• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGA (STUDI TERHADAP SURAT AL-IKHLAS MENURUT TAFSIR AL-MISHBAH KARYA M. QURAISH SHIHAB) - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGA (STUDI TERHADAP SURAT AL-IKHLAS MENURUT TAFSIR AL-MISHBAH KARYA M. QURAISH SHIHAB) - Test Repository"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

i

KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGA

(STUDI TERHADAP SURAT AL- IKHLAS MENURUT TAFSIR

AL-MISHBAH KARYA M. QURAISH SHIHAB)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Disusun Oleh : Tri Zunaenah

114-13-001

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

(2)
(3)

iii

KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGA

(STUDI TERHADAP SURAT AL- IKHLAS MENURUT TAFSIR

AL-MISHBAH KARYA M. QURAISH SHIHAB)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Disusun Oleh : Tri Zunaenah

114-13-001

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

(4)

iv Dr. M. Gufron, M.Ag

DOSEN IAIN SALATIGA

Persetujuan Pembimbing

Lamp : 4 Eksemplar

Hal : Naskah Skripsi

Tri Zunaenah

Kepada :

Yth. Dekan FTIK IAIN Salatiga di tempat

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya maka bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi saudara :

Nama : TRI ZUNAENAH

NIM : 114 13 001

Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK)

Program Studi : Pendidikan Agama Islam (PAI)

Judul : KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM

KELUARGA

(STUDI TERHADAP SURAT AL-IKHLAS MENURUT TAFSIR AL MISHBAH KARYA M. QURAISH SHIHAB)

Dengan ini kami mohon skripsi saudara tersebut di atas supaya segera dimunaqasahkan.

Demikian agar menjadi perhatian.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Salatiga, 27 Maret 2018 Pembimbing

(5)
(6)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

DAN

KESEDIAAN DI PUBLIKASI

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : TRI ZUNAENAH

NIM : 114-13-001

Fakultas : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK)

Program Studi : Pendidikan Agama Islam (PAI)

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan hasil jiplakan atau karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Skirpsi ini diperbolehkan untuk di Publikasikan oleh Perpustakaan IAIN Salatiga.

(7)

vii

MOTTO

“Setiap perjuangan pasti ada ujian dan

cobaannya,maka jalani dan lakukan dengan ikhlas

(8)

viii

PERSEMBAHAN

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas limpahan nikmat-Nya, skripsi ini penulis persembahkan kepada:

1. Suamiku tercinta ( Muhammad Sayaful Choliq ) yang selalu menemani, mendukung dan membimbingku

2. Ayahku tercinta (Muslimin) dan Ibuku tersayang (Ngatmi) sebagai wujud

baktiku kepadanya, yang telah bersusah payah membesarkanku, memberikan dukungan ,mendo’akanku serta membiayai kebutuhanku

hingga aku lulus S1.

3. Ayah Mertuaku ( Ahmad Munir, Al-Hafidz ) dan Ibu Mertuaku ( Siti Haniah ) yang telah mendoakan serta support dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Anakku tercinta ( Ahwalul Kautsar Muhammad ) yang menjadi

semangatku untuk menyelesaikan skripsi ini

5. Taman-temanku Pendidik PAUD SBB Pelangi Nusantara 04 yang selalu

memberikan kesempatan untuk saya menuntut ilmu di IAIN Salatiga

6. Teman – teman seperjuangan PAI Ekstensi angkatan 2013.

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang dengan rahmat, taufik serta hidayah Nya skripsi dengan judul Konsep Pendidikan Tauhid Dalam Keluarga (Studi Terhadap Surat Al-Ikhlas menurut Tafsir Al-Mishbah Karya M. Quraish Shihab) bisa selesai.

Shalawat serta salam senantiasa terlimpahkan kepangkuan baginda Nabi Muhammad SAW, semoga beliau senantiasa dirahmati Allah.

Penulisan skripsi ini tidak akan selesai tanpa dukungan, motivasi, dan bantuan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini selesai. Oleh karena itu, penulis sampaikan terimakasih kepada:

1. Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Suwardi, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

IAIN Salatiga.

3. Siti Rukhayati, M.Ag selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam.

4. Dr. M. Gufron, M.Ag selaku pembimbing yang telah membimbing,

memberi motivasi dan meluangkan waktunya dalam penulisan skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu dosen IAIN Salatiga yang telah memberikan ilmu, bagian

akademik dan staf perpustakaan yang telah memberikan layanan serta bantuan kepada penulis.

Atas semua bantuan yang telah diberikan, penulis mengucapkan terimakasih. Semoga amal yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, masih banyak kekurangan baik dalam hal isi maupun metodologis. Kritik serta saran yang membangun penulis harapkan bagi kesempurnaan penulisan dimasa yang akan datang. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca yang budiman. Amin.

Salatiga, 9 Maret 2018

(10)

x ABSTRAK

Zunaenah, Tri. 2018. Konsep Pendidikan Tauhid ( Studi Terhadap Surat Al-Ikhlas . Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing Dr. M. Gufron, M.Ag.

Kata Kunci: Konsep Pendidikan Tauhid, Al-Ikhlas

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kajian QS. Al-Ikhlas menurut pendapat M. Quraish Shihab dalam Tafsir al-Mishbah kaitannya dengan penanaman pendidikan tauhid dalam keluarga.

Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research),

sedangkan dalam pengumpulan datanya menggunakan metode dokumetasi (documentation research methode),analisis data yang digunakan dalam skripsi ini adalah pendekatan deduktif dan induktif.

(11)

xi

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN……… vi

MOTTO……..……...………...……… vii

B. Sistematika Penulisan Tafsir Al-Mishbah ……… 20

1. Latar Belakang Penulisan Tafsir Al-Mishbah …… 20

(12)

xii

3. Metode Tafsir Al-Mishbah…..……… 21

4. Corak Tafsir Al-Mishbah…….……… 21

BAB III KONSEP PENDIDIKAN TAUHID A. Pengertian Pendidikan Islam………. 23

B. Dasar Pendidikan Islam………... 25

C. Tujuan Pendidikan Islam……….…….. 27

D. Pengertian Tauhid……….. 28

1. Tauhid Rububiyah……… 29

2. Tauhid Uluhiyah……….. 31

3. Tauhid Asma wa Sifat………. 32

E. Asbabun Nuzul surat Al-Ikhlas………. 32

F. Konsep Tauhid dalam surat Al-Ikhlas………... 35

G. Konsep Tauhid Menurut Tafsir Al-Mishbah………... 35

BAB IV RELEVANSI PENDIDIKAN TAUHID DENGAN KEHIDUPAN SEKARANG SESUAI SURAT AL-IKHLAS A. Analisis Data…………....……….. 45

1. Analisis metode menanamkan dan menumbuhkan pendidikan Tauhid dalam keluarga muslim……..………... 45

2. Konsep Tauhid sesuai tafsir Al-Mishbah…………. 51

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ……… 53

(13)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah suatu kegiatan manusia yang terjadi disetiap proses kehidupan, pendidikan bukan hanya terjadi di lingkungan formal atau lembaga pendidikan saja. Pendidikan adalah “Handayani” seperti yang dikemukakan oleh Ki Muhammad Said R. yang memiliki arti “Memberi Pengaruh”. Pendidikan kumpulan dari semua proses yang memungkinkan seseorang mampu mengembangkan seluruh kemampuan (potensi) yang dimilikinya. Sikap-sikap dan bentuk perilaku yang bersifat positif dimasyarakat tempat individu yang bersangkutan berada (Dr. M. Sukardjo,2009:9).

Dapat dikatakan bahwa pendidikan sudah ada sejak manusia diciptakan. Terbukti dalam Q.S Al-Baqarah ayat 31-32 :

ِءآَمْسَأِب ىِنؤُُـِبۢنَأ َلاَقَف ِةَكِئٰٓ لَمْلا ىَلَع ْمُهَضَر َع َّمُث اَهَّلُك َءآَمْسَ ْلْا َمَداَء َمَّلَعَو

١٣ َنيِقِد ص ْمُتنُك نِإ ِء َلَُؤٰٓ ه

١٣ ُميِكَحْلا ُميِلَعْلا َتنَأ َكَّنِإ ۖ آَنَتْمَّلَع اَم َّلَِإ آَنَل َمْلِع َلَ َكَن حْبُس اوُلاَق

Artinya : “Dan Allah ajarkan kepada Adam nama-nama (benda)

semuanya, kemuadian Allah perlihatkan kepada para

malaikat, seraya berfirman, “Sebutkan kepada-Ku nama

semua (benda) ini jika kamu benar!.” 31

“Mereka menjawab, “Mahasuci Engkau, tidak ada yang

kami ketahui selain apa yang Engkau ajarkan kepada kami. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Mengetahui,

Mahabijaksana”. 32

(14)

2

Agama Islam mengajarkan bahwasanya seluruh alam ini, Tuhanlah yang telah menjadikan, menguasai dan mengawasinya. Bahwasanya Dia adalah Maha Tunggal, tidak ada yang menyertai dalam kesucian-Nya. Seseorang dikatakan telah memeluk Islam, apabila ia telah bersyahadat dengan sepenuh keimanan atas ke-Esaan Allah SWT bahwa Muhammad SAW adalah Rasulullah. Kedua

kepercayaan ini tersimpul dalam kalimat laailaahaillallah

muhammadurrasulullah (Tiada Tuhan selain Allah, dan Muhammad adalah utusan Allah). Bagian pertama kalimat ini memberikan konsep tauhid, dan bagian kedua adalah kesaksian atas kerasulan Muhammad SAW.

