• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1.1 Pengertian Sosialisasi

Sosialisasi mencakup kebiasaan-kebiasaan yang berkembang di masyarakat. Kebiasaan yang dimiliki oleh masyarakat tersebut antara lain dibidang ekonomi, kekeluargaan, pendidikan, agama, politik dan sebagainya yang harus dipelajari oleh setiap anggota baru suatu masyarakat melalui suatu proses yang dinamakan sosialisasi. Pemeriksaan mengenai lingkungan kultural, lingkungan sosial dari masyarakat yang bersangkutan, interaksi sosial dan tingkah laku sosial. Berdasarkan hal tersebut, sosialisasi merupakan bentuk kesatuan paling penting diantara sistem-sistem sosial lainnya karena dalam sosialisasi adanya keterlibatan antara individu-individu masyarakat sampai dengan kelompok-kelompok masyarakat dalam satu sistem untuk berpartisipasi.

M. Munandar Soelaeman,“Sosialisasi merupakan salah satu proses belajar kebudayaan dari anggota masyarakat dan hubungannya dengan sistem sosial”.

(Soelaeman, 2001:166-167). Berdasarkan pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa sosialisasi merupakan proses belajar kebudayaan dari anggota masyarakat dimana masyarakat belajar pola-pola tindakan dalam interaksi dengan segala macam masyarakat disekelilingnya yang menduduki beraneka macam peranan sosial yang mungkin ada dalam kehidupan sehari-hari. Perkembangan masyarakat

akan selalu tampak karena dapat menerapkan pengalaman baru dari perkembangan yang ada dan berjalan terus dengan segala daya tiruannya.

Kamanto Sunarto mengemukakan pendapatnya tentang sosialisasi, sebagai berikut:

“Sosialisasi merupakan suatu proses yang berlangsung sepanjang hidup manusia. Dalam kaitan inilah para ahli berbicara mengenai bentuk-bentuk sosialisasi seperti sosialisasi setelah masa kanak-kanak (socialization after childhood), pendidikan sepanjang hidup (life long education), atau pendidikan berkesinambungan (continuing education)”. (Sunarto, 2004:29).

Pendapat di atas menjelaskan bahwa sosialisasi adalah segala aktifitas masyarakat dalam kehidupan sehari-hari dengan berbagai bentuk sosialisasi seperti pendidikan yang dimulai dari pelatihan atau pendidikan dasar kemudian mengarah kepada penerapan aplikatif nyata atau dapat didaya gunakan dan kemudian aktifitas tersebut dapat berkelanjutan kepada generasi selanjutnya.

Peter L. Berger,“Socialization a process by which a child learns to be a participant member of society”. (Berger, 1978:116). Berdasarkan pendapat tersebut dapat dikatakan sosialisasi merupakan proses melalui mana seorang anak belajar menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat. Pemahaman lain dari pendapat tersebut tergambar pandangannya bahwa melalui sosialisasi masyarakat dimasukan ke dalam manusia.

Charles R. Wright dalam Sutaryo mengemukakan pendapatnya dengan rinci tentang sosialisasi, sebagai berikut:

“Sosialisasi adalah proses ketika individu mendapatkan kebudayaan kelompoknya dan menginternalisasikan sampai tingkat tertentu norma-norma sosialnya, sehingga membimbing orang tersebut untuk memperhitungkan harapan-harapan orang lain”. (Sutaryo, 2005:156).

Pendapat di atas menjelaskan bahwa sosialisasi merupakan proses belajar pada dasarnya sifat manusia adalah tidak akan pernah puas untuk belajar sesuatu hal yang belum diketahuinya seperti belajar norma-norma untuk dapat beradaptasi dengan lingkungan sosialnya. Pemahaman sosialisasi terletak pada objek dari sosialisasi yaitu masyarakat yang dilihat dari sudut hubungan antara manusia dan proses yang ditimbul dari hubungan manusia di dalam masyarakat. Sosialisasi terdapat interaksi antara manusia sebagai anggota kelompok. Timbulnya kelompok-kelompok dalam masyarakat ialah karena kedua sifat manusia yang bertentangan satu sama lain, di satu pihak ingin bekerja sama dan dipihak lain cenderung untuk bersaing dengan sesama manusia untuk dapat berkuasa. Kekuasaan merupakan kajian dan konsep dari politik mengenai hubungan sosialisasi.

2.1.1.1 Tujuan dan Bentuk Sosialisasi

Sosialisasi merupakan sistem dalam kehidupan masyarakat yang sangat penting. Berdasarkan hal tersebut, tujuan sosialisasi memberikan dua kontribusi fundamental bagi kehidupan masyarakat yaitu:

1. Pertama, memberikan dasar atau fondasi kepada individu bagi terciptanya partisipasi yang efektif dalam masyarakat.

2. Kedua, memungkinkan lestarinya suatu masyarakat, karena tanpa sosialisasi akan hanya ada satu generasi saja sehingga kelestarian masyarakat akan sangat terganggu.

