempat kerja dan prosedur pengontrolan risiko diikuti.

3. Tanda bahaya dan peringatan dipatuhi.

4. Pakaian pengamanan digunakan sesuai dengan SI (Standar Internasional). 5. Teknik dan pengangkatan/ pemindahan secara manual dilakukan dengan tepat. 6. Perlengkapan dipilih sebelum melakukan pembersihan dan perawatan secara

rutin.

7. Metode yang aman dan benar digunakan untuk pembersihan dan pemeliharaan perlengkapan.

8. Peralatan dan area kerja dibersihkan/ dipelihara sesuai dengan keamanan, jadwal pemeliharaan berkala, tempat penerapan dan spesifikasi pabrik.

Menurut Rizky Argama (2006) terdapat tiga hal penting yang harus diperhatikan dalam penyelenggaraan program K3, yaitu:

1. Seberapa serius keselamatan dan kesehatan kerja hendak di implementasikan dalam perusahaan.

(30)

2. Pembentukan konsep budaya malu dari masing-masing pekerja bila tidak melaksanakan K3 serta keterlibatan berupa dukungan serikat pekerja dalam pelaksanaan program K3 di tempat kerja.

3. Kualitas program pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja sebagai sarana sosialisasi.

2.1.4 Tujuan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Program keselamatan dan kesehatan kerja bertujuan untuk memberikan iklim yang kondusif bagi para pekerja untuk berprestasi, setiap kejadian baik kecelakaan dan penyakit kerja yang ringan maupun fatal harus dipertanggungjawabkan oleh pihak-pihak yang bersangkutan (Rika Ampuh Hadiguna, 2009). Sedangkan menurut Rizky Argama (2006), tujuan dari dibuatnya program keselamatan dan kesehatan kerja adalah untuk mengurangi biaya perusahaan apabila timbul kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja.

Menurut Ernawati (2009), tujuan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah:

1. Melindungi para pekerja dari kemungkinan-kemungkinan buruk yang mungkin terjadi akibat kecerobohan pekerja.

2. Memelihara kesehatan para pekerja untuk memperoleh hasil pekerjaan yang optimal.

(31)

4. Mencegah timbulnya penyakit menular dan penyakit-penyakit lain yang diakibatkan oleh sesama pekerja.

5. Membina dan meningkatkan kesehatan fisik maupun mental. 6. Menjamin keselamatan setiap orang yang berada di tempat kerja. 7. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.

Roy Erickson (2009) menjelaskan, secara singkat tujuan dari diselenggarakannya program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah sebagai berikut:

a. Memelihara lingkungan kerja yang sehat.

b. Mencegah dan mengobati kecelakaan yang diakibatkan oleh pekerjaan sewaktu bekerja.

c. Mencegah dan mengobati keracunan yang ditimbulkan dari kerja.

d. Memelihara moral, mencegah dan mengobati keracunan yang timbul kerja. e. Menyesuaikan kemampuan dengan pekerjaan.

f. Merehabilitasi pekerja yang cedera atau sakit akibat pekerjaan. 2.1.5 Manfaat Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Schuler dan Jackson (1999) mengatakan, apabila perusahaan dapat melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja dengan baik, maka perusahaan akan dapat memperoleh manfaat sebagai berikut:

1. Meningkatkan produktivitas karena menurunnya jumlah hari kerja yang hilang.

(32)

2. Meningkatnya efisiensi dan kualitas pekerja yang lebih komitmen. 3. Menurunnya biaya-biaya kesehatan dan asuransi.

4. Tingkat kompensasi pekerja dan pembayaran langsung yang lebih rendah karena menurunnya pengajuan klaim.

5. Fleksibilitas dan adaptabilitas yang lebih besar sebagai akibat dari partisipasi dan ras kepemilikan.

6. Rasio seleksi tenaga kerja yang lebih baik karena meningkatkan citra perusahaan.

7. Perusahaan dapat meningkatkan keuntungannya secara substansial.

Menurut Robiana Modjo (2007), manfaat penerapan program keselamatan dan kesehatan kerja di perusahaan antara lain:

1. Pengurangan Absentisme.

Perusahaan yang melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja secara serius, akan dapat menekan angka risiko kecelakaan dan penyakit kerja dalam tempat kerja, sehingga karyawan yang tidak masuk karena alasan cedera dan sakit akibat kerja pun juga semakin berkurang.

2. Pengurangan Biaya Klaim Kesehatan.

Karyawan yang bekerja pada perusahaan yang benar-benar memperhatikan kesehatan dan keselamatan kerja karyawannya kemungkinan untuk mengalami cedera atau sakit akibat kerja adalah kecil, sehingga makin kecil pula kemungkinan klaim pengobatan/ kesehatan dari mereka.

