• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. ungkapan kreatifitas dari kebudayaan itu sendiri. Masyarakat yang menyangga

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. ungkapan kreatifitas dari kebudayaan itu sendiri. Masyarakat yang menyangga"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Seni adalah satu bentuk ungkapan yang indah dari isi kehidupan. Isi kehidupan diungkap, diangkat, diterjemahkan dan dituangkan dalam aneka bentuk yang indah sebagai seni sastra, seni lukis, seni drama, seni musik/suara, dan sebagainya. Seni juga satu bentuk kecakapan yang tinggi dalam membawa satu ide di atas jalan yang rumit dan merealisasi secara tepat sampai pada tujuannya.

Kesenian tidak pernah berdiri sendiri dan lepas dari kondisi sosial budaya masyarakatnya. Sebagai salah satu unsur budaya yang penting, kesenian merupakan ungkapan kreatifitas dari kebudayaan itu sendiri. Masyarakat yang menyangga kebudayaan dan kesenian selalu dapat menciptakan, memberi peluang untuk bergerak, memelihara, menularkan dan mengembangkannya untuk kemudian menciptakan kebudayaan baru. Akan tetapi, masyarakat adalah suatu perserikatan manusia yang mana kreatifitas masyarakat berasal dari manusia-manusia yang mendukungnya (Umar Kayam, 1981 : 38-39).

Manusia tidak pernah lepas dari kebudayaan karena masyarakat turut mengambil andil dalam kebudayaan tersebut dengan cara menjadi bagian dari setiap fase-fase kehidupannya. Seni yang merupakan bagian dari kebudayaan, di dalamnya terdiri dari para pelaku seni atau seniman, manajer, pencipta atau pengkreasi seni. Di antara para

(2)

pekerja seni yang pernah mengabdikan hidupnya sebagai penghasil karya seni, ada yang begitu menonjol dikenal oleh karena karya yang mereka hasilkan.

Dalam tulisan ini penulis akan mengangkat tema-tema dari lagu karya Djaga Depari. Djaga Depari adalah seorang komponis nasional yang berasal dari Tanah Karo. Djaga Depari lahir pada 5 Mei 1922 di Desa Seberaya, Kecamatan Tiga Panah, Kabupaten Karo. Ayah Djaga Depari bernama Ngembar Sembiring Depari seorang mandor besar Wer bas elkawe (Pekerjaan Umum) Deli Hulu pada masa penjajahan Belanda. Ibu Djaga Depari bernama Siras Br1 Karo Sekali. Djaga Depari merupakan anak kedua dari enam bersaudara. Berikut adalah nama-nama saudara-saudari Djaga Depari2 :

1. Tempat Br Depari, 2. Djalim Depari, 3. Nengeni Br Depari, 4. Ngasali Br Depari, dan 5. Senter Br Depari.

Djaga Depari menikah pada tahun 1943 di usia 21 tahun. Beliau menikahi

impal3nya yang bernama Djendam Br Pandia, anak kedua dari lima bersaudara dari keturunan pamannya yang bernama Dokan Pandia yang bekerja sebagai petani pada saat itu. Dari pernikahan ini Djaga Depari dan istrinya dikaruniai tujuh orang anak (empat

1 Di kalangan masyarakat Karo termasuk juga Tapanuli, khususnya untuk para wanita, pada namanya ditambahkan kata Beru (bahasa Karo, di masyarakat Tapanuli disebut Boru) di depan marganya dan biasanya disingkat menjadi Br.

