• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR TABEL

STUDI KEPUSTAKAAN

A. Pengertian Teologi Islam

Persoalan teologi adalah suatu permasalahan yang berhubungan dengan keyakinan tentang ke-Tuhanan, seluk beluknya yang berkaitan dengan ilahiyat. Persoalan ini bukan hanya dibicarakan oleh kalangan satu agama saja, melainkan semua agama.

Banyak sekali nama lain dari teologi yang harus kita fahami misalnya,

wa al-Istidlal, dan ‘Ilm Tauhid wa al-Shifat.23 Meskipun demikian, semua nama

ini merujuk kepada salah satu cabang keilmuan Islam yang membahas tentang dasar-dasar keimanan.

Secara etimologi, istilah teologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu theos dan logos. Kata theos bermakna Tuhan, dan kata logos bermakna ilmu atau pengetahuan.24 Dalam bahasa Indonesia, teologi dimaknai sebagai “pengetahuan ketuhanan”.25 Jadi, istilah teologi memilikiarti “pengetahuan mengenai Tuhan”.26

Menurut William L. Resse, Teologi berasal dari bahasa Inggris yaitu

theology yang artinya discourse or reason concerning god (diskursus atau

pemikiran tentang tuhan)27 dengan kata-kata ini Resse lebih jauh mengatakan, “teologi merupakan disiplin ilmu yang berbicara tentang kebenaran wahyu serta independensi filsafat dan ilmu pengetahuan. Gove mengatakan bahwa teologi merupakan penjelasan tentang keimanan, perbuatan, dan pengalaman agama secara rasional.28 Sedangkan menurut Fergilius Ferm “the discipline which

consern God (or the divine Reality) and God relation to the word (pemikiran

sistematis yang berhubungan dengan alam semesta). Dalam ensiklopedia everyman’s di sebutkan tentang teologi sebagai science of religion, dealing

therefore with God, and man his relation to God (pengetahuan tentang agama,

yang karenanya membicarakan tentang tuhan dan manusia dalam pertaliannya dengan tuhan). Disebutkan dalam New English Dictionary, susunan Collins, the

science treats of the facts and phenomena of religion and the relation between

23 M. Abdel Haleem, Erly Kalam, dalam Sayyed Hossein Nasr dan Oliver Leamen (ed.),

History of Islamic Philosophy, (London-NY: Routledge, 2003)., h. 28.

24 Robert Audi, The Cambridge Dictionary of Philoshopy, (Cambridge: Cambridge University Press, 1995). h., 910; William L. Resse, Dictionary of Philosophy and Religion: Eastren and Westren Thought, (New York: Humanity Books, 1996)., h. 766.

25 Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, cet. 3 (Jakarta: Balai Pustaka, 2003)., h. 1177.

26 Gerald O’collins and Edward G. Farrugia, Kamus Teologi, terj. I. Suharyo (Yogyakarta: Kanisitus, 1991)., h. 314.

27 William L Resse, Dictionary of Philosophy and Religion, h., 28

28 Abdur Razak dan Rosihan Anwar,Ilmu kalan, (Bandung : Pustaka Setia, 2006, Cet II).

God and Men29 (ilmu yang membahas fakta-fakta dan gejala-gejala agama dan

hubungan-hubungan antara Tuhan dan manusia).

Nama lain dari teologi adalah kalam. Istilah kalam berasal dari bahasa Arab, artinya adalah “kata, dan perkataan”. Kata ini lebih dimaksudkan sebagai sebuah ilmu, yaitu ilmu Kalam (scholastic theology).30 Dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia (KBBI), istilah kalam diartikan sebagai perkataan, namun

dikhususkan bagi perkataan Allah.31 Dalam hal ini, kalam diartikan sebagai pembahasan tentang masalah teologi (ilmu ketuhanan).