(33)

Perusahaan yang menerapkan program K3 mengirim pesan yang jelas pada pekerja bahwa manajemen menghargai dan memperhatikan kesejahteraan mereka, sehingga menyebabkan para pekerja menjadi merasa lebih bahagia dan tidak ingin keluar dari pekerjaannya.

4. Peningkatan Produktivitas.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wahyu Sulistyarini (2006) di CV. Sahabat klaten menunjukkan bahwa baik secara individual maupun bersama-sama program keselamatan dan kesehatan kerja berpengaruh positif terhadap produktivitas kerja.

Malthis dan Jackson (2002) menyebutkan, manfaat program keselamatan dan kesehatan kerja yang terkelola dengan baik adalah:

1. Penurunan biaya premi asuransi 2. Menghemat biaya litigasi

3. Lebih sedikitnya uang yang dibayarkan kepada pekerja untuk waktu kerja mereka yang hilang

4. Biaya yang lebih rendah untuk melatih pekerja baru 5. Menurunnya lembur

6. Meningkatnya produktivitas

2.1.6 Strategi dan Pendekatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Setiap perusahaan sewajarnya memiliki strategi memperkecil atau bahkan menghilangkan kejadian kecelakaan dan penyakit kerja di kalangan karyawan sesuai

(34)

dengan kondisi perusahaan (Sjafri Mangkuprawira dan Aida V. Hubeis, 2007). Strategi yang perlu diterapkan perusahaan meliputi:

a. Pihak manajemen perlu menetapkan bentuk perlindungan bagi karyawan dalam menghadapi kejadian kecelakaan dan penyakit kerja. Misalnya melihat keadaan finansial perusahaan, kesadaran karyawan tentang keselamatan dan kesehatan kerja, serta tanggung jawab perusahaan dan karyawan, maka perusahaan bisa jadi memiliki tingkat perlindungan yang minimum bahkan maksimum.

b. Pihak manajemen dapat menentukan apakah peraturan tentang keselamatan dan kesehatan kerja bersifat formal ataukah informal. Secara formal dimaksudkan setiap peraturan dinyatakan secara tertulis, dilaksanakan dan dikontrol sesuai dengan aturan. Sementara secara informal dinyatakan tidak tertulis atau konvensi, dan dilakukan melalui pelatihan dan kesepakatan-kesepakatan.

c. Pihak manajemen perlu proaktif dan reaktif dalam pengembangan prosedur dan rencana tentang keselamatan dan kesehatan kerja karyawan. Proaktif berarti pihak manajemen perlu memperbaiki terus menerus prosedur dan rencana sesuai kebutuhan perusahaan dan karyawan. Sementara arti reaktif, pihak manajemen perlu segera mengatasi masalah keselamatan dan kesehatan kerja setelah suatu kejadian timbul.

d. Pihak manajemen dapat menggunakan tingkat derajad keselamatan dan kesehatan kerja yang rendah sebagai faktor promosi perusahaan ke khalayak

(35)

luas. Artinya perusahaan sangat peduli dengan keselamatan dan kesehatan kerja para karyawannya.

Untuk menentukan apakah suatu strategi efektif atau tidak, perusahaan dapat membandingkan insiden, kegawatan dan frekuensi penyakit-penyakit dan kecelakaan sebelum dan sesudah strategi tersebut diberlakukan. Berikut ini sumber dan strategi untuk meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja menurut Schuler dan Jackson (2009):

Tabel 2.1

Sumber dan Strategi untuk Meningkatkan Kesehatan Keselamatan Kerja

Sumber Strategi

1. Lingkungan Kerja Fisik a. Kecelakaan kerja

b. Penyakit akibat pekerjaan

1. Catat kecelakaan tersebut

2. Rancang kembali lingkungan kerja

3. Bentuk panitian keselamatan kerja 4. Berikan pelatihan dan insentif

keuangan

1. Catat penyakit tersebut 2. Perbaiki lingkungan kerja 3. Komunikasikan informasi 4. Tentukan tujuan dan saran 2. Lingkungan Kerja Sosiopsikologis

Stres dan kelelahan kerja

1. Ciptakan program-program pengendalian stress kerja

2. Tingkatkan partisipasi pekerja dalam pengambilan keputusan 3. Ciptakan program pengendalian

stress pribadi

4. Pastikan staf yang cukup

5. Berikan tunjangan cuti dan liburan yang memadai

6. Dorong pekerja untuk mengikuti gaya hidup sehat

Sumber: Schuler, Randall S. dan Susan E. Jackson. 1999. Manajemen Sumber Daya Manusia Menghadapi Abad Ke-21.Jakarta:Erlangga

(36)

Untuk menerapkan strategi di atas, maka ada beberapa pendekatan terhadap keselamatan dan kesehatan kerja yang efektif. Menurut Malthis dan Jackson (2002), pendekatan tersebut antara lain:

Gambar 2.1 Pendekatan-pendekatan terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja Yang Efektif

Sjafri Mangkuprawira dan Aida V. Hubeis (2007) juga mengemukakan pendapatnya tentang pendekatan-pendekatan terhadap keselamatan dan kesehatan

(37)

kerja yang dilakukan secara terintegrasi dan sistematis agar program Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) berjalan efektif, yaitu:

1. Pendekatan Keorganisasian a. Merancang pekerjaan,

b. Mengembangkan dan melaksanakan kebijakan program, c. Menggunakan komisi kesehatan dan keselamatan kerja, d. Mengkoordinasi investigasi kecelakaan.

