RIWAYAT HIDUP Data Pribadi
Nama : Linda Mega Silviana
Nim : 51909090
Jurusan : Desain Komunikasi Visual
Jenjang : Strata 1
Fakultas : Desain
Tempat Tanggal Lahir : Bandung, 6 Juni 1991 Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Kp. Sukamaju Timur
RT 001/011 Desa Pamekaran Kecamatan Soreang
Kabupaten Bandung, 40912
Email : lsylviana@gmail.com
Riwayat Pendidikan
TAHUN PENDIDIKAN
1997– 2003 SDN V Soreang 2003– 2006 SMPN 1 Soreang 2006 – 2009 SMA Mathla’ul Anwar
PERSEPS PROGRA
SI KHALA AM R-BO P
AYAK TER PADA ACA
RHADAP T ARA TELE
TANDA VI EVISI
ISUAL KLAASIFIKASSI
(Studi Kaasus: Acaraa Indonesiaa Mencari BBakat)
DK 383155/Skripsi Semester II 2012-2013
Oleh:
Linda Meega Silvianaa 51909090
Program Studi Desaain Komunnikasi Visuaal
FAKUL
LTAS DES
SAIN
UNIVER
RSITAS K
KOMPUT
TER IND
DONESIA
A
BANDU
UNG
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkah dan limpahan rahmat-Nya, laporan skripsi ini dapat terselesaikan. Laporan skripsi berjudul Persepsi Khalayak Terhadap Tanda Visual Klasifikasi Program R-BO Pada Acara Televisi dengan studi kasus adalah acara Indonesia Mencari Bakat yang berarti acara dengan klasifikasi untuk remaja dengan bimbingan orangtua, merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada program studi Desain Komunikasi Visual, Universitas Komputer Indonesia.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari segi isi maupun kata-kata yang digunakan. Oleh karena itu saran dan kritik yang konstruktif dari berbagai pihak sangat penulis harapkan.
Penulis berharap semoga laporan skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.
Bandung, Agustus 2013
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ... i
LEMBAR PENYERAHAN HAK EKSLUSIF ... ii
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
ABSTRAK ... v
ABSTRACT ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR TABEL ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
I.1 Latar Belakang Masalah ... 1
I.2 Identifikasi Masalah ... 2
I.3 Perumusan Masalah ... 3
I.4 Pembatasan Masalah ... 3
I.5 Metode Penelitian ... 3
I.6 Tujuan Penelitian ... 4
I.7 Manfaat Penelitian ... 5
I.8 Diagram Pemikiran ... 5
I.9 Sistematika Penulisan ... 6
BAB II TANDA KLASIFIKASI PROGRAM ACARA TELEVISI ... 7
II.1 Tipografi ... 7
II.1.1 Keluarga Huruf ... 9
II.1.2 Prinsip Pokok Tipografi ... 11
II.2 Warna ... 12
II.2.1 Dimensi Warna ... 13
II.2.2 Psikologi Warna ... 14
II.3 Persepsi ... 14
II.4 Penyiaran Televisi ... 15
II.4.1 Format Acara Televisi ... 16
II.4.3 Klasifikasi P ... 17
II.4.4 Klasifikasi A ... 19
II.4.5 Klasifikasi R ... 20
II.4.6 Klasifikasi D ... 21
II.4.7 Klasifikasi SU ... 22
II.4.8 Bimbingan Orangtua (BO) ... 23
II.4.9 Pelanggaran Ketentuan Penyiaran ... 23
II.5 Pengertian Khalayak ... 24
II.5.1 Psikologi Khalayak Remaja ... 24
II.5.2 Psikologi Orangtua ... 25
II.5.3 Rentan Usia Khalayak ... 26
II.6 Faktor Khalayak Dalam Menggunakan Media Massa ... 27
II.6.1 Khalayak dan Televisi ... 29
II.6 Teori Fenomenologi ... 29
BAB III KLASIFIKASI R-BO DAN PROGRAM ACARA TRANS TV ... 33
III.1 Sejarah Trans TV ... 33
III.1.1 Visi, Misi, dan Logo ... 33
III.2 Program Acara Trans TV ... 34
III.2.1 Klasifikasi Program Trans TV ... 35
III.2.2 Pelanggaran Konten Siaran Trans TV ... 41
III.3 Indonesia Mencari Bakat (IMB) ... 42
III.3.1 Peserta dan Juri IMB ... 43
III.3.2 Konten Acara IMB ... 47
III.3.3 Klasifikasi R-BO pada IMB ... 49
III.3.4 Klasifikasi R-BO dan Program IMB ... 53
BAB IV PERSEPSI KHALAYAK MENGENAI KLASIFIKASI R-BO TERHADAP PROGRAM INDONESIA MENCARI BAKAT ... 55
IV.1 Klasifikasi R-BO ... 55
IV.1.1 Analisa Klasifikasi R-BO terhadap Program IMB ... 67
IV.2 Sikap dan Peranan Orangtua dengan Anak ... 71
BAB V SIMPULAN ... 74
DAFTAR PUSTAKA
Referensi Bersumber Buku:
Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) dan Standar Program Siaran (SPS). (2013). Jakarta: Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Provinsi Jawa Barat
Ardianto, E., Lukiati, K., & Siti, K. (2012). Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
Jefkins, F. (1997). Periklanan. Jakarta: Erlangga.
Kusrianto, A. (2009). Pengantar Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta: Andi. Lestari, S. (2012). Psikologi Keluarga: Penanaman Nilai dan Penanganan
Konflik dalam Keluarga. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
McQuail, D. (2011). Teori Komunikasi Massa McQuail. Jakarta: Salemba Humanika.
Panuju, P., & Umami, I. (2005). Psikologi Remaja. Yogyakarta: Tiara Wacana. Rukmananda, N. (2004). Menjadi Sutradara Televisi. Jakarta: Grasindo.
Sanyoto, S.E. (2005). Dasar-dasar Tata Rupa dan Desain. Yogyakarta: Arti Bumi Intaran.
Sihombing, D. (2001). Tipografi Dalam Desain Grafis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Supriyono, R. (2010). Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta: Andi.
Suryana, L.I. (2011). Modul: Psikologi Persepsi. Bandung: Universitas Komputer Indonesia.
Referensi Bersumber Makalah Akademik:
Baskara, I.K. (2011). Perancangan Media Komunikasi Visual Sebagai Sarana Kampanye Imunisasi Campak. Denpasar: Institut Seni Indonesia Salafiyah, U. (2011). Mekanisme Survival Pekerja Seks Komersial (PSK) Waria
Tua Di Makam Kembang Kuning Surabaya. Surabaya: Universitas Negeri Sunan Ampel.
Referensi Bersumber Ebook:
Abdullah, K.R. (2008). Materi Kuliah Huruf dan Tipografi. Jakarta: Universitas Mercu Buana.
Basuki, F.A. Fungsi Tipografi Dalam Desain Grafis. Yogyakarta: P4TK-SB. Fachrudin, A. Pedoman Perilaku & Standar Siaran. Jakarta: Universitas Mercu
Buana.
Hamid, F. Teori-teori Komunikasi Interpretif dan Kritis. Jakarta: Universitas Mercu Buana.
Komisi Penyiaran Indonesia. (2012). Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) dan Standar Program Siaran (SPS). Jakarta. W.W.W : kpi.go.id
Widiantoro, B. (2011). Nirmana I. Referensi Bersumber Situs Internet:
Corporate Overview. 2013. Tersedia di: http://www.transtv.co.id/ [28 Juni 2013] Mardiya. 2009 (25 Oktober). Tinjauan Ilmiah: Peranan Orangtua dalam Pembentukan Karakter dan Tumbuh Kembang Anak. Tersedia di: http://mardiya.wordpress.com [29 Juni 2013]
Soelaeman. 2008. Fungsi dan Peran Orangtua. Tersedia di: http://www.duniapsikologi.com [1 Juli 2013]
RG. 2012. Dinamika Penyiaran 2012 Refleksi Akhir Tahun KPI Pusat. Tersedia di: http://www.kpi.go.id [28 Januari 2013]
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Masalah
Seiring dengan perkembangan teknologi komunikasi, media komunikasi massa memiliki kekuatan dalam menjangkau masyarakat luas yang memungkinkan orang-orang saling berkomunikasi. Menurut Bittner (seperti dikutip Rakhmat, 2003) komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang. Definisi tersebut menunjukkan bahwa komunikasi massa menggunakan media yang menjangkau khalayak lebih besar dalam menyampaikan sebuah informasi.
Media massa memiliki fungsi internal yang menentukan pemikiran, persepsi, opini, dan perilaku seseorang (Alex Sobur, 2009, h. 111). Media massa pada dasarnya dibagi menjadi dua kategori, yakni media cetak dan media elektronik. Media cetak yang dapat memenuhi kriteria sebagai media massa adalah surat kabar dan majalah, sedangkan media elektronik yang memenuhi kriteria sebagai media massa adalah radio siaran, televisi, film, dan media online (internet).
Televisi sebagai salah satu bentuk media komunikasi massa memiliki fungsi yang diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2002. Undang-undang tentang penyiaran tersebut menunjukkan bahwa televisi sebagai media informasi, pendidikan, hiburan, serta kontrol dan perekat sosial. Siaran program pada televisi memiliki dasar hukum yang mengatur tentang ketentuan penyiaran yaitu Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) tahun 2012 dan Standar Program Siaran (SPS) yang dikeluarkan oleh KPI.
Pencantuman keterangan kelompok usia pada klasifikasi program yang ditayangkan lembaga penyiaran merupakan elemen mendasar dan penting untuk dilakukan orang tua dalam membimbing anak-anaknya untuk memperoleh tayangan yang layak, aman, dan sesuai kebutuhan.
