• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN

5.5. Pengetahuan dan Kebersihan dengan Kejadian Skabies

Berdasarkan hasil regresi logistik dalam model multivariat pengetahuan dan kebersihan merupakan faktor paling dominan terjadinya penyakit skabies. Hasil hitung terhadap peluang yang terjadinya kejadian skabies semakin baik pengetahuan maka peluang terhadap kejadian skabies semakin kecil begitu juga dengan kebersihan semakin bersihnya santri maka peluang untuk terjadinya skabies semakin kecil. Maka berdasarkan hal tersebut jelaslah pengetahuan dan

kebersihan sangat menentukan dalam penularan skabies. Dalam kehidupan ini individu akan bernilai baik (positif) maupun kurang (negatif) disuatu daerah atau wilayah tertentu. Apabila seseorang keadaannya berada pada daerah positif, maka berarti ia ditolak dari daerah negatif. Berkaitan dengan pernyataan tersebut maka santri berada dalam wilayah negatif artinya daerah yang penghuninya banyak (asrama) yang memudahkan penuluran penyakit skabies. Perbedaan yang terjadi kelompok kasus dan kelompok kontrol, dimana pada kasus penyebab terjadinya skabies karena adanya pengaruh garutan. Penularan skabies lebih banyak disebabkan oleh pakaian, maka dalam mencegah skabies mereka hanya menghindari untuk tidak meminjamkan pakaian orang lain. Pada kasus kebanyakan mereka menyatakan penyakit skabies bukan penyakit yang berbahaya bagi tubuh, dalam memutuska mata rantai penyakit skabies hanya dengan menjaga jarak dengan penderita saja.

Pada kontrol mereka menyatakan penularan skabies sangat bervariasi diantaranya tungau skabiei didalam tubuh, dan karena adanya garutan. Cara terjadinya penularan skabies juga mereka menyatakan melalui pakaian dan kulit secara keseluruhan mereka dapat menyebutkan penularan secara langsung maupun secara tidak langsung. Maka disini pentingnya pengetahuan santri dalam mencegah terjadinya penularan penyakit skabies. Selain pengetahuan dan kebersihan kemungkinan pengaruh fasilitas yang tersedia juga sangat berpengaru seperti lemari, jumlah ranjang dalam satu kamar, serta pencahayaan dalam kamar yang cukup.

Tindakan kebersihan pada kelompok kasus, dalam menggantikan pakaian mereka hanya melakukan satu kali dalam sehari sedangkan pada kelompok kontrol mereka sangat bervariasi yaitu tiga kali dan dua kali dalam sehari hanya sebagian kecil saja yang menyatakan 1 kali sehari. Kebersihan yang paling menonjol pada kontrol adalah dalam menjemur kasur dan bantal yang hanya dilakukan sebulan sekali. Sedangkan pada kontrol merekan menjemur kasur dan bantal 2 minggu sekali. Berdasarkan tindakan kebersihan tersebut maka jelas adanya perbedaan pada kelompok kasus dengan kelompok kontrol. Hasil penelitian yang didapatkan hal-hal tersebut belum ada tindakan dari santri ini terlihat bahwa penyakit skabies bukan merupakan penyakit yang menakutkan dikalangan pesantren. Penyakit skabies yang sering muncul di kalangan santri sudah merupakan suatu hal yang biasa atau penyakit yang berkelanjutan yang diwariskan oleh kakak kelasnya. menjaga kebersihan diri sehingga angka penularan skabies dapat diatasi.

Berdasarkan perbedaan tersebut maka penularan skabies yang terjadi dilingkungan pesantren sulit diatasi. Penyebabnya semua tergantung pada masing- masing individu, apalagi penyakit skabies dapat menular secara langsung maupun tidak langsung. Apabila individu bertindak untuk melawan atau mengobati penyakitnya, ada empat variabel kunci yang terlibat didalam tindakan tersebut yakni, kerentanan yang dirasakan terhadap suatu penyakit, keseriusan yang dirasakan, manfaat yang diterima dan rintangan yang dialami dalam tindakannya melawan penyakit.

Berkaitan dengan pengetahuan dan kebersihan sebagaimana salah satu penyebab munculnya penyakit adalah membiarkan kotoran berserakan dan tidak menjaga kebersihan. Sebagaimana dalam ajaran Islam mendidik umatnya untuk hidup bersih, menjauhi kotoran dan barang najis, seperti kencing dan air yang keruh (tidak mengalir). Diantara penyebab munculnya penyakit adalah meninggalkan sesuatu yang baik yang dihalalkan oleh Allah. Berdasarkan inilah kebersihan santri yang sering terabaikan dalam menjaga kebersihan secara menyeluruh (Raqith, 2007).

Praktik (tindakan) dalam menjaga kesehatan dalam Islam terdapat beberapa unsur diantaranya :

1. Sesungguhnya aspek kesehatan dalam Islam berkaitan dengan masalah ajaran- ajaran ritual, hukum-hukum yang ada dalam Islam dan pendidikan. Seperti wudhuk yang mengandung arti kebersihan, wajib hukumnya untuk dilaksananakan. Shalat tidak sah bila tidak berwudhuk, anjuran dan larangan ini bukan hanya merupakan nasehat umum, tetapi merupakan kewajiban yang benar-benar harus terwujud dalam pelaksanaan.

2. Keistimewaan tentang kesehatan dalam Islam itu meluas dan dirasakan oleh semua kalangan, baik bagi penduduk kota, desa, pegunungan, tua, muda, kaya, fakir dan orang yang maju atau terbelakang. Pentingnya unsur kesehatan berkaitan dengan agama dan keyakinan umat keseluruhan.

3. Keistimewaan tatacara kesehatan dalam Islam berdiri atas dasar tetap dan benar. Ia tidak pernah berubah dengan berlalunya hari dan tahun. Praktek

kesehatan dalam Islam tidaklah sama dengan penemuan-penemuan para ahli yang kadang-kadang mengalami kesalahan.

4. Aturan kesehatan dalam Islam itu mudah dan tidak mengalami kesulitan sebab syariah Islam berdiri atas dasar kemaslahatan manusia, berdasarkan kekuatan, kemampuan dan keadaan umatnya.

Pelaksanaan ajaran Islam yang diperintahkan kepada umatnya itu menurut ukuran kemampuan setiap manusia, sekalipun hal itu bertentangan antara kesehatan dan ibadah, maka yang didahulukan adalah kesehatannya. Misalnya orang yang sakit dikepalanya ketika mandi suci dari hadas, dan juga orang yang tidak mampu berpuasa saat berpergian, maka dibolehkan baginya untuk berbuka dan menggantikannya dengan hari-hari lain (Raqith, 2007).

Berpijak dari teori tersebut maka pentingnya pengetahuan santri dan kebersihan untuk mencegah terjadinya penyakit sudah diatur sedemikian rupa. Peningkatan pengetahuan dapat dilakukan melalui ceramah ataupun diskusi yang menyakut dengan mata pelajaran seperti pelajaran akhlak. Peningkatan pengetahuan juga dapat dilakukan dengan menegur secara tegas atupun memberikan sangsi yang berat bila mereka melanggar suatu peraturan, sehingga dengan adanya suatu kesadaran maka peningkatan pengetahuan akan dilakukan oleh santri ingin mencari tahu tentang apa yang dilarang dapat terjawab, maka dengan sendirinya pengetahuan santri akan meningkat.

BAB 6

Dokumen terkait