2. Pendekatan Teknis

a. Merancang kerja dan peraatan kerja, b. Memeriksa peralatan kerja,

c. Menerapkan prinsip-prinsip ergonomik. 3. Pendekatan Individu

a. Memperkuat sikap dan motivasi tentang kesehatan dan keselamatan kerja, b. Menyediakan pelatihan kesehatan dan keselamatan kerja,

c. Memberikan penghargaan kepada karyawan dalam bentuk program insentif.

2.1.7 Landasan Hukum Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Pemerintah memberikan jaminan kepada karyawan dengan menyusun Undang-undang Tentang Kecelakaan Tahun 1947 Nomor 33, yang dinyatakan berlaku pada tanggal 6 januari 1951, kemudian disusul dengan Peraturan Pemerintah Tentang Pernyataan berlakunya peraturan kecelakaan tahun 1947 (PP No. 2 Tahun 1948), yang merupakan bukti tentang disadarinya arti penting keselamatan kerja di

(38)

dalam perusahaan (Heidjrachman Ranupandojo dan Suad Husnan, 2002). Lalu, menurut penjelasan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1992, menyatakan bahwa sudah sewajarnya apabila tenaga kerja juga berperan aktif dan ikut bertanggung jawab atas pelaksanaan program pemeliharaan dan peningkatan kesejahteraan demi terwujudnya perlindungan tenaga kerja dan keluarganya dengan baik. Jadi, bukan hanya perusahaan saja yang bertanggung jawab dalam masalah ini, tetapi para karyawan juga harus ikut berperan aktif dalam hal ini agar dapat tercapai kesejahteraan bersama.

Penerapan program K3 dalam perusahaan akan selalu terkait dengan landasan hukum penerapan program K3 itu sendiri. Landasan hukum tersebut memberikan pijakan yang jelas mengenai aturan yang menentukan bagaimana K3 harus diterapkan. Rizky Argama (2006) menjelaskan, sumber-sumber hukum yang menjadi dasar penerapan program K3 di Indonesia adalah sebagai berikut:

1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja 3. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1993 tentang Penyelenggaraan

Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja

4. Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 1993 tentang Penyakit yang Timbul karena Hubungan Kerja

5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor Per-05/MEN/1993 tentang Petunjuk Teknis Pendaftaran Kepesertaan, Pembayaran Iuran, Pembayaran Santunan dan Pelayanan Jaminan Sosial Tenaga Kerja.

(39)

Corie Catarina (2009) menyebutkan bahwa berdasarkan Undang-Undang no.1 tahun 1970 pasal 3 ayat 1, syarat keselamatan kerja yang juga menjadi tujuan pemerintah membuat aturan K3 adalah :

a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.

b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran. c. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan.

d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya.

e. Memberi pertolongan pada kecelakaan.

f. Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja.

g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar radiasi, suara dan getaran.

h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik physic maupun psychis, peracunan, infeksi dan penularan.

i. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai. j. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik. k. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup. l. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban.

m. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses kerjanya.

(40)

n. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman atau barang.

o. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.

p. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan penyimpanan barang.

q. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya.

r. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.

Undang-Undang tersebut selanjutnya diperbaharui menjadi Pasal 86 ayat 1 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 yang menyebutkan bahwa setiap pekerja/ buruh berhak untuk memperoleh perlindungan atas:

1. Keselamatan dan kesehatan kerja 2. Moral dan kesusilaan

3. Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai agama (Lalu Husni, 2005).

Rizky Argama (2006) mengatakan, semua produk perundang-undangan di atas pada dasarnya mengatur hak dan kewajiban tenaga kerja terhadap keselamatan dan kesehatan kerja untuk:

1. Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai pengawas dan/ ahli keselamatan kerja.

(41)

3. Memenuhi dan mentaati semua syarat keselamatan dan kesehatan kerja yang diwajibkan.

4. Meminta pada pengurus agar melaksanakan semua syarat keselamatan dan kesehatan kerja yang diwajibkan.

5. Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan dimana syarat keselamatan dan kesehatan kerja serta alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan diragukan olehnya, kecuali dalam hal-hal khusus ditentukan lain oleh pegawai pengawas dalam batas-batas yang masih dapat dipertanggung jawabkan.