Indonesia mendapatkan pengaduan dari publik terkait program dan isi siaran pada 2012. Pelanggaran pun terjadi terkait klasifikasi penempatan program dengan klasifikasi D (dewasa) yang tayang dari jam 22.00 hingga 04.00 dini hari, pada nyatanya ada stasiun televisi yang menayangkan acara dengan klasifikasi tersebut sebelum jam 22.00. Sama halnya dengan klasifikasi R-BO yang masih tayang lewat dari pukul 20.00. Kasus-kasus yang terjadi adalah pada tayangan yang melanggar norma kesopanan, dan pelanggaran atas perlindungan anak dan remaja, seperti acara komedi yang umumnya melakukan pelanggaran mirip satu sama lain, yaitu melecehkan orang dengan kondisi fisik, orientasi seks, dan identitas gender tertentu.
Hal ini menjadi indikasi bahwa penerapan klasifikasi penggolongan program siar pada lembaga penyiaran belum sepenuhnya mengikuti aturan yang telah ditetapkan oleh Komisi Penyiaran Indonesia khususnya pada pencantuman klasifikasi program dan kelompok usia. Tentunya hal tersebut akan berpengaruh terhadap khalayak dalam mengidentifikasi program acara televisi. Hal tersebut menjadi dasar penelitian untuk mengetahui bagaimana penerapan klasifikasi kelompok program dan usia secara visual pada lembaga penyiaran, terhadap bentuk pemahaman khalayak pada klasifikasi program acara televisi.
I.2 Identifikasi Masalah
Permasalahan yang dapat diidentifikasi mengenai klasifikasi program acara televisi adalah:
1. Program/acara televisi yang dianggap tepat jam tayangnya, belum sepenuhnya dianggap ideal. Sebuah acara sudah memenuhi ketentuan jam tayang dan aturan klasifikasi, namun tidak dalam konten acaranya. Program acara televisi yang memenuhi ketentuan dan aturan klasifikasi, sering mengabaikan nilai-nilai yang berlaku dimasyarakat. 2. Pelanggaran yang terjadi terkait klasifikasi penempatan program
3. Kasus-kasus yang terjadi dalam pelanggaran yang dilakukan lembaga penyiaran adalah tayangan yang melanggar norma kesopanan, dan pelanggaran atas perlindungan anak dan remaja.
4. Acara komedi umumnya melakukan pelanggaran yang mirip satu sama lain, yaitu melecehkan orang dengan kondisi fisik, orientasi seks, dan identitas gender tertentu, pelanggaran atas perlindungan anak, pelanggaran norma kesopanan, serta melanggar ketentuan penggolongan program siaran (program klasifikasi R/Remaja).
5. Diperlukan perhatian para orangtua dalam mendampingi anak-anak menonton berita, karena penyajian berita terkadang terlalu vulgar untuk kasus-kasus kekerasaan atau konflik.
I.3 Perumusan Masalah
Dalam penelitian ini yang menjadi rumusan masalah adalah:
“Bagaimana persepsi khalayak terhadap penerapan klasifikasi program acara televisi terhadap konten acara yang disiarkan?”
I.4 Pembatasan Masalah
Dengan beragam dan banyaknya jumlah stasiun televisi di Indonesia, baik lokal maupun nasional, maka ruang lingkup batasan masalah adalah dibatasi pada satu objek stasiun televisi nasional yaitu Trans TV dengan kategori program acara non drama yaitu Indonesia Mencari Bakat (IMB) dengan klasifikasi program R (remaja) dengan bimbingan orangtua (BO). Adapun subjek dari penelitian adalah responden/khalayak dewasa dengan kategori usia +18 tahun.
I.5 Metode Penelitian
Adapun metode penelitian yang digunakan untuk membahas masalah yang sedang dianalisa adalah
1. Penelitian menggunakan metode fenomenologi melalui pendekatan kualitatif, yang diambil dari ahli fenomenologi Alfred Schutz. Menurut Schutz fenomenologi merupakan studi tentang pengetahuan yang datang dari kesadaran atau cara memahami sebuah objek atau peristiwa melalui
dipilih adalah klasifikasi usia serta tayangan dengan kategori non drama, dimana data utama mengenai peraturan penyiaran dan tayangan diperoleh dari Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran yang dikeluarkan oleh Komisi Penyiaran Indonesia.
I.5.1 Teknik Pencarian Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan dalam penelitian ini adalah:
Penelitian Lapangan
Penelitian memiliki tujuan untuk memperoleh data primer secara langsung dari objek penelitian. Adapun cara yang digunakan adalah:
a. Studi Pustaka
Menggunakan sumber-sumber dari buku, yaitu yang berkaitan dengan komunikasi massa, elemen desain dan penerapannya, serta P3SPS (Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran).
b. Wawancara
Wawancara dilakukan kepada pihak Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat mengenai aturan klasifikasi tayangan acara televisi beserta penerapannya pada stasiun televisi. Wawancara pun dilakukan secara langsung kepada khalayak yang berkaitan dengan objek penelitian.
c. Pencarian Online
Pencarian dalam jaringan internet pada situs resmi Komisi Penyiaran Indonesia yaitu www.kpi.go.id, situs Trans TV yaitu www.transtv.co.id, serta beberapa situs yang mendukung temuan penelitian, seperti www.youtube.com.
I.6 Tujuan Penelitian
Adapun metode penelitian yang digunakan untuk membahas masalah yang sedang dianalisa adalah
1. Untuk mengetahui pandangan masyarakat/khalayak terhadap penerapan klasifikasi program acara televisi, pada konten acara yang disiarkan.
I.7 Manfaat Penelitian
Dalam mengadakan suatu penelitian pasti memiliki tujuan dan manfaat, baik untuk perkembangan ilmu pengetahuan, pemerintah maupun masyarakat. Adapun tujuan dari penelitian adalah:
1. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi alat untuk mensosialisasikan esensi dari klasifikasi program guna menjadi masyarakat yang cerdas dalam menonton televisi.
2. Bagi Pemerintah
Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai rujukan dasar objektif dalam mengatur standarisasi penerapan aturan klasifikasi tayangan pada stasiun televisi.
3. Bagi Penulis
Menambah pengetahuan penulis pada bidang komunikasi visual dan komunikasi massa.
4. Bagi Pihak Lain
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai acuan bagi peneliti berikutnya. I.8 Diagram Pemikiran
Siaran acara televisi dengan klasifikasi R-BO (Indonesia Mencari Bakat)
Klasifikasi R-BO IMB Trans TV berdasarkan
aturan P3SPS
Visual R-BO pada acara Indonesia
Mencari Bakat
Persepsi masyarakat terhadap visual dan klasifikasi R-BO
Hasil
Analisa
1.9 Sistematika Penulisan
BAB I: PENDAHULUAN
Dalam bab ini berisi mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, perumusan masalah, pembatasan masalah, metode penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.
BAB II: KAJIAN PUSTAKA
Dalam bab ini berisi mengenai landasan teori berupa teori utama dan referensi-referensi guna membahas permasalahan penelitian, yaitu yang berkaitan dengan tipografi dan aturan klasifikasi tayangan acara televisi.
BAB III: OBJEK PENELITIAN
Dalam bab ini berisi mengenai uraian data-data dari objek yang diteliti yaitu klasifikasi R-BO, tayangan televisi, serta wawancara. BAB IV: PEMBAHASAN MASALAH
Dalam bab ini berisi mengenai analisis pembahasan persepsi masyarakat pada visual dan klasifikasi dengan landasan teori serta metode yang bersangkutan.
BAB V: SIMPULAN
BAB II
TIPOGRAFI DAN VISUAL KLASIFIKASI PROGRAM TELEVISI
II.1 Tipografi
Menurut Frank Jefkins (1997) tipografi merupakan:
Seni memilih huruf, dari ratusan jumlah rancangan atau desain huruf yang tersedia, menggabungkannya dengan jenis huruf yang berbeda, menggabungkan sejumlah kata yang sesuai dengan ruang yang tersedia, dan menandai naskah untuk proses typesetting, menggunakan ketebalan dan ukuran huruf yang berbeda. Tipografi yang baik mengarah pada keterbacaan dan kemenarikan, dan desain huruf tertentu dapat menciptakan gaya (style) dan karakter atau menjadi karakteristik subjek yang diiklankan. (h.48)
Seperti dalam buku Tipografi Dalam Desain Grafis, menurut Danton Sihombing (2001), bahwa tipografi adalah ilmu yang secara spesifik mempelajari mengenai huruf. Untuk mengenal atau membaca sebuah gambar atau komponen visual, diperlukan adanya kontras antara ruang positif dan negatif, atau yang disebut dengan figure and ground, yang dikenal dengan teori Gestalt (h.12).
Gambar II.1 Figure dan Ground Sumber: Sihombing (2001)
1. Jenis huruf Sans-serifs. Jenis huruf sans-serifs ialah jenis huruf yang tidak memiliki serifs pada ujung-ujung kaki huruf tersebut, seperti pada jenis huruf Arial, Helvetica, Avant Garde, Futura, Impact, dan sebagainya.
Gambar II.2 Jenis Huruf Sans Serifs Sumber: Abdullah (2008)
2. Jenis huruf Serifs ialah jenis huruf yang memiliki serif atau ujung-ujung kaki huruf ialah seperti Times New Roman, Garramond, Bookman Old Style, dan sebagainya.
