• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengertian Talkshow

Dalam dokumen Disusun Oleh: Fahmi Darmawan NIM : (Halaman 37-0)

BAB II LANDASAN TEORI

E. Pengertian Talkshow

Talkshow adalah program yang menampilkan suatu atau beberapa orang untuk membahas suatu topik tertentu yang dipandu oleh seorang pembawa acara. Tamu-tamu yang diundang adalah mereka yang berpengalaman langsung dengan peristiwa atau topik yang diperbincangkan atau mereka yang ahli dalam masalah yang tengah dibahas.

Komponen yang harus selalu ada dalam program Talkshow adalah15:

1. Topik (dirumuskan dalam bentuk pertanyaan);

2. Narasumber (sebaiknya lebih dari 1 orang);

3. Pemandu (sebagai pengelola dinamika, dibantu oleh operator);

4. Musik dan lagu (sebagai selingan dan backsound);

5. Suara suasana lokasi Talkshow (jika diadakan di luar studio sertakan atmosfir pada saat berlangsung, sebelum, dan sesudah talkshow);

14 Deddy Iskandar Muda. Jurnalistik Televisi. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2003). H.9

15 Masduki. Menjadi Broadcaster Profesional. (Yogyakarta: PT LKiS Pelangi Aksara. 2004). H.80-81

6. Acara Talkshow bisa disiarkan secara live (langsung da nada interaktifnya), bisa pula secara taping (direkam terlebih dahulu baru kemudian disiarkan).

Perencanaan Talkshow meliputi:

1. Menentukan target pendengar yang dituju agar mengetahui apa yang mereka butuhkan;

2. Menentukan topik dan narasumber;

3. Menentukan pemandu, dengan kriteria berigur toleran, terbuka, bersuara tajam dan intelek;

4. Menyaiapkan lokasi dan peralatan on air terutama jika berupa siaran langsung dari lapangan.

Dalam pelaksanaannya, urutan proses talkshow adalah sebagai berikut:

1. Pertama. Pembukaan berisi perkenalan topik, latar belakang, narasumber, dan peluang interaksi penonton;

2. Kedua. Diskusi utama berisi pertanyaan awal pemandu, tanggapan narasumber, interaksi pendengar;

3. Ketiga. Penutup berisi kesimpulan, ucapan terimakasih pemberitahuan topik/acara berikutnya.

Dinamika juga bisa dibangun dengan memperkaya humor melalui jokes yang terkait topik, memperkaya dengan cerita lucu yang singkat, menanyakan kabar narasumber, juga mengomentari gaya penampilan, ekspresi wajah narasumber, suara pendengar dan sebagainya.

25

F. Media Sosial

Media sosial adalah sebuah media online, dengan cara penggunaannya bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi meliputi blog, jejaring sosial, Wikipedia, forum, dan dunia virtual. Pendapat lain mengungkapkan bahwa media sosial adalah media online yang mendukung interaksi sosial dan media sosial menggunakan teknologi berbasis web yang mengubah komunikasi menjadi dialog interaktif.16

Platform media sosial dapat dikelompokkan menjadi beberapa kategori besar meskipun beberapa aplikasi mungkin masuk ke dalam lebih dari satu kategori tergantung bagaimana aplikasi tersebut digunakan, secara kategori dapat dikelompokkan sebagai berikut :

 Publikasi Web

Situs web yang memungkinkan pengguna mengirimkan atau mempublikasikan konten untuk menjagkau khalayak secara luas dan mendapatkan umpan balik, seperti microblogging (twitter, plurk), blogs (wordpress, blogger), wiki (wikispaces, PBWiki), mushup (google maps, popurls).

 Jejaring Sosial

16 Fahmi. Mencerna Situs Jejaring Sosial (Jakarta : Elex Media Komputindo, 2011). H.11

Aplikasi ini memungkinkan pengguna untuk membangun koneksi dan berbagi informasi dengan pengguna lain. Sebuah layanan jejaring sosial pada dasarnya terdiri dari perwakilan dari tiap pengguna, hubungan sosial pengguna dan berbagai layanan tambahan, seperti alat sosial media (facebook, linkedin, google), social bookmark (delicious, digg), virtual words (second life, openism), crowdsourcing (ideascale, chaordex).