2 Lihat Djaga Depari “Komponis dari Tanah Karo” Robert Perangin-angin (2009 : 12) 3 Anak perempuan dari paman, saudara laki-laki dari ibu

(3)

laki-laki dan tiga perempuan). Berikut adalah nama-nama dari putra-putri Djaga Depari4 :

1. Sadarman Depari, lahir pada tanggal 11 Desember 1944 di Desa Seberaya 2. Sutrisno Depari, lahir pada tanggal 24 November 1946 di Desa Seberaya 3. Maya Rita Br Depari, lahir pada tanggal 4 Mei 1953 di Desa Seberaya 4. Agustina Br Depari, lahir pada tanggal 17 Agustus 1959 di Desa Seberaya 5. Junita Br Depari, lahir pada tanggal 17 Juni 1960 di Kabanjahe

6. Waktu Depari, lahir pada tanggal 10 Juni 1962 di Kabanjahe 7. Ngapuli Depari, lahir pada tanggal 17 Juni 1963 di Kabanjahe

Pada tahun 1935 Djaga Depari mengawali pendidikannya di sekolah dasar. Pada saat itu Djaga Depari dimasukkan ke sekolah Belanda yang bernama Christelijk

Hollandsch Inlandche School (Christelijk HIS)5, salah satu sekolah unggulan di Kabanjahe. Setelah menamatkan sekolah di Christelijk HIS ini, Djaga Depari melanjutkan jenjang pendidikan ke sekolah HIS lanjutan di kota Medan. Ketika duduk di bangku HIS lanjutan inilah Djaga Depari dan beberapa kawan sekolahnya membentuk sebuah kelompok musik. Di kelompok musik ini Djaga Depari memegang alat musik biola. Djaga Depari tidak mempunyai pendidikan khusus di bidang musik tapi sangat piawai dalam menggesek dawai biola. Dia mengandalkan biola dalam membentuk komposisi not-not lagu karyanya. Lagu-lagu yang dibawakan Djaga Depari di kelompok musik ini adalah lagu-lagu populer pada saat itu yang bukan berbahasa Indonesia yaitu

4 Lihat Djaga Depari “Komponis dari Tanah Karo” Robert Perangin-angin (2009 : 36-39) 5 Lihat Djaga Depari “Komponis dari Tanah Karo” Robert Perangin-angin (2009 : 15)

(4)

lagu barat (Perancis, Spanyol, Italia). Pada periode inilah Djaga Depari mulai mencoba mengarang beberapa buah lagu. Djaga depari menamatkan sekolah di HIS lanjutan ini pada tahun 1939.

Walaupun Djaga Depari gemar memainkan lagu-lagu barat, lagu-lagu yang beliau ciptakan kebanyakan berbahasa Karo. Banyak sekali lagu-lagu berbahasa Karo yang kita kenal sekarang merupakan karya dari Djaga Depari. Lagu-lagu karya Djaga Depari ini diciptakan pada masa penjajahan dan setelah kemerdekaan Indonesia.

Dari data yang didapat pada masa penjajahan Jepang sekitar tahun 1942 Djaga Depari mencipta sejumlah lagu di antaranya Tanah Ersuki, Ranting Jabi-jabi, Anak

U-we, Naki-naki, Kanam-kanam, Regi-regi, Jolah jemole, Perbaju Joe, Berngi Singongo, Persentabin, Sada Kata, Pergawah dan Angin Si Lumang6.

Sedangkan pada masa kemerdekaan, Djaga Depari juga mencipta sejumlah lagu. Beberapa diantaranya adalah Famili Taksi, Padang Sambo, Sora Mido, Tanah karo

Simalem, Rudang Mejile, Roti Manis, Tiga Sibolangit, Lasam-lasam, Make Ajar, Pecat-pecat Seberaya, Didong-didong Padang Sambo, Io-io Beringin, Andiko Alena, Sue-sue dan Rudang-rudang7.

Sampai saat ini, masyarakat Karo masih banyak yang menggunakan lagu-lagu Karya Djaga Depari dalam kehidupan sehari-hari. Penggunaan lagu tersebut mencakup banyak hal seperti sebagai lagu pengiring dalam upacara adat, sebagai koleksi pribadi, sebagai media hiburan dan lain-lain. Hal itu berhubungan dengan tema-tema yang tersirat dalam lagu-lagu karya Djaga Depari tersebut.

