• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II: PRINSIP NATIONAL TREATMENT DALAM HUKUM

A. Pengertian TRIPs

Trade-Related Aspects of Intellectual Property Rights (TRIPs) adalah sebuah perjanjian yang diprakarsai oleh WTO (World Trade Organization). Berbeda dengan kebanyakan perjanjian mengenai hak kekayaan intelektual yang tidak diprakasai oleh WIPO (World Intellectual Property Organization) sebagai badan hak kekayaan intelektual dunia. Inti dari TRIPs ini adalah upaya penyatuan Hak-Hak Kekayaan Intelektual yang ada dalamkedalam ketentuan GATT atau hak dan kewajiban negara WTO. Tujuan dan sasaran dari perjanjian ini yang disebut pada Pasal 7 terdapat pada mukamidah dan sasaran objektif yaitu:20

Sistem HaKI menjadi cukup signifikan karena keterkaitannya dengan perdagangan internasional. Setiap negara yang ikut meratifikasi TRIPs secara moral mematuhi isi daripada perjanjian TRIPs ini, hal ini dikarenakan TRIPs memang dianggap sebagai alat untuk dapat meregulasikan perdagangan dan mencegah terjadinya pelanggaan hak kekayaan intelektual yang marak terjadi

20

Professor Phillip Griffith, Disampaikan dalam Kuliah Umum“ Sources and Main Principles of International Intellectual Property Rights ” dan Seminar Internasional, Pada tanggal 10-11 Desember 2012.Universitas Padjadjaran, Bandung

dimasa globalisasi ini.Adapun prinsip-prinsip dasar yang terdapat dalam TRIPs adalah sebagai berikut:

a. Standar Minimum

TRIPs hanya memuat ketentuan minimum yang wajib diikuti oleh para negaraanggota, sehingga negara anggota tersebut dapat menerapkan ketentuan yang lebihluas lagi asalakan sesuai dengan ketentuan TRIPs dan prinsip hukum Internasional.

b. National Treatment

Pada pemberian perlakuan dalam kaitan perlindungan kekayaan intelektual haruslahsama, baik diberikan kepada warga sendiri ataupun warga negara lain

c. Most-Favoured-Nation Treatment

Most-Favoured-Nation Treatment adalah istilah untuk perlakuan sebuah Negara terhadap negara tertentu yang dianggap melebihkan hak-haknya dari negara lain,perlakuan seperti ini dilarang oleh TRIPs. National Treatment

mewajibkan setiap negara untuk memperlakukan setiap pendaftar hak kekayaan intelektual dari Negara manapun sama seperti bagaimana Negara tersebut akan memperlakukannya pada warga negaranya.21

d. Teritorialitas

Sistem hak kekayaan intelektual bernaung dalam yuridiksi masing-masing negaradalam titik tolak pelaksanaanya.

21

Munir Fuady, Hukum Dagang Internasional, Aspek Hukum Dari WTO, cetakan

e. Alih Teknologi

Dengan Hak kekayaan Intelektual diharapkan terjadi alih teknologi dengan tujan untuk pengembangan inovasi tekonolgi serta peyemaian teknologi untuk kepentingan bersama. TRIPs mengaharuskan negara-negara anggota untuk mematuhi ketentuan dalam Art. 1 sampai dengan 12, serta 19 dari Paris Convention. Yang berisi mengenai : Paten, Utility Models, Merek, Desain Industri, Persaingan Curang, Instansi Hak Kekayaan Intelektual, Persetujuan- persetujuan Khusus.

Pentingnya pengelolaan hak kekayaan intelektual pasca Konvensi Paris dan Konvensi Berne, serta dilanjutkan dengan berdirinya WIPO, mekanisme yang lebih kompleks kemudian kembali digagas oleh negara-negara maju yang diprakarsai oleh Amerika Serikat. Pembentukan TRIPs sebagai instrumen hukum pengelolaan hak kekayaan intelektual dunia sebenarnya tidak lepas pelaksanaan

Uruguay Round tahun 1990. Kanada sebagai salah satu anggota General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) secara formal mengusulkan pembentukan suatu badan perdagangan internasional. Usul ini ditanggapi positif oleh anggota GATT.22

Hak kekayaan intelektual yang semakin disadari negara-negara didunia sebagai faktor penting dalam perdagangan internasional, maka dalam kerangka sistem perdagangan multilateral, kesepakat-an mengenai HaKI (Agreement on Trade-Related Aspects of Intellectual Property Rights/TRIPs) dinegosiasi-kan

22

Huala Adolf, 2005 Hukum Ekonomi Internasional Suatu Pengantar, Edisi revisi ke-4,

untuk pertama kalinya dalam pe-rundingan WTO, yaitu Uruguay Round pada tahun 1986-1994. Uruguay Round berhasil membuahkan kesepakatan TRIPs Agreement sebagai suatu jalan untuk mempersempit perbedaan yang ada atas perlindungan HaKI di dunia dan menaunginya dalam sebuah peraturan internasional. TRIPs Agreement menetapkan tingkat minimum atas perlindungan HaKI yang dapat dijaminkan terhadap seluruh anggota WTO. Hal yang penting adalah ketika terjadi perselisihan perdagangan yang terkait dengan HaKI, maka sistem penyelesaian persengketaan WTO telah tersedia.