 File Sharing dan Penyimpanan

Sebuah layanan hosting file atau penyedia penyimpanan file secara online yang dirancang khusus untuk menyimpan konten, seperti perpustakaan foto (flicker, picasa), video sharing (youtube,vimo), audio sharing (podcast, itunes), penyimpanan (google drive, drop, myspace), manajemen konten (sharepoint, drupal).17 G. Teori S-O-R

Teori S-O-R adalah singkatan dari Stimulus-Organism-Response. Teori ini berasal dari bidang keilmuan psikologi yang muncul antara tahun 1930 dan 1940, yang kemudian diangkat menjadi teori komunikasi. Hal ini dikarenakan objek material psikologi dan komunikasi yang sama, yakni manusia meliputi komponen-komponen sikap,

17 Widya Nuriyanti. Peran Media Sosial Dalam Perkembangan Industri Kreatif. (Jurnal Sosio e-kons Vol.11 No 2: 2019). H. 104-105

27

opini, perilaku, kognisi, afeksi, dan konasi. Teori ini merupakan salah satu aliran yang mewarnai teori-teori yang terdapat dalam ilmu komunikasi massa. Alasan ini beranggapan bahwa media massa memiliki efek langsung yang dapat mempengaruhi individu sebagai audience (penonton/pendengar)18

Menurut Denis Mc Quali dan Sven Windahl yang dikutip dari bukunya Nawiroh Vera yang berjudul

“Pengantar Komunikasi Massa” mengatakan bahwa prinsip dasar teori stimulus respon yaitu efek merupakan reaksi tertentu terhadap stimulus (rangsang) tertentu sehingga orang dapat menduga adanya hubungan antara isi pernyataan dengan reaksi masyarakat.

Mengutip pendapat dari Carl Hovland, Jains, dan Kelley yang menyatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru ada 3 variabel penting yaitu perhatian, pengertian, dan penerimaan. Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan diterima atau mungkin ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya komunikan akan mengerti pesan yang disampaikan. Kemampuan komunikanlah yang melanjutkan proses berikutnya. Setelah komunikan mengolah dan menerima, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap.19

18 Onong Uchjana Effendi. Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi.

(Bandung: PT Citra Aditya Bakti. 2005). H.254

19 Nawiroh Vera. Pengantar Komunikasi Massa. (Jakarta: Renata Pratama Media, 2010). H.105-106

Pada teori stimulus respon mempunyai kelemahan.

Kelemahannya adalah menyamaratakan individu. Pada dasarnya, pesan yang sama akan dipersepsi secara berbeda oleh individu dalam kondisi kejiwaan yang berbeda.

Karenanya, pada tahun 1970, Malvin De Fleur melakukan modifikasi terhadap teori stimulus respon dengan teorinya yang dikenal dengan individual different theory. De Fleur mengatakan bahwa pesan-pesan media berisi stimulus tertentu yang berinteraksi berbeda-beda sesuai dengan karakteristik pribadi individu.20

Gambar 2.1 Siklus Teori S-O-R

Keterangan gambar:

 S : Stimulus, yaitu isi pernyataan

 O : Organisme, yaitu perhatian, pengertian, dan penerimaan

20 Mufid. Komunikasi dan Regulasi Penyiaran. (Jakarta: Kencana.

2005) Cet. Ke-1. H.22-23 Stimulus

Organisme:

Perhatian Pengertian Penerimaan

Respon

29

 R : Respon, yaitu efek atau timbal balik

Stimulus respon ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi dari komunikan. Jika dikaitkan dengan penelitian ini, tayangan program Mamah dan Aa Beraksi adalah stimulus (S) yang mendapat respon (R) dari organisme (O) yakni Jamaah Majelis Taklim Al-Ma’ruf Kebon Jeruk Jakarta Barat yang aktif mengolah pesan dari stimulus sehingga menyebabkan respon kepada tayangan tersebut.

30 A. Paradigma Penelitian

Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah positivisme untuk dapat menemukan gejala sosial dapat diukur dan dikuantifikasikan karena adanya sebab dan akibat.1 Pandangan positivisme ini mengklaim bahwa ilmu (sains) adalah ilmu pengetahuan yang nyata dan positivistik, sehingga ilmu pengetahuan yang tidak positivistik bukanlah ilmu (sains).