Kadar keimanan seseorang mempengaruhi seseorang dalam pergaulannya sehari-hari. Kadar ketauhidan seseorang juga sangat berkaitan dengan besarnya adab dan akhlak yang dia miliki. Akidah dan agama merupakan suatu keyakinan yang harus ditanamkan kepada anak. Akidah adalah keimanan yang menjadi landasan seseorang menjadi yakin dalam beragama.

Oleh karena itu tampak jelas sekali hikmahnya, mengapa iman dijadikan sebagai prinsip umum dan kekal abadi. Juga mengapa Allah tidak pernah membiarkan suatu generasi atau suatu umat dalam keadaan kosong tanpa mengutus seorang rasul kepada mereka untuk mengajak mereka kepada iman ini dan memperdalam akar-akar aqidah ini di dalam hati mereka (Sayyid Sabbiq, 2008 : 8).

(15)

3

Sebagaimana firman Allah Ta’ala:

َنوُقَّتَت ْمُكَّلَعَل ْمُكِلْبَق ْنِم َنيِذَّلاَو ْمُكَقَلَخ يِذَّلا ُمُكَّبَر اوُدُبْعا ُساَّنلا اَهُّيَأ اَي

٣٣

ًءاَم ِءاَمَّسلا َنِم َلَزْنَأَو ًءاَنِب َءاَمَّسلاَو اًشاَرِف َضْرلْا ُمُكَل َلَعَج يِذَّلا

٣٣ َنوُمَلْعَت ْمُتْنَأَو اًداَدْنَأ ِ َّ ِلِلّ اوُلَعْجَت لاَف ْمُكَل اًقْزِر ِتاَرَمَّثلا َنِم ِهِب َجَرْخَأَف

Artinya : “Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa. Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui” (QS. Al-Baqarah: 21-22). Umumnya dakwah dan seruan iman ini datang sesudah hati nurani manusia mengalami kerusakan, dan sesudah semua nilai luhur hancur. Dan tampak bahwa manusia sangat memerlukan datangnya mu’jizat yang dapat mengembalikannya kepada fitrahnya yang sehat agar memiliki kelayakan untuk

memakmurkan bumi dan mampu mengemban amanah kehidupan(Sayyid Sabbiq,

2008 : 9).

Sekedar percaya akan wujud Allah belumlah cukup untuk menjadikan sempurna keislaman seseorang, yang paling utama di dalam hubungan makhluk dengan Allah ialah kepatuhan yang bulat hanya kepada-Nya. Inilah intisari sesungguhnya dari ajaran Islam, yaitu mentauhidkan atau mengesakan Allah. Tauhid akan membuat jiwa tentram dan menyelamatkan manusia dari kesesatan dan kemusyrikan. Selain itu, Tauhid juga berpengaruh untuk membentuk sikap dan perilaku manusia. Jika tauhid ditanamkan dengan kuat, ia akan menjadi sebuah kekuatan batin yang tangguh, sehingga melahirkan sikap positif.

(16)

4

anak sejak lahir sudah membawa fitrah Tauhid dan aqidah Iman kepada Allah, serta berada di atas dasar kesucian, maka jika tersedia baginya pendidikan yang baik dalam keluarga, interaksi sosial yang baik, dan lingkungan belajar yang baik. Dan jika pendidikan anak jauh dari akidah Islam, dan dari bimbingan agama serta hubungan dengan Allah Ta’ala, maka pastinya kelak sang anak akan tumbuh dalam dunia kejahatan dan penyimpangan ( Abdullah Nasih Ulwan, 2013 : 80 ).

Al-Qur’an menegaskan bahwa dalam fitrah diri manusia terdapat kecenderungan menuju keimanan dan penolakan terhadap tindak kejahatan dan kedurhakaan. Allah tidak hanya menempatkan dalam fitrah diri manusia keimanan kepada yang maha mencipta dan menganugerahinya kemampuan untuk mengenal Allah, namun dia juga telah menciptakan di dalamnya dorongan-dorongan alamiah menuju kebaikan dan penolakan terhadap perbuatan buruk, dosa, dan tindakan-tindakan yang merendahkan martabat manusia. Oleh karena itulah secara tanpa sadar jiwa manusia condong kepada kebaikan ( Sayyid Mujtaba Musawi Lari, 1997 : 37 ).

Dan hakikat dari fitrah ini telah ditetapkan Al-Qur’an bahwasanya fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah.

Sebagaimana firman Allah Ta’ala mengenai hal ini adalah :

َرۡفُكۡلٱ ُمُكۡيَلِإ َهَّرَكَو ۡمُكِبوُلُق يِف ۥُهَنَّيَزَو َن َميِ ۡلۡٱ ُمُكۡيَلِإ َبَّبَح َ َّلِلّٱ َّنِك َلَو

َنوُدِش َّرلٱ ُمُه َكِئٰٓ َلْوُأ ََۚناَي ۡصِعۡلٱَو َقوُسُفۡلٱَو

٧

Artinya : “... Tetapi allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan iman itu indah dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan” (QS. Al-Hujurat : 7).

(17)

5

Dilihat dari segi pendidikan, keluarga merupakan satu kesatuan hidup (system social), dan keluarga menyediakan situasi belajar, dapat dilihat bahwa bayi dan anak-anak sangat bergantung kepada orang tua, baik karena keadaan jasmaniyah maupun intelektual, sosial dan moral. Bayi dan anak belajar menerima dan meniru apa yang diajarkan oleh orang tua. Sangat wajar dan logis jika tanggung jawab pendidikan terletak di tangan kedua orang tua dan tidak bisa dipikulkan kepada orang lain karena ia adalah darah dagingnya, kecuali berbagai keterbatasan kedua orang tua.

Anak dapat belajar dengan memperhatikan cara orang dewasa menggunakan keterampilannya, dan orang tua dapat mengajarkan sesuatu dengan memberi tahu anak apa yang harus dilakukan. Sayangnya orang tua tidak membolehkan anak masuk ke dalam proses berfikir mereka. Memberi anak-anak kesempatan mengetahui pikiran orang dewasa akan mengajarkan kepada mereka bahwa memiliki perasaan negatif, bingung, dan tidak mendapatkan solusi sempurna adalah hal yang normal. Tentu saja, orang tua perlu memberi teladan kendali diri dan keterampilan berkomunikasi dengan baik, jika itu juga yang mereka harapkan dari anak-anak ( Maurice J. Elias, 2002 : 89 ).

(18)

6

keimanan yang kuat serta akhlak yang mulia, maka anak dapat melihat orang tuanya sebagai teladan yang memberikan pengetahuan sekaligus pengalaman dan pengarahan.

Kepribadian muslim dibentuk sejak dini, bahkan para ulama ada yang mengatakan ketika bayi dalam kandungan seorang ibu. Orang tua mempunyai kewajiban yang sangat besar dalam menanamkan dan menumbuhkan aqidah anak dan akhlak yang mulia pada anak. Para ulama mengatakan semakin kurang keimanan anak, maka semakin rendah juga kadar akhlak, watak, kepribadian, serta kesiapan seorang anak untuk menerima konsep Islam sebagai pedoman dan pegangan hidup. Sebaliknya, jika aqidah tauhid anak telah kokoh dan mapan, maka terlihat jelas dalam setiap amal perbuatannya. Setiap konsep yang ada dalam Islam akan diterima secara utuh dan lapang dada oleh seorang anak ketika mereka tumbuh dewasa, tanpa ada rasa keberatan dan terkesan mencari-cari alasan.

Orang tua merupakan pendidik utama bagi anak-anak mereka, karena dari merekalah anak mula-mula menerima pendidikan. Dengan demikian bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam kehidupan keluarga orang tua memiliki kewajiban untuk membentuk generasi pengubah peradaban. Salah satunya dengan cara mengembangkan kreativitas anak dengan nilai spiritualitas. Berdasarkan ajaran Islam, orang tua bertanggung jawab atas pendidikan, pembentukan kualitas, dan kepribadian anak.

(19)

7

Dengan kebersamaan yang dilalui di dalam keluarga maka mereka akan meniru apa yang mereka lihat, mereka dengar, dan yang dilakukan orang tua mereka. Seringkali orang tua tidak dapat mendampingi anaknya karena waktu yang telah dipakai untuk bekerja guna memenuhi materi keluarga.

Alasan kesibukan menjadi landasan orang tua menyerahkan pendidikan anaknya ke lembaga pendidikan untuk mendidik agar anak bersikap sopan, memiliki sosial yang baik di lingkungan, menjadi pribadi yang religius, memiliki akhlak yang mulia, disiplin serta bertanggung jawab. Namun pendidikan anak tidak hanya dilepas begitu saja kepada lembaga pendidikan, kemudian dengan mudah menuntut dan mengkambing hitamkan lembaga pendidikan jika sang anak berbuat sebuah penyelewengan. Akan tetapi tetap ada pantauan dan interaksi yang mendukung untuk perkembangan pendidikan sang anak saat anak kembali di lingkungan keluarga. Pendidikan akan berhasil tergantung sejauh mana kerja sama antara lembaga pendidikan dengan orang tua si anak.

Untuk membentuk anak yang saleh, dibutuhkan pendidikan yang terarah

sebagaimana yang dikatakan dalam Al-Quran Surat An-Nisa’ ayat 9:

َ هاللّ اوُقَّتَيْلَف ْمِهْيَلَع ْاوُفاَخ ًافاَعِض ًةَّيِّرُذ ْمِهِفْلَخ ْنِم ْاوُكَرَت ْوَل َنيِذَّلا َشْخَيْلَو

ًاديِدَس ًلَْوَق ْاوُلوُقَيْلَو

٩

Artinya :“Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang

sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar”. ( Q.S. An-Nisa’ : 9 )

(20)

8

Metode tahlili menafsirkan ayat demi ayat sesuai susunannya dalam setiap surat, dan urutan masa pewahyuan masing-masing surat, sedangkan metode maudhui adalah model penafsiran dengan menghimpun sejumlah ayat yang tersebar dalam berbagai surat yang membahas tema yang sama. Setelah menjelaskan pengertian menyeluruh dari ayat-ayat tersebut, mufassir kemudian menarik kesimpulan sebagai jawaban atas tema yang dibahas. Dalam penulisan Tafsir al-Mishbah, Quraish memadukan metode tahlili dan maudhu’i. sehingga pembaca tinggal memilih sesuai kebutuhan mereka.