2.1.8 Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah pelatihan yang disusun untuk memberi bekal kepada personil yang ditunjuk perusahaan untuk dapat menerapkan K3 di tempat kerja (www.sucofindo.co.id). Pelatihan K3 bertujuan agar karyawan dapat memahami dan berperilaku pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja, mengidentifkasi potensi bahaya di tempat kerja, melakukan pencegahan kecelakaan kerja, mengelola bahan-bahan beracun berbahaya dan penanggulangannya, menggunakan alat pelindung diri, melakukan pencegahan dan pemadaman kebakaran serta menyusun program pengendalian keselamatan dan kesehatan kerja perusahaan (Putut Hargiyarto, 2010).

2.1.9 Alat Pelindung Diri

Yang menjadi dasar hukum dari alat pelindung diri ini adalah Undang- Undang Nomor 1 Tahun 1970 Bab IX Pasal 13 tentang Kewajiban Bila Memasuki

(42)

Tempat kerja yang berbunyi: “Barang siapa akan memasuki sesuatu tempat kerja, diwajibkan mentaati semua petunjuk keselamatan kerja dan memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan.”

Menurut Muhammad Sabir (2009), alat pelindung diri adalah kelengkapan pekerja itu sendiri dan orang di sekelilingnya. Pada umumnya alat-alat tersebut terdiri dari:

1. Safety Helmet, berfungsi sebagai pelindung kepala dari benda yang bisa mengenai kepala secara langsung.

2. Tali Keselamatan (Safety Belt), berfungsi sebagai alat pengaman ketikamenggunakan alat transportasi ataupun peralatan lain yang serupa (mobil, pesawat, alat berat, dan lain-lain)

3. Sepatu Karet (Sepatu Boot), berfungsi sebagai alat pengaman saat bekerja di tempat yang becek ataupun berlumpur.

4. Sepatu Pelindung (Safety Shoes), berfungsi untuk mencegah kecelakaan fatal yang menimpa kaki karena tertimpa benda tajam atau berat, benda panas, cairan kimia, dan sebagainya.

5. Sarung Tangan, berfungsi sebagai alat pelindung tangan pada saat bekerja di tempat atau situasi yang dapat mengakibatkan cedera tangan.

6. Tali Pengaman (Safety Harness), berfungsi sebagai pengaman saat bekerja di ketinggian.

7. Penutup Telinga (Ear Plug/ Ear Muff), berfungsi sebagai pelindung telinga pada saat bekerja di tempat yang bising.

(43)

8. Kacamata Pengaman (Safety Glasses), berfungsi sebagai pelindung mata ketikabekerja (misal mengelas).

9. Masker (Respirator), berfungsi sebagai penyaring udara yang dihirup saat bekerja di tempat dengan kualitas udara yang buruk (misal berdebu, beracun, berasap, dan sebagainya).

10. Pelindung Wajah (Face Shield), berfungsi sebagai pelindung wajah dari percikan benda asing saat bekerja (misal pekerjaan menggerinda).

11. Jas Hujan (Rain Coat), berfungsi melindungi diri dari percikan air saat bekerja (misal bekerja pada saat hujan atau sedang mencuci alat).

2.1.10 Populasi Dan Sampel

Penelitian yang dilakukan memerlukan objek atau subjek yang diteliti sehingga permasalahan dalam penelitian dapat dipecahkan. Populasi merupakan objek yang diteliti dan dapat membantu peneliti dalam pengolahan data untuk memecahkan masalah penelitian untuk memudahkan penelitian, peneliti menggunakan sampel dalam pengolahan datanya. Sampel penelitian diperoleh dengan menggunakan teknik sampling tertentu.

2.1.10.1 Populasi

Menurut Sugiyono (2016:117) “populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah pekerja yang ada di PT. Lembah Karet.

(44)

2.1.10.2 Sampel

Populasi memiliki jumlah yang sangat besar, sehingga peneliti menggunakan sampel untuk memudahkan dalam pengolahan data penelitian. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono,2016 : 81), sehingga jumlah sampel yang diambil harus dapat mewakili populasi pada penelitian. Anggota sampel yang tepat digunakan menurut Sugiyono (2013:118) dalam penelitian tergantung pada tingkat kesalahan yang dikehendaki. Semakin besar jumlah sampel dari populasi yang diteliti, maka peluang kesalahan semakin kecil dan begiu sebaliknya. Pada penelitian ini, pengambilan jumlah responden menggunakan rumus slovin (Husein Umar 2008:78) sampel yang akan ditentukan oleh peneliti dengan persentase kelonggaran ketidak telitian adalah sebesar 10%.