Pandangan ini kemudian membawa positivistik menjadi serba empirisme, behaviorisme, naturalism, dan sainisme. Semua pandangan fenomenologis untuk disebutkan sebagai ilmu (sains).2 Jadi, pada paradigma positivisme ini memandang suatu fenomena jika diteliti pada tempat dan waktu yang berbeda, namun hasilnya akan tetap sama.

B. Pendekatan Penelitian

Pada penenlitian ini, peneliti menggunakan pendekatan Kuantitatif. Menurut Sugiyono pendekatan kuantitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi dan sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen

1 Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.

(Bandung: Alfabeta, 2013). H.42

2 Burhan Bungin. Metodologi Penelitian Kuantitatif. (Jakarta:

Kencana, 2005). H. 40

31

penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

Sedangkan menurut Rachmat Kriyantono Riset Kuantitatif adalah riset yang menggambarkan atau menjelaskan suatu masalah yang hasilnya dapat digeneralisasikan.3

C. Populasi 1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari dua objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk diteliti kemudian ditarik kesimpulannya.4 Populasi bisa berbentuk lembaga, individu, kelompok atau konsep.

Sehingga objek-objek ini bisa menjadi sumber data penelitian. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah Majelis Taklim Al-Ma’ruf di Kebon Jeruk Jakarta Barat yang berjumlah 60 orang.

D. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Majelis Taklim Al-Ma’ruf di jalan Daud 1 Kelurahan Sukabumi Utara, Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Adapun waktu pelaksanaan penelitian sejak awal September 2019 sampai dengan Januari 2020.

4 Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.

(Bandung: Alfabeta, 2013). H.80

E. Sumber Data

Sumber data yang didapatkan untuk melakukan penelitian ini terbagi menjadi 2, yaitu data primer dan sekunder.

1. Data primer adalah data yang diperoleh dari pengumpulan langsung di lapangan (tanpa perantara), yaitu berupa hasil opini subjek secara individual maupun kelompok, hasil observasi terhadap suatu benda, kejadian atau kegiatan, dan hasil pengujian. Adapun data primer yang digunakan berupa kuesioner atau angket. Kuesioner atau angket merupakan serangkaian pertanyaan yang disusun secara teratur yang kemudian dikirim untuk diisi oleh responden.5 Dalam hal ini responden adalah jamaah Majelis Taklim Al-Ma’ruf Kebon Jeruk Jakarta Barat yang akan peneliti jadikan data primer untuk memperoleh hasil dari kuesioner yang peneliti berikan.

2. Data sekunder adalah data pelengkap dari data primer.

Data sekunder dilakukan dengan studi kepustakaan untuk mendapatkan data dari segala sesuatu yang berpengaruh dengan objek penelitian seperti buku, jurnal, artikel, dan lain sebagainya.

5 Burhan Bungin. Metodologi Penelitian Kuantitatif. (Jakarta:

Kencana, 2005) H.123

33

F. Instrumen Penelitian

Pada penelitian kuantitatif perlu instrumen penelitian untuk membantu proses jalannya penelitian. Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk memperoleh, mengolah, dan menginterpretasikan informasi yang diperoleh dari para responden yang dilakukan dengan menggunakan pola ukur yang sama.6

Instrumen yang digunakan oleh peneliti untuk melakukan penelitian dengan menggunakan skala Likert.

Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena spesial.7 Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan modifikasi skala Likert 4 skala. Menurut Hadi (1991), modifikasi skala Likert dimaksudkan untuk menghilangkan kelemahan yang terkandung oleh skala 5 tingkat. Modifikasi skala Likert ini meniadakan kategori jawaban yang ditengah (netral atau ragu-ragu).8 Modifikasi skala Likert 4 tingkat yaitu:

6 Stofian Siregar. Metode Penelitian Kuantitatif Dilengkapi dengan Perbandingan Perhitungan Manual dan SPSS. (Jakarta: Kencana, 2017). H.46

7 Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitati dan R&D. (Bandung:

Alfabeta, 2017). H.93

8 Hadi Sutrisno. Analisis Butir untuk Instrumen Angket, Tes, dan Skala Nilai. (Yogyakarta: Andi Offet, 1991). H.19

Tabel 3.1 Skala Likert

Kategori Nilai

Sangat Tidak Setuju 1

Tidak Setuju 2

Setuju 3

Sangat Setuju 4

G. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang diperlukan untuk penelitian ini, peneliti menggunakan teknik-teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi adalah kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan panca indera mata sebagai alat bantu utamanya selain telinga, penciuman, mulut, dan kulit. Oleh karena itu, observasi adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja panca indera mata serta dibantu dengan panca indera lainnya.9 Pengamatan ini dilakukan dengan cara tersebut untuk mengetahui selera tayangan program jamaah dan kegiatan-kegiatan yang ada pada majelis taklim Al-Ma’ruf Kebon Jeruk Jakarta Barat.

9 Burhan Bungin. Metodologi Penelitian Kuantitatif. (Jakarta:

Kencana Prenada Media, 2005). H.133

35

2. Angket

Alat yang digunakan untuk pengumpulan data yang berupa serangkaian daftar pertanyaan untuk dijawab oleh responden.10 Pada penelitian ini maka peneliti akan memberikan lembaran kuesioner kepada responden.

3. Studi Kepustakaan

Metode dengan mengkaji data yang diperoleh dari buku-buku, bahan-bahan referensi, artikel, brosur, dan bahan bacaan lainnya dari internet yang berkaitan dengan pembahasan skripsi ini.

4. Dokumentasi

Dengan mengumpulkan informasi data yang berhubungan dengan objek penelitian yang diperoleh.

Peneliti akan mengambil dokumentasi pada saat pengisian kuesioner untuk kebutuhan penelitian ini.

H. Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data adalah kegiatan lanjutan setelah melakukan pengumpulan data. Metode pengolahan data untuk penelitian dengan pendeketan kuantitatif adalah suatu proses dalam memperoleh ringkasan dengan menggunakan cara-cara tertentu. Dalam tahap kuantitatif, pengolahan data secara umum dilakukan dengan tahap periksa (editing), proses

10 M Hariwijaya dan Triton P.B. Pedoman Penulisan Ilmiah: Proposal dan Skripsi cet. Ke-2 (Yogyakarta: Tugu Publisher, 2008). H.62

memberikan identitas (coding), dan proses pembeberan (tabulating).11

1. Editing

Proses editing dimulai dari memberi identitas pada instrumen yang sudah dijawab. Kemudian memeriksa poin-poin serta jawaban yang tersedia. Yaitu memberikan nomor pada lembar kuesioner yang dijawab oleh responden guna untuk mencocokkan data yang ada pada tabel excel. Proses ini bertujuan untuk menghilangkan kesalahan-kesalahan yang terdapat pada data responden.

2. Coding

Tahapan selanjutnya adalah tahap coding. Yaitu memberikan nilai pada pilihan jawaban yang ada pada kuesioner. Tahap ini merupakan tahap klarifikasi atas data yang sudah diperiksa untuk diberikan identitas sehingga memiliki arti pada saat menganalisa.

3. Tabulating

Tabulating merupakan tahap akhir dalam pengolahan data. Dalam hal ini tabulating yaitu memasukkan data pada tabel-tabel tertentu dan mengatur angka-angka serta menghitungnya.

11 Burhan Bungin. Metode Penelitian Kuantitatif. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009) Cet-4. H.164-

37

I. Teknik Analisis Data 1. Chi Square

Dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara respon kognitif dan afektif responden dengan karakteristik respon jamaah Majelis Taklim Al-Ma’ruf pada tayangan Program Mamah dan Aa Beraksi episode Pengaruh Media Sosial Dalam Ibadah. Uji statistik yang digunakan adalah chi square.