Menurut Manager Program Pusat Studi Al-Qur’an, Muchlis M. Hanafi, selain kombinasi dua metode tadi, Tafsir al-Mishbah juga mengedepankan corak ijtima’i (kemasyarakatan). Uraian-uraian yang muncul mengarah pada masalah-masalah yang berlaku atau terjadi di tengah masyarakat. Lebih istimewa lagi, menurut Muchlis, kontekstualisasi sesuai corak kekinian dan keindonesiaan sangat mewarnai al-Mishbah (Mauluddin Anwar.dkk, 2015: 284).

Berpedoman Al-Qur’an dalam surat Al-Ikhlas disebutkan bahwa kita

hanya memiliki Tuhan yang satu yaitu Allah SWT surat ini mengajarkan tentang ketauhidan kepada-Nya. Bagaimana kita harus menyakini atas keesaan-Nya dan Ikhlas untuk beribadah kepadanya. Penulis tertarik mengetahui konsep pendidikan tauhid dalam surat tersebut melalui kajian pustaka atas TAFSIR Al- Misbah karya M. Quraish Shihab.

Dengan latar belakang di atas penulis tertarik untuk mengangkat tema tersebut dengan mengambil judul skripsi “KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGA (STUDI TERHADAP SURAT AL-IKHLAS MENURUT

TAFSIR AL-MISBAH KARYA M. QURAISH SHIHAB )”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang penulis paparkan maka yang 4menjadi masalah pokok dalam bahasan ini adalah :

(21)

9

2. Bagaimana konsep pendidikan tauhid dalam surat Al-Ikhlas menurut tafsir

Al-Misbah?

3. Bagaimana relevansi konsep pendidikan tauhid dalam keluarga sesuai

dengan surat Al-Ikhlas menurut tafsir Al- Misbah dengan kehidupan sekarang?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka penulis dapat menentukan tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui biografi M. Quraish Shihab

2. Untuk mengetahui konsep pendidikan tauhid tauhid dalam surat Al-Ikhlas

menurut Tafsir Al-Misbah

3. Untuk mengetahui relevansi konsep pendidikan tauhid dalam keluarga

sesuai dengan surat Al-Ikhlas menurut tafsir Al-Misbah

D. Kegunaan Penelitian

Manfaat dari penelitian ini dapat dikemukakan menjadi dua sisi :

1. Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis, dapat berguna sebagai sumbangan pikiran bagi dunia pendidikan khususnya pendidikan Islam

b. Dapat menambah wawasan teoritis tentang konsep pendidikan tauhid dalam keluarga

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Penulis

Dijadikan sebagai acuan seorang pendidik mengenai konsep pendidikan tauhid dalam keluarga

(22)

10

Sebagai masukan yang membangun guna meningkatkan kualitas lembaga pendidikan yang ada

c. Bagi lingkungan masyarakat

Sebagai ilmu yang bisa diaplikasikan kepada anggota keluarga masing-masing

E. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Metode penelitian ini berjenis kepustakaan (library reseach) yang difokuskan pada penelusuran dan penelaah literatur serta bahan pustaka lainnya.

2. Sumber Data

a. Sumber Primer

Kitab Tafsir Al-Mishbah Karya M. Quraish Shihab

b. Sumber Sekunder

Sumber data lain yang digunakan penulis dalam penelitian ini berupa buku-buku yang berhubungan dengan masalah yang menjadi pokok bahasan penelitian ini, antara lain: Tafsir Al-Mishbah, Al-Qur’an dan

terjemahannya DEPAG, Studi Ilmu Alqur’an, dan buku-buku lain yang berkaitan dengan pembahasan skripsi ini.

3. Teknik Pengumpulan Data

Adapun tenik pengumpulan data yang penulis lakukan dalam penelitian ini adalah dengan mencari dan mengumpulkan buku yang menjadi sumber data primer dan sekunder yang relevan. Setelah data terkumpul maka dilakukan penelaahan serta sistematis dalam

hubungannya dengan masalah yang diteliti, sehingga diperoleh data atau informasi untuk bahan penelitian.

4. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode antara lain:

(23)

11

Pendekatan deduktif yaitu penulisan kritik dan esai dengan menetapkan ukuran yang benar-benar dipahami dan diyakini secara objektif dan konsisten.Ukuran yang digunakan diantaranya tentang kaidah moral, kaidah sosial, kaidah hukum, atau kaidah ilmiah.Penulis harus netral, tidak boleh mengikuti emosi dan kehendak sendiri.Penilaian harus diberikan secara jujur dan objektif (Haryanta, 2012: 200).

Dengan pendekatan deduktif ini penulis menganalisis data yang berupa berbagai interpretasi tafsir Surat Al- Ikhlas baik dari sumber data primer maupun sekunder untuk kemudian ditemukan kekhususan konsep pendidikan tauhid dalam keluarga yang terkandung di dalam surat Al-Ikhlas.

b. Pendekatan Induktif

Pendekatan induktif yaitu penulisan kritik dan esai dimana penulis dapat langsung mengamati karya sastranya dan langsung membuat kesimpulan berdasarkan penilaian dari sudut pandangnya (Haryanta, 2012: 200-201). Berangkat dari analisa konsep khusus pendidikan tauhid

dalam keluarga yang terkandung dalam surat Al-Ikhlas, kemudian konsep tersebut dapat ditarik kesimpulan yang merupakan esensi dari konsep pendidikan yang terkandung dalam surat Al-Ikhlas secara umum.

F. Kajian Pustaka

Penulis mengkaji telaah pustaka dengan maksud untuk mendukung penulis yang lebih komprehensif. Maka penulis berusaha melakukan kajian awal terhadap pustaka atau karya-karya lain yang relevan dengan penelitian ini. Adapun penelitian yang senada dengan penelitian ini antara lain:

1. Saudari Siti Sukrillah (2015) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan,

Program Studi PAI, IAIN Salatiga “Konsep Pendidikan Tauhid dalam

(24)

12

berkesinambungan sampai keturunannya di masa depan kelak meskipun berbeda cara atau metode dalam pelaksanaannya.

2. Saudari Syarifatun Nurul Maghfiroh (2016) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Program Studi PAI, IAIN Salatiga “Nilai-nilai Pendidikan Tauhid dalam Kitab Aqidatul Awam Karya Sayid Ahmad Al-Marzuki berisi tentang nilai pendidikan tauhid yaitu pendidikan keimanan dimana keimanan sendiri terdiri dari keimanan kepada Allah, kepada Malaikat, kepada kitab-kitab, kepada Rasul, kepada hari akhir serta keimanan kepada qadha dan qadar. Sistematika penulisan dalam kitab Aqidatul Awam adalah tematik.

3. Saudari Alfrida Dyah Septiyani (2017) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

Keguruan, Program Studi PAI, IAIN Salatiga “Pendidikan Tauhid (Telaah

Kisah Ibrahim A.S QS. Al-An’am 7:74-83)” menerangkan terdapat tiga tujuan pendidikan tauhid pada ayat ini, pada ayat 75 yaitu berbunyi agar Dia termasuk orang yang yakin, kemudian pada ayat 82 mereka itulah yang akan mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang akan mendapat petunjuk, dan terakhir pada ayat 83 yang berbunyi kami tinggikan siapa yang Kami kehendaki beberapa derajat. Tiga tujuan pendidikan tauhid tersebut adalah agar termasuk orang-orang yang yakin, agar mendapat keamanan dan petunjuk, serta agar mendapatkan derajat. Beberapa metode yang dilakukan oleh nabi Ibrahim dalam kisahnya antara lain : menegur, mengarahkan, mencari sendiri, berdialog dan berdiskusi serta mengancam.

4. Saudari Ni’matul Mufid (2014) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

(FITK), jurusan PAI, UNSIQ Wonosobo, dengan judul “Konsep

Pendidikan Tuhid dalam Kelurga (Kajian QS. Al-Baqarah ayat 133)”

menjelaskan tentang pencapaian kesempurnaan tertinggi dan tingkat kematangan yang sempurna dengan metode teladan, metode pendidikan dengan pembiasaan, metode pendidikan dengan nasihat yang bijak, metode pendidikan dengan memberi perhatian dan metode pendidikan

(25)

13

Sejauh penelusuran yang dilakukan oleh penulis, belum ditemukan tulisan yang lebih spesifik dan mendetail tentang konsep pendidikan Tauhid dalam keluarga Studi QS. Al-Ikhlas menurut Tafsir Al-Mishbah karya M. Quraish Shihab.

G. Penjelasan Istilah

Untuk menghindari kesalah fahaman dengan maksud judul yang penulis angkat, maka akan dijelaskan batasan masing-masing istilah dari judul skripsi ini.