Rumus Slovin =

Dimana : n = Ukuran Sampel

N = Ukuran Populasi

e = Tingkat kesalahan dalam memilih anggota sampel yang ditolelir

2.1.11 Uji Validitas

Validitas menurut Sugiyono (2016:177) menunjukan derajat ketepatan 69 antara data yang sesungguhnya terjadi pada objek dengan data yang dikumpulkan oleh peneliti untuk mencari validitas sebuah item, kita mengkorelasikan skor item dengan total item-item tersebut. Jika koefisien antara item dengan total item sama

(45)

atau diatas 0,3 maka item tersebut dinyatakan valid, tetapi jika nilai korelasinya dibawah 0,3 maka item terebut dinyatakan tidak valid. Untuk mencari nilai koefisien, maka peneliti menggunakan rumus pearson product moment sebagai berikut :

Keterangan :

r = Korelasi product moment

ΣXi = Jumlah skor suatu item

ΣXtot = Jumlah total skor jawaban

Σxi² = Jumlah kuadrat skor jawaban suatu item

Σxtot² = Jumlah kuadrat total skor jawaban

ΣXiXtot= Jumlah perkalian skor jawaban suatu item dengan total skor

Syarat minimum untuk dianggap suatu butir instrument valid adalah nilai indeks valid adalah nilai indeks validitasnya ≥ 0,3 (Sugiyono, 2016 : 179). Oleh karena itu, semua pernyataan yang memiliki tingkat korelasi dibawah 0,3 harus diperbaiki karena dianggap tidak valid.

(46)

2.1.12 Uji Kecukupan Data

Uji kecukupan data diperlukan untuk memastian bahwa yang telah dikumpulkan dan disajikan dalam laporan penimbangan tersebut adalah cukup secara objektif. Pengujian kecukupan data dilakukan dengan berpedoman pada konsep statistik yaitu tingat ketelitian dan tingkat keyakinan.

Tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan adalah pencerminan tingkat kepastian yang di inginkan oleh pengukur setelah memutuskan tidak akan melakukan pengukuran dalam jumlah yang banyak. Tingkat ketelitian menunjukkan penyimpangan maksimum hasil pengukuran dari waktu penyelesaian sebenarnya. Sedangkan tingkat keyakinan menunjukkan besarnya keyakinan pengukur akan ketelitian data pembacaan beban saat penimbangan. Pengaruh tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan adalah semakin tinggi tingkat ketelitian dan semakin besar tingkat keyakinan, maka semakin banyak pengukuran yang diperlukan.

Tes kecukupan data dapat dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Dimana :

k = Tingkat keyakinan (99%

(47)

N = Jumlah data pengamatan

= Jumlah data teoritis

x = Data pengamatan

Jika N maka data dianggap cukup, namun jika N data tidak cukup dan perlu dilakukan penambahan data.

2.1.13 Uji Keseragaman Data

Untuk memastikan data yang diambil seragam maka dilakukan uji keseragaman data dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Dimana :

BKA = Batas kontrol atas

BKB = Batas kontrol bawah

= Nilai data rata-rata

(48)

k = Tingkat keyakinan

Jika data tidak melewati BKA atau BKB dan masih didalam range, maka data telah seragam dan penelitian bisa dilanjutkan.

2.1.14 Pengertian SPSS

SPSS adalah sebuah program aplikasi yang memiliki kemampuan untuk analisis statistik cukup tinggi serta sistem manajemen data pada lingkungan grafis dengan menggunakan menu-menu deskriptif dan kotak-kotak dialog yang sederhana sehingga mudah dipahami untuk cara pengoperasiannya. Beberapa aktivitas dapat dilakukan dengan mudah yaitu dengan menggunakan pointing dan clicking mouse.

SPSS banyak digunakan dalam berbagai riset pemasaran, pengendalian dan perbaikan mutu (quality improvement), serta riset-riset sains. SPSS pertama kali muncul dengan versi PC (bisa dipakai untuk komputer desktop) dengan nama SPSS/PC+ (versi DOS). Tetapi, dengan mulai populernya sistem operasi windows. SPSS mulai mengeluarkan versi windows (mulai dari versi 6.0 sampai versi terbaru sekarang).

(49)

2.2 Kerangka Konseptual

Untuk mengetahui lebih jelas peneliti akan menggambarkan kerangka konseptual seperti pada gambar berikut.

Gambar 2.2 Kerangka Konseptual

Adapun kerangka konseptual di atas terdiri dari hal-hal sebagai berikut :

1. Input, merupakan dasar permasalahan yang di butuhkan untuk dilakukan tindak lanjutnya. Pada proposal penelitian ini peneliti menemukan beberapa hal yang menjadi landasan penelitian ini yakni :

a. Data pekerja.

b. Data kecelakaan kerja.