Uji chi square digunakan untuk menguji hipotesis bila dalam populasi terdiri atas dua atau lebih kelas datanya berbentuk kategori.12

a. Mencari nilai chi square dengan rumus :

Keterangan :

= Nilai Chi Square

Fe = Frekuensi yang diharapkan Fo = Frekuensi yang diperoleh

b. Mencari nilai frekuensi yang diharapkan Fe Fe untuk setiap sel =

c. Mencari nilai tabel dengan rumus Df = (B-1)(K-1)

12 Amudi Pasaribu.Pengantar Statistik. (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1981). H.75

Keterangan :

B = Banyaknya baris K= Banyaknya kolom

Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan dan status perkawinan pada tayangan program Mamah dan Aa Beraksi episode Pengaruh Media Sosial Dalam Ibadah menggunakan taraf 5% yaitu 0,05 :

1. Apabila ≤ 0,05 = H0 ditolak memiliki hubungan antara respon kognitif dan afektif responden pada tingkat pendidikan/status perkawinan.

2. Apabila ≥ 0,05 = H0 diterima memiliki hubungan antara respon kognitif dan afektif responden pada tingkat pendidikan/status perkawinan.

39 BAB IV

TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil Responden

Responden pada penelitian ini adalah jamaah majelis taklim Al-Ma’ruf yang berada di Kelurahan Sukabumi Utara, Kecamatan Kebon Jeruk, Kota Jakarta Barat. Setelah melakukan penelitian, peneliti menemukan beberapa hal yang terjadi di lapangan. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan populasi sebanyak 60 orang. Berikut ini adalah deskripsi responden berdasarkan hasil penelitian yang terbagi menjadi beberapa kelompok :

1. Usia

Berasarkan usia responden dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.1 Tingkat Usia Responden

No Usia Frekuensi Persentase

1 21 - 30 tahun 6 10 %

2 31 - 40 tahun 9 15 %

3 41 – 50 tahun 13 21,7 %

4 51 – 60 tahun 15 25 %

5 60 tahun ke atas 17 28,3 %

Jumlah 60 100 %

Berdasarkan tabel di atas bisa diketahui bahwa responden pada usia 60 tahun ke atas sebanyak 17 orang (28,3%), usia 51-60 tahun sebanyak 15 orang (25%), usia 41-50 sebanyak 13 orang (21,7%), usia 31-40 tahun

sebanyak 9 orang (15%), dan yang terakhir usia 21-30 tahun sebanyak 6 orang (10%). Terlihat bahwa responden tertinggi yaitu terdapat pada usia 60 tahun ke atas dengan jumlah 17 orang, dan yang terendah yaitu pada usia 21-30 tahun ke atas dengan jumlah 6 orang.

2. Riwayat Pendidikan

Berasarkan pendidikan responden dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.2 Tingkat Pendidikan Responden

No Pendidikan Frekuensi Persentase

1 SD/MI 28 46,7 %

2 SMP/MTs 10 16,7 %

3 SMA/SMK/MA 14 23,3 %

4 D3/D4 6 10 %

5 S1/S2/S3 2 3,3 %

Jumlah 60 100%

Berdasarkan tabel di atas bisa diketahui bahwa responden pada tingkat SD/MI sebanyak 28 orang (46,7%), tingkat SMP/MTs sebanyak 10 orang (16,7%), tingkat SMA/SMK/MA sebanyak 14 orang (23,3%), tingkat D3/D4 sebanyak 6 orang (10%), dan yang terakhir pada tingkat S1/S2/S3 sebanyak 2 orang (3,3%). Terlihat bahwa responden tertinggi yaitu terdapat pada tingkat pendidikan SD/MI dengan jumlah 28 orang, dan yang terendah yaitu pada tingkat pendidikan S1/S2/S3 dengan jumlah 2 orang.

41

3. Pekerjaan

Berasarkan pekerjaan responden dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.3 Jenis Pekerjaan Responden