1. Konsep Pendidikan Tauhid

Konsep Pendidikan Tauhid terdiri dari tiga kata yaitu : Konsep, Pendidikan dan Tauhid.

a. Konsep adalah rancangan atau surat buram, ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret, gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada diluar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (KBBI,2003 : 588). b. Pendidikan adalah usaha meningkatkan diri dalam segala aspek

mencakup kegiatan pendidikan yang melibatkan guru maupun yang tidak melibatkan guru (pendidik) mencakup pendidikan formal, non formal serta informal (Ahmad Tafsir, 2013 : 6).

c. Tauhid adalah persoalan yang membahas tentang peng-Esaan

(26)

14

2. Surat Al-Ikhlas

Surat Al-Ikhlas adalah surat yang ke-112 dari al-Qur’an. Secara Bahasa kata ikhlas terambil dari kata khalish yang berarti suci atau murni setelah sebelumnya memiliki kekeruhan atau keberhasilan mengkikis dan menghilangkan kekeruhan itu sehingga sesuatu yng tadinya keruh menjadi murni.

Allah tempat meminta segala sesuatu. (Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada sesuatu yang setara menilai lam yalid merupakan satu ayat dan wa lam yulad ayat yang lain. Surat ini tergolong surat makiyyah yang terdiri dari 4 ayat (M. Quraish Shihab, 2003: 606).

3. Tafsir al-Mishbah

Al-Mishbah berarti lampu, lentera, pelita atau benda lain yang berfungsi serupa. Pada kata pengantar Tafsir al-Mishbah Quraish mengakui dirinya sangat dipengaruhi dan banyak merujuk tafsir karya Ibrahim Ibn Umar al-Biqa’I,

Muhammad Thanthawi, Mutawalli asy-Sya’rawi, Sayyid Quthb, Tahir Ibnu

(27)

15 H. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi merupakan suatu cara menyusun dan mengolah hasil penelitian dari data serta bahan-bahan yang disusun menurut susunan tertentu, sehingga menghasilkan kerangka skripsi yang sistematis dan mudah dipahami. Adapun sistematika skripsi ini adalah sebagai berikut :

BAB I : Pendahuluan, pada pendahuluan berisi : latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, metode penelitian, definisi operasional dan sistematika penelitian.

BAB II : Biografi M. Quraish Shihab

BAB III : Berisi Konsep pendidikan tauhid yang berisi pengertian, konsep

dalam Alqur’an menurut surat Al-Ikhlas, dan konsep menurut tafsir Al- Mishbah karya M. Quraish Shihab

BAB IV : Analisis data tentang Konsep Pendidikan Al-Qur’an menurut

Tafsir Al-Mishbah dan Relevansi di kehidupan sekarang, berdasarkan surat Al-Ikhlas

(28)

16 BAB II

BIOGRAFI M. QURAISH SHIHAB

A. Riwayat M. Quraish Shihab

1. Riwayat Keluarga

Tafsir Al- Misbah merupakan karya yang monumental. Pengarangnya lahir di Lotassalo, Rappang, kabupaten Sidenreng Rappang ( Sidrap ), Sulawesi Selatan pada hari Rabu, 16 Februari 1944, bertepatan dengan 22 Safar 1363 H.

Beliau memiliki nama Muhammad Quraish Shihab. Quraish merupakan

salah satu nama suku yang terhormat di kota Mekkah, dalam bahasa Arab, Quraish berarti “ ikan hiu kecil “, ( Mauluddin Anwar.dkk, 2015 : 3 ). Shihab adalah marga yang sudah melekat pada leluhur Quraish dari pihak ayahnya, Shihab merujuk pada dua ulama besar, Habib Ahmad Syahabuddin al-Akbar dan cucunya Habib Ahmad Syahabuddin al-Ashgar, kata Syahabbudin kemudian disingkat menjadi Syahab. Dalam bahasa Arab meski pengucapannya beda, arti syihab atau syahab sebenarnya sama saja , yaitu “suluh sapi“ atau “bintang”. Di negeri asalnya Yaman, Syahabbudin bukan hanya nama, tapi juga gelar bagi para ulama besar yang terkenal dengan ilmunya. Mereka bagaikan “suluh sapi” atau “bintang” yang bersinar karena sangat dikenal dari pemikiran dan karya tulisnya (Mauluddin Anwar.dkk, 2015: 9).

Ayah Quraish bernama Habib Abdurrahman Shihab dan ibunya Asma

yang biasa disapa dengan sebutan Puang Asma. Quraish merupakan anak

keempat dari dua belas bersaudara (Mauluddin Anwar.dkk, 2015: 7).

Pada tanggal 2 Februari 1975, Quraish menikahi seorang wanita yang bernama Fatmawaty. Dari pernikahannya itu Quraish memiliki 5 orang anak yaitu Nasywa, Najwa, Ahmad, Najelaa, dan Nahla.

(29)

17 2. Riwayat Pendidikan

Quraish menempuh pendidikan di SD Lompobattang selama 6 Tahun, kemudian melanjutkan ke SMP Muhammadiyah Makasar. Saat Quraish baru saja naik kelas 2 SMP, beliau tertarik untuk nyantri di Dar al-Hadits al-Faqihiyah, Malang. Ada empat tahapan pendidikan yang dilewati setiap santri. Pertama, tingkat i’dady selama dua tahun. Kedua, tingkat ibtida’iyah selama tiga tahun.

Ketiga adalah jenjang tsanawiyah yang berlangsung selama tiga tahun. Dan yang

terakhir, ‘aliyah yang ditempuh selama tiga tahun (Mauluddin Anwar.dkk, 2015:

44 ).

Bukan karena keberagaman materi yang diajarkan yang mendorong Quraish tekun belajar, melainkan sosok karismatik Habib Abdul Qadir Bilfaqih.

Quraish hanya dua tahun nyantri di al-Faqihiyah, tahun pertama beliau sudah bisa menghafal lebih dari seribu hadits. Quraish tidak hanya rajin mencatat, tapi juga mampu menjelaskan kandungan kitab-kitab yang dipelajarinya (Mauluddin Anwar.dkk, 2015: 48).

Di usianya yang baru 14 tahun beliau pergi ke Mesir bersama 14 anak muda utusan provinsi Sulawesi, untuk melanjutkan studinya. Di al-Azhar Quraish diterima di kelas dua I’dadiyah, yang setara dengan SMP atau Tsanawiyah di Indonesia. Setelah 9 tahun di rantau orang, Quraish meraih sarjana Tafsir dan Hadits. Dia sudah di jalur ahli tafsir. Hasil ujiannya dengan predikat “Jayyid Jiddan” membuatnya bisa dengan mudah masuk tingkat master. Hanya dua tahun, Quraish sudah meraih gelar Master of Art (M.A) pada jurusan yang sama. Tesisnya tak jauh dari al-Qur’an, “Al-I’jaz at-Tasyri’I li al-Qur’an al-Karim” (Kemukjizatan al-Qur’an al-Karim dari segi Hukum). Selanjutnya gelar Doktor juga ditempuhnya di al-Azhar setelah beliau menikah (Mauluddin Anwar.dkk, 2015: 72).

(30)

18

al-gagihul muqoddam ats-tsany abdur rahman bin Muhammad as-assegaf, Imam abdulloh ba’alawy, Imam al-faqih muqoddam Muhammad bin ali ba’alawy RA ( Mursyid Pertama Thoriqoh Alawiyah )

3. Pengabdian M. Quraish Shihab

Usai meraih gelar master bidang ilmu tafsirdi al-Azhar, Quraish pulang ke Makassar untuk membantu mengelola IAIN Alaudin. Tahun 1973, atau belum genap 2 tahun mengabdi, Quraish bahkan didaulat menjadi wakil rector bidang akademik dan kemahasiswaan. Saat itu usianya baru 29 stahun, statusnya belum pegawai negeri dan belum menikah. Di Tahun 1984 Quraish mengabdi di IAIN Syarif Hidayatullah, persisnya di fakultas Ushuluddin, yang menaungi jurusan Tafsir Hadits (Mauluddin Anwar.dkk, 2015: 188).

Kepakaran Quraish di bidang tafsir al-Qur’an tak hanya diakui di kampus

IAIN Jakarta. Quraish pun dipercaya mengemban sejumlah jabatan, seperti Ketua Majlis Ulama Indonesia (MUI) Pusat (sejak 1984), anggota Lajnah Pentashihah

Mushafal-Qur’an Departemen Agama (sejak 1989), dan Asisten Ketua Umum

Ikatan Cendikiawan Muslim se-Indonesia (ICMI), saat organisasi ini didirikan (1990). Quraish juga aktif menularkan pemikirannya melalui tulisan, sehingga

dipercaya menjadi Dewan Redaksi sejumlah jurnal Ilmiah, seperti Studia

Islamika, Ulumul Qur’an, Mimbar Ulama, dan Refleksi ( jurnal kajian agama dan filsafat). Pada tahun 1992 M. Quraish Shihab mendapatkan amanah untuk menjadi rektor IAIN Jakarta. Beliau juga kembali terpilih menjadi rektor untuk periode yang kedua yaitu tahun 1996. Namun belum tuntas masa jabatannya beliau harus melepas amanah itu karena dipercaya oleh Presiden Soeharto mengemban posisi Menteri Agama pada Kabinet Pembangunan VII, 16 Maret 1998 (Mauluddin Anwar.dkk, 2015 : 194).

4. Karya M. Quraish Shihab

(31)

19

Qadir Bilfaqih. Kemampuannya menulis terasah di bangku kuliah Universitas al-Azhar, Mesir. Tak heran jika di usia 22 tahun, Quraish telah menuangkan pikiran-pikirannya dalam tulisan berbahasa Arab sepanjang 60 halaman. Karya yang disusunnya itu diberi judul al-Khawathir, atau Lintasan Pikiran.

Pada tahun 2005 karya yang selesai ditulis pada 16 Juli 1966 itu diterjemahkan dalam bahasa Indonesia oleh Ahmad al-Attas, dan diterbitkan

dalam bentuk buku yang berjudul Logika Agama; Kedudukan Wahyu dan

Batas-Batas Akal Dalam Islam.