INPUT OUTPU T PROSE S 1. Data pekerja. 2. Data kecelakaan kerja. 3. Alat pelindung diri yang ada di perusahaan. 1. Uji validasi data 2. SPSS a. Uji validitas b. Uji reabilitas c. Uji regresi berganda d. Uji pengaruh e. Uji koefisien determinasi 1. Mengetahui pengaruh pengetahuan k3, sikap, perilaku, pengawasan dan dampak terhadap penggunaan APD di PT. Lembah Karet Padang. 2. Menghitung pengaruh terhadap pengetahuan k3, sikap, perilaku, pengawasan dan dampak terhadap APD di PT. Lembah Karet Padang.

(50)

c. Alat pelindung diri yang ada di perusahaan.

2. Proses, merupakan langkah yang akan dilakukan sehingga menghasilkan output dari penelitian ini. Adapun proses langkah-langkah yang dilakukan tersebut adalah sebagai berikut :

a. Uji validasi data b. SPSS

 Uji validitas

 Uji reabilitas

 Uji regresi berganda

 Uji pengaruh

 Uji koefisien determinasi

3. Output, yakni hasil dari proses yang telah dilakukan. Output yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

3. Mengetahui pengaruh pengetahuan k3, sikap, perilaku, pengawasan dan dampak terhadap penggunaan APD di PT. Lembah Karet Padang.

4. Menghitung besar pengaruh pengetahuan K3, sikap, perilaku, pengawasan dan dampak terhadap penggunaan APD di PT. Lembah Karet Padang.

1.6 Hipotesa

Dalam pembuatan skripsi ini diperlukan hipotesa untuk menunjang pengolahan data supaya tercapai tujuan dari penelitian. Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

(51)

2. Sikap diduga berpengaruh terhadap penggunaan APD 3. Perilaku diduga berpengaruh terhadap penggunaan APD 4. Pengawasan diduga berpengaruh terhadap penggunaan APD 5. Dampak diduga berpengaruh terhadap penggunaan APD

(52)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Bogdan dan Taylor, 1975 dalam Lexy J. Moleong, 2007). Menurut Sugiyono (2009), metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis data yang bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.

Pada penelitian kuantitatif biasanya lebih menekankan kepada cara pikir yang lebih positivitis yang bertitik tolak dari fakta sosial yang ditarik dari realitas objektif di samping asumsi teoritis lainnya, sedangkan penelitian kualitatif bertitik tolak dari paradigma fenomenologis yang objektivitasnya dibangun atas rumusan tentang situasi tertentu sebagaimana yang dihayati oleh individu atau kelompok sosial tertentu dan relevan dengan tujuan dari penelitian (Asyraf Darwis, 2009).

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di PT. Lembah Karet Padang. Sedangkan waktu penelitian dilaksanakan pada Bulan Januari 2019.

(53)

3.3 Variabel Penelitian

Variabel penelitian merupakan pengelompokan yang logis dari dua atau lebih atribut (Singarimbun, 1989). Berdasarkan permasalahan yang akan diteliti, maka didalam penelitian ini terdapat beberapa variabel, yaitu :

a. Kecelakaan dalam bekerja.

b. Alat pelindung diri (APD) yang harus digunakan dalam bekerja. 3.4 Data, Jenis Data, dan Sumber Data

Adapun beberapa data, jenis data dan sumber data sebagai berikut : 3.4.1 Data

Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah d. Data pekerja.

e. Data kecelakaan kerja.

f. Penggunaan APD yang ada di perusahaan.

3.4.2 Jenis Data

Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari objek penelitian dengan mengadakan pengamatan langsung atau wawancara.

3.4.3 Sumber Data

Data yang penulis peroleh bersumber dari hasil penelitian yang penulis lakukan di PT. Lembah Karet Padang.

(54)

3.5 Populasi dan Sampel

Penelitian yang dilakukan memerlukan objek atau subjek yang diteliti sehingga permasalahan dalam penelitian dapat dipecahkan. Populasi merupakan objek yang diteliti dan dapat membantu peneliti dalam pengolahan data untuk memecahkan masalah penelitian untuk memudahkan penelitian, peneliti menggunakan sampel dalam pengolahan datanya. Sampel penelitian diperoleh dengan menggunakan teknik sampling tertentu.

3.5.1 Populasi

Menurut Sugiyono (2016:117) “populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah 110 pekerja yang ada di PT. Lembah Karet. 3.5.2 Sampel

Populasi memiliki jumlah yang sangat besar, sehingga peneliti menggunakan sampel untuk memudahkan dalam pengolahan data penelitian. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono,2016 : 81), sehingga jumlah sampel yang diambil harus dapat mewakili populasi pada penelitian. Anggota sampel yang tepat digunakan menurut Sugiyono (2013:118) dalam penelitian tergantung pada tingkat kesalahan yang dikehendaki. Semakin besar jumlah sampel dari populasi yang diteliti, maka peluang kesalahan semakin kecil dan begiu sebaliknya. Pada penelitian ini, pengambilan jumlah responden menggunakan rumus slovin (Husein Umar 2008:78) sampel yang akan ditentukan oleh peneliti dengan persentase kelonggaran ketidak telitian adalah sebesar 10%.

