• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Tinjauan Teori

1. Pengetahuan(Knowledge) a. Pengertian

Pengetahuan merupakan hasil ’’ tahu’’ dari manusia dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra pengelihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior) (Notoatmodjo, 2010). Pengetahuan merupakan kesan didalam pikiran manusia sebagai hasil panca inderanya (Soekanto, 2002).

b. Cara Memperoleh Pengetahuan

Menurut Notoadmojo (2010), ada beberapa cara untuk memperoleh pengetahuan, yaitu:

1) Cara Coba-Salah (Trial and Error)

Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain. Apabila kemungkinan kedua ini gagal pula, maka dicoba dengan

kemungkinan ketiga, dan apabila kemungkinan ketiga gagal dicoba kemungkinan keempat dan seterusnya, sampai masalah tersebut dapat dipecahkan