Quraish kembali membuka kliping usangnya, lalu menerjemahkan sebagian dalam bahasa Indonesia. Jadilah 2 buku; yang Ringan dan Jenaka dan Yang Sarat dan Yang Bijak, terbitn Lentera Hati tahun 2007 (Mauluddin Anwar.dkk, 2015: 268).

Saat mengajar di IAIN Alaudin, Quraish melanjutkan kebiasannya untuk menulis. Karya tentang Studi Al-Qur’an adalah:

1. Tafsir al-Mannar, Karya Muhammad Abduh dan M. Rasyid Ridha. Pada 2005 diterbitkan lagi dengan judul Rasionalitas Al-Qur’an Studi Kritis atas Tafsir Al-Manar di Lentera Hati, Jakarta.

2. Diambil dari kumpulan artikel Quraish antara 1975-1992 terbitlah

buku yang berjudul membumikan al-Qur’an (Mizan: 1992).

3. Sesudah itu diterbitkan pula Wawasan al-Qur’an; Tafsir Maudhu’I atas Pelbagai Persoalan Umat (Mizan, 1996).

4. Tanggal 18 Juni 1999 Quraish mulai menulis karyanya yang

monumental yaitu Tafsir al-Mishbah, saat beliau ditugaskan sebagai Duta Besar di Mesir, dan selesai pada 5 September 2003.

Karyanya tentang isu aktual di tengah masyarakat antara lain:

1. Lentera Hati (Mizan, 1994), berisi kumpulan 153 esainya pada rubrik Pelita Hati di Harian Pelita.

2. Buku yang Tersembunyi, Jin, Iblis, Setan, dan Malaikat ( Lentera Hati : 1999)

(32)

20

4. Sunnah-Syiah Bergandengan Tangan! Mungkinkah? (2007), Jilbab Pakaian Wanita Muslimah ( 2004)

5. Membaca Sirah Nabi Muhammad saw (2011)

6. Birrul Walidain; Wawasan Al-Qur’an Tentang berbakti kepada ibu dan bapak (Lentera Hati: 2014)

B. Sistematika Penulisan Tafsir al-Mishbah

1. Latar Belakang penulisan tafsir al-Mishbah

Suatu saat Quraish menerima secarik kertas yang bertuliskan “Kami

menunggu karya ilmiah Pak Quraish yang lebih serius”. Dan menulis tafsir adalah

secara utuh adalah sebagian cita-cita dari M. Quraish Shihab. Puluhan tahun Quraish memendam hasrat untuk menulis tafsir. Tapi masih terkendala dengan banyaknya rutinitas dan tanggung jawab yang harus di selesaikannya. Banyak kawan yang mendukung Quraish untuk menulis tafsir, tetapi pasti ada alasan “Butuh konsentrasi penuh dan mungkin baru terwujud kalau saya diasingkan atau di penjara”, ungkap Quraish. Dan akhirnya kesempatan untuk menulis tafsir itu beliau dapatkan. Beliau ditunjuk oleh B.J. Habibie yang menjabat sebagai presiden dimasa itu, untuk menjadi Duta Besar dan berkuasa di Mesir, Somalia, dan Jibuti, tahun 1999 (Mauluddin Anwar.dkk, 281).

2. Gambaran Umum Tafsir al-Mishbah

Quraish mulai menulis al-Mishbah pada Jum’at, 18 Juni 1999. Awalnya

tak muluk-muluk, hanya ingin menulis maksimal 3 volume. Tapi kenikmatan rohani yang direngguknya dari mengkaji kalam Ilahi, tak terasa akhir masa jabatannya sebagai Duta Besar tahun 2002, Quraish berhasil menuntaskan 14 jilid Tafsir al-Mishbah.

(33)

21

dalam kurun waktu 4 tahun 2 bulan 18 hari itu digunakan untuk menggarap Tafsir al-Mishbah, maka perhari Quraish menulis 6,5 halaman. Al-Mishbah berarti lampu, lentera, pelita atau benda lain yang berfungsi serupa (Mauluddin Anwar.dkk, 2015 : 283).

3. Metode Tafsir al-Mishbah

Sebelum menggarap al-Mishbah, Quraish pernah menulis tafsir. Salah satunya berjudul Tafsir al-Qur’an al-Karim Atas Surat-Surat Pendek Berdasarkan Urutan Turunnya Wahyu, terbitan Pustaka Hidayah tahun 1997. Buku setebal 888

halaman itu menghidangkan 24 surat. Penulisannya menggunakan metode tahlili,

yang biasa digunakan para mufassir (ahli tafsir) klasik. Metode tahlili

menafsirkan ayat demi ayat sesuai susunannya dalam setiap surat, dan urutan masa pewahyuan masing-masing surat.

Tapi karya tafsir dengan metode tahlili sangat menyita waktu dan dianggap tidak praktis bagi pembaca. Quraish pun beralih menggunakan metode Maudhu’I (tematik), yang dikembangkan para penulis kontemporer, seperti Abbas

Mahmud al-‘Aqqad, Muhammad Rasyid Ridha, dan Abu al-A’la al-Maududi.

Metode maudhu’I adalah model penafsiran dengan menghimpun sejumlah

ayat yang tersebar dalam berbagai surat yang membahas tema yang sama. Setelah menjelaskan pengertian menyeluruh dari ayat-ayat tersebut, mufassir kemudian menarik kesimpulan sebagai jawaban atas tema yang dibahas (Mauluddin Anwar.dkk, 2015 : 284).

Dalam penulisan tafsir al-Mishbah, Quraish memadukan metode tahlili dan maudhu’i. meski banyak kelemahannya, metode tahlili tetap digunakan, karena Quraish harus menjelaskan ayat demi ayat. Kelemahan itu ditutupi dengan penerapan maudhu’i, sehingga pandangan dan pesan kitab suci bisa dihidangkan secara mendalam dan menyeluruh, sesuai tema-tema yang dibahas.

4. Corak Tafsir al-Mishbah

Alquran juga telah memberikan banyak motivasi agar manusia merenungi

(34)

22

pikirannya. Tradisi tilawah, qira’ah dan tadabbur Al-Qur’an merupakan upaya

memahami dan mengamalkan Al-Qur’an. Beberapa tujuan Quraish menulis Tafsir

al-Mishbah adalah: pertama, memberikan langkah yang mudah bagi umat Islam

dalam memahami isi dan kandungan ayat-ayat Al-Qur’an dengan jalan

menjelaskan secara rinci tentang pesan-pesan yang dibawa oleh Al-Qur’an, serta menjelaskan tema-tema yang berkaitan dengan perkembangan kehidupan Manusia. Karena menurut M. Quraish Shihab walaupun banyak orang berminat memahami pesan-pesan yang terdapat dalam Alquran, namun ada kendala baik dari segi keterbatasan waktu, keilmuan, dan kelangkaan refrerensi sebagai bahan acuan.

Kedua, ada kekeliruan umat Islam dalam memaknai fungsi Al-Qur’an. Misalnya, tradisi membaca Q.S. Yasin berkali-kali, tetapi tidak memahami apa yang mereka baca berkali-kali terebut. Indikasi tersebut juga terlihat dengan banyaknya buku-buku tentang fadhilah-fadhilah surat-surat dalam al-Qur’an. Dari kenyatan tersebut perlu untuk memberikan bacaan baru yang menjelaskan tema-tema atau pesan-pesan Al-Qur’an pada ayat-ayat yang mereka baca.

Ketiga, kekeliruan itu tidak hanya merambah pada level masyarakat awam terhadap ilmu agama tetapi juga pada masyarakat terpelajar yang berkecimpung

dalam dunia studi Al-Qur’an. Apalagi jika mereka membandingkan dengan karya

ilmiah, banyak diantara mereka yang tidak mengetahui bahwa sistematika penulisan Alquran mempunyai aspek pendidikan yang sangat menyentuh.

Keempat, adanya dorongan dari umat Islam Indonesia yang mengugah hati dan membulatkan tekad M. Quraish Shihab untuk menulis karya tafsir. Berbagai permasalahan yang telah saya sebutkan tadi adalah latar belakang Quraish dalam menulis tafsir al-Mishbah dengan cara menghidangkannya dalam bentuk

tema-tema pokok dalam Al-Qur’an dan hal itu menunjukkan betapa serasinya ayat-ayat

dan setiap surat dengan temanya, tentunya hal ini akan sangat membantu dalam

(35)

23 BAB III

KONSEP PENDIDIKAN TAUHID

A. Pengertian Pendidikan Islam

Menurut Kamus Kebahasaan dan Kesusastraan yang dimaksud dengan konsep yaitu gambaran mental dari objek, proses atau segala sesuatu yang berada di luar bahasa dan yang digunakan akal budi untuk memahami sesuatu (Haryanta, 2012: 135).

Pendidikan aktivitas untuk mengembangkan seluruh potensi serta aspek kepribadian manusia yang berjalan seumur hidup sepanjang kehidupan manusia. Dengan demikian pendidikan dimaksudkan bukan sekedar pendidikan yang berlangsung di dalam kelas, ruangan dan waktu yang terbatas yang sering orang sebut dengan pendidikan formal. Akan tetapi ia mencakup seluruh kegiatan yang mengandung unsur pengembangan setiap potensi dasar yang dimiliki manusia kapan saja dan di mana saja ia lakukan. Karena itu pendidikan dikatakan sebagai sarana utama untuk mengembangkan kepribadian manusia.

Pendidikan berkenaan dengan fungsi luas dari pemeliharaan dan perbaikan kehidupan suatu masyarakat, terutama membawa masyarakat yang masih baru bagi penyesuaian kewajiban dan tanggung jawab didalam masyarakat. Aktivitas pendidikan berkaitan erat dengan proses pemanusiaan manusia (humanizing of human being) ata upaya membantu subjek (individual atau satuan social) secara normatif berkembang lebih baik (Ismail Thoib, 2008 : 1-2).

