• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

C. Ilmu Pengetahuan Alam

Dari segi istilah IPA atau Ilmu Pengetahuan Alam berarti “ilmu”

tentang “Pengetahuan Alam”. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan

terjemahan dari Bahasa Inggris ”Natural Science” secara singkat

sering disebut “Iscience”. Natural artinya alamiah, berhubungan

dengan alam. Science artinya pengatahuan. Ilmu adalah suatu pengetahuan yang benar, maksudnya pengetahuan yang dibenarkan menurut tolak ukur kebenaran ilmu yaitu rasional dan obyektif. Rasional adalah masuk akal atau logis, diterima dengan akal sehat, sedangkan obyektif yaitu sesuai dengan obyeknya, kenyataan, sesuai dengan pengalaman dan pengamatan melalui pancaindra. Pengetahuan Alam adalah pengetahuan tentang alam semesta dengan segala isinya. Jadi Ilmu Pengetahuan Alam adalah pengetahuan yang rasional dan obyektif tentang alam semesta dengan segala isinya. Menurut para ahli ada beberapa pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Menurut

Webster’s IPA adalah pengetahuan tentang alam dan gejala-gejalanya.

Menurut Purnel’s IPA adalah pengetahuan yang luas yang didapatkan

dalam bantuan aturan-aturan, hukum-hukum, prinsip-prinsip, teori-teori dan hipotesis (Iskandar, 2001:2).

2. IPA sebagai Pengembang Sikap Ilmiah

Pengertian sikap dalam pembahasan ini dibatasi pada sikap ilmiah terhadap alam sekitar. Menurut Wynne Harlen (Hendro, 1991:7) menyatakan ada sembilan aspek sikap ilmiah yang dapat dikembangkan pada usia anak Sekolah Dasar yaitu sebagai berikut.

a. Sikap ingin tahu

Suatu sikap yang selalu ingin mendapatkan jawaban yang benar dari obyek yang diamatinya.

b. Sikap ingin mendapatkan sesuatu yang baru

Latar belakang sikap ini adalah bahwa jawaban yang diperoleh dari rasa ingin tahu itu tidaklah bersifat mutlak tetapi masih bersifat sementara. Penyebabnya adalah keterbatasan berfikir dan panca indera manusia.

c. Sikap kerjasama

Kerja sama untuk memperoleh pengetahuan yang lebih banyak. Pengetahuan yang dimiliki orang lain itu mungkin lebih banyak, lebih sempurna dibandingkan dengan pengetahuan yang dimilikinya, untuk itu dibutuhkan adanya kerjasama.

Seorang ilmuan menghabiskan waktu yang lama dan biaya yang besar namun belum tentu memperoleh apa yang ia cari. Para ilmuan tidak putus asa, ia tetap yakin bahwa kegagalan yang ia alami merupakan petunjuk yang berguna bagi para ilmuan lain untuk mengambil hal yang sama.

e. Sikap tidak purba sangka

Obyektifitas dalam menetapkan kebenaran menjadikan orang tidak purba sangka, sehingga anak usia Sekolah Dasar dikembangkan kegiatan eksperimen dan observasi untuk mencari kebenaran itu. f. Sikap mawas diri

Para ilmuan itu menjunjung tinggi kebenaran. Kebenaran itu tidak hanya ditujukan di luar diri namun juga terhadap dirinya sendiri. g. Sikap tanggung jawab

Tanggung jawab adalah sikap yang mulia, sikap ini bisa dilatihkan pada siswa dengan membuat dan melaporkan hasil pegamatan, hasil eksperimen.

h. Berfikir bebas

Obyek merupakan unsur yang mutlak diperlukan karena obyektifitas salah satu kebenaran ilmu, contoh: katakan merah jika bunga Mawar itu merah.

i. Sikap kedisiplinan diri

Menurut Wingo kedisiplinan diri merupakan kemampuan seseorang untuk dapat mengontrol ataupun mengatur dirinya.

menuju tingkah laku yang dikehendaki dan dapat diterima dalam masyarakat (Hendro, 1991:10).