6 Lihat Djaga Depari “Komponis dari Tanah Karo” Robert Perangin-angin (2009 : 29) 7 Lihat Djaga Depari “Komponis dari Tanah Karo” Robert Perangin-angin (2009 : 46)

(5)

Djaga Depari tidak hanya menulis lagu-lagu romantika kehidupan masyarakat Karo tapi beliau juga menuliskan lagu-lagu tentang perjuangan masyarakat Karo menentang penjajahan bangsa asing. Apabila semangat patriotisme Djaga Depari tergugah, maka lagu yang diciptakannya menjadi sangat berbeda. Kesan kesenduan lagu-lagu Karo berubah menjadi hentakan yang bersemangat ingin membebaskan diri dari belenggu ketertindasan. Salah satu lagunya adalah “Erkata Bedil (Dentuman Senjata)“. Lagu Erkata Bedil ini menggambarkan semangat perjuangan yang beliau embankan kepada para pemuda Karo untuk ikut mengangkat senjata melawan penjajah di tanah Karo walaupun para pemuda itu sedang dilanda asmara. Lagu ini kemudian menjadi lagu nasional perjuangan rakyat Indonesia. Selain itu pada lagu “Kemerdekaanta” karya Djaga Depari juga tersirat makna-makna perjuangan rakyat. Dalam lirik lagu ini dilukiskan bahwa seorang pemuda berkata kepada kekasihnya “bila kelak kita telah mendapat kemerdekaan, maka kita akan bersatu dalam pelaminan”.

Karya-karya Djaga Depari yang bertemakan perjuangan masyarakat Karo ini kemudian membuat pemerintah Indonesia memberikan gelar kepadanya sebagai Komponis Nasional. Untuk mengabadikan pengabdiannya, pemerintah propinsi Sumatera Utara diprakarsai oleh Lembaga Permusyawaratan Kebudayaan Karo (LPKK) Sumatera Utara mendirikan sebuah monumen Djaga Depari di kota Medan yang terletak di persimpangan jalan Iskandar Muda Medan.

Djaga Depari telah mempersembahkan yang terbaik yang ada di dirinya untuk masyarakat Karo khususnya dan bangsa Indonesia pada umumnya. Beliau juga dikenal

(6)

sangat konsisten dalam karya-karyanya. Konsistensi8 pemikiran Djaga Depari ini juga akan diangkat dalam tulisan ini. Pembahasannya akan berlanjut pada pengaruh situasi ekonomi, politik, sosial budaya pada masa hidup Djaga Depari terhadap pemikiran Djaga Depari dalam karya-karyanya. Maksudnya disini adalah apakah situasi ekonomi, politik dan sosial budaya mempengaruhi pemikiran Djaga Depari dalam penciptaan karya. Hal ini juga nantinya akan berkaitan dengan tema yang muncul dalam lagu-lagu karya Djaga Depari.

Dari uraian di atas terlihat bahwa dalam semua lagu yang diciptakan Djaga Depari memiliki tema-tema tertentu. Tema-tema tersebut muncul dari pengalaman-pengalaman Djaga Depari semasa hidupnya yaitu pada masa penjajahan dan kemerdekaan. Kemudian dari tema-tema yang ada, bagaimana sebenarnya masyarakat Karo menggunakan lagu-lagu karya Djaga Depari dalam kehidupan sehari-hari. Apakah lagu-lagu karya Djaga Depari digunakan sesuai dengan tema. Hal ini yang membuat penulis tertarik untuk meneliti, mengkaji, serta menuliskannya dalam sebuah tulisan ilmiah dengan judul: “Deskripsi Tema Lagu Ciptaan Djaga Depari dalam Konteks Sosial Budaya Masyarakat Karo.”

1.2 Pokok Permasalahan

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka ada beberapa hal pokok yang menjadi perhatian utama dalam skripsi ini, yaitu :

1. Apa tema-tema dari lagu karya Djaga Depari

(7)

2. Bagaimana pengaruh situasi ekonomi, politik, sosial budaya pada tahun 1920-1963 (masa hidup Djaga Depari) terhadap pemikiran Djaga Depari dalam karya-karyanya

3. Bagaimana penggunaan dan fungsi dari lagu-lagu Djaga Depari bagi masyarakat Karo

1.3 Tujuan dan Manfaat 1.3.1 Tujuan

Berdasarkan latar belakang dan pokok permasalahan di atas maka tujuan utama dari penulisan ini adalah :