Konsep dasar pendidikan Islam mencakup pengertian istilah tarbiyah, ta’lim dan ta’dib. Analisis ini dimaksudkan untuk mendapatkan konsep yang lebih tepat tentang pendidikan Islam.

1. Tarbiyah

(36)

24

ا ٗريِغَص يِناَيَّبَر اَمَك اَمُه ۡمَح ۡرٱ ِّبَّر لُقَو ِةَم ۡحَّرلٱ َنِم ِّلُّذلٱ َحاَنَج اَمُهَل ۡضِف ۡخٱَو

٣٤

Artinya: “Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua

dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai

Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana

mereka berdua telah mendidikku waktu kecil” (Q.S. Al-Isra’: 24).

Tarbiyah adalah mempersiapkan manusia supaya hidup dengan sempurna dan bahagia, mencintai tanah air, tegap jasmani, sempurna budi pekerti (akhlaknya), teratur pikirannya, halus perasaannya, mahir dalam pekerjaannya, manis tutur katanya baik dengan lisan atau tulisan.

2. Ta’lim

Ta’lim adalah proses transmisi berbagai ilmu pengetahuan pada jiwa individu tanpa adanya batasan dan ketentuan tertentu. Kata ta’lim merupakan masdar dari kata ‘allama yang berarti pengajaran yang bersifat pemberian atau penyampaian pengertian, pengetahuan dan keterampilan.

3. Ta’dib

Ta’dib adalah pengenalan dan pengakuan yang secara berangsur-angsur ditanamkan kepada manusia tentang tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu didalam tatanan penciptaan sedemikian rupa, sehingga membimbing kearah pengenalan dan pengakuan kekuasaan dan keagungan Tuhan di dalam tatanan wujud dan keberadaannya ( Bukhari Umar, 2010 : 21-26 ).

(37)

25

kapan saja dan di mana saja ia lakukan. Karena itu pendidikan dikatakan sebagai sarana utama untuk mengembangkan kepribadian manusia.

Pendidikan berkenaan dengan fungsi luas dari pemeliharaan dan perbaikan kehidupan suatu masyarakat, terutama membawa masyarakat yang masih baru bagi penyesuaian kewajiban dan tanggung jawab didalam masyarakat. Aktivitas pendidikan berkaitan erat dengan proses pemanusiaan manusia (humanizing of human being) atau upaya membantu subjek (individual atau satuan social) secara normatif berkembang lebih baik ( Ismail Thoib, 2008 : 1-2 ).

Kualifikasi Islam untuk pendidikan memberikan kejelasan bentuk konseptualnya, dimana pembentukan kepribadian yang dimaksud sebagai hasil pendidikan adalah kepribadian muslim, dan kemajuan masyarakat dan budaya

yang ditinjau adalah yang sesuai dengan ajaran Al-Qur’an dan sunnah rasul. Oleh

karena itu Islam memandang bahwa mendidik adalah memberi corak hitam putihnya perjalanan hidup seseorang ke depan, maka Islam telah menetapkan bahwa aktifitas pendidikan adalah aktifitas yang wajib hukumnya bagi setiap muslim laki-laki dan perempuan dari semenjak manusia dalam ayunan sampai ke liang lahat.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pendidikan Islam adalah suatu usaha orang dewasa yang diarahkan kepada pembentukan kepribadian anak yang sesuai dengan ajaran Islam ( Juwariyah, 2010 : 46 ).

B. Dasar Pendidikan Islam

Dalam perkembangannya, teori dan konsep pendidikan berikut penjelasannya telah membawa pada kajian trsendiri dengan objek materiil manusia dan proses perubahan yang menunjukkan adanya proses perubahan menuju peningkatan dan perbaikan yang berdasar pada ilmu Illahi. Dengan demikian, objek pendidikan islam sama dengan pendidikan pada umumnya, hanya saja Ilmu Pendidikan Islam didasarkan pada konsep dan teori yang dikembangkan dari nilai-nilai Islam yaitu:

(38)

26

Secara etimologi Al-Qur’an berasal dari kata “qara’a, yaqra’u, qira’atan, atau qur’anan” yang berarti mengumpulkan (al-jam’u) dan menghimpun (al-dhammu) huruf-huruf serta kata-kata dari satu bagian ke bagian lain secara teratur. Dikatakan Al-Qur’an karena ia berisikan inti sari semua kitabullah dan intisari dari ilmu pengetahuan.

Al-Qur’an ialah kitab suci yang diwahyukan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW sebagai rahmat dan petunjuk bagi manusia dalam hidup dan kehidupannya. Al-Qur’an itulah yang menjadi sumber seluruh ajaran Islam, sebagai wahyu Allah SWT yang terakhir menjadi rahmat, hidayah dan syifa bagi

seluruh manusia. Sebab itu Al-Qur’an menegaskan bahwa ajaran-ajarannya selalu

sesuai dengan kepentingan dan kebutuhan manusia dalam kancah kehidupannya. Ia cocok dengan fitrah manusia (the nature of human being). Sesudah prinsip tauhid (keesaan Allah) maka prinsip ajaran Al-Qur’an ialah “amar ma’ruf dan nahi munkar”, yaitu perintah menegakkan kebaikan dan keadilan, menghalalkan yang baik dan mengharamkan segala yang berbahaya ( Nasirudin Razak, 1996 : 86-91 ).

Al-Qur’an adalah satu-satunya kitab suci yang terjaga kemurniannya sejak diturunkannya sampai sekarang dan sampai hari kiamat. Kemurnian itu tetap terjaga dan terpelihara oleh penciptanya sendiri, yaitu Allah SWT ( Yatimin Abdullah, 2006 : 9 ).

2. As-sunnah

As-Sunnah menurut pengertian bahasa (etimologi) berarti tradisi yang biasa dilakukan, atau jalan yang dilalui (al-thariqah al-maslukah) baik yang terpuji maupun tercela. Menurut ulama fikih bahwa yang dimaksud as-Sunnah adalah segala sesuatu yang datang dari Nabi Muhammad SAW. Selain Al-Qur’an baik

berupa perkataan, perbuatan maupun taqrir-nya, yang ada sangkut pautnya

dengan hukum ( Muhammad Ajjaj al-Khatibi, 1975 : 27 ).

Sunah sebagai sumber hukum kedua setelah Al-Qur’an. Landasan sunah

(39)

27

ۡمُكَل َم ۡعَأ ْآٰوُلِطۡبُت َلََو َلوُسَّرلٱ ْاوُعيِطَأَو َ َّلِلّٱ ْاوُعيِطَأ ْآٰوُنَماَء َنيِذَّلٱ اَهُّيَأٰٓ َي

١١

Artinya : Hai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah kepada rasul dan janganlah kamu merusak (pahala) amal-amalmu (QS. Muhammad: 33).

Ayat di atas menjelaskan penting dan wajibnya setiap orang yang beriman mengikuti sunah Rasul SAW dan menjadikannya sumber hokum syariat Islam dalam hidupnya.

3. Ijtihad

Kata ijtihad secara literal berarti upaya sungguh-sungguh. Sedangkan yang dimaksud dengan ijtihad dalam syari’at adalah menggerakkan kemampuan oleh mujtahid dalam mencari pengetahuan tentang hokum syara’. Ijtihad merupakan

upaya maksimal dalam mengeluarkan hukum-hukum dari Al-Qur’an dan Hadits (

Muhaimin, 2000 : 57-94 ).

C. Tujuan Pendidikan Islam

Tujuan pendidikan Islam adalah membimbing dan membentuk manusia menjadi hamba Allah yang saleh, teguh imannya, taat beribadah, dan berakhlak terpuji. Bahkan keseluruhan gerak dalam kehidupan setiap muslim, mulai dari perbuatan, perkataan, dan tindakan apa pun yang dilakukannya dengan nilai mencari ridha Allah, memenuhi segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya adalah ibadah. Maka untuk melaksanakan semua tugas kehidupan itu, baik bersifat pribadi maupun sosial, perlu dipelajari dan dituntun dengan iman dan akhlak terpuji.dengan demikian, identitas muslim akan tampak dalam semua aspek kehidupannya.

(40)

28

imaginative, fisik, ilmiah, linguistic, baik secara individual mauun secara kolektif dan memotivasi semua aspek untuk mencapai kebaikan dan kesempurnaan. Tujuan terakhir pendidikan Islam adalah mewujudkan penyerahan mutlak kepada Allah, baik pada tingkat individu, masyarakat, maupun kemanusiaan pada umumnya.

Hasil-hasil Konferensi Islam tersebut telah memberikan arah, wawasan, orientasi, dan tujuan pendidikan Islam yang sepenuhnya bertitik tolak dari tujuan ajaran Islam itu sendiri, yaitu membentuk manusia yang berkepribadian muslim yang bertakwa dalam rangka melaksanakan tugas kekhalifahan dan peradatan kepada Allah untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat.

D. Pengertian Tauhid

Secara bahasa, tauhid adalah masdar dari fi’il wahhada,yuwahhidu artinya adalah menjadikan sesuatu itu satu. Adapun secara istilah tauhid adalah menunggalkan Allah dalam ibadah. Artinya hendaklah seseorang beribadah hanya kepada Allah, tidak mempersekutukan-Nya dengan seorang nabi yang diutus, malaikat, pemimpin, raja atau siapa saja diantara manusia (Syaikh Muhammad Bin Shalih al-Utsaimin, 2000: 47).