3. IPA sebagai Proses

Proses dalam hal ini adalah proses untuk mendapatkan IPA. IPA didapat dengan metode ilmiah . Menurut Iskandar (2001:4) ada tahapan pengembangan sesuai dengan suatu proses penelitian eksperimen. a. Observasi, merupakan ketrampilan menggunakan semua panca

indra untuk memperoleh data atau informasi.

b. Klasifikasi, ketrampilan mengolah obyek pengamatan atas dasar persamaan dan perbedaan yang dimiliki.

c. Interpretasi, merupakan ketrampilan untuk menafsirkan data.

d. Prediksi, ketrampilan untuk dapat memperkirakan atau meramalkan apa yang akan terjadi berdasarkan kecenderungan atau pola hubungan yang terdapat pada data yang diperoleh.

e. Hipotesis, suatu pernyataan berupa dugaan tentang kenyataan-kenyataan yang terdapat di alam melalui proses pemikiran.

f. Mengendalikan variabel, ketrampilan mengatur variabel sedemikian rupa sehingga adanya perbedaan pada akhir

g. eksperimen adalah benar-benar karena pengaruh variabel yang diteliti.

h. Merencanakan dan melaksanakan penelitian, tahap-tahapnya adalah menetapkan masalah penelitian, menetapkan hipotesis tindakan menetapkan bahan dan alat yang akan digunakan, menetapkan langkah-langkah percobaan serta waktu yang dibutuhkan, dan menetapkan format tabulasi data.

i. Inferensi (menyimpulkan), kemampuan untuk menarik kesimpulan dari data yang dikumpulkan.

j. Aplikasi (menerapkan), suatau penerapan dari ide dan konsep ataupun pengetahuan yang dimiliki siswa ke dalam situasi baru. k. Komunikasi, keterampilan menyampaikan apa yang ada di dalam

pikiran dan perasaan pada orang lain secara lisan atau tulisan.

4. IPA sebagai Produk

Menurut Iskandar (2001:2) menyatakan Ilmu Pengetahuan Alam sebagai disiplin juga disebut produk IPA. Produk IPA merupakan kumpulan dari hasil kegiatan empirik dan kegiatan analitik yang dilakukan oleh para ilmuan selama berabad-abad. Bentuk IPA sebagai produk adalah fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan teori-teori IPA. Fakta-fakta tersebut merupakan hasil dari kegiatan empirik dalam Ilmu Pengetahuan Alam sedangkan konsep-konsep, prinsip-

prinsip, dan teori-teori dalam IPA merupakan hasil dari kegiatan analitik.

Fakta adalah pernyataan-pernyataan tentang benda-benda yang benar-benar ada atau peristiwa-peristiwa yang betul-betul terjadi dan sudah dikonfirmasikan secara obyektif. Konsep IPA adalah suatu ide yang mempersatukan fakta-fakta IPA atau penggabungan antara fakta-fakta yang ada hubungannya. Prinsip adalah generalisasi tentang hubungan antara konsep-konsep IPA. Prinsip IPA bersifat analitik sebab merupakan generalisasi induktif yang ditarik dari beberapa contoh. Menurut para ahli bahwa prinsip merupakan deskripsi paling tepat tentang obyek atau kejadian. Hukum alam adalah prinsip-prinsip yang sudah diterima meskipun bersifat sementara. Hukum alam itu lebih kekal karena pengujiannya lebih sungguh-sungguh dari pada prinsip. Teori ilmiah adalah kerangka yang lebih luas dari fakta-fakta, konsep-konsep, dan prinsip-prinsip yang saling berhubungan. Teori ilmiah membantu kita untuk mengalami, memprediksi, dan kadang-kadang mengendalikan gejala alam.

Dokumen terkait