1. Untuk mendeskripsikan tema dari lagu-lagu karya Djaga Depari yang muncul dari pengalaman-pengalaman Djaga Depari semasa hidupnya

2. Mengetahui pengaruh situasi pada masa hidup Djaga Depari yaitu situasi ekonomi, politik dan sosial budaya terhadap pemikiran Djaga Depari dalam hal penciptaan karya

3. Untuk menganalisa penggunaan dan fungsi lagu Djaga Depari dalam kehidupan masyarakat Karo

1.3.2 Manfaat

Penelitian ini akan berguna sebagai sebuah naskah kajian ilmiah akademisi yang mendeskripsikan tema dari lagu-lagu karya Djaga Depari, manganalisa penggunaan dan

(8)

fungsi lagu-lagu karya Djaga Depari dalam kehidupan masyarakat Karo dan mengetahui pengaruh dari situasi ekonomi, politik dan sosial budaya terhadap pemikiran Djaga Depari dalam hal penciptaan karya.

Hasil penelitian ini Juga bermanfaat bagi disiplin Ilmu Etnomusikologi USU khususnya memperdalam kajian tentang deskripsi karya seni, mengingat lulusan Ethnomusikologi adalah bagian dari studi yang melahirkan sarjana-sarjana seni, agar memahami lebih jauh tentang deskripsi karya seni, khususnya lagu-lagu karya Djaga Depari yang menjadi salah satu pemersatu semangat perjuangan masyarakat Karo.

1.4 Kerangka Konsep dan Teori 1.4.1 Kerangka konsep

Konsep adalah rancangan ide atau pengertian yang diabstrakkan dari pengertian konkret, gambaran mental dari objek atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005:456).

Untuk mendapatkan pengetahuan mendasar tentang objek penelitian dan untuk menghindari ambiguitas, maka diperlukan definisi-definisi terhadap terminologi yang menjadi pokok bahasan. Definisi ini merupakan kerangka konsep yang mendasari batasan-batasan makna terhadap topik-topik yang menjadi pokok penelitian.

Deskripsi adalah upaya pengolahan data menjadi sesuatu yang dapat diutarakan dengan kata-kata secara jelas dan tepat dengan tujuan agar dapat dimengerti oleh orang

(9)

yang tidak langsung mengalaminya sendiri9. Berangkat dari pengertian ini, penulis akan menguraikan dengan kata-kata hal yang menjadi bahan penelitian dalam tulisan ini. Dalam hal ini yang menjadi bahan penelitian adalah lagu-lagu karya Djaga Depari adalah

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005 : 983) tema adalah pokok pikiran ataupun dasar cerita (yg dipercakapkan, dipakai sebagai dasar mengarang, menggubah sajak). Di setiap karya seni (dalam hal ini lagu ciptaan) pastilah mempunyai sebuah tema, karena dalam karya tersebut dianjurkan harus memikirkan tema apa yang akan dibuat. Tema juga hal yang paling utama dilihat oleh para penikmat sebuah karya. Tema yang dimaksud adalah pesan-pesan yang terkandung di dalam lagu-lagu karya Djaga Depari. Salah satu contohnya adalah tema perjuangan.

Menurut wikipedia bahasa Indonesia lagu merupakan gubahan seni nada atau suara dalam urutan, kombinasi dan hubungan temporal (biasanya diiringi dengan alat musik) untuk menghasilkan gubahan musik yang mempunyai kesatuan dan kesinambungan (mengandung irama). Lagu yang penulis maksud di sini adalah lagu-lagu karya Djaga Depari.

Konteks adalah bagian suatu uraian atau kalimat yang dapat mendukung atau menambah kejelasan makna; situasi yg ada hubungannya dengan suatu kejadian (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005: 465). Konteks di sini berkatian dengan ruang lingkup atau situasi tertentu. Dalam hal ini konteksnya adalah masyarakat karo.