Ilmu ini dinamakan tauhid karena pembahasannya yang paling menonjol, menyangkut pokok ke-Esaan Allah yang merupakan asas pokok agama Islam, sebagaimana yang berlaku terhadap agama yang benar yang telah dibawakan oleh para Rasul yang diutus Allah. Konsepsi tentang tauhid yaitu ajaran sepanjang sejarah manusia, ajaran dari tiap-tiap Nabi dan Rasul. Sejak dari Nabi Adam a.s., Idris a.s., Nuh a.s., Ibrahim a.s., Musa a.s., Daud a.s., Isa a.s., sampai pada zaman Nabi Muhammad Saw. Firman Allah SWT:

ِنوُدُب ۡعٱَف ۠اَنَأ ٰٓ َّلَِإ َه َلِإ ٰٓ َلَ ۥُهَّنَأ ِهۡيَلِإ ٰٓيِحوُن َّلَِإ ٍلوُسَّر نِم َكِلۡبَق نِم اَنۡلَس ۡرَأ ٰٓاَمَو

٣٢

Artinya: “Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul sebelum engkau

(41)

29

sesungguhnya tidak ada Tuhan melainkan Aku, karena itu sembahlah Aku(QS. Al-Anbiya: 25).

Doktrin Tauhid bagi kehidupan manusia, menjadi sumber kehidupan jiwa dan pendidikan kemanusiaan yang tinggi. Tauhid akan mendidik jwa manusia untuk mnegikhlaskan seluruh hidup dan kehidupannya kepada Allah semata. Pengetahuan tentang Tuhan hanya mungkin diperoleh secara pasti apabila melalui wahyu (revelation). Pengetahuan itu mustahil didapat dengan pemikiran akal semata. Apa sebabnya? Sebab pikiran manusia lemah (dhaif) untuk mengajuk masalah Ketuhanan kalau ia hanya berjalan sendiri. Pikiran manusia sifatnya nisbi sedang Tuhan sifatnya mutlak (absolut) (Nasruddin Razak, 1989 : 39).

Tauhid membebaskan manusia dari penjajahan, perbudakan, dan perhambaan, baik oleh sesame manusia, maupun oleh hawa nafsu dan harta benda. Karena tauhid manusia hanya akan menghambakan diri kepada Allah semata.

Dari uraian di atas telah dijelaskan bahwa tauhid merupakan ilmu tentang mengesakan Allah dengan rububiyah, ikhlas beribadah hanya kepada-Nya. Serta menetapkan bagi-Nya nama-nama dan sifat-sifat kesempurnaan-Nya. Dengan demikian tauhid ada tiga macam:

1. Tauhid Rububiyah

Tauhid rububiyah secara garis besar adalah meyakini dengan mantap bahwa Allah adalah rabb segala sesuatu dan tiada Allah selain Dia. Rabb menurut

bahasaa bermakna pemilik yang mengatur (Muhammad Nu’aim Yasin, 2002 : 5).

(42)

30

ُلِم ۡحَت اَمَو َۚا ٗج َو ۡزَأ ۡمُكَلَعَج َّمُث ٖةَفۡطُّن نِم َّمُث ٖباَرُت نِّم مُكَقَلَخ ُ َّلِلّٱَو

ُي اَمَو َۚۦِهِمۡلِعِب َّلَِإ ُعَضَت َلََو ىَثنُأ ۡنِم

ۡنِم ُصَقنُي َلََو ٖرَّمَعُّم نِم ُرَّمَع

ٞريِسَي ِ َّلِلّٱ ىَلَع َكِل َذ َّنِإ ٍَۚب َتِك يِف َّلَِإ ٰٓۦِهِرُمُع

٣٣

ٌحۡلِم اَذ َهَو ۥُهُباَرَش ٞغِئٰٓاَس ٞتاَرُف ٞب ۡذَع اَذ َه ِناَر ۡحَبۡلٱ يِوَت ۡسَي اَمَو

ۡسَتَو اٗهيِرَط ا ٗم ۡحَل َنوُلُكۡأَت ٖهلُك نِمَو ۖٞجاَجُأ

ۖاَهَنوُسَبۡلَت ٗةَيۡلِح َنوُجِر ۡخَت

ۡمُكَّلَعَلَو ۦِهِل ۡضَف نِم ْاوُغَتۡبَتِل َرِخاَوَم ِهيِف َكۡلُفۡلٱ ىَرَتَو

َنوُرُك ۡشَت

٣٣

َس ۡمَّشلٱ َرَّخَسَو ِلۡيَّلٱ يِف َراَهَّنلٱ ُجِلوُيَو ِراَهَّنلٱ يِف َلۡيَّلٱ ُجِلوُي

َسُّم ٖلَجَ ِلْ يِر ۡجَي ٞهلُك َۖرَمَقۡلٱَو

َنيِذَّلٱَو َُۚكۡلُمۡلٱ ُهَل ۡمُكُّبَر ُ َّلِلّٱ ُمُكِل َذ َۚى ٗهم

ٍريِمۡطِق نِم َنوُكِل ۡمَي اَم ۦِهِنوُد نِم َنوُع ۡدَت

٣١

Artinya : “Dan Allah menciptakan kamu dari tanah kemudian dari air mani,

(43)

31

karunia-Nya dan supaya kamu bersyukur. Dia memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. Yang (berbuat) demikian itulah Allah Tuhanmu, kepunyaan-Nya-lah kerajaan. Dan orang-orang yang kamu seru (sembah) selain Allah tiada mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari (QS. Al-Fatir ayat 11-13).

Ada pula yang harus diingatkan, bahwa pengakuan terhadap kerububiyahan Allah ini tidak akan menyebabkan seseorang tersebut berubah status dari kafir kepada iman, dari syirik kepada tauhid. Yang demikian itu karena mengimani Allah secara rububiyah ini baru sebatas pengakuan bahwa Allah di-Esakan atau ditauhidkan dalam segala perbuatan-Nya. Dan, pengakuan yang seperti ini juga diyakini oleh orang-orang kafir musyrik Makkah pada waktu itu. Pengakuan yang seperti ini juga telah dilakukan oleh semua makhluk yang bernama manusia ketika mereka masih berada di alam ruh. Pada saat itu semuanya sudah mengakui bahwa Dia-lah Dzat sebagai Pencipta, Pengatur dan Penata alam semesta ini (Darwis Abu Ubaidah, 2008: 48-49).

2. Tauhid Uluhiyah

Tauhid uluhiyah adalah mengesakan Allah dengan memurnikan perbuatan

para hamba semata-mata dengan niat taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah.

Sesungguhnya tauhid uluhiyah adalah bagian yang sangat penting dari akidah seorang mukmin. Sebab tauhid ini adalah buah dari tauhid rububiyah dan tauhid asma wa sifat. Tanpa tauhid uluhiyah, maka tauhid rububiyah dan tauhid asma wa sifat kehilangan makna dan faidahnya. Tauhid uluhiyah juga merupakan terpautnya hati kepada Allah, yaitu berupa rasa takut dan penuh harap, seperti menyerahkan diri kepada Allah semata dan menyadarkan segala kehidupan kepada-Nya, dan tidak ada seorang pun dari hamba-Nya yang patuh. Ketaatan hanyalah milik Allah semata (Syaikh Abu Bakar Al-Jazairi, 2002 : 83).

(44)

32

segala sesuatu yang telah diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya, segala sesuatu yang dijanjikan balasan kebaikan bila melakukannya.

3. Tauhid Asma wa Sifat

Tauhid asma wa sifat adalah meyakini secara mantap bahwa Allah menyandang seluruh sifat kesempurnaan dan suci dari segala sifat kekurangan dan

bahwa Allah berbeda dengan seluruh makhluk-Nya (Muhammad Nu’aim Yasin,

2002 : 16).

Akidah ahlussunnah yang diajarkan oleh Rasulullah kepada generasi sahabat dan diajarkan secara turun temurun dari satu generasi ke generasi selanjutnya dalam masalah nama-nama dan sifat-sifat Allah adalah mengakui dan menetapkan semua nama dan sifat Allah yang termaktub dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah tanpa sedikitpun melakukan ta’thil (meniadakan nama atau sifat Allah), tamtsil (menyerupakan nama dan sifat Allah dengan nama atau sifat

makhluk) dan takyif (mempersoalkan hakikat nama dan sifat Allah dengan

menanyakan bagaimana).

Sesungguhnya Allah telah menyifati diri-Nya dalam kitab-Nya dan juga melalui Rasulullah dengan sifat-sifat yang tinggi dan memerintahkan agar orang-orang mukmin yang beriman kepada-Nya menyifati-Nya dengan sifat-sifat itu serta bertawassul dan mendekatkan diri kepada-Nya ( Syaikh Abu Bakar al-Jazairi,2002 : 90).

E. Asbabun Nuzul surat Al-Ikhlas

Banyak dimensi mengenai sebab turunnya surat Al-Ikhlas antara lain: Imam Ahmad meriwayatkan dari Ubay bin Ka’ab bahwa orang-orang

musyrik telah mengatakan kepada Nabi Saw: “Hai Muhammad, terangkanlah

nasab Tuhanmu kepada kami!” Lalu Allah Ta’ala menurunkan wahyunya (Muhammad Nasib as-Rifa’I, 2000 : 1074 ).

(45)

33

Artinya: Katakanlah (Muhammad), “Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah

tempat meminta segala sesuatu. (Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan

Dia.”

Diriwayatkan oleh Adh Dhahak, bahwa para musyrikin menyeru Amir ibn Thufail pergi kepada Nabi untuk mengatakan: “Engkau telah memberikan beban beban yang berat kepada para tetua kita. Engkau telah mencaci maki Tuhan kami. Engkau telah menyalahi agama orang tua kami. Jika engkau rusak akal, kami akan berusaha mencari orang yang akan mengobati engkau. Jika engkau menginginkan isteri cantik, kami akan berikannya kepada engkau”.