Berdirinya WTO membawa perubahan yang siginifikan dalam sistem perdagangan dunia. Ada empat lampiran utama persetujuan pembentukan WTO. Salah satunya adalah persetujuan TRIPs. TRIPs ini adalah prakarsa Amerika Serikat yang juga didukung oleh Uni Eropa, Jepang dan negara maju. Persetujuan diberlakukannya TRIPs tidak lain karena keprihatianan Amerika Serikat atas perlindungan dan penegakan hak kekayaan intelektual selama perundingan Putaran Uruguay. Dari perspektif Amerika Serikat, perjanjian TRIPs adalah prestasi besar. Sebelumnya, perdebatan panjang mengenai implementasi TRIPs terjadi dengan melibatkan kepentingan negara maju dan negara berkembang.23

1. Penerapan prinsip-prinsip dasar atas sistem perdagangan dan hak kekayaan intelektual

Kesepakatan TRIPs ini meliputi 5 (lima) hal, yaitu:

2. Perlindungan yang layak atas hak kekayaan intelektual

23

Agus Sardjono Pembangunan Hukum Kekayaan Intelektual Indonesia: Antara Kebutuhan dan Kenyataan, (Pidato Pengukuhan Guru Besar Tetap dalam Ilmu Hukum Keperdataan Pada Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Depok, 27 Februari 2008), hal 6.

3. Bagaimana negara-negara harus menegakkan hak kekayaan inte-lektual sebaik-baiknya dalam wilayahnya sendiri

4. Penyelesaian perselisihan atas hak kekayaan intelektual antara negara-negara anggota WTO

5. Kesepakatan atas transisi khusus selama periode saat suatu sistem baru diperkenalkan

Perjanjian TRIPs yang berlaku sejak 1 Januari 1995 ini merupakan perjanjian multilateral yang paling komprehensif mengenai HaKI. TRIPs merupakan perjanjian dengan standar minimum yang memungkinkan negara anggota WTO untuk menyediakan perlindungan yang lebih luas terhadap HaKI. Negara-negara Anggota dibebaskan untuk menentukan metode yang paling memungkinkan untuk menjalankan ketetapan TRIPs kedalam suatu sistem legal di negaranya.

Perjanjian ini mengakui adanya praktik-praktik Negara yang berbeda dalam memberikan standard perlindungan dan pelaksanaan hak milik intelektual, kurangnya prinsip-prinsip multilateral, ketentuan-ketentuan serta aturan-aturan mengenai perdagangan barang tiruan. Adanya perbedaan praktik ini telah menimbulkan ketegangan dalam hubungan ekonomi internasional. Ketentuan perjanjian mengenai bidang ini diperlukan untuk mengantisipasi timbulnya ketegangan tersebut. Untuk itu perjanjian Uruguay menetapkan penerapan prinsip-prinsip dasar GATT dan perjanjian-perjanjian hak milik yang relevan perjanjian mengenai pelaksanaan atau penegakan hak-hak tersebut, penyelesaian sengketa multilateral dan peraturan peralihannya.

Ketentuan tersebut dijabarkan lebih lanjut ke dalam tiga bagian. Bagian pertama menetapkan ketentuan umum dan prinsip dasarnya. Ketentuan dan prinsip tersebut berupa komitmen perlakuan nasional yang memperlakukan warga negara lain dengan perlakuan yang sama seperti kepada warga negaranya dalam hal perlindungan hak milik intelektual. Ketentuan ini mengandung juga suatu klausul perlakuan yang sama terhadap semua warga negara. Ketentuan demikian merupakan suatu hal yang baru dalam perjanjian hak milik intelektual internasional. Lebih lanjut ditegaskan pula bahwa perlakukan tersebut harus diberikan secara langsung dan tanpa syarat kepada warga negara asing lain. Bagian kedua mengatur bentuk-bentuk hak milik intelektual. Khusus mengenai hak cipta, para pihak diwajibklan untuk mematuhi isi ketentuan-ketentuan Konvensi Berne Tahun 1971 bagi perlindungan karya-karya literatur seni. Bagian ketiga mengatur kewajiban-kewajiban anggota pemerintah untuk memberikan prosedur-prosedur dan upaya penanggulangan menurut hukum nasionalnya masing-masing.