(10)

Dalam mendefenisikan masyarakat, penulis mengacu pada pendapat Koentjaraningrat (1986:146-147) yaitu masyarakat adalah sebagai kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat berkelanjutan dan terikat oleh suatu rasa identitas. Karo adalah salah satu suku bangsa yang ada di propinsi Sumatera Utara. Jadi masyarakat karo adalah kesatuan hidup manusia yang saling beriteraksi menurut sistem adat istiadat karo.

Berdasarkan konsep-konsep di atas, maka dalam tulisan ini penulis mendeskripsikan tema-tema lagu karya Djaga Depari dalam konteks masyarakat karo, termasuk juga penulis menganalisa penggunaan dan fungsi lagu-lagu karya Djaga Depari dalam kehidupan masyarakat Karo.

1.4.2 Teori

Teori merupakan prinsip-prinsip umum yang diambil dari fakta-fakta, mungkin juga dugaan yang menerangkan sesuatu (Marzuki 1999 : 33). Sebelum melakukan penelitian, seorang peneliti harus menyusun sebuah kerangka teori untuk sebuah kejelasan. Titik tolak atau landasan berpikir dalam memecahkan masalah. Maka untuk itu perlu disusun kerangka teori. Kerangka teori itu disusun sebagai landasan berpikir yang menunjukkan dari sudut mana peneliti mengamati masalah yang akan diteliti. Dengan adanya kerangka teori ini maka peneliti akan lebih terbantu dalam mencari kebenaran dari apa yang diteliti.

(11)

Dalam penelitian ini teori-teori yang dianggap berkaitan adalah fungsi dan penggunaan yang ditawarkan Merriam (1964: 209-227) menjelaskan adanya 10 fungsi musik, yaitu: (1) Sebagai pengungkapan emosional; (2) Sebagai hiburan; (3) Sebagai penghayatan estetis; (4) Sebagai komunikasi; (5) Sebagai reaksi jasmani; (6) Sebagai perlambangan; (7) Sebagai suatu yang berkaitan dengan norma-norma sosial ; (8) Sebagai perlambangan pengesahan lembaga sosial dan upacara kagamaan; (9) Sebagai kesinambungan budaya; (10) Sebagai pengintegrasian masyarakat.

Dari kesepuluh (10) fungsi musik tersebut, penulis akan membahas bagaimana penggunaan dan fungsi lagu-lagu karya Djaga Depari dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Karo. Tetapi di dalam ini fungsi tersebut berkaitan dengan tema lagu-lagu karya Djaga Depari. Misalnya dalam lagu Sora Mido tema yang terkandung adalah tema perjuangan. Tema perjuangan di sini mempunyai fungsi membangkitkan semangat berjuang yang disertai dengan keberanian dan ketegaran berjuang.

Makna adalah suatu yang terlihat di balik bentuk dan aspek isi suatu kata atau teks yang kemudian dibagi menjadi dua bagian yaitu makna konotatif dan makna denotatif. Makna konotatif adalah makna kata yang mengandung arti tambahan, sedangkan makna denotatif adalah makna yang tidak mengandung arti tambahan atau disebut dengan makna sebenarnya (Keraf 1991 : 25).

Berhubungan dengan hal di atas, untuk menjelaskan makna dari kata-kata dalam lagu karya Djaga Depari maka penulis menggunakan pendapat yang dikemukakan oleh Kempson (1977: 11) :

“ada tiga hal yang dicoba jelaskan oleh para filsuf dan linguis sehubungan dengan usaha menjelaskan istilah makna. Ketiga hal itu yakni :

(12)

(1) menjelaskan makna kata secara alamiah, (2) mendeskripsikan kalimat secara alamiah, dan (3) menjelaskan makna dalam proses komunikasi.” Selanjutnya Kempson berpendapat untuk menjelaskan istilah makna harus dilihat dari segi : (1) kata; (2) kalimat; dan (3) apa yang dibutuhkan pembicara untuk berkomunikasi.”