Ilmu ini disebut sebagai ilmu kalam, seperti dikatakan Halem dan Hanafi,32

karena sejumlah alasan. Pertama. Persoalan yang paling penting abad-abad permulaan hijriyah adalah firman Allah (kalam Allah) dan non-azalinya Alquran (Khalq Alquran). Kedua. Dasar ilmu kalam adalah dalil-dalil pikiran dan pengaruh dalil-dalil ini bisa dilihat dari pembicaran-pembicaraan para

mutakallimin. Mereka jarang kembali kepada dalil naqliah (Alquran dan Hadis),

kesuali sesudah menetapkan kebenaran sebuah pokok persoalan terlebih dahulu.

Ketiga. Karena cara pembuktian kepercayaan-kepercayaan agama menyerupai

logika dalam filsafat, maka pembuktian masalah-masalah agama ini dinamakan ilmu kalamuntuk membedakan logika dalam filsafat. Keempat. Secara tradisional, sebutan yang diberikan kepada pembahasan-pembahasan tentang masalah yang terpisah adalah al-Kalam fi kadza wa kadza (suatu penjelasan tentang/sebuah bab atau pasal mengenai sesuatu). Kelima. Iilmu kalam yang dimiliki seseorang dapat membangkitkan kekuatan untuk berbicara tentang masalah agama dan memenangkan argumen-argumen lawannya sebagaimana peran logika dalam filsafat.

29 A. Hanafi, Pengantar Teologi Islam, (Jakarta : Pustaka Alhusna Baru 2003), Cet VIII h., 1

30 Thomas Patrick Hughes, Dictionary of Islam, (New Delhi: Adam Publishers and Distributors, 1991)., h. 260.

31 Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia., h. 493.

32 Haleem, Erly Kalam, h. 92; Ahmad Hanafi, Teologi Islam (Ilmu Kalam), (Jakarta: Bulan Bintang, 2001)., h. 5.

Istilah lain dari teologi adalah ilmu tauhid. Hasbi Ash-Shiddieqy menyatakan bahwa ilmu Tauhid disebut sebagai ilmu Kalam karena alasan berikut ini. Pertama. Karena problema-problema yang diperselisihkan para Ulama-Ulama Islam dalam ilmu ini, menyebabkan umat Islam terpecah dalam beberapa golongan, ialah masalah kalam Allah yang kita bacakan (Alquran), apakah kita makhluk (diciptakan), ataukah qadim (bukan diciptakan). Kedua. Materi-materi ilmu ini adalah merupakan teori-teori kalam, tidak ada di antaranya yang diwujudkan ke dalam kenyataan atau diamalkan dengan anggota. Ketiga. Ilmu ini di dalamnya menerangkan cara atau jalan menetapkan dalil untuk pokok-pokok aqidah serupa dengan ilmu mantiq. Karenanya dinamakan ilmu ini dengan nama yang sama maknanya dengan mantiq yaitu Kalam. Keempat. Ulama-ulama

mutaakhkhiriin memabahas dalam ilmu ini masalah-masalah yang tidak dibahas

oleh ulama salaf, seperti pentakwilan ayat-ayat mutasyabihat, pembahasan pengertian tentang qada, dan tenatang Kalam. Karena itu, ilmu ini dinamakan dengan ilmu Kalam. Istilah ilmu Kalam baru dikenal di masa Bani Abbasiyah sesudah terjadi banyak perdebatan, pertukaran pikiran dan bercampur masalah-masalah tauhid dengan problema-problema filsafat, seperti mengatakan maddah (materi), sesudah tubuh, hukum-hukum jauhar (zat), sifat dan lain-lain.33

Ismail R. Al-Faruqi an Louis Lamya’ al-faruqi menjelaskan alasan yang hampir tidak berbeda dengan alasan tersebut. Mereka menyatakan bahwa ilmu ini dikatakan ilmu kalam (kalam: ‘kata’ atau ‘bicara’) adalah karena khutbah, orasi, pidato, debat, dan propaganda menjadi saran utama mengajar dan menyampaikan informasi tentang dasar-dasar keimanan, yang walaupun tulisan yang sering dipakai, namun itu belum menjadi hal yang utama.34 Pandangan ini menegaskan bahwa tradisi lisan (kalam) menjadi sarana utama untuk menyampaikan gagasan-gagasan teologis. Inilah mengapa ilmu ini dikatan ilmu kalam.