Tujuanya adalah untuk menjamin agar milik intelektualnya dapt dilaksanakan secara efektif, baik pemegang hak-hak oleh warga asing ataupun juga oleh warga negaranya. Prosedur ini mengizinkan tindakan efektif terhadap pelanggaran hak milik intelektual. Tindakan efektif tersebut harus adil dan jujur, dan tidak berkepanjangan yang menyebabkan keterlambatan atau proses yang berlarut-larut. Dalam perjanjian ini membentuk pula suatu Dewan Perdagangan Hak Milik Intelektual ( Council for Trade Related Aspects of Intelectual Property Rights ). Badan ini bertugas memonitor pelaksanaan perjanjian dan penataanya

oleh para pemerintah. Apabila muncul sengketa dalam bidang ini, prosedur penyelesaian sengketanya juga berlangsung menurut prosedur penyelesaian sengketa yang ada dalam GATT.

Jika terjadi sengketa antar anggota mengenai masalah hak kekyaan intelektual ini,maka sengketa itu menjadi subjek prosedur penyelesaian sengketa yang ada di WTO seperti yang tertera pada Pasal 63 dan 64. Peraturan dan tata cara penyelesaian sengketa ini terdapat pada annex 2. Jika persetujuan kedua belah pihak tidak tercapai maka akan ada pemberitahuan untuk meminta persetujuan para pihak sebelum dibentuknya panel untuk diadakan persidangan oleh panel itu agar dibentuk keputusan dari panel tersebut mengenai persengketaan yang tidak selesai itu. Panel tersebut hanya dapat menyelesaikan sengketa diantara para anggotanya sehingga untuk masalah pribadi dari anggota masyarakat atau unsur dari masyarakat negara anggota tersebut maka masalah tersebut harus diangkat menjadimasalah nasional dari negara yang menjadi kewarganegaraan dari para pihak. TRIPs memberikan waktu adaptasi bagi negara yang akan menerima TRIPs.

Sebuah dewan untuk TRIPs dibentuk berdasarkan Pasal 68 yang diberi tugas untuk menyediakan bantuan pada penyelesaian sengketa, mencari informasi dan dalammenyelenggarakan kerja sama. Serta mengembangkan kerja sama dan pertukaran informasimengenai barang palsu atau bajakan juga mengulas pelaksanaan dari persetujuan TRIPs. Hak-hak kekayaan yang dilindungi oleh TRIPs adalah hak cipta dan hak terkaitnya ; merk dagang dan merk usaha, Indikasi geografis (penyebutan) dari asal suatu barang, desain industry, paten

termasuk perlindungan varietas tanaman, penampakan dan desain dari sirkuit terpadu (integrated circuit ), informasi rahasia termasuk rahasia dagang.24

a. Meningkat perlindungan terhadap HaKI dari produk-produk yang diperdagangkan

Tujuan TRIPs secara umum adalah:

b. Menjamin prosedur pelaksanaan HaKI yang tidak menghambat kegiatan perdagangan

c. Merumuskan aturan serta disiplin mengenai pelaksanaan perlindungan terhadap HaKI

d. Mengembangkan prinsip, aturan dan mekanisme kerjasama internasional untuk menangani perdagangan barang-barang hasil pemalsuan atau pembajak atas HaKI

Hak Kekayaan Intelektual termasuk dalam bidang hukum yang bersifat netral. Dengan demikian selalu mengalami perubahan lebih cepat dari hukum yang bersifat sensitif, sebab menyangkut aspek perdagangan antar bangsa, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat.25

24

http://www.scribd.com/doc/117349950/TRIPs 25

Mochtar Kusumaatmadja, Konsep-konsep Hukum Dalam Pembangunan (Kumpulan

Karya Tulis), Alumni, Bandung, 2006, hlm. 24.

Maka tidak terhindarkan masuknya unsur hukum asing ke dalam hukum nasional. Menurut Mochtar Kusumaatmadja, penggunaan model-model hukum asing tidak menimbulkan kesulitan dalam pengembangan hukum. Secara teknis memang demikian, namun persoalannya terletak pada aspek filosofis, substansi dan budaya hukum yang terkandung dalam hukum asing tersebut, tidak semuanya sesuai

dengan nilai-nilai filosofis dan sosiologis masyarakat Indonesia, bahkan tidak jarang berbenturan. Hal ini terjadi di Indonesia, dimana dasar filsafat asing masih lebih kuat mempengaruhi pembentukan hukum HaKI daripada filsafat bangsa Indonesia sendiri dan dipengaruhi juga oleh kekuatan-kekuatan yang bekerja melalui pembentuk undang-undang (legislatif).26

Dokumen terkait