A. Zakat Dalam Perspektif Fiqih
1. Pengertian Zakat dan Hal-Hal yang Berhubungan dengan
Dari segi bahasa, zakat berarti nama‟ = kesuburan, thaharah = kesucian, barakah = keberkahan dan berarti juga tazkiyah, tathhier = mensucikan. Syara’ memakai kata tersebut untuk kedua arti ini. Pertama, dengan zakat diharapkan akan mendatangkan kesuburan pahala. Karenanya
dinamakanlah “harta yang dikeluarkan itu”, dengan zakat. Kedua, zakat itu
merupakan suatu kenyataan jiwa suci dari kikir dan dosa. (Ash-Shiddieqy, 1999: 3).
Menurut istilah, zakat adalah sejumlah harta tertentu yang diwajibkan oleh Allah SWT untuk diberikan kepada para mustahiq (kelompok yang berhak) yang disebutkan dalam Al Quran. (Munir dan Djalaluddin, 2006: 152).
Zakat menurut M. Abdul manan (1997: 256) adalah poros dan pusat keuangan Negara Islam. Zakat meliputi bidang moral, sosial, dan ekonomi. Dalam bidang moral, zakat mengikis habis ketamakan dan keserakahan si kaya. Dalam bidang sosial, zakat bertindak sebagai alat khas yang diberikan Islam untuk menghapuskan kemiskinan dari masyarakat dengan menyadarkan si kaya akan tanggung jawab sosial yang mereka miliki. Dalam bidang ekonomi, zakat mencegah penumpukan kekayaan untuk disebarkan sebelum sempat menjadi besar dan sangat berbahaya ditangan
para pemiliknya. Ia merupakan sumbangan wajib kaum muslimin untuk perbendaharaan Negara.
Zakat sebagai salah satu kewajiban seorang mukmin yang telah ditentukan oleh Allah SWT yang mempunyai hikmah seperti halnya kewajiban yang lain. Diantara hikmah tersebut tercermin dari urgensinya yang dapat memperbaiki kondisi masyarakat, baik dari aspek moril maupun materiil, dimana zakat dapat menyatukan anggotanya bagaikan sebuah batang tubuh, disamping juga dapat membersihkan jiwa dari sifat kikir sekaligus merupakan benteng pengaman dalam ekonomi Islam yang dapat menjamin kelanjutan dan kestabilannya. (Fahruddin, 2008: 23).
Dari berbagai sumber menyebutkan, banyak istilah-istilah lain yang disebutkan di dalam Al Quran dan memiliki kaitan yang sangat kuat dengan istilah zakat. Zakat disebut juga infak, sebagaimana dinyatakan dalam Al Quran surat At Taubah ayat 34:
“…….dan tidak menafkahkannya (menginfakkan) pada jalan Allah,
maka beritahukanlah kepada mereka, bahwa mereka akan mendapat siksa
yang pedih”
Dari penggalan ayat tersebut, disebut infak karena pada hakikatnya zakat adalah penyerahan harta untuk kebajikan-kebajikan yang diperintahkan Allah SWT. Zakat disebut juga sebagai sedekah karena memang salah satu tujuan utama zakat adalah mendekatkan diti (taqarrub) kepada Allah SWT. (Syarifuddin, 2003: 38).
19
Zakat disebut pula sebagai hak, sebab esensi zakat merupakan ketetapan yang bersifat pasti dari Allah SWT yang harus diberikan kepada mereka yang berhak menerimanya (mustahiq). (Hafidhuddin, 2002: 9).