33 Hasbi Ash-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Tauhid/Kalam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1973)., h. 10.

34 Ismail R. Al-Faruqi dan Lois Lamya’ al-faruqi, The cultural Atlas of Islam, (London-New York: Macmillan Publishing Company, 1986)., 284.

Secara terminologi, para pemikir Muslim telah memberikan defenisi Kalam. al-Farabi (w. 950 M.) misalnya, mendefenisikan kalam sebagai “ilmu yang memungkinkan seseorang untuk menopang kepercayaan-kepercayaan tertentu dan perbuatan-perbuatan yang ditetapkan oleh Sang Pembuat Hukum agama dan untuk menolak opini-opini yang bertentangan dengannya”.35 Ibn Khaldun (w. 1404 M.) menjelaskan bahwa ilmu kalam adalah “ilmu yang melibatkan argumentasi dengan bukti-bukti rasional untuk membela rukun-rukun iman dan menolak para ahli bid’ah yang menyimpang dari kepercayaan kaum Muslim generasi awal dan ortodoksi Muslim”.36 Muhammad Abduh menyatakan bahwa teologi adalah “ilmu yang membahas tentang wujud Allah dan sifat-sifatnya, baik yang wajib maupun yang mustahil, juga keberadaan para rasul untuk menguatkan risalah mereka, dan segala sesuatu yang wajib, yang boleh dan tidak boleh disandarkankepada mereka”.37 Mushlehuddin menyatakan bahwa teologi diartikan sebagai “ilmu yang membahas tentang keberadaan dan keesaan Tuhan, zat dan sifat-Nya, serta hubungan-Nya dengan manusia dan alam semesta.38

Seperti telah disebut bahwa ada beberapa istilah lain bagi ilmu ini dan istilah-istilah tersebut telah digunakan oleh para teolog awal. Istilah ilmu Kalam sendiri digunakan oleh para ulama seperti Ja’far al-Shadiq (w. 765 M.), Imam Abu Hanifah (w. 767 M.), Imam Malik (w. 795 M.), dan Imam Syafi’i (w. 819 M.). istilah ‘Ilm Tauhid digunakan Muhammad Abduh (w.1905 M.). Ilmu Kalam disebut dengan sebagai ilmu tauhid, karena ilmu ini membahas dan menetapkan keesaan Allah, baik zat, sifat maupun Perbuatan-Nya. Para teolog modern lebih cendrung menggunakan istilah ini. Istilah ‘Ilm Fiqh Akbar digunakan oleh Imam Abu Hanifah (w. 767 M.). Kata adjektif al-Akbar menunjukan superioritas masalah-masalah Kalam daripada masalah-masalah praktis syari’ah (fiqih). Dalam konteks ini, fiqih diartikan sebgai pengetahuan tentang kepercayaan dan praktik.

35 Abu Nashr al-Farabi, Ihsha al-Ulum, (Mesir: Mathaba’ah al-Sa’adah, 1931)., h. 65.

36 Haleem, Erly Kalam., h. 92.

37 Muhammad Abduh, Risalah Tauhid, terj. Makrom Kholil (Jakarta: Misaka Galiza, 2005)., h. 1.

38 M. Mushlehuddin, Islam: It’s Theology & the Greek Philoshopy, (New Dehli: Kitab Bhavan, 2000)., h. 28.

Segala pengetahuan tentang kepercayaan disebut sebagai fiqh al-Akbar. Sedangkan segala pengetahuan tentang praktik disebu fiqh saja. Istilah ‘Ilm Ushu

al-Din digunakan oleh al-Asy’ari (w. 935 M.) dan al-Baghdadi (w.1037 M.).