Gambar II.3 Jenis Huruf Serifs Sumber: Abdullah (2008)
3. Jenis huruf Dekoratif/Graphic
Gambar II.4 Jenis Huruf Dekoratif/Graphic Sumber: Abdullah (2008)
4. Jenis huruf Script yaitu jenis huruf seperti tulisan tangan.
II.1.1 Keluarga Huruf
Keluarga huruf terdiri atas struktur bentuk dasar (reguler) sebuah alfabet, dan setiap perubahan berat huruf memiliki kesinambungan bentuk. Perbedaan tampilan yang pokok dalam keluarga huruf dibagi menjadi tiga bentuk pengembangan, yaitu: berat, proporsi, dan kemiringan (Danton Sihombing, 2001, h.28).
a. Berat
Perubahan berat dan struktur bentuk dasar huruf terletak pada perbandingan antara tinggi huruf yang tercetak dengan lebar stroke. Anggota dari keluarga huruf ini dibagi menjadi tiga kelompok pokok, yaitu: light, reguler, dan bold. Setiap anggota keluarga huruf (light, reguler, bold) memiliki kesamaan fisik, dengan tampilan perbedaan berat pada masing-masing kategori keluarga hurufnya, dan menampilkan visual yang berbeda.
Gambar II.6 Berat Huruf Sumber: Sihombing (2001)
Berikut merupakan tabel perbandingan mengenai perubahan berat huruf, antara tinggi dari huruf yang tercetak dengan lebar stroke dari huruf tersebut (Danton Sihombing, 2001, h.29).
Tabel II.1 Berat Huruf
Kelompok Berat Tinggi Huruf yang
Tercetak Lebar Stroke
Extra-Light 100% 5%
Light 100% 10%
Reguler 100% 15%
Bold 100% 25%
Extra-Bold 100% 30%
b. Proporsi
Perbandingan antara tinggi huruf yang tercetak dengan lebar huruf itu sendiri dibagi menjadi tiga kelompok, diantaranya adalah condensed, reguler, dan extended. Kelompok huruf condensed dapat lebih banyak diterapkan dalam sebuah bidang atau ruang (Danton Sihombing, 2001, h.30)
Gambar II.7 Proporsi Huruf Sumber: Sihombing (2001)
Proporsi yang tercetak/membentuk suatu huruf dapat memberikan sebuah kesan. Kesan proporsional akan terlihat apabila huruf yang tercetak sesuai dengan kelompok proporsi (condensed, reguler, atau extended). Apabila tidak sesuai dengan salah satu dari kelompok proporsi, kesan yang terlihat dari huruf yang tercetak adalah tidak proporsional.
Berikut merupakan tabel perbandingan mengenai proporsi antara tinggi huruf yang tercetak dengan lebar huruf itu sendiri (Danton Sihombing, 2001, h.31).
Tabel II.2 Proporsi Huruf
Kelompok Proporsi Tinggi Huruf yang
Tercetak Lebar Huruf
Extra Condensed 100% 40%
Condensed 100% 60%
Reguler 100% 80%
Extended 100% 100%
c. Kemiringan
Huruf yang tercetak miring dalam tipografi disebut italic. Italic biasanya digunakan untuk memberikan penekanan pada sebuah kata dan juga dipakai untuk menunjukan istilah atau kata yang berasal dari bahasa asing. Pada umumnya huruf italic tidak digunakan dalam jumlah yang panjang dalam suatu teks. Umumnya digunakan untuk memberikan penekanan pada keterangan gambar (caption), highlight dari naskah (copyblurb) serta digunakan sebagai headline atau sub-head. Sudut kemiringan terbaik adalah 12 derajat. Mata akan sukar mengidentifikasikan huruf italic apabila sudut kemiringan lebih kecil dari 12 derajat. Sebaliknya, apabila sudut kemiringan lebih besar dari 12 derajat, akan mempengaruhi keseimbangan bentuk huruf (Danton Sihombing, 2001, h.32)
Gambar II.8 Kemiringan Huruf Sumber: Sihombing (2001)
II.1.2 Prinsip Pokok Tipografi
Beberapa prinsip pokok tipografi yang digunakan dalam pemilihan jenis huruf terdapat empat hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu:
1. Clarity, yaitu kejelasan huruf tersebut harus dapat dilihat dengan baik, dalam arti bahwa suatu huruf mempunyai fungsi tertentu, sehingga harus jelas atau mudah dibaca. Beberapa unsur desain yang dapat mempengaruhi clarity adalah, warna, pemilihan tipe huruf, dan lain-lain.
kalimat atau tidak harus memperhatikan hubungan antara huruf yang satu dengan yang lain.
3. Legibility, Kualitas pada huruf yang membuat huruf tersebut dapat terbaca. Dalam suatu karya desain, dapat terjadi croping, overlaping, dan lain sebagainya, yang dapat menyebabkan berkurangnya legibilitas dari suatu huruf.
Gambar II.9 Legibility Pada Huruf Sumber: Sihombing (2001)
4. Visibility, kemampuan suatu huruf, kata, atau kalimat dalam suatu karya desain dapat terbaca dalam jarak tertentu.
II.2 Warna
II.2.1 Dimensi Warna
Menurut Prang warna mempunyai tiga sifat yang disebut dengan dimensi warna, yaitu Hue, Value, dan Intensitas.
• Hue adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan nama dari suatu warna, seperti merah, biru, dan sebagainya. Berdasarkan hue inilah Prang menggolongkan warna menjadi lima bagian yaitu warna primer, sekunder, warna antara (intermediate), warna tersier dan warna kuarter.
• Nilai warna (value) dipengaruhi oleh tingkat kecerahan warna. Tingkatan warna digunakan untuk membedakan warna merah dengan merah tua atau merah muda. Menurut Denman W. Ross (seperti dikutip Widiantoro, 2011), tingkatan warna ditunjukkan dengan menggunakan tingkatan abu-abu sebanyak sembilan tingkat.
Gambar II.10 Nilai Warna Sumber: Widiantoro (2011)
Putih diberi nomor r 9. Abu-abu netral diberi
• nya suatu
1 dan hitam diberi nomo
nomor 2 sampai 8, dengan nomor 5 sebagai yang paling netral. Intensitas, adalah dimensi yang menjelaskan cerah atau kusam
warna atau suatu karakter yang menyatakan kekuatan atau kelemahan warna, daya pancar warna dan kemurnian warna.
II.2.2 Psikologi Warna
Menurut Adi Kusrianto (2009), warna dibagi kedalam beberapa kategori berdasarkan psikologinya, diantaranya adalah:
• Merah: kekuatan, bertenaga, kehangatan, nafsu, cinta, agredifitas, bahaya. • Biru: kepercayaan, konservatif, keamanan, tekhnologi, kebersihan,
perintah.
• Hijau: alami, kesehatan, pandangan yang enak, kecemburuan, pembaruan,. • Kuning: optimis, harapan, filosofi, ketidakjujuran/kecurangan, pengecut,
pengkhianatan.
• Ungu: spiritual, misteri, keagungan, perubahan, bentuk, galak, arogan. • Oranye: energi, keseimbangan, kehangatan.
• Coklat: bumi, dapat dipercaya, nyaman, bertahan. • Abu-abu: intelek, futuristik, modis, kesenduan, merusak.
• Putih: kemurnian/kesucian, bersih, kecermatan, innocent, steril, kematian. • Hitam: kekuatan, seksaulitas, kemewahan, kematian, misteri, ketakutan,
ketidakbahagiaan, keagungan. (h.47) II.3 Persepsi
Persepsi atau pengamatan merupakan suatu proses psikologis dimana rangsang yang diterima individu diproses sehingga menghasilkan makna. Persepsi secara singkat dapat diartikan sebagai proses penafsiran atau interpretasi yang diterima seseorang. Menurut Pareek (seperti dikutip Lelywati, 2011) definisi persepsi adalah proses menerima, menyeleksi, mengorganisasikan, mengartikan, menguji, dan memberikan reaksi kepada panca indera.
Pemusatan persepsi disebut dengan perhatian, merupakan istilah yang diberikan pada proses memilih masukan mana yang akan dijadikan fokus. Pemusatan persepsi atau perhatian terhadap suatu objek atau peristiwa dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah faktor eksternal, dan internal.
a. Faktor Eksternal
• Intensity and size
Faktor intensitas dan ukuran berada pada dua, atau lebih objek yang bersaing dalam fokus perhatian, maka yang lebih mencolok akan lebih mendapat perhatian dari yang lain.
• Contrast and novelty
Suatu objek yang baru atau kontras dengan latar belakangnya akan lebih menarik perhatian.
• Repetition/pengulangan
Pengulangan dapat menarik perhatian, apabila suatu objek diperlakukan secara berulang-ulang/berkali-kali. Misalnya teriakan penjual dipasar, akan dapat menarik perhatian jika dilakukan berkali-laki, daripada teriakan yang dilakukan sekali.
• Movement/gerakan
Beberapa faktor movement atau gerakan contohnya adalah lampu yang berkedap-kedip.
b. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang datang dari dalam diri individu, diantaranya adalah:
• Motives/needs
Sesuatu pada diri yang mempengaruhi keinginan/kehendak/motif terhadap sesuatu yang lain.
• Preparatory set
Kesiapan seseorang untuk melakukan respon terhadap suatu masukan tetapi tidak pada yang lain.
• Interest
Faktor yang memberikan sejumlah ketetapan tertentu dalam memberikan perhatian pada peristiwa-peristiwa atau pengalaman persepsi secara lebih terarah. II.4 Penyiaran Televisi
perundang-undangan
ang berlaku serta
II.4.1 Forrmat Acaraa Televisi For
Non fiksi merupakan sebuah format acara televisi yang diproduksi dan
3.
format acara televisi yang diproduksi berdasarkan informasi dan
II.4.2 Aturan Penyiaran Klasifikasi Program dan Usia
menata progra
klasifikasi progra
an program dengan klasifikasi P (2-6), A (7-12) atau R (13-17) oleh le
dicipta melalui pengolahan imajinatif – kreatif dari realitas kehidupan sehari-hari tanpa harus menginterpretasi ulang dan tanpa harus menjadi dunia khayalan. Format nonfiksi bukan merupakan runtutan cerita fiksi dari setiap pelakunya. Format-format program acara nonfiksi merupakan sebuah runtutan pertunjukan kreatif yang mengutamakan unsur hiburan yang dipenuhi dengan aksi, gaya, dan musik.