(55)

Rumus Slovin =

Dimana : n = Ukuran Sampel N = Ukuran Populasi

e = Tingkat kesalahan dalam memilih anggota sampel yang ditolelir Jumlah populasi N = 110 dengan asumsi tingkat kesalahan = 10%, maka jumlah sampel yang harus digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak.

Jadi jumlah sampel yang didapatkan adalah 52,38 dibulatkan menjadi 52 orang.

3.6 Teknik Pengolahan Data dan Analisa

Untuk melakukan penerapan K3 pada seluruh pekerja PT. Lembah Karet dilakukan beberapa langkah-langkah pengolahan data. Pengolahan data yang dilakukan adalah sebagai berikut :

3.6.1 Uji Validitas

Validitas menurut Sugiyono (2016:177) menunjukan derajat ketepatan 69 antara data yang sesungguhnya terjadi pada objek dengan data yang dikumpulkan oleh peneliti untuk mencari validitas sebuah item, kita mengkorelasikan skor item dengan total item-item tersebut. Jika koefisien antara item dengan total item sama atau diatas 0,3 maka item tersebut dinyatakan valid, tetapi jika nilai korelasinya dibawah 0,3 maka item terebut dinyatakan tidak valid. Untuk mencari nilai koefisien, maka peneliti menggunakan rumus pearson product moment sebagai berikut :

(56)

Keterangan :

r = Korelasi product moment ΣXi = Jumlah skor suatu item ΣXtot = Jumlah total skor jawaban

Σxi² = Jumlah kuadrat skor jawaban suatu item Σxtot² = Jumlah kuadrat total skor jawaban

ΣXiXtot= Jumlah perkalian skor jawaban suatu item dengan total skor

Syarat minimum untuk dianggap suatu butir instrument valid adalah nilai indeks valid adalah nilai indeks validitasnya ≥ 0,3 (Sugiyono, 2016 : 179). Oleh karena itu, semua pernyataan yang memiliki tingkat korelasi dibawah 0,3 harus diperbaiki karena dianggap tidak valid.

3.6.2. SPSS

3.6.2.1 Uji Validitas

Uji validitas menggunakan software SPSS 7. 3.6.2.2 Uji Realibilitas

Uji Reabilitas menggunakan software SPSS 7. 3.6.2.3 Uji Regresi Berganda

Uji Reabilitas menggunakan software SPSS 7. 3.6.2.4 Uji Pengaruh

(57)

3.6.2.5 Uji Koefisien Determinasi

Uji Reabilitas menggunakan software SPSS 7 3.7 Kerangka Metodologi

Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penelitian dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Survey Lapangan 1. Interview

2. Observasi

Studi Literatur

Mempelajari buku jurnal, diktat,

yang berkaitan dengan

Metodologi Penelitian dan K3.

Identifikasi Masalah

1. Masih adanya karyawan PT. Lembah Karet yang tidak menggunaan alat-alat keselamatan kerja.

2. Data kecelakaan dari tahun ketahun selalu terjadi.

3. Tingkat kecelakaan lebih tinggi karena kebanyakan karyawan tidak menggunakan alat pelindung diri.

Rumusan Masalah

1. Faktor apakah yang menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja di PT. Lembah Karet?

2. Bagaimana dampak terjadinya pada saat kecelakaan kerja di PT. Lembah Karet?

Mulai

(58)

Gambar 2.3 Kerangka Metodologi Pengumpulan Data

1. Data pekerja.

2. Data kecelakaan kerja.

3. Sanksi yang diberikan perusahaan bagi yang melanggar. 4. Penggunaan APD yang ada di perusahaan.

Pengolahan Data 1. Uji validasi data

2. Uji kecukupan data 3. Uji keseragaman data 4. SPSS

Analisa Pengolahan Data

Kesimpulan dan Saran B X

(59)

BAB IV

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Data Pekerja

Pekerja yang ada di PT Lembah Karet berjumlah 110 orang. 4.1.2 Data Kecelakaan Kerja

Adapun data kecelakaan kerja yang terjadi dari tahun 2015-2018 adalah sebagai berikut :

Tabel 4.1

Data Kecelakaan Kerja 4 Tahun Terakhir Pada Karyawan PT. Lembah Karet No Tahun Kecelakaan Ringan

(Orang) Kecelakaan Berat (Orang) Jumlah Kecelakaan 1 2015 11 9 20 2 2016 8 7 15 3 2017 6 2 8 4 2018 9 0 9

Sumber : PT Lembah Karet

4.1.3 Alat Pelindung Diri yang ada di Perusahaan

Adapun penggunaan APD yang ada di PT Lembah Karet untuk mengantisipasi kecelakaan kerja saat bekerja adalah sebagai berikut :

1. Helm 2. Rompi 3. Sepatu 4. Kaca mata 5. Sarung tangan

(60)

4.2 Pengolahan Data

Berdasarkan hasil pengumpulan dan pengolahan data dari penelitian yang telah dilakukan di PT. Lembah karet Cabang padang Sehingga dari pengolahan data tersebut penulis biasa mengetahui nilai dari masing-masing kuesioner yang akan di analisa.