No Pekerjaan Frekuensi Persentase

1 Ibu Rumah Tangga 42 70 %

2 Pelajar/Mahasiswa 3 5 %

3 Karyawati 6 10 %

4 Wirausaha 7 11,7 %

5 PNS 0 0%

6 Guru/Ustadzah 2 3,3 %

7 Lain-lain 0 0 %

Jumlah 60 100 %

Berdasarkan tabel di atas bisa diketahui bahwa responden yang memiliki pekerjaan sebagai ibu rumah tangga sebanyak 42 orang (70%), pekerjaan sebagai pelajar/mahasiswa sebanyak 3 orang (5%), pekerjaan sebagai karyawati sebanyak 6 orang (10%), pekerjaan sebagai wirausaha sebanyak 7 orang (11,7%), pekerjaan sebagai PNS sebanyak orang (0%), dan terakhir pekerjaan sebagai guru/ustadzah sebanyak 2 orang (3,3%). Terlihat bahwa responden tertinggi yaitu terdapat pada pekerjaan sebagai ibu rumah tangga dengan jumlah 42 orang, dan yang terendah yaitu pada pekerjaan sebagai PNS dengan jumlah 0 orang.

4. Status Perkawinan

Berasarkan status perkawinan responden dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.4 Status Perkawinan Responden

No Status Perkawinan Frekuensi Persentase

1 Belum Kawin 7 11,7 %

2 Kawin 38 63,3 %

3 Pernah Kawin (Janda)

15 25 %

Jumlah 60 100 %

Berdasarkan tabel di atas bisa diketahui bahwa responden pada status perkawinan belum kawin sebanyak 7 orang (11,7%), dengan status kawin sebanyak 38 orang (63,3%), dan yang terakhir dengan status pernah kawin sebanyak 15 orang (15%). Terlihat bahwa responden tertinggi yaitu terdapat pada status perkawinan kawin dengan jumlah 38 orang, dan yang terendah yaitu pada status perkawinan belum kawin dengan jumlah 7 orang.

5. Media sosial yang dimiliki

Gambar 4.1 Diagram Media Sosial Yang Dimiliki Responden

43

Berdasarkan gambar di atas bisa diketahui bahwa responden yang memiliki media sosial WhatsApp sebanyak 60 orang, media sosial Line sebanyak 7 orang, media sosial Instagram sebanyak 17 orang, media sosial Facebook sebanyak 18 orang, media sosial Twitter sebanyak 5 orang, media sosial Telegram sebanyak 2 orang, media sosial E-mail sebanyak 15 orang, media sosial Lain-lain sebanyak 1 orang. Terlihat bahwa responden dipastikan memiliki media sosial minimal 1 aplikasi.

B. Respon Kognitif Jamaah Majelis Taklim Al-Ma’ruf Pada Tayangan Mamah dan Aa Beraksi Episode Pengaruh Media Sosial Dalam Ibadah Di Indosiar

Respon kognitif adalah respon yang berkaitan erat dengan pengetahuan keterampilan dan informasi seseorang mengenai sesuatu. Respon ini timbul apabila adanya perubahan terhadap yang dipahami atau dipersepsi oleh khalayak.

Media Sosial Yang Dimiliki

Media Sosial Yang Dimiliki

Pernyataan tentang respon kognitif untuk indikator kepercayaan

Tabel 4.5 Respon Kognitif (Indikator Kepercayaan) No Item Pernyataan Skors Ranking 1 Program Mamah dan Aa Beraksi merupakan

program yang kognitif dalam indikator kepercayaan dari jamaah Majelis Taklim Al-Ma’ruf Kebon Jeruk Jakarta Barat terdapat pernyataan yang memiliki peringkat 1 yaitu pada poin pernyataan nomor 2 dengan skors 201.

45

Dari hasil di atas dapat diuraikan bahwa setelah menyaksikan tayangan program Mamah dan Aa Beraksi episode Pengaruh Media Sosial Dalam Ibadah, jamaah Majelis Taklim Al-Ma’ruf Kebon Jeruk Jakarta Barat memercayai Mamah Dedeh sebagai Ustadzah dengan pengetahuan yang luas dengan memberikan dalil-dalil yang sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadits serta dapat menambah pengetahuan setelah menyaksikan program tersebut. Hal itu terbukti dengan poin pernyataan nomor 3 dan 4 yang menempati peringkat 2 dengan sama-sama memiliki skors 199.

Pernyataan tentang respon kognitif untuk indikator pengetahuan

Tabel 4.6 Respon Kognitif (Indikator Pengetahuan) No Item Pernyataan Skors Ranking

1 Saya memahami

3 Saya tahu mengumbar kegiatan ibadah pada media sosial dapat

penjelasan materi dari Mamah Dedeh

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa respon kognitif dalam indikator pengetahuan dari jamaah Majelis Taklim Al-Ma’ruf Kebon Jeruk Jakarta Barat terdapat pernyataan yang memiliki peringkat 1 yaitu pada poin pernyataan nomor 2 dengan skors 206.