News Sebuah
fakta atas kejadian dan peristiwa yang berlangsung pada kehidupan sehari-hari. Format ini memerlukan nilai-nilai faktual dan aktual yang disajikan dengan ketepatan dan kecepatan waktu dimana liputan bersifat independent.
Lembaga penyiaran sebagai pengelola program televisi dalam
m harus mengelompokkan atau mengklasifikasikan setiap acara yang ditayangkan. Penggolongan program siaran diatur dan diklasifikasikan dalam lima kelompok berdasarkan usia, sebagaimana yang tercantum dalam buku Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran tahun 2012 (P3SPS).
Dalam P3SPS, lembaga penyiaran televisi wajib menayangkan
m siaran dalam bentuk karakter huruf dan kelompok usia penontonnya secara jelas dan diletakkan pada posisi atas layar televisi sepanjang acara berlangsung, dengan tujuan untuk memudahkan khalayak dalam mengidentifikasi program siaran.
Penayang
mbaga penyiaran wajib disertai dengan imbauan atau peringatan tambahan tentang arahan dan bimbingan orangtua (BO) yang ditayangkan pada awal tayangan program siaran.
II.4.3 Klasifikasi P
menga
i sosial dan budaya, serta budi pekerti yang k
nampilkan:
al;
engan kekuatan paranormal, klenik, magis, horor, dan mistik;
ak pantas tersebut sebagai
elingkuhan, bunuh diri,
ng menampilkan visualisasi
nan seksual dan alat bantu seksual.
hingga pukul 18.00.
ndung muatan, gaya penceritaan, serta tampilan yang sesuai dengan perkembangan jiwa anak usia pra-sekolah.
Program siaran klasifikasi P berisi hiburan dan pendidikan yang memiliki muatan dan nilai-nilai pendidikan, nilai-nila
uat.
Sebagaimana yang tercantum dalam P3SPS, program siaran klasifikasi P dilarang me
a. adegan kekerasan dan berbahaya; b. adegan seksu
c. adegan dan muatan yang terkait d praktek spiritual
d. muatan yang mendorong anak belajar tentang perilaku yang tidak pantas dan membenarkan perilaku yang tid
hal yang lumrah dalam kehidupan sehari-hari;
e. materi yang mengganggu perkembangan kesehatan fisik dan psikis anak usia pra-sekolah, seperti: perceraian, pers
pemerkosaan, rokok, minuman beralkohol, dan penggunaan NAPZA (narkotika, psikotropika, dan zat adiktif);
f. iklan obat-obatan untuk meningkatkan kemampuan seksual, iklan jasa pelayanan seks, iklan pakaian dalam ya
pakaian dalam, iklan alat tes kehamilan, iklan pembalut wanita, iklan kondom dan alat pencegah kehamilan lain, promo program siaran yang masuk klasifikasi remaja dan dewasa, iklan majalah dan tabloid yang ditujukan bagi pembaca dewasa, dan iklan alat pembesar payudara dan alat vital;
g. hubungan asmara antara lawan jenis dan sesama jenis; dan h. jasa pelaya
Klasifikasi P adalah siaran untuk anak-anak usia Pra-Sekolah, yakni khalayak berusia 2-6 tahun.
Gambar II.13 Klasifikasi P
Sumber: http://www.kpi.go.id (16 Juni 2013)
II.4.4 Klasifikasi A
Program siar dibuat dan khusus
ditujukan untuk anak-anak, dimana program siaran mengandung muatan, gaya pilan sesuai dengan perkembangan jiwa anak-anak yang berisi nilai-nilai pendidikan dan ilmu pe
ibat atas perilaku anti-sosial yang ditayangkan.
ual;
al, klenik, istik;
endorong anak belajar tentang perilaku yang tidak
(narkotika, psikotropika, dan zat adiktif);
an klasifikasi A adalah program siaran yang
penceritaan, dan tam
ngetahuan, nilai-nilai sosial dan budaya, budi pekerti, hiburan, apresiasi estetik, dan penumbuhan rasa ingin tahu anak-anak tentang lingkungan sekitar.
Dalam P3SPS, program siaran klasifikasi A dapat menampilkan nilai-nilai dan perilaku anti-sosial sepanjang bukan sebagai suatu hal yang dibenarkan dan diikuti dengan penggambaran sanksi dan ak
Program siaran klasifikasi A dilarang menampilkan: a. adegan kekerasan dan berbahaya;
b. adegan seks
c. adegan dan muatan yang terkait dengan kekuatan paranorm praktek spiritual magis, horor, dan m
d. muatan yang m
pantas dan membenarkan perilaku yang tidak pantas tersebut sebagai hal yang lumrah dalam kehidupan sehari-hari;
f. iklan obat-obatan untuk meningkatkan kemampuan seksual, iklan jasa pelayanan seks, iklan pakaian dalam yang menampilkan visualisasi pakaian dalam, iklan alat tes kehamilan, iklan pembalut wanita, iklan kondom dan alat pencegah kehamilan lain, promo program siaran yang
tahun.
.00 hingga
Gambar II.14 Klasifikasi A Sumber: http://www.kpi.go.id (16 Juni 2013)
masuk klasifikasi remaja dan dewasa, iklan majalah dan tabloid yang ditujukan bagi pembaca dewasa, dan iklan alat pembesar payudara atau alat vital;
g. hubungan asmara antara lawan jenis dan sesama jenis; dan h. jasa pelayanan seksual dan alat bantu seksual.
Klasifikasi A adalah siaran untuk Anak-Anak, yakni khalayak berusia 7-12
Program siaran anak-anak diutamakan disiarkan dari pukul 05 pukul 18.00 waktu setempat.
II.4.5 Klasifikasi R
rogram siaran klasifikasi R adalah program siaran yang mengandung
muatan, gaya penceritaa dengan perkembangan
psikologis remaja y pengetahuan,
nilai-a, budi pekerti, hiburan, apresiasi estetik, dan penumbuhan rasa in
pilkan: P
n, dan tampilan yang sesuai ang berisi nilai-nilai pendidikan dan ilmu nilai sosial dan buday
gin tahu remaja tentang lingkungan sekitar.
Program siaran klasifikasi R dapat mengandung pembahasan atau penggambaran adegan yang terkait dengan seksualitas serta pergaulan antar pria-wanita sepanjang disajikan dalam konteks pendidikan fisik dan psikis remaja.
a. muatan yang mendorong remaja belajar tentang perilaku yang tidak pantas dan membenarkan perilaku yang tidak pantas tersebut sebagai hal yang lumrah dalam kehidupan sehari-hari;
b. muatan yang mendorong remaja percaya pada kekuatan paranormal,
umtif, hedonistik, dan
dalam, iklan alat tes kehamilan, iklan kondom dan alat siaran yang masuk
Kla Program
Gambar II.15 Klasifikasi R
Sumber: http://www.kpi.go.id (16 Juni 2013) klenik, praktek spiritual magis, supranatural, dan mistik;
c. materi yang mengganggu perkembangan kesehatan fisik dan psikis remaja, seperti: seks bebas, gaya hidup kons
horor;
d. jasa pelayanan seksual dan alat bantu seksual;
e. iklan obat-obatan untuk meningkatkan kemampuan seksual, iklan jasa pelayanan seks, iklan pakaian dalam yang menampilkan visualisasi pakaian
pencegah kehamilan lain, promo progam
klasifikasi dewasa, iklan majalah dan tabloid yang ditujukan bagi pembaca dewasa, dan iklan alat pembesar payudara dan alat vital; dan f. adegan seksual
sifikasi R adalah siaran untuk Remaja, yakni khalayak berusia 13-17 tahun. siaran remaja diutamakan disiarkan tidak lebih dari pukul 22.00 waktu setempat.
II.4.6 Klasifikasi D
Program siaran kla ram siaran yang khusus
diperuntukan bagi k ra spesifik dibatasi
sifikasi D adalah prog
pada program siaran yang mengandung muatan adegan kekerasan, pembicaraan ngenai orientasi seks dan identitas gender wajib disajikan secara
jam,
jata
sebut hanya dapat ditayangkan dalam program
ikasi D hanya dapat disiarkan pada pukul 2
Gambar II.16 Klasifikasi D
Sumber: http://www.kpi.go.id (16 Juni 2013) atau pembahasan me
santun, berhati-hati, dan ilmiah yang didampingi oleh praktisi kesehatan atau dengan melibatkan pihak yang berkompeten dalam bidangnya psikolog.
Adapun program siaran yang bermuatan penggambaran pengkonsumsian rokok dan minuman beralkohol, penggambaran perjudian, program siaran yang bermuatan mistik, horor, dan supranatural dengan konten yang menunjukkan:
• orang sakti makan sesuatu yang tidak lazim, seperti: benda ta binatang, batu, dan tanah;
• memotong anggota tubuh, seperti: lidah, tangan, kepala, dan lain-lain; • menusukkan dan memasukkan benda ke anggota tubuh, seperti: sen
tajam, jarum, paku, dan benang. Muatan program siaran ter yang ditujukan bagi khalayak dewasa.
Klasifikasi D adalah siaran untuk Dewasa, yakni khalayak berusia diatas 18 tahun. Program dan promo program klasif
2.00 – 03.00.
II.4.7 Klasifikasi SU
klasifikasi SU adalah program siaran yang berisi muatan yang tidak secara khusus ditujukan untuk anak-anak dan remaja, namun dianggap layak ditonton oleh anak-anak dan remaja.
Klasifikasi SU adalah siaran untuk semua umur, yakni khalayak diatas 2 tahun.
