• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III KONSEP PENDIDIKAN TAUHID

D. Pengertian Tauhid

Secara bahasa, tauhid adalah masdar dari fi’il wahhada,yuwahhidu artinya adalah menjadikan sesuatu itu satu. Adapun secara istilah tauhid adalah menunggalkan Allah dalam ibadah. Artinya hendaklah seseorang beribadah hanya kepada Allah, tidak mempersekutukan-Nya dengan seorang nabi yang diutus, malaikat, pemimpin, raja atau siapa saja diantara manusia (Syaikh Muhammad Bin Shalih al-Utsaimin, 2000: 47).

Ilmu ini dinamakan tauhid karena pembahasannya yang paling menonjol, menyangkut pokok ke-Esaan Allah yang merupakan asas pokok agama Islam, sebagaimana yang berlaku terhadap agama yang benar yang telah dibawakan oleh para Rasul yang diutus Allah. Konsepsi tentang tauhid yaitu ajaran sepanjang sejarah manusia, ajaran dari tiap-tiap Nabi dan Rasul. Sejak dari Nabi Adam a.s., Idris a.s., Nuh a.s., Ibrahim a.s., Musa a.s., Daud a.s., Isa a.s., sampai pada zaman Nabi Muhammad Saw. Firman Allah SWT:

ِنوُدُب ۡعٱَف ۠اَنَأ ٰٓ َّلَِإ َه َلِإ ٰٓ َلَ ۥُهَّنَأ ِهۡيَلِإ ٰٓيِحوُن َّلَِإ ٍلوُسَّر نِم َكِلۡبَق نِم اَنۡلَس ۡرَأ ٰٓاَمَو

٣٢

Artinya: “Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul sebelum engkau

29

sesungguhnya tidak ada Tuhan melainkan Aku, karena itu sembahlah Aku(QS. Al-Anbiya: 25).

Doktrin Tauhid bagi kehidupan manusia, menjadi sumber kehidupan jiwa dan pendidikan kemanusiaan yang tinggi. Tauhid akan mendidik jwa manusia untuk mnegikhlaskan seluruh hidup dan kehidupannya kepada Allah semata. Pengetahuan tentang Tuhan hanya mungkin diperoleh secara pasti apabila melalui wahyu (revelation). Pengetahuan itu mustahil didapat dengan pemikiran akal semata. Apa sebabnya? Sebab pikiran manusia lemah (dhaif) untuk mengajuk masalah Ketuhanan kalau ia hanya berjalan sendiri. Pikiran manusia sifatnya nisbi sedang Tuhan sifatnya mutlak (absolut) (Nasruddin Razak, 1989 : 39).

Tauhid membebaskan manusia dari penjajahan, perbudakan, dan perhambaan, baik oleh sesame manusia, maupun oleh hawa nafsu dan harta benda. Karena tauhid manusia hanya akan menghambakan diri kepada Allah semata.

Dari uraian di atas telah dijelaskan bahwa tauhid merupakan ilmu tentang mengesakan Allah dengan rububiyah, ikhlas beribadah hanya kepada-Nya. Serta menetapkan bagi-Nya nama-nama dan sifat-sifat kesempurnaan-Nya. Dengan demikian tauhid ada tiga macam:

1. Tauhid Rububiyah

Tauhid rububiyah secara garis besar adalah meyakini dengan mantap bahwa Allah adalah rabb segala sesuatu dan tiada Allah selain Dia. Rabb menurut

bahasaa bermakna pemilik yang mengatur (Muhammad Nu’aim Yasin, 2002 : 5).

Secara syari’at adalah meyakini bahwa Allah adalah satu-satunya pencipta, pemilik dan pengendali alam raya dengan takdir-Nya. Ia menghidupkan dan mematikan serta mengendalikan alam dengan sunnah-sunnah-Nya. Sebagaimana firman Allah SWT:

30

ُلِم ۡحَت اَمَو َۚا ٗج َو ۡزَأ ۡمُكَلَعَج َّمُث ٖةَفۡطُّن نِم َّمُث ٖباَرُت نِّم مُكَقَلَخ ُ َّلِلّٱَو

ُي اَمَو َۚۦِهِمۡلِعِب َّلَِإ ُعَضَت َلََو ىَثنُأ ۡنِم

ۡنِم ُصَقنُي َلََو ٖرَّمَعُّم نِم ُرَّمَع

ٞريِسَي ِ َّلِلّٱ ىَلَع َكِل َذ َّنِإ ٍَۚب َتِك يِف َّلَِإ ٰٓۦِهِرُمُع

٣٣

ٌحۡلِم اَذ َهَو ۥُهُباَرَش ٞغِئٰٓاَس ٞتاَرُف ٞب ۡذَع اَذ َه ِناَر ۡحَبۡلٱ يِوَت ۡسَي اَمَو

ۡسَتَو اٗهيِرَط ا ٗم ۡحَل َنوُلُكۡأَت ٖهلُك نِمَو ۖٞجاَجُأ

ۖاَهَنوُسَبۡلَت ٗةَيۡلِح َنوُجِر ۡخَت

ۡمُكَّلَعَلَو ۦِهِل ۡضَف نِم ْاوُغَتۡبَتِل َرِخاَوَم ِهيِف َكۡلُفۡلٱ ىَرَتَو

َنوُرُك ۡشَت

٣٣

َس ۡمَّشلٱ َرَّخَسَو ِلۡيَّلٱ يِف َراَهَّنلٱ ُجِلوُيَو ِراَهَّنلٱ يِف َلۡيَّلٱ ُجِلوُي