1.5 Metode Kerja Lapangan

Penulis menggunakan beberapa cara untuk mencari dan mengumpulkan data. Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk mengumpulkan data di lapangan. Dalam penulisan ini diperoleh dari sumber yang berhubungan dengan objek yang menjadi informasi bagi tulisan ini. Menurut Nettl (1964: 62-64), dalam pengumpulan data dapat dilakukan dengan dua cara kerja yaitu kerja lapangan (field work) dan kerja laboratorium (desk work).

Kerja lapangan merupakan langkah awal yang penulis lakukan untuk mendapatkan data dan informasi di lapangan. Hal ini bertujuan agar penulis dapat terlibat langsung dengan objek yang diteliti dan data yang diperoleh pun dapat dijamin kebenarannya.

Kerja laboratorium yaitu pencarian data yang dilakukan penulis melalui referensi buku-buku, artikel, majalah ataupun tulisan lain yang berhubungan dengan objek tersebut. Selain itu, penulis juga melakukan penganalisisan data-data yang sudah didapatkan di lapangan.

(13)

Untuk memperoleh data di lapangan, penulis melakukan kerja lapangan dengan menggunakan metode lapangan. Metode yang penulis lakukan adalah metode penelitian

deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

Penelitian deskriptif bertujuan untuk menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu untuk menentukan frekuensi dari suatu gejala-gejala lain dalam masyarakat (Koentjaraningrat, 1990: hal 29). Penelitian yang bersifat kualitatif berwujud data yang bersifat konsep atau pengertian abstrak dalam penelitian fakta-fakta sosial.

Dalam penelitian lapangan ini, penulis membaginya dalam dua cara yaitu 1. Wawancara

2. Observasi

Wawancara merupakan metode yang dilakukan penulis dalam berhubungan dengan informan, di lapangan penulis mengajukan sejumlah pertanyaan yang berhubungan dengan objek penelitian. Sebelum mencari data lebih dalam, penulis terlebih dahulu mencari orang yang bisa dijadikan sebagai informan pangkal.

Wawancara yang penulis lakukan tidak terfokus pada informan kunci saja, tetapi juga pada beberapa informan yang ada di lapangan guna menambah informasi. Pemilihan informan dilakukan penulis karena dibutuhkannya informasi yang dapat dipercaya dari sumber yang tepat.

Data-data yang didapat di lapangan, direkam dan kemudian penulis mencatat segala hal yang berhubungan dengan objek penelitian di lapangan, serta dari jawaban atas pertanyaan yang penulis ajukan kepada informan. Dalam penentuan jawaban yang

(14)

cocok atas pertanyaan yang penulis ajukan, penulis melakukan penyelesian agar informasi lebih akurat dan tepat, sedangkan jawaban yang kurang cocok dijadikan data masukan untuk diperjelas selanjutnya. Untuk referensi pertanyaan selanjutnya, penulis mengambil dari jawaban yang berkembang berdasarkan hasil pengamatan penulis.

Selain itu, penulis juga menganalisa lagu-lagu karya Djaga Depari yang sudah pernah direkam kemudian menuliskannya ke atas kertas.

Observasi (pengamatan), yaitu penulis mengamati semua kejadian secara

langsung, yang bertujuan untuk memperoleh data-data yang tidak didapatkan melalui wawancara. Observasi yang dilakukan bukan hanya tentang objek penelitian, tetapi juga lokasi penelitian. Namun demikian cara observasi ini tidak hanya berambisi mengumpulkan data dari sisi kuantitasnya, tetapi juga berusaha memperoleh pemahaman yang lebih mendalam.

1.5.2 Kerja laboratorium

Untuk mencapai hasil kerja yang maksimal dalam pengumpulan data, penulis juga melakukan kerja laboratorium yang merupakan proses pengklarifikasian dari data yang diperoleh di lapangan dan studi kepustakaan. Ini bertujuan untuk mengorganisasikan data-data yang diperoleh dan sekaligus mengkoreksi data-data yang belum dapat atau yang belum diketahui penulis.

Di sini penulis berusaha menyeleksi segala data yang berhubungan dengan objek yang diteliti dan menyesuaikannya dengan jawaban-jawaban dari informan, kemudian menjadikannya satu tulisan. Namun bila ada data yang tidak berhubungan, maka penulis akan menyimpannya. Sedangakan data-data yang ada dalam pita rekaman, penulis

(15)

dengarkan dan tulis kembali kemudian diteliti dan disatukan dengan jawaban yang ditulis.