Gambar II.17 Klasifikasi SU
Sumber: http://www.kpi.go.id (16 Juni 2013)
Program siaran yang melanggar ketentuan terkait standar program siaran,
II.4.8 Bimbingan Orangtua (BO)
Dalam aturan P3SPS n secara spesifik mengenai
aturan parental gui angan siaran oleh
lembag
gatan tambahan tentang arahan dan bimbingan orangtua yang ditayangkan pada awal tayangan
Program klasifikasi SU dapat disiarkan pada seluruh jam siar.
dikenakan sanksi administratif oleh Komisi Penyiaran Indonesia.
tahun 2012 tidak dijelaska
de atau bimbingan orangtua. Untuk penay
a penyiaran dengan klasifikasi tayangan untuk Prasekolah (P), Anak-anak (A), dan Remaja (R), wajib disertai dengan imbauan atau perin
program siaran.
II.4.9 Pelanggaran Ketentuan Penyiaran
Sebagaimana yang diatur dalam P3SPS, lembaga penyiaran wajib mensosialisasikan isi Standar Program Siaran kepada seluruh pihak yang terlibat dalam proses pembuatan, pengolahan, pembelian, penyiaran, dan pendanaan program siaran lembaga penyiaran yang bersangkutan.
Lembaga penyiaran dengan program siaran yang terbukti secara sah dan iaran, dijatuhkan sanksi administratif oleh KPI.
meyakinkan melanggar Standar Program S
Sanksi administratif yang diberikan dapat berupa: a. teguran tertulis;
c.
njangan izin penyelenggaraan penyiaran; atau
aktu pemberian sanksi administratif berupa teguran tertulis baga uh hari. Selain itu, lembaga penyiaran dapat dikenai
iah. pembatasan durasi dan waktu siaran;
d. denda administratif;
e. pembekuan kegiatan siaran untuk waktu tertentu; f. tidak diberi perpa
g. pencabutan izin penyelenggaraan penyiaran. Jangka w
pertama dan teguran tertulis kedua atas pelanggaran yang dilakukan oleh lem penyiaran adalah selama tuj
sanksi administratif berupa denda maksimal satu miliar rup
II.5 Pengertian Khalayak
Khalayak merupakan istilah penerima dalam model urutan proses komunikasi massa. Konsep khalayak menunjukkan pada adanya sekelompok pendengar atau penonton yang memiliki perhatian, cenderung pasif, yang terkumpul dalam ranah yang bersifat publik (McQuail, 2011, h.144). Seperti yang dijelaskan McQuail, definisi khalayak dapat ditinjau ke dalam cara yang berbeda, diantaranya oleh tempat, masyarakat (kelompok umur, gender, keyakinan politik, penghasilan), jenis media (teknologi dan informasi yang digabungkan), konten pesan (genre, topik, gaya), waktu (dari aktifitas khalayak).
II.5.1 Psikologi Khalayak Remaja
Masa remaja adalah masa dimana seseorang hidup dalam nilai-nilai kultur dan mengenal dirinya sebagai pelaksana nilai-nilai untuk mengenal dirinya sendiri. Menurut Vives (seperti dikutip Panuju, 2005) masa remaja merupakan masa perkembangan pikiran secara pesat, yang melalui proses belajar dalam perkembangan pendirian, perkembangan ingatan dan khayalan, dan diakhiri oleh perkembangan pikiran. Comenius pun mengemukakan pendapat yang sama
engen
m ai konsep remaja yang ditandai dengan perkembangan pikiran, pertimbangan,serta kemauan yang pesat.
pengaruh ini adalah remaja akan merasa tidak tenang, banyak kontradiksi didalam dirinya, mengkritik karena merasa dirinya mampu, dan belum dapat menjelaskan keingin
osional yang terlepas dari orangtua maupun keluarganya (Panuju, 2005, h
enggaranya fungsi-fungsi instrumental a bagi anggotanya yang berada dalam suatu jaringan.
baik da
ran dan fungsi religius annya.
Remaja pada umumnya memiliki kebutuhan atas kejiwaan dirinya yang dipandang dari segi jenis maupun kualitas. Salah satu kebutuhan remaja adalah kebutuhan akan kebebasan. Kebebasan dalam hal ini adalah kebebasan emosional dan materi. Kematangan fisik mendorong remaja untuk berusaha mandiri dalam setiap pengambilan keputusan untuk dirinya, sehingga dia dapat mencapai kematangan em
.38).
II.5.2 Psikologi Orangtua
Orangtua adalah ayah dan ibu yang merupakan figur atau contoh yang akan selalu ditiru oleh anak-anaknya (Mardiya, 2000). Orangtua dan anak berada dalam sebuah kelompok sosial yang disebut dengan keluarga. Menurut Hill, (seperti dikutip Lestari, 2012) Keluarga adalah rumah tangga yang memiliki hubungan darah (perkawinan) atau tersel
dan fungsi ekspresif keluarg
Menurut Sugiharti (seperti dikutip Mardiya, 2000), tugas dan tanggung jawab orangtua terhadap anak salah satunya adalah memberikan pendidikan dalam keluarga, sopan santun, sosial, mental dan juga pendidikan keagamaan serta melindungi tindak kekerasan dari luar. Ayah-Ibu sebagai orangtua anak, adalah contoh keteladan dan perilaku bagi anak. Karakter seorang ibu secara kejiwaan dan emosional lebih dekat dengan anak. Seorang ibu harus menjadi teladan yang
lam bertutur kata, bersikap maupun bertindak terhadap anak. Seorang ayah yang terlibat dalam hubungan dengan anak sejak awal akan mempengaruhi perkembangan kemampuan kognitif, dan motorik anak.
Lebih lanjut lagi, Soelaeman (1994) mengemukakan fungsi dan peranan yang harus dilakukan orangtua adalah:
1. Fungsi Religius
mengharuskan orangtua sebagai tokoh inti dalam keluarga untuk menciptakan iklim keagamaan agar dapat dihayati oleh seluruh anggota
2.
3. teksi
dalah fungsi keluarga sebagai bentuk perlindungan dalam
4.
si adalah fungsi orangtua dalam mempersiapkan anak
mendukung sosialisasi adalah tersedianya lembaga sosial, idikan dan keagamaan.
5.
ap uang dan pencariannya.
7.
keluarga. Fungsi Edukasi
Fungsi edukasi adalah fungsi yang berkaitan dengan pendidikan, meliputi pengarahan dan tujuan pendidikan, perencanaan dan pengelolaan, penyedia dana dan sarana, pengayaan wawasan sebagai bagian dari upaya pendidikan terhadap anak.
Fungsi Pro Fungsi proteksi a
memelihara anggota keluarga terhadap perilaku/tindakan menyimpang, baik yang datang dari dalam lingkungan keluarga maupun dari luar lingkungan.
Fungsi Sosialisasi Fungsi sosialisa
menjadi anggota masyarakat yang baik. Dalam melaksanakan fungsi sosialisasi, orangtua memiliki kedudukan sebagai penghubung anak dengan kehidupan sosial dan norma-norma sosial yang ada dimasyarakat. Fasilitas yang
seperti sarana pend Fungsi Ekonomis
Fungsi ekonomis menunjukkan adanya suatu nilai/fungsi ekonomi dalam keluarga, diantaranya meliputi pencarian nafkah, perencanaan keuangan atau biaya, serta pembelajaran dalam penerimaan dan pengeluaran biaya rumah tangga. Orang tua harus dapat mendidik anak agar dapat memberikan penghargaan yang tepat terhad
6. Fungsi Afeksi
Fungsi afeksi merupakan sebagai tempat untuk menumbuhkan dan membina rasa cinta dan kasih sayang antara sesama anggota keluarga dan masyarakat serta lingkungannya. Fungsi afeksi lebih banyak menggunakan suasana kejiwaan orangtua.
Makna fungsi rekreasi dalam keluarga diarahkan kepada tergugahnya
Suasana rekreasi yang dialami oleh anak dan adalah adanya perasaan senang dan damai, jauh dari
8.
II.5.3 Rentang Usia Khalayak
urlock (seperti dikutip Panuju, 2005), berdasarkan bentuk-bentuk perkem
tertentu, m
pai minggu kedua setelah lahir. dua sampai akhir tahun kedua.
a.
kemampuan untuk dapat mempersiapkan kehidupan dalam keluarga secara wajar dan sungguh-sungguh sebagaimana digariskan dalam kaidah hidup berkeluarga, yaitu keluarga harus menjadi lingkungan yang nyaman, menyenangkan, dan hangat.
anggota keluarga
ketegangan batin, segar, santai, yang memberikan perasaan bebas dari ketegangan dan kesibukan sehari-hari.
Fungsi Biologis
Fungsi biologis keluarga berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan biologis anggota keluarga. Kebutuhan akan keterlindungan fisik guna melangsungkan kehidupan seperti perlindungan kesehatan, rasa lapar, haus, bahkan kenyamanan.