Rasulullah menjawab: “Saya tidak fakir, saya tidak gila, saya tidak menginginkan perempuan cantik, saya adalah Rasul Allah, saya menyeru kamu untuk menyembah Allah sendiri”. Kemudian orang Quraisy menjawab: “Bagaimana Tuhan yang disembah Muhammad itu? Apakah dari emas, ataukah dari perak?” Berkenaan dengan itu Allah menurunkan surat At-Tauhid ini. Dalam surat ini Allah menerangkan, bahwa Tuhan yang disembah itu adalah Esa dan Allahlah yang dituju oleh sekalian makhluk, tidak beranak dan tidak pula diperanakkan ( A. Yasin Asymuni,2005 : 6).

(46)

34

Ayat diatas menjelaskan bahwa Abu Lahab dibenamkan ke dalam neraka karena dia menganut agama syirik dan tidak mau mengesakan Allah. Dalam surat ini Allah menjelaskan ahwa Dia yang disembah oelh Muhammad dan umatnya adalah Allah Yang Maha Esa, yang dituju oleh segenap makhluk, tidak beranak, tidak beristri dan tidak ada seorangpun yang sebanding dengan Dia (Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy,2000 : 4731). Kemudian surat Al-Ikhlas yang berbunyi :

ٌدَحَأ ُ َّلِلّٱ َوُه ۡلُق

(47)

35

Tema utama surah ini adalah pengajaran untuk menyadarkan diri dan memohon perlindungan hanya kepada Allah dalam menghadapi aneka kejahatan (M. Quraish Shihab, 2002 : 712).

F. Konsep Tauhid dalam surat al-Ikhlas

Surat ini menolak pendapat orang-orang musyrik, pendapat orang-orang Nasrani, pendapat orang-orang Yahudi dan membatalkan mazhab orang-orang yang berpendapat, bahwa cahaya gelap itu adalah yang menguasai alam ini, sebagaimana membatalkan mazhab orang-orang yang menyembah bintang. Surat Al-Ikhlas ini mengandung pengitsbatan (penetapan) keesaan Allah, tidak ada sekutu bagi-Nya dan Allahlah yang dimaksudkan untuk menyelesaikan segala keperluan, tidak beranak dan tidak diperanakkan serta tidak ada yang sebandingnya (Tengku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, 2002 : 1638).

Surat ini mengandung pilar terpenting mengenai dakwah nabi. Yakni penjelasan tentang prinsip tauhid dan mensucikan Allah. Juga tentang batasan secara umum bagi amal perbuatan, dengan penjelasan amal-amal saleh dan lawannya. Juga penjelasan tentang keadaan jiwa manusia setelah mati, yaitu akan dibangkitkan dan akan dibalas sesuai amal masing-masing, baik pahala maupun siksa. Dalam hadits sahih disebutkan bahwa “sesungguhnya surah ini menyamai

sepertiga Al-Qur’an”. Sebab orang yang mengerti makna surah ini dengan

penghayatan yang mendalam tentang kebenaran yang dikandung, maka ia akan memahami bahwa apa yang diurai di dalam agama Islam itu adalah masalah tauhid dan mensucikan Allah. Semuanya itu telah disebutkan secara global di dalam surah ini (Ahmad Mustafa Al-Maragi, 1993 : 464).

G. Konsep Tauhid Menurut Tafsir Al-Mishbah

(48)

36

surah an-Nas dan sebelum an-Najm. Jumlah ayatnya sebanyak 4 ayat menurut cara perhitungan ulama Madinah, Kufah dan Bashrah, sedang menurut cara

perhitungan ulama Mekkah dan Syam, sebanyak 5 ayat. Mereka menilai lam yalid

merupakan satu ayat dan wa lam yulad ayat yang lain. Surat ini tergolong surat makiyyah yang terdiri dari 4 ayat.

Kata Ikhlas terambil dari kata khalish yang berarti suci atau murni setelah sebelumnya memiliki kekeruhan. Ikhlas adalah keberhasilan mengikis dan menghilangkan kekeruhan itu sehingga sesuatu yang tadinya keruh menjadi murni. Dengan nama itu tercermin bahwa kandungan ayat-ayat ini bila dipahami dan dihayati oleh seseorang maka itu akan menyingkirkan segala kepercayaan, dugaan dan prasangka kekurangan atau sekutu bagi Allah SWT yang boleh jadi selama ini hinggap dibenak dan hatinya, sehingga pada akhirnya keyakinan keesaan Allah benar-benar suci murni tidak lagi dihinggapi oleh kemusyrikan baik yang jelas (mempersekutukan Allah) maupun yang tersembunyi (riya’ dan pamrih).

Nama dari surat Al-Ikhlas ini banyak sekali. Pakar tafsir Fakhruddin ar-Razi menyebut sekitar dua puluh nama, Antara lain surah at-Tafrid (pengesaan Allah), surah at-Tajrid (penafian segala sekutu bagi-Nya), surah an-Najat (keselamatan yakni di dunia dan akhirat), surah al-Wilayah (kedekatan kepada Allah), surah al-Ma’rifah (pengetahuan tentang Allah), surah al-Jamal (keindahan

karena Allah Maha Indah), surah Qasyqasy (penyembuhan dan kemusyrikan),

surah al-Mudzdzakkirah (pemberi peringatan), surah as-Shamad, surah al-Aman dan masih banyak lainnya. Tetapi namanya yang paling populer adalah surah al-Ikhlas. Tema utamanya adalah pengenalan tentang Tuhan Yang Maha Esa dan yang menjadi andalan dan harapan semua makhluk. Menurut al-Biqa’i tujuan utamanya adalah penjelasan tentang Dzat Yang Maha Suci (Allah SWT) serta kewajaran-Nya menyandang puncak semua sifat sempurna, serta menghindari dari-Nya semua sifat kekurangan (M. Quraish Shihab, 2002, vol.15 : 712 ).

(49)

37

menilai surah ini sebagai: “Sepertiga Al-Qur’an” dalam arti makna yang

dikandungnya memuat seperti Al-Qur’an karena keseluruhan Al-Qur’an

mengandung akidah, syariat dan akhlak, sedang surah ini adalah puncak akidah.

Surah ini untuk menetapkan dan memantapkan akidah tauhid Islam, sebagaimana surah al-Kaafiruun meniadakan bentuk keserupaan dan pertemuan maupun antara akidah tauhid dan akidah syirik. Masing-masing surah ini memecahkan persoalan hakikat tauhid dari satu segi. Rasulullah Saw biasa membuka hari barunya dengan melakukan shalat fajar (qabliah subuh) dengan membaca kedua surah ini (al-Ikhlas dan al-Kafirun). Pembukaan hari ini dengan bacaan tersebut memiliki makna dan tujuan tertentu ( Sayyid Quthb, 2001 : 378 ).

Tema utama yang dibahas dalam surat ini adalah pengenalan tentang Tuhan Yang Maha Esa dan yang menjadi harapan semua makhluk. Menurut al-Biqa’I, tujuan utamanya adalah penjelasan tentang zat Yang Mahasuci (Allah SWT) serta kewajaran-Nya menyandang puncak semua sifat sempurna serta menghindarkan dari-Nya semua sifat kekurangan.

“Katakanlah! Dia Allah Yang Maha Esa.” Tujuan utama kehadiran Al -Qur’an adalah memperkenalkan Allah dan mengajak manusia untuk mengesakan -Nya serta patuh kepada--Nya. Surah ini memperkenalkan Allah SWT dengan memerintahkan Nabi Muhammad SAW. Untuk menyampaikan sekaligus menjawab pertanyaan sementara orang tentang Tuhan yang beliau sembah. Ayat diatas menyatakan: Katakanlah, wahai Nabi Muhammad, kepada yang bertanya kepadamu bahkan kepada siapapun Dia Yang Wajib wujud-Nya dan yang berhak disembah adalah Allah Yang Maha Esa.

Kata (لق) qul/katakanlah membuktikan bahwa Nabi Muhammad SAW.

Gambar

GAMBAR BERLOGO

Referensi

Dokumen terkait

adalah anoreksia atau istilah kerennya dikenal dengan istilah anoreksia nervosa. Anoreksia adalah aktivitas untuk menguruskan badan dengan melakukan pembatasan makan secara

lnstitut lnsinyur Wageningen di Hindia Belanda pada tahun 1932 mengungkapkan beberapa keinginan mengenai masa praktek sebagai berikut : "banyak orang menganggap

Seiring dengan terbitnya KMA Nomor 183 Tahun 2019 tentang Kurikulum PAI dan Bahasa Arab pada Madrasah, maka Kementerian Agama RI melalui Direktorat Jenderal

Adapun teknik channel coding yang digunakan yaitu Polar Code dan Repetition Code sebagai error correction dan error detection dengan coding rate R=1/2, serta dilakuan

Sebanyak 40% kepala sekolah juga yang selalu memastikan guru-guru untuk mencari materi dengan memanfaatkan internet untuk melakukan tugas mata pelajarannya (pada butir 8), namun

Kajian kes ini adalah untuk mengenalpasti kesediaan pelajar Saijana Pendidikan (Teknikal) ke arah pembentukan seseorang pendidik yang cemerlang.. Antara ciri-ciri pembentukan

Kesekretariatan, serta manajemen kinerja Satuan Kerja secara akuntabel serta transparan. Struktur Organisasi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sumatera Utara.. Kantor

Terhadap variabel hasil padi gogo terlihat bahwa perlakuan N2 yaitu dosis pupuk N 90 kg/ha mampu meningkatkan jumlah malai, jumlah gabah, bobot gabah, bobot