(Susanto, 1992:39).

Berdasarkan pendapat di atas maka sosialisasi merupakan satu ukuran penting sebagai dasar dan tujuan utama terwujudnya partisipasi yang baik pada masyarakat sebagai wujud regenerasi dan keberlangsungan hidup suatu

masyarakat. Sosialisasi kepada masyarakat dapat ikut serta untuk kepentingan hidupnya dan menciptakan regenerasi ke generasi selanjutnya untuk kelestarian kehidupan sekarang dan dimasa yang akan datang.

Light et al., mengemukakan bentuk sosialisasi, “Setelah sosialisasi dini yang

dinamakannya sosialisasi primer (primary socialization) kita jumpai sosialisasi sekunder (secondary socialization)”. (Light et al., 1989:130). Berdasarkan pendapat tersebut arahan sosialisasi primer memfokuskan terhadap kebutuhan yang dipentingkan, sedangkan arahan sosialisasi sekunder diharapkan mampu untuk menunjang arahan sosialisasi primer. Berger dan Luckmann dalam Sunarto, mengemukakan pendapatnya dengan rinci sebagai berikut:

“Sosialisasi primer sebagai sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa

kecil, melalui mana ia menjadi anggota masyarakat, sedangkan sosialisasi sekunder mereka mendefinisikan sebagai proses berikutnya yang memperkenalkan individu yang telah disosialisasi ke dalam sektor baru dari

dunia objektif masyarakatnya”. (Sunarto, 2004:29).

Menurut pendapat di atas dapat dikatakan bahwa sosialisasi di bentuk atas dua bagian yaitu bentuk sosialisasi primer dan bentuk sosialisasi sekunder, sebagaimana dimaksud bahwa sosialisasi primer merupakan sosialisasi pertama atau dasar dimana masyarakat paham akan dirinya sebagai masyarakat, sedangkan sosialisasi sekunder merupakan yang sering dijumpai dalam masyarakat yaitu proses resosialisasi (resocialization) yang didahului dengan proses desosialisasi (desocialization). Proses resosialisasi (resocialization) dalam masyarakat merupakan proses yang di dalamnya seseorang diberi suatu diri yang baru, sedangkan proses desosialisasi (desocialization) merupakan seseorang yang mengalami pencabutan diri yang dimilikinya pada dasarnya baik proses

resosialisasi maupun proses desosialisasi adalah proses yang berlangsung dalam institusi total dimana dapat terjadinya doktrinalisasi atau arahan tuntutan secara penuh.

2.1.1.2 Pelaksana dan Faktor yang Mempengaruhi Sosialisasi

Sosialisasi akan berjalan dengan baik apabila adanya pelaksana yang menjalankan sosialisasi tersebut. Pelaksana sosialisasi biasa disebut dengan agen sosialisasi. Kamanto Sunarto mengemukakan tentang agen sosialisasi sebagai

pelaksana sosialisasi, “Agen sosialisasi (agents of socialization) adalah pihak yang melaksanakan sosialisasi dengan empat agen sosialisasi utama yaitu

keluarga, kelompok bermain, media massa dan sistem pendidikan”. (Sunarto, 2004:24). Pendapat tersebut menjelaskan bahwa pelaksana sosialisasi diantaranya pertama, keluarga adalah agen sosialisasi yang terdiri dari orang tua dan saudara. Kedua, kelompok bermain adalah agen sosialisasi yang terdiri atas kerabat maupun tetangga dan teman sekolah. Ketiga, media massa adalah agen sosialisasi yang terdiri dari media cetak (surat kabar, majalah) maupun elektronik (radio, televisi, film, internet) merupakan bentuk komunikasi yang menjangkau sejumlah besar orang. Keempat, sistem pendidikan adalah agen sosialisasi seperti sekolah yang memberikan sistem pendidikan formal.

Faktor yang menunjang proses sosialisasi yaitu faktor lingkungan dimana didalamnya terdapat interaksi sosial. Faktor lingkungan terdapat faktor-faktor lain yang mempengaruhi sosialisasi diantaranya adalah:

1. Apa yang disosialisasikan, merupakan bentuk informasi yang akan diberikan kepada masyarakat berupa nilai, norma dan peran.

2. Bagaimana cara mensosialisasikan, melibatkan proses pembelajaran. 3. Siapa yang mensosialisasikan, institusi, mass-media, individu dan

kelompok.

(Susanto,1992:45).

Berdasarkan pendapat di atas sosialisasi dipengaruhi oleh faktor lingkungan dimana didalamnya terdapat interaksi sosial dimulai dari apa yang disosialisasikan dan bentuk informasi yang memuat nilai-nilai, aturan dan kegunaannya. Cara penyampaiannya dengan berbagai proses pembelajaran yang ada serta yang menjalankan sosialisasi tersebut baik itu intitusi, organisasi, media massa maupun kelompok masyarakat lainnya.

Dokumen terkait