Menurut Elizabeth B. H
bangan dan pola-pola perilaku yang tampak pada usia aka rentang kehidupan terbagi atas sebelas masa, yaitu:
1. Prenatal : masa saat konsepsi sampai lahir. 2. Masa neonatus : masa sejak lahir sam
3. Masa bayi : akhir minggu ke
4. Masa kanak-kanak awal : 2 – 6 tahun. 5. Masa kanak-kanak akhir : 6 – 10/11 tahun.
6. Pubertas/preadolescence :10/12 tahun – 13/14 tahun. 7. Masa remaja awal : 13/14 tahun – 17 tahun.
8. Masa remaja akhir : 17 – 21 tahun. 9. Masa dewasa awal : 21 – 40 tahun. 10.Masa setengah baya : 40 – 60 tahun.
11.Masa tua : 60 tahun sampai meninggal duni II.6 Faktor Khalayak Dalam Menggunakan Media Massa
maupun sisi medianya. Berikut ini merupakan faktor yang berasal dari sisi khalayak.
a. Atribut pribadi, seperti usia, gender, posisi keluarga, situasi pendidikan dan pekerjaan, tingkat pendapatan, dan gaya hidup.
b. Latar belakang sosial dan lingkungan, seperti kelas sosial, pendidikan, agama, budaya, lingkungan politik, lingkungan budaya, serta lingkungan tempat tinggal.
c. Kebutuhan terkait media, hal ini tergantung pada latar belakang dan kondisi pribadi.
d. Selera dan kesukaan pribadi atas genre, format, atau konten spesifik tertentu.
e. Kebiasaan umum dari penggunaan media diwaktu luang. Media digunakan dalam ruang dan waktu, oleh karena itu ketersediaan merujuk pada dimana tempat yang tepat (rumah, mobil, dsb)
f. Kesadaran, adalah jumlah dan jenis informasi yang dimiliki.
g. Konteks spesifik dari penggunaan. Hal ini merujuk pada fleksibilitas dan lokasi penggunaan. Apakah khalayak sendiri atau ditemani, dan apakah di rumah, kantor, jalan, dsb.
h. Kesempatan.
Faktor sisi media pun tak lepas dari pengaruh yang ditimbulkan kepada khala ak. Faktor sisi khalayak dan media merupakan hasil dari proses orientasi y pembentukan khalayak.
a. Sistem media. Pilihan dipengaruhi oleh pendirian sistem media (nasional). b. Struktur perlengkapan media. Pola umum yang diberikan media kepada
khalayak.
c. Pilihan konten yang tersedia. Format dan genre yang ditawarkan media kepada khalayak pada tempat dan waktu tertentu.
d. Publisitas media. Pencitraan yang dilakukan media terhadap media itu sendiri.
II.6.1 Khalayak dan Televisi
Berdasarkan hasil diskusi yang dilakukan terhadap khalayak dewasa (orangtua) mengenai klasifikasi program, konten dan televisi, pada umumnya mereka mengetahui klasifikasi R-BO beserta peranan yang semestinya dilakukan oleh orangtua kepada anaknya ketika menonton televisi. Saat ini banyak tayangan-tayangan yang kurang mendidik, diantaranya sinetron-sinetron remaja yang menayangkan adegan yang kurang baik dan kurang pantas ditiru. Contohnya dalam sinetron remaja adalah percintaan, permusuhan, saling ejek, dan sebagainya. Mereka menyayangkan hal tersebut jika ditiru oleh anak-anak.
Dalam hal ini, khalayak dewasa pada umumnya mendukung terhadap peraturan yang telah ditetapkan oleh KPI terkait penyiaran. Namun hal tersebut tidak diseimbangkan dengan kualitas tayangan yang baik dan penerapan klasifikasi program disetiap stasiun televisi.
Simbol R-BO yang dinilai kurang terlihat jelas ini menyebabkan para orangtua tidak selalu m
aja yang menganggap bahwa peraturan dan penerapan klasifikas
engakibatkan kurangnya kontak sosial, pengalihan dari
yang lebih berguna (McQuail, 2011, h.154)
endekatan fenomenologi sebagai alat p segala gejala yang terjadi. Schutz menyusun pendekatan fenomenologi secara lebih sistematis, komprehensif, dan praktis
enyadari akan adanya klasifikasi program tersebut. Mereka berpendapat bahwa simbol R-BO ini akan terlihat jelas jika warna yang digunakan tidak transparan dan ukuran huruf yang lebih tebal.
Sementara itu, sama halnya dengan khalayak rem
i program sangat penting dilakukan agar seluruh khalayak dapat memilih acara yang sesuai dengan usianya. Penggunaan media berlebih, seringkali dinilai sebagai sesuatu yang berbahaya terutama bagi anak-anak, mendorong kecanduan, keterasingan dari realitas yang m
pendidikan, dan pergeseran aktivitas
II.7 Teori Fenomenologi
Menurut Nindito (2005) salah satu ilmuwan sosial yang berkompeten dalam memberikan perhatian pada perkembangan fenomenologi adalah Alfred Schutz (h.80). Schutz mengkaitkan pendekatan fenomenologi dengan ilmu sosial. Schutz merupakan salah seorang perintis p
sebaga
The Phenomenology of Social World (1967), Schutz mengemukakan bahwa
un dirinya sendiri.
i sebuah pendekatan yang berguna untuk menangkap berbagai gejala (fenomena) dalam dunia sosial.
Terdapat dua alasan utama mengapa Schutz dijadikan pusat dalam penerapan metodologi penelitian kualitatif menggunakan studi fenomenologi. Pertama, karena melalui Schutz pemikiran dan ide Husserl yang dirasa abstrak dapat dijelaskan dengan lebih gamblang dan mudah dipahami. Kedua, Schutz merupakan orang pertama yang menerapkan fenomenologi dalam penelitian ilmu sosial.
Teori fenomenologi menurut Alfred Schutz adalah studi tentang pengetahuan yang datang dari kesadaran atau cara memahami sebuah objek atau peristiwa melalui pengalaman sadar tentang objek atau peristiwa. Sebuah fenomena yang ada adalah penampilan sebuah objek, peristiwa yang terjadi atau kondisi dalam persepsi seseorang, yang bersifat subjektif (Mulyana, 2008, h. 63). Dalam
orang secara aktif menginterpretasikan pengalamannya dengan memberi tanda dan arti tentang apa yang mereka lihat (Afdjani, 2010, h. 98). Dalam hal ini objek-objeklah yang bermakna dan memiliki kegunaan-kegunaan, nama-nama, bagian-bagian yang berbeda dan individu memberi tanda tertentu mengenai sesuatu.
Alfred Schutz memusatkan perhatiannya pada cara orang memahami kesadaran orang lain sementara mereka hidup dalam aliran kesadaran mereka sendiri (Ritzer, 2003, h. 94). Pemahaman ini mereka peroleh dengan cara melakukan interaksi satu dengan yang lainnya yang akhirnya terjadi proses pemaknaan. Proses ini dilakukan oleh individu tidak lain adalah untuk membang
Gambar II.18 Skema Fenomenologi pada Observasi Sumber: Nindito (2005)
Pemikiran fenomenologis menjadi dasar dari setiap aliran pemikiran sosial yang menekankan pemikiran pada penyelidikan proses pemahaman. Penyelidikan terhadap pemahaman dibangun dari makna yang melekat pada setiap individu dari setiap tindakannya (Nindito, 2005, h.93). Dalam setiap konteks ruang, waktu, dan
historis individu huan (stock of
knowledge) yang terdiri dari s n, keinginan, prasangka, dan aturan
memiliki dan menerapkan kumpulan pengeta emua fakta, kepercayaa
yang dipelajari dari pengalaman pribadi dan pengetahuan yang tersedia. Menurut Schutz, pengetahuan terdiri atas:
a. Pengetahuan pertama yang bersifat pribadi dan unik bagi setiap individu dalam interaksi tatap muka dengan orang lain.
Diagram analisa dengan teori fenomenologi:
Pemikiran fenomenologis sebagai dasar pemikiran pada
penyelidikan proses pemahaman.
Kumpulan Pengetahuan (Stock of Knowledge)
Persepsi khalayak terhadap klasifikasi program R-BO acara
televisi
Visual Klasifikasi R-BO
Pemahaman Klasifikasi R-BO
Klasifikasi R-BO terhadap program
R-BO
BAB III
KLASIFIKASI R-BO DAN PROGRAM ACARA TRANS TV
III.1 Sejarah Trans TV
Trans TV atau Televisi Transformasi Indonesia merupakan perusahaan
yang dimiliki oleh Trans Corporation, yang juga merupakan pemilik dari Trans 7.
Trans TV memperoleh ijin siaran pada bulan Oktober 1998 setelah dinyatakan
lulus dari uji kelayakan yang dilakukan oleh tim antar departemen pemerintahan,
dan secara resmi Trans TV memulai siaran pada 15 Desember 2001.
Trans TV adalah stasiun televisi swasta Indonesia yang membangun
stasiun relai televisi di Jakarta dan Bandung, yang dimiliki oleh Chairul Tanjung
selaku komisaris utama. Motto “Milik Kita Bersama” menunjukkan bahwa Trans
TV adalah stasiun televisi yang dapat dinikmati bersama dari berbagai kalangan.
Kantor pusat stasiun televisi berada distudio Trans TV, Jalan Kapten Pierre
Tendean, Jakarta Selatan.
III.1.1 Visi, Misi, dan Logo
Visi: Menjadi televisi terbaik di Indonesia maupun ASEAN, memberikan hasil usaha yang positif bagi stakeholders, menyampaikan program-program berkualitas, berperilaku
berdasarkan nilai-nilai moral budaya kerja yang dapat diterima
oleh stakeholders serta mitra kerja, dan memberikan kontribusi dalam meningkatkan kesejahteraan serta kecerdasan masyarakat.
Misi: Wadah gagasan dan aspirasi masyarakat untuk mencerdaskan serta mensejahterakan bangsa, memperkuat persatuan dan
menumbuhkan nilai demokrasi.
Logo: Logo Trans TV berbentuk berlian, yang menandakan keindahan dan keabadian. Kilauannya merefleksikan kehidupan dan adat
istiadat dari berbagai pelosok daerah di Indonesia sebagai
Huruf dari jenis serif, yang mencerminkan karakter abadi, klasik, namun akrab dan mudah dikenali.
Gambar III.1 Logo Trans TV Sumber: http://transtv.co.id (28 Juni 2013)
III.2 Program Acara Trans TV
Trans TV sebagai stasiun televisi dengan misi menyampaikan
program-program berkualitas memiliki berbagai macam acara dengan kategori program-program
yang tersaji mulai dini hari hingga tengah malam. Berikut merupakan kategori
format acara televisi yang dibagi menjadi kategori drama, non-drama, serta berita
selama sepekan.