4.2.1 Uji Validitas

Setelah melakukan pengolahan data dengan menggunakan sistem SPSS versi 23.0, maka dapat diperoleh hasil uji validitas sebagai berikut :

4.2.1 Uji Validitas Variabel pengetahuan K3 (X1)

Hasil dari pengolahan data pada variable Pengetahuan K3 (X1), dapat

diperoleh hasil uji validitas yang terlihat pada tabel 4.2 berikut ini :

Tabel 4.2

Hasil Uji Validitas Variabel Pengetahuan K3 (X1)

Variabel No. Butir Status

N = 52 Korelasi Pengetahuan K3 (X1) 1 0,578 0,3000 Valid 2 0,520 0,3000 Valid 3 0,443 0,3000 Valid 4 0,415 0,3000 Valid 5 0,586 0,3000 Valid 6 0,563 0,3000 Valid 7 0,478 0,3000 Valid

(61)

8 0,433 0,3000 Valid 9 0,291 0,3000 Valid 10 0,392 0,3000 Valid 11 0,473 0,3000 Valid 12 0,312 0,3000 Valid 13 0,608 0,3000 Valid

Sumber : SPSS 23.0 dan data primer diolah

Berdasarkan tabel 4.2 tersebut dapat dilihat setiap butir dari setiap variabel secara keseluruhan menunjukkan nilai rhitung lebih besar dari nilai ,03, pada taraf

signifikan 5% (0,05) dan df = 52. Dan anga validitas lebih besar dari 03 yang berarti semua data telah valid pada Pengetahuan K3

4.2.2 Uji Validitas Variabel Sikap (X2)

Hasil dari pengolahan data pada variable Sikap (X2), dapat diperoleh hasil uji

validitas yang terlihat pada tabel 4.3 berikut ini :

Tabel 4.3

Hasil Uji Validitas Variabel Sikap (X2)

Variabel No. Butir Status

N = 52 Korelasi Sikap (X2) 1 0,778 0,3000 Valid 2 0,740 0,3000 Valid 3 0,627 0,3000 Valid 4 0,720 0,3000 Valid 5 0,661 0,3000 Valid

Gambar

Gambar 2.1 Pendekatan-pendekatan terhadap Keselamatan dan Kesehatan  Kerja Yang Efektif
Gambar 2.2 Kerangka Konseptual
Gambar 2.3 Kerangka Metodologi Pengumpulan Data
Tabel 4.7  Uji Reliabilitas  Variabel  N=62  Rule of  Thumb  Keputusan Jumlah  Item  Pertanyaan  Cronbach’s Alpha  Pengetahuan K3  13  0,707  0,6  Reliabel  Sikap  5  0,745  0,6  Reliabel  Perilaku  13  0,843  0,6  Reliabel  Pengawasan  8  0,799  0,6  Reli

Referensi

Dokumen terkait

Pengerjaan dari suatu produk yang syarat dengan makna dan melekat dengan budaya masyarakat dibutuhkan kajian ilmu multidisiplin untuk mencapai validitas hasil darai

Merujuk pada Panduan Prinsip-Prinsip Pengarusutamaan Gender, Dimensi dan Prioritas Untuk Mencegah Kekerasan Ekstremisme yang diterbitkan Komisi Perempuan PBB upaya

* Laporan Keuangan diatas disajikan sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor : 13/30/DPNP tanggal 16 Desember 2011 perihal Perubahan Ketiga atas Surat Edaran Bank Indonesia

Fasilitas parkir di dalam ruang milik jalan hanya dapat diselenggarakan di tempat tertentu pada jalan kabupaten, jalan desa, atau jalan kota yang harus

Studi kepustakaan yaitu penulis membaca beberapa literatur yang bisa mendukung tulisan ini, dan bisa dipergunakan untuk membuat pertanyan yang akan dipertanyakan di lapangan,

Program kesehatan dan keselamatan kerja (K3) merupakan bagian dari suatu sistem suatu sistem program manajemen yang dibuat bagi pekerja maupun pengusaha sebagai upaya

Perusahaan Pulus Wangi merupakan perusahaan yang bergerak pada produksi minyak akar wangi (retiver oil). Minyak akar wangi digunakan dalam produksi parfum-parfum

Lhaksmita Anandari, S.Pd., Ed.M.. Psiko Bel