Dari hasil di atas dapat diuraikan bahwa setelah menyaksikan tayangan program Mamah dan Aa Beraksi episode Pengaruh Media Sosial Dalam Ibadah, jamaah Majelis Taklim Al-Ma’ruf Kebon Jeruk Jakarta Barat menjadi lebih berhati-hati dalam menggunakan media sosial setelah mengetahui dampak buruk yang sudah dicontohkan oleh Mamah Dedeh dalam penyampaian materinya.

Pernyataan tentang respon kognitif untuk indikator informasi.

Tabel 4.7 Respon Kognitif (Indikator Informasi) No Item Pernyataan Skors Ranking 1 Sebelum menonton

47 kognitif dalam indikator informasi dari jamaah Majelis Taklim Al-Ma’ruf Kebon Jeruk Jakarta Barat terdapat pernyataan yang memiliki peringkat 1 yaitu pada poin pernyataan nomor 2 dengan skors 186.

C. Respon Afektif Jamaah Majelis Taklim Al-Ma’ruf Pada Tayangan Mamah dan Aa Beraksi Episode Pengaruh Media Sosial Dalam Ibadah Di Indosiar

Respon afektif adalah respon yang berhubungan dengan emosi, sikap, dan menilai seseorang terhadap sesuatu.

Respon ini timbul apabila ada perubahan pada apa yang disenangi khalayak terhadap sesuatu.

Pernyataan tentang respon afektif untuk indikator emosional

Tabel 4.8 Respon Afektif (Indikator Emosional) No Item Pernyataan Skors Ranking

1 Saya menyukai

3 Setelah menyaksikan program Mamah dan

4 Setelah menyaksikan program Mamah dan materi pengaruh media sosial dalam ibadah

49

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa respon afektif dalam indikator emosional dari jamaah Majelis Taklim Al-Ma’ruf Kebon Jeruk Jakarta Barat terdapat pernyataan yang memiliki peringkat 1 yaitu pada poin pernyataan nomor 1 dengan skors 196.

Dari hasil di atas dapat diuraikan bahwa setelah menyaksikan tayangan program Mamah dan Aa Beraksi episode Pengaruh Media Sosial Dalam Ibadah, jamaah Majelis Taklim Al-Ma’ruf Kebon Jeruk Jakarta Barat menyukai program Mamah dan Aa Beraksi karena pengisi acara maupun materi yang disampaikan oleh narasumber.

Pernyataan tentang respon afektif untuk indikator penilaian

Tabel 4.9 Respon Afektif (Indikator Penilaian) No Item Pernyataan Skors Ranking 1 Media sosial tidak

jawabkan di hari akhir

203 1

4 Saya setuju dengan Mamah Dedeh bahwa dengan mengumbar kegiatan ibadah dalam

187 3

media sosial dapat mengurangi nilai ibadah

5 Mamah Dedeh tidak

tegas dalam

menyampaikan ceramah

109 6

6 Media sosial dapat digunakan oleh semua umur

153 5

7 Media sosial layak dijadikan kebutuhan dalam melakukan aktivitas ibadah

162 4

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa respon afektif dalam indikator emosional dari jamaah Majelis Taklim Al-Ma’ruf Kebon Jeruk Jakarta Barat terdapat pernyataan yang memiliki peringkat 1 yaitu pada poin pernyataan nomor 3 dengan skors 203.

Dari hasil di atas dapat diuraikan bahwa setelah menyaksikan tayangan program Mamah dan Aa Beraksi episode Pengaruh Media Sosial Dalam Ibadah, jamaah

Dari hasil di atas dapat diuraikan bahwa setelah menyaksikan tayangan program Mamah dan Aa Beraksi episode Pengaruh Media Sosial Dalam Ibadah, jamaah

Dalam dokumen Disusun Oleh: Fahmi Darmawan NIM : (Halaman 37-0)

Dokumen terkait