Tabel III.1 Format Acara Trans TV
Kategori Format Acara TV
Hari Waktu Pukul Drama Non-Drama Berita
Kamis Pagi 00.00-11.00 - 8 7
Siang 11.00-15.00 2 - -
Sore 15.00-19.00 - 2 2
Malam 19.00-00.00 3 - -
Jumat Pagi 00.00-11.00 1 8 4
Siang 11.00-15.00 2 - -
Sore 15.00-19.00 - 2 2
Malam 19.00-00.00 3 - -
Sabtu Pagi 00.00-11.00 1 8 4
Siang 11.00-15.00 2 1 -
Malam 19.00-00.00 2 - -
Minggu Pagi 00.00-11.00 1 8 3
Siang 11.00-15.00 2 1 -
Sore 15.00-19.00 - 3 2
Malam 19.00-00.00 2 - -
Senin Pagi 00.00-11.00 - 5 4
Siang 11.00-15.00 2 - 1
Sore 15.00-19.00 - 2 2
Malam 19.00-00.00 3 - -
Selasa Pagi 00.00-11.00 1 6 5
Siang 11.00-15.00 2 - 1
Sore 15.00-19.00 - 2 2
Malam 19.00-00.00 3 - -
Rabu Pagi 00.00-11.00 2 6 6
Siang 11.00-15.00 2 - 1
Sore 15.00-19.00 - 2 2
Malam 19.00-00.00 3 - -
Jumlah 41 67 50
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa program-program pada
Trans TV banyak didominasi oleh format acara non-drama, terutama pada akhir
pekan, yaitu sabtu dan minggu pada pagi hari sampai pukul 11.00 WIB.
III.2.1 Klasifikasi Program Trans TV
Dari banyaknya program-program yang disiarkan oleh Trans TV, tentunya
memiliki kategori klasifikasi program seperti yang diatur oleh Komisi Penyiaran
Indonesia terkait penggolongan siaran berdasarkan jenis dan usia khalayaknya
(penonton). Tabel berikut merupakan klasifikasi program pada Trans TV selama
Tabel III.2 Klasifikasi Program Trans TV
Tanggal No Program Acara Waktu
Tayang
Klasifikasi Program
Kamis 1 Jika Aku Menjadi 04.00 R-BO
2 Reportase Pagi 04.30 R-BO
3 Islam Itu Indah 05.30 R-BO
4 Insert Pagi 06.30 R-BO
5 New Ranking 1 07.30 R-BO
6 Bagi-Bagi Berkah 08.30 R-BO
7 Mozaik Islam 09.00 R-BO
8 Sering dibilang gitu sih 09.30 R-BO
9 Moccachino 10.00 R-BO
10 Reportase Siang 10.30 R-BO
11 Insert Siang 11.00 R-BO
12 Bioskop Indonesia Premier 12.00 R-BO
13 Sketsa 14.00 R-BO
14 Show Imah 15.15 R-BO
15 Reportase Sore 16.30 R-BO
16 Insert Investigasi 17.00 R-BO
17 Super Trap 18.00 R-BO
18 Oh Ternyata 19.00 R-BO
19 Bioskop Trans TV Spesial 20.00 R-BO
20 Bioskop Trans TV 22.00 D
21 Sexophone 00.00 D
22 Reportase Malam 01.00 R-BO
23 Bioskop Trans TV 01.30 D
Jumat 1 Jika Aku Menjadi 04.00 R-BO
2 Reportase Pagi 04.30 R-BO
3 Islam Itu Indah 05.30 R-BO
4 Insert Pagi 06.30 R-BO
6 Bagi-Bagi Berkah 08.30 R-BO
7 Mozaik Islam 09.00 R-BO
8 New Peppy The Explorer 09.30 R-BO
9 Milik Indonesia 10.00 R-BO
10 Reportase Siang 10.30 R-BO
11 Insert Siang 11.00 R-BO
12 Bioskop indonesia premier 12.00 R-BO
13 Sketsa 14.00 R-BO
14 Show imah 15.15 R-BO
15 Reportase sore 16.30 R-BO
16 Insert investigasi 17.00 R-BO
17 Koki Lima 18.00 R-BO
19 Bioskop Trans TV Spesial 19.00 R-BO
20 Bioskop Trans TV 21.00 D
21 Bioskop Trans TV 23.00 D
22 Reportase Malam 01.00 R-BO
22 Sinema Dini Hari 01.30 D
23 Last Resort 03.30 D
Sabtu 1 Reportase Pagi 04.30 R-BO
2 Islam Itu Indah 05.30 R-BO 3 Insert Pagi 06.30 R-BO 4 Mozaik Islam 07.30 R-BO 5 Celebrity On Vacation 08.00 R-BO 6 Wisata Kuliner 08.30 R-BO
7 Ceriwis 09.00 R-BO
8 Ala Chef 09.30 R-BO
9 Woww 10.00 R-BO
10 Insert 10.30 R-BO
11 Bioskop Indonesia Premier 11.30 R-BO 12 Curhat ABG 13.30 R-BO
14 DR OZ 15.00 R-BO 15 Insert Investigasi 16.00 R-BO 16 Reportase Investigasi 16.45 R-BO 17 Cari Cinta 17.15 R-BO 18 Indonesia Mencari Bakat 3 18.00 R-BO 19 Bioskop Trans TV 21.00 R-BO 20 Bioskop Trans TV 23.00 D 21 Vamos La Liga 00.45 - 22 Sinema Dini Hari 03.00 D
Minggu 1 Reportase Pagi 04.30 R-BO
2 Islam Itu Indah 05.30 R-BO 3 Insert Pagi 06.30 R-BO 4 Mozaik Islam 07.30 R-BO 5 Benu Buloe 08.00 R-BO 6 Buah Hati 08.30 R-BO
7 Ceriwis 09.00 R-BO
8 Ala Chef 09.30 R-BO
9 Ngulik 10.00 R-BO
10 Insert 10.30 R-BO
11 Bioskop Indonesia Premier 11.30 R-BO 12 Curhat ABG 13.30 R-BO
13 Sketsa 14.00 R-BO
14 DR OZ 15.00 R-BO
15 Insert Investigasi 16.00 R-BO 16 Reportase Investigasi 16.45 R-BO 17 Cari Cinta 17.15 R-BO 18 Indonesia Mencari Bakat 3 18.00 R-BO 19 Bioskop Trans TV 21.00 R-BO 20 Bioskop Trans TV 23.00 D 21 Vamos La Liga 00.45 -
2 Reportase Pagi 04.30 R-BO 3 Islam Itu Indah 05.30 R-BO 4 Insert Pagi 06.30 R-BO 5 New Ranking 1 07.30 R-BO 6 Spektakuler 08.30 R-BO 7 Cinta Istimewa 10.00 R-BO 8 Reportase Siang 10.30 R-BO 9 Insert Siang 11.00 R-BO 10 Bioskop Indonesia Premier 12.00 R-BO
11 Sketsa 14.00 R-BO
12 Show Imah 15.15 R-BO 13 Reportase Sore 16.30 R-BO 14 Insert Investigasi 17.00 R-BO 15 Ethnic Runaway 18.00 R-BO 16 Oh Ternyata 19.00 R-BO 17 Bioskop Trans TV Spesial 20.00 R-BO 18 Bioskop Trans TV 22.00 D 19 Harta Tahta Wanita 00.00 D 20 Reportase Malam 00.30 R-BO 21 Sportvaganza 01.00 D 22 Bioskop Trans TV 01.30 D
Selasa 1 Jika Aku Menjadi 04.00 R-BO
11 Sketsa 14.00 R-BO 12 Show Imah 15.15 R-BO 13 Reportase Sore 16.30 R-BO 14 Insert Investigasi 17.00 R-BO 15 Super Trap 18.00 R-BO 16 Oh Ternyata 19.00 R-BO 17 Bioskop Trans TV Spesial 20.00 R-BO 18 Bioskop Trans TV 22.00 D 19 Soccer Fever 00.00 D 20 Reportase Malam 00.30 R-BO 21 Sportvaganza 01.00 D 22 Bioskop Trans TV 01.30 D
Rabu 1 Jika Aku Menjadi 04.00 R-BO
2 Reportase Pagi 04.30 R-BO 3 Islam Itu Indah 05.30 R-BO 4 Insert Pagi 06.30 R-BO 5 New Ranking 1 07.30 R-BO 6 Bagi-Bagi Berkah 08.30 R-BO 7 Mozaik Islam 09.00 R-BO
8 Mr. Bean 09.30 R-BO
9 Bos Sejati 10.00 R-BO 10 Reportase Siang 10.30 R-BO 11 Insert Siang 11.00 R-BO 12 Bioskop Indonesia Premier 12.00 R-BO
13 Sketsa 14.00 R-BO
20 Bioskop Trans TV 22.00 D
21 Gila Liga 00.00 D
22 Reportase Malam 00.30 R-BO 23 Sportvaganza 01.00 D 24 Ripley’s Believe It Or Not 01.30 D 25 Vamos La Liga 02.15 -
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa program-program Trans TV
banyak didominasi oleh klasifikasi R-BO hampir disepanjang hari dan sepanjang
waktu, begitu pun dengan program Indonesia Mencari Bakat yang tayang pada
sabtu dan minggu, diklasifikasikan sebagai tayangan R-BO yaitu tayangan untuk
remaja dengan bimbingan orangtua. IMB disiarkan pada waktu primetime dimana pada waktu-waktu tersebut adalah waktu ideal bagi orang-orang dalam menonton
televisi.