Dalam kerja laboratorium ini, data yang terkumpul dianalisis setiap waktu secara induktif selama penelitian berlangsung dengan mengolah bahan empirik (synthesizing), supaya dapat disederhanakan kedalam bentuk yang lebih mudah dibaca, dipahami dan diinterpretasikan dalam sebuah tulisan.

1.5.3 Studi kepustakaan

Studi kepustakaan yaitu penulis membaca beberapa literatur yang bisa mendukung tulisan ini, dan bisa dipergunakan untuk membuat pertanyan yang akan dipertanyakan di lapangan, berupa buku-buku, majalah-majalah, informasi dari internet dan tulisan yang berhubungan dengan lagu-lagu karya Djaga Depari. Studi ini bertujuan untuk mencari informasi awal mengenai objek penelitian, yang nantinya bisa digunakan untuk membantu memperoleh konsep serta teori-teori yang relevan untuk membahas pokok masalah penelitian ini.

1.5.4 Pemilihan informan

Sebelum melakukan penelitian, penulis terlebih dahulu menentukan informan pangkal yang mengetahui siapa yang dapat memberikan informasi untuk keperluan penelitian tersebut. Setelah mendapat informan pangkal, penulis menentukan informan kunci yang dibantu oleh informan pangkal. Yang menjadi informan kunci adalah Bapak

(16)

R. Ginting (50 tahun). Beliau mempunyai informasi yang luas tentang kehidupan Djaga Depari dan kolektor lagu-lagu Djaga Depari.

1.6 Lokasi Penelitian

Dalam penulisan karya ilmiah ini, penulis tidak menetapkan lokasi penelitian di suatu tempat tertentu. Hal ini dikarenakan oleh penulis umumnya melakukan wawancara pada berbagai narasumber di berbagai daerah yang berlainan sehinga tidak terfokus pada satu tempat saja, seperti di Desa Seberaya, Brastagi, Kampus Etnomusikologi USU, Sanggar-sanggar kebudayaan Karo di Medan. Sebelum mencari data penulis membuat kesepakatan terlebih dahulu mengenai tempat pertemuan dengan narasumber. Hal ini juga didasari karena minimnya referensi data yang ada, baik berupa buku maupun data lainnya yang dapat membantu informasi dalam penyelesaian penelitian ini.

Referensi

Dokumen terkait

Ukuran disiplin kerja karyawan yang lain adalah melihat pada tingkah laku karyawan, atau yang lebih tepat disebut dengan moral kerja karyawan, sebab tingkah laku

Monopoli pengusahaan kelapa sawit oleh perkebunan besar, di mana rakyat hanya menjadi buruh dianggap oleh pemerintah sebagai suatu warisan jaman penjajahan yang tidak sesuai

tangan pada Mordekai; karena mereka telah menunjukkan dia Mordekhai: Jadi Haman mencari ikhtiar untuk menghancurkan semua... orang-orang Yahudi bahwa itu, di seluruh

Menurut teori Sain Pendidikan, anak-anak yang orang tuanya cerai (biasanya disebut broken home ), pada umumnya akan berkembang menjadi anak nakal. Penyebabnya ialah karena anak-

Pada matakuliah Analisis Data, kedua software diintegrasikan dengan pembelajaran di kelas untuk membantu mahasiswa mengonstruk pemahaman mengenai konsep-konsep Statistika

Pada diatas, dapat dilihat bahwa hasil fermentasi cincalok udang rebon yang dibuat dengan metode Backslopping berpengaruh nyata terhadap nilai kadar air, abu,

Jasa Marga Telah berdiri sejak tahun 1978 dan telah membangun jaringan jalan tol yang tersebar di seluruh Indonesia, namun hal ini tidak dibarengi dengan pembangunan

Komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari kata Latin communicatio, dan bersumber dari kata yang berarti sama. Maka komunikasi akan terjadi