Sebutan ini didasarkan atas pembagian pengetahuan religius menjadi ushul dan

furu’. Ilmu kalam disebut juga disebut dengan ‘Ilm Ushu al-Din, karena ilmu ini

membahas maslah dasar-dasar agama. Istilah ‘Ilm Aqaid digunakan oleh al-Thahawi (w. 942 M.) al-Ghazali (w. 1111 M.), al-Thusi (w. 1272 M.) dan al-Iji (w. 1355 M.). Istilah ‘Ilm al-Nazhar wa al-Istidlal dipakai oleh al-Baghdadi (w. 1037 M.), dan ‘Abd al-Jabbar (w. 1024 M.). Penyebutan ini didasarkan kepada metodologi ilmu ini, karena ilmu ini menggunakan metoderasional dan argumentasi. Seangakan istilah ‘Ilm Tauhid wa al-Shifat digunakan oleh Taftazani (w. 1390 M.). Penyebutan nama ini didasarkan kepada signifikansi keesaan dan sifat-sifat Tuhan lainnya. Ilmu kalam disebut jugan sebagai ilmu tauhid dan shifat, karena ilmu ini memabahas keesaan dan shifat-shifat Allah swt.39 Dengan demikian, teologi memeiliki banyak nama, walaupun semua nama ilmu ini membahas masalah dasar-dasar keimanan.

Dalam tradisi syi’ah, istilah Ushul al-Din lebih banyak dipakai dari pada istilah ilmu kalam. Dalam teologi Syi’ah di jelaskan bahwa Ushul al-Din berasal dari bahasa Arab, yaitu ushul artinya dasar atau asas dan Din artinya syari’at, undang-unang dan hukum. Jadi Ushul al-Din diartikan sebagai ilmu yang membahas dasar syari’at. Dasar syari’at ada lima, yaitu Tauhid (keesaan Tuhan),

‘Adalah (keadialan), Nubuwwah (kenabian), Imamah (para Imam) dan ma’ad

(hari akhir). Tradisi Syi’ah tidak mengenal istilah rukun iman, sebagaimana tradisi Sunni menggunakan istilah rukun iman tersebut.40

Jadi, teologi adalah ilmu tentang penetapan sekitar kepercayaan-kepercayaan keagamaan dengan bukti-bikti yang meyakinkan.41ilmu ini

39 Haleem, Erly Kalam, h. 85-107; Hanafi, Teologi Islam, h. 5; Abdul Razak dan Rosihon Anwar, Ilmu Kalami, (Bandung: Pustaka Setia, 2007)., h.13.

40 Hasan Abu Ammar, Aqidah Syi’ah Seri Tauhid: Rasionalisme dan Alam Pemikiran

Filsafat Dalam Islam, (Jakarta: Yayasan Mulla Shadra, 2002)., h. 37

41 Husen bin Muhammad al-Jassar, al-Hushum al-Hamadiyah li al-Muhafadzah ‘Ala

membahas tentang cara ma’rifah (mengetahui secara mendalam) tentang sifat-sifat Allah dan para Rasul-Nya dengan menggunakan dalil-dalil yang pasti guna mencapai kebahagiaan hidup abadi.42 Ilmu ini termasuk induk ilmu agama dan paling utama bahkan paling mulia, karena berkaian dengan zat Allah, zat para rasul-Nya. Berdasarkan batasan tersebut terlihat bahwa teologi adalah ilmu yang pada intinya berhubungan dengan masalah ketuhanan. Hal ini tidaklah salah, karena secara harfiah teologi berasal dari kata teo yang berarti Tuhan dan logi yang berarti ilmu.43

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Kalam ialah ilmu yang secara khusus membahas tentang masalah ketuhanan secara berbagai masalah yang berkaitan dengannya berdasarkan dalil-dalil yang menyakinkan. Dengan demikian, seseorang yang mempelajarinya dapat mengetahui bagaimana cara-cara untuk memiliki keimanan dan bagaimana pula cara menjaga keimanan tersebut agar tidak hilang atau rusak.