III.2.2 Pelanggaran Konten Siaran Trans TV
Terkait dengan pencantuman klasifikasi program yang ditayangkan
lembaga penyiaran pada program televisinya, sebanyak sebelas stasiun televisi
nasional yang tersebar di Indonesia mendapatkan pengaduan publik terkait konten
dan isi siaran pada 2012, salah satunya adalah Trans TV.
Tabel III.3 Pengaduan Publik terhadap Lembaga Penyiaran Sumber: KPI (2012)
No Stasiun TV Pengaduan
1 Metro TV 30.067
2 TV One 5.701
3 Trans TV 2.742
4 ANTV 878
5 RCTI 657
6 SCTV 451
7 Indosiar 356
9 Trans 7 335
10 Global TV 203
11 TVRI 22
Trans TV menempati peringkat ketiga dengan jumlah pengaduan terbanyak
oleh publik, sebanyak 2742 pengaduan sepanjang tahun 2012. Hal tersebut
menjadi indikasi bahwa lembaga penyiaran Indonesia, termasuk Trans TV belum
sepenuhnya mengikuti ketentuan dan peraturan yang telah ditetapkan oleh Komisi
Penyiaran Indonesia yang terdapat dalam Pedoman Perilaku Penyiaran dan
Standar Program Siaran (P3SPS) tahun 2012, yang merupakan pegangan dan
tolak ukur suatu lembaga penyiaran/stasiun televisi dalam menayangkan program
yang sesuai dengan aturan yang berlaku. Pelanggaran yang terjadi pada umumnya
terdapat pada konten siaran yang melanggar norma kesopanan, dan norma-norma
yang berlaku dimasyarakat.
III.3 Indonesia Mencari Bakat (IMB)
Indonesia Mencari Bakat adalah salah satu program Trans TV dengan
format acara non-drama kategori hiburan yang merupakan program ajang
pencarian bakat anak-anak bangsa. IMB menayangkan berbagai macam atraksi
seni, termasuk menyanyi, tari tradisional, tari modern, hingga permainan alat
musik, yang diikuti oleh berbagai macam peserta dimulai dari anak-anak, remaja,
dan dewasa, yang datang dari seluruh wilayah Indonesia.
Gambar III.2 Indonesia Mencari Bakat Sumber: http://www.tvguide.co.id (28 Juni 2013)
selesai, Trans TV menggelar kembali acara serupa yaitu Indonesia Mencari Bakat
2 (IMB 2) dan berakhir pada Februari 2011. Pada tahun 2012 digelar kembali
acara Indonesia Mencari Bakat generasi 3 (IMB 3) yang berlangsung selama enam
bulan, kemudian berakhir pada Mei 2013. Tak lama berselang, IMB pun merilis
kembali variannya, yaitu Indonesia Mencari Bakat Duel Maut Para Juara yang
merupakan pertarungan bakat antar juara-juara IMB.
a. Tujuan dari acara Indonesia Mencari Bakat adalah untuk mencari peserta
dengan bakat terbaik berdasarkan pemilihan pemirsa melalui SMS dan
penilaian dewan juri.
b. Waktu tayang program Indonesia Mencari Bakat adalah pada hari Sabtu
pukul 18.30 WIB sampai 20.30 WIB dan Minggu pada pukul 18.30 WIB
sampai pukul atau 21.30 WIB.
c. Peserta Indonesia Mencari Bakat mulai dari anak-anak, remaja, hingga
dewasa.
III.3.1 Peserta dan Juri IMB
Indonesia Mencari Bakat adalah tayangan yang ditonton oleh berbagai
macam tingkatan khalayak, mulai dari anak-anak, remaja, hingga dewasa maupun
orangtua mengidolakan para peserta atas bakat yang dimiliki. Acara Indonesia
Mencari Bakat diikuti oleh peserta anak-anak, remaja, hingga dewasa dengan
bakat-bakat yang berbeda serta kekhasan masing-masing. Para peserta datang dari
berbagai daerah dan wilayah di Indonesia, yang tentunya memiliki karakter
tersendiri dalam menampilkan bakat-bakatnya kepada khalayak pemirsa Trans
TV. Berikut ini merupakan beberapa peserta acara Indonesia Mencari Bakat (3)
a. Sa
Sumb
G Su
andrina
• Lahir • Bakat • Kota
er: http://ww
Gambar III.3 umber: http://
: 8 Juli 20
: Tari Trad
: Bogor
ww.odingk.co
Peserta Indo /www.youtub
01
disional
om/2013/04/ (3 Juli 20
onesia Menca be.com (28 J
/biodata-leng 013)
ari Bakat Juni 2013)
Sandrina Azzahra merupakan finalis pertama dalam ajang
pencarian bakat, Indonesia Mencari Bakat 3. Dengan kemampuan
menari tradisional, mengantarkan Sandrina pada juara pertama
IMB generasi 3. Sandrina mewakili karakter anak-anak dan
diidolakan oleh anak-anak.
b. Vina
• Lahir : 5 Agustus 1984 • Bakat : Pelukis Pasir • Kota : Bandung
Sumber: http://www.kaskus.co.id/thread (3 Juli 2013)
Vina Candrawati merupakan runner-up dalam program Indonesia Mencari Bakat 3, beserta Sandrina dan finalis lainnya. Vina
merupakan peserta dengan bakat sebagai pelukis pasir. Vina
mewakili karakter seorang dewasa/wanita dewasa.
c. Josua
Sumber: http://www.odingk.com/2013/05/biodata-lengkap-joshua-pangaribuan-imb.html (3 Juli 2013)
Josua Pangaribuan merupakan finalis Indonesia Mencari Bakat 3
yang lolos dan masuk dalam tiga besar putaran final. Kemampuan
dalam mengolah vokal mengantarkan Josua pada posisi ketiga
IMB generasi 3. Josua mewakili karakter seorang remaja.
Dalam acara Indonesia Mencari Bakat, terdapat pula juri-juri yang berasal
dari kalangan artis, yang memberi komentar serta masukan terhadap para peserta
atas pentas/pertunjukkan bakat yang ditampilkan. Berikut merupakan beberapa
juri program Indonesia Mencari Bakat.
(a) (b) (c) (d)
Gambar III.4 Juri Indonesia Mencari Bakat Duel Maut
Addie MS; (b) Titi Rajo Bintang; (c) Soimah; (d) Deddy Corbuzier.
Sumber: http://www.google.com/search/ (3 Juli 2013)
Dari keempat juri, Addie MS dan Titi Rajo Bintang merupakan juri yang
dan Dedd
esia Mencaari Bakat 33 dan
Sis
komentar
stem penila
dari para ju
Gamba
Gambar I
aian peserta
uri, dan peni
Gambar
ar III.7 Meluk
III.8 Kemam
a Indonesia
ilaian oleh p
r III.9 Penila
kis diatas Pas
mpuan Bernya
a Mencari
pemirsa tele
ian Dewan J sir
anyi
Bakat yait
evisi dengan
Juri
tu arahan, serta
c. Legibility Huruf R-BO dapat dibaca dengan mudah, hal ini dikarenakan jenis huruf yang digunakan sederhana dengan
menggunakan jenis sans-serif. Simbol klasifikasi R-BO memiliki legibilitas yang baik, hal ini dapat terlihat dari
kualitas huruf yang digunakan yaitu tidak buram. Dapat
ditarik kesimpulan bahwa legibility dari simbol R-BO ini baik.
Persentase 90% setuju 10% tidak setuju
d. Visibility Tipografi simbol klasifikasi R-BO dengan ukuran relatif (tergantung dari ukuran monitor yang digunakan), kurang
dapat terbaca dari jarak pandang normal yaitu ≤6 m. Hal ini
dipengaruhi oleh penggunaan warna latar belakang yang
tidak konsisten, yang dapat mempengaruhi visibilitas
klasifikasi tersebut. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
visibility R-BO kurang baik.
Persentase 20% setuju 80% tidak setuju
Hasil menunj
dikatakan baik, hal
seseorang/khalayak d
klasifikasi R-BO Tr , serta legibility pada R-BO men rsentase diat i total khalayak yang diwawancara.
edangkan pada visibility atau jarak pandang dalam melihat R-BO ditelevisi, hanya
ukkan bahwa secara visual/fisik klasifikasi R-BO dapat
ini menjadi indikasi bahwa tidak ada kendala bagi
alam mengenali, melihat, maupun mengidentifikasi tanda
ans TV. Clarity, readability unjukkan pe as 50% dar
S
dua orang atau 20% dari total khalayak yang dapat melihat R-BO dengan
jelas dari jarak tertentu.
Sama halnya dengan program-program Trans TV lainnya yang
mencantumkan klasifikasi program, acara Indonesia Mencari Bakat dikategorikan
pada klasifikasi R-BO yaitu tayangan untuk remaja dengan bimbingan orangtua.
Berdasarkan P3SPS, tayangan dengan klasifikasi untuk remaja adalah siaran yang
mengandung muatan, gaya penceritaan, dan tampilan yang sesuai dengan
Gambar III.11 Indonesia Mencari Bakat Duel Maut Para Juara Sumber: http://www.youtube.com (28 Juni 2013)
Lembaga penyiaran di Indonesia, khususnya Trans TV memiliki ketentuan
dan ketetapan tersendiri dalam menempatkan klasifikasi program berdasarkan usia
pada setiap program acaranya. Hal ini dapat terlihat bahwa pada program
Indonesia Mencari Bakat, Trans TV menempatkan klasifikasi program
berdasarkan usia dipojok kanan bawah. Dalam pasal 21 ayat 3 P3SPS 2012,
lembaga pen aran dalam
bentuk karakter cara jelas, serta
diletak
yiaran televisi wajib menayangkan klasifikasi program si
huruf dan kelompok usia penontonnya se
kan pada bagian atas layar televisi.