Menurut Malik Ar-Rahman (2003: 2), dinamakan zakat karena dapat mengembangkan harta yang telah dikeluarkan zakatnya dan menjauhkan dari segala kerusakan. Dari aspek ibadah adalah sebuah bentuk
penghambaan manusia kepada Allah SWT. Dari aspek syara’, berarti sebuah
aturan yang mengharuskan mengeluarkan sebagian harta yang telah diwajibkan Allah SWT dengan kadar tertentu, atas harta tertentu, yang diberikan kepada golongan tertentu pula.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh KH. Masdar F. Mas’udi (1991:
158), dalam ajaran zakat terdapat dua komponen penting yaitu: pertama, ajaran yang berkenaan dengan pemungutan biaya publik oleh otoritas Negara yang berkemampuan, yang disebut pajak. Kedua, ajaran yang berkenaan dengan pembelanjaan (tasharruf) biaya publik untuk tujuan redistribusi kesejahteraan., khususnya bagi yang lemah dan biaya kemaslahatan umum (sabilillah) bagi semua. Semangat zakat yang ditegaskan dalam hal ini adalah beribadah untuk kemaslahatan bersama.
Jadi zakat merupakan suatu harta yang dikeluarkan oleh seseorang yang telah dikenakan kewajiban untuk mengeluarkannya kepada orang tertentu (8 asnaf) karena perintah Allah SWT yakni sebagai rasa syukur atas nikmat Allah SWT yang telah diberikan kepadanya sehingga harta yang ia miliki akan menjadi berkah dan mempunyai keberkahan. Dengan
mengeluarkan zakat maka orang tersebut akan terhindar dari sifat kikir/bakhil dan andil dalam menutup kesenjangan sosial antara sikaya dansimiskin dalam masyarakat sehingga terciptalah masyarakat yang damai penuh persaudaraan.
Jika dihubungkan dengan bahasan yang akan di kupas oleh penulis, maka zakat yang dimaksud adalah zakat mal. Selain kata zakat ada juga kata lain yang dipergunakan dalam Al- Qur'an, yaitu shadaqah dan infak. Zakat dan Shadaqah sebenarnya dua istilah yang saling mengisi, karena zakat itu sering disebut shadaqah dan sebaliknya kata shadaqah sering bermakna zakat. Termasuk juga istilah Infaq. Jadi istilah Zakat, Infaq dan Shadaqah memang istilah yang berbeda penyebutannya namun pada hakikatnya memiliki makna yang kurang lebih sama. Terutama yang paling sering adalah antara istilah zakat dan shadaqah.
a. Makna Shadaqah
Shadaqah atau sedekah adalah pemberian yang bersifat sukarela (berbeda dengan zakat yang bersifat wajib) yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain untuk orang orang yang membutuhkan khususnya fakir miskin. (Daud Ali, 2002: 23)
Sedekah itu tidak terbatas pada pemberian yang bersifat material saja, tetapi juga dapat berupa jasa yang bermanfat bagi orang lain. Bahkan senyum yang dilakukan dengan ikhlas untuk menyenangkan orang lain, termasuk dalam kategori sedekah.
21
b. Makna Infaq
Infaq (mengeluarkan dan membelanjakan) harta dijalan Allah ialah mengeluarkan sebagian harta untuk kemaslahatan umum, baik mengenai urusan keduniaan maupun menganai urusan keakhiratan.( Ibnu Daqiq,Thalib, 2001: 125 ) Infaq ada yangwajib dan ada yang sunnah. Infaq wajib diantaranya adalah Zakat, Kafarat, Nadzar dan lain-lain. Infaq sunnah diantaranya, infaq kepada fakir miskinsesama muslim, infaq bencana alam, infaq kemanusiaan dan lain-lain.
c. Beda Zakat, Infak dan Shadaqah
Hal yang membedakan makna Shadaqah dengan Zakat hanyalah masalah 'Urf atau kebiasaan yang berkembang dimasyarakat. Sebenarnya ini adalah semacam penyimpangan makna dan jadilah pada hari ini kita menyebut kata shadaqah untuk yang bersifat shadaqah sunnah/tathawwu'. Sedangkan kata zakat untuk yang bersifat wajib. Padahal ketika al- Qur'an turun, kedua kata ini bermakna sama. Hal yang sama terjadi pad kata infaq yang juga sering disebutkan dalam Al-Qur'an, dimana secara kata infaq ini bermakna lebih luas lagi. Karena termasuk didalamnya adalah memberi nafkah anak yatim dan lainlain. Dan secara 'urf, infaq pun sering dikonotasikan dengan sumbangan sunnah.