َسُّم ٖلَجَ ِلْ يِر ۡجَي ٞهلُك َۖرَمَقۡلٱَو

َنيِذَّلٱَو َُۚكۡلُمۡلٱ ُهَل ۡمُكُّبَر ُ َّلِلّٱ ُمُكِل َذ َۚى ٗهم

ٍريِمۡطِق نِم َنوُكِل ۡمَي اَم ۦِهِنوُد نِم َنوُع ۡدَت

٣١

Artinya : “Dan Allah menciptakan kamu dari tanah kemudian dari air mani,

kemudian Dia menjadikan kamu berpasangan (laki-laki dan perempuan). Dan tidak ada seorang perempuanpun mengandung dan tidak (pula) melahirkan melainkan dengan sepengetahuan-Nya. Dan sekali-kali tidak dipanjangkan umur seorang yang berumur panjang dan tidak pula dikurangi umurnya, melainkan (sudah ditetapkan) dalam Kitab (Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu bagi Allah adalah mudah. Dan tiada sama (antara) dua laut; yang ini tawar, segar, sedap diminum dan yang lain asin lagi pahit. Dan dari masing-masing laut itu kamu dapat memakan daging yang segar dan kamu dapat mengeluarkan perhiasan yang dapat kamu memakainya, dan pada masing-masingnya kamu lihat kapal-kapal berlayar membelah laut supaya kamu dapat mencari

31

karunia-Nya dan supaya kamu bersyukur. Dia memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. Yang (berbuat) demikian itulah Allah Tuhanmu, kepunyaan-Nya-lah kerajaan. Dan orang-orang yang kamu seru (sembah) selain Allah tiada mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari (QS. Al-Fatir ayat 11-13).

Ada pula yang harus diingatkan, bahwa pengakuan terhadap kerububiyahan Allah ini tidak akan menyebabkan seseorang tersebut berubah status dari kafir kepada iman, dari syirik kepada tauhid. Yang demikian itu karena mengimani Allah secara rububiyah ini baru sebatas pengakuan bahwa Allah di-Esakan atau ditauhidkan dalam segala perbuatan-Nya. Dan, pengakuan yang seperti ini juga diyakini oleh orang-orang kafir musyrik Makkah pada waktu itu. Pengakuan yang seperti ini juga telah dilakukan oleh semua makhluk yang bernama manusia ketika mereka masih berada di alam ruh. Pada saat itu semuanya sudah mengakui bahwa Dia-lah Dzat sebagai Pencipta, Pengatur dan Penata alam semesta ini (Darwis Abu Ubaidah, 2008: 48-49).

2. Tauhid Uluhiyah

Tauhid uluhiyah adalah mengesakan Allah dengan memurnikan perbuatan

para hamba semata-mata dengan niat taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah.

Sesungguhnya tauhid uluhiyah adalah bagian yang sangat penting dari akidah seorang mukmin. Sebab tauhid ini adalah buah dari tauhid rububiyah dan tauhid asma wa sifat. Tanpa tauhid uluhiyah, maka tauhid rububiyah dan tauhid asma wa sifat kehilangan makna dan faidahnya. Tauhid uluhiyah juga merupakan terpautnya hati kepada Allah, yaitu berupa rasa takut dan penuh harap, seperti menyerahkan diri kepada Allah semata dan menyadarkan segala kehidupan kepada-Nya, dan tidak ada seorang pun dari hamba-Nya yang patuh. Ketaatan hanyalah milik Allah semata (Syaikh Abu Bakar Al-Jazairi, 2002 : 83).

Sedangkan makna ibadah adalah semua hal yang dicintai oleh Allah baik berupa perkataan maupun perbuatan. Apa maksud yang dicintai Allah? Yaitu

32

segala sesuatu yang telah diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya, segala sesuatu yang dijanjikan balasan kebaikan bila melakukannya.

3. Tauhid Asma wa Sifat

Tauhid asma wa sifat adalah meyakini secara mantap bahwa Allah menyandang seluruh sifat kesempurnaan dan suci dari segala sifat kekurangan dan

bahwa Allah berbeda dengan seluruh makhluk-Nya (Muhammad Nu’aim Yasin,

2002 : 16).

Akidah ahlussunnah yang diajarkan oleh Rasulullah kepada generasi sahabat dan diajarkan secara turun temurun dari satu generasi ke generasi selanjutnya dalam masalah nama-nama dan sifat-sifat Allah adalah mengakui dan menetapkan semua nama dan sifat Allah yang termaktub dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah tanpa sedikitpun melakukan ta’thil (meniadakan nama atau sifat Allah), tamtsil (menyerupakan nama dan sifat Allah dengan nama atau sifat

makhluk) dan takyif (mempersoalkan hakikat nama dan sifat Allah dengan

menanyakan bagaimana).

Sesungguhnya Allah telah menyifati diri-Nya dalam kitab-Nya dan juga melalui Rasulullah dengan sifat-sifat yang tinggi dan memerintahkan agar orang-orang mukmin yang beriman kepada-Nya menyifati-Nya dengan sifat-sifat itu serta bertawassul dan mendekatkan diri kepada-Nya ( Syaikh Abu Bakar al-Jazairi,2002 : 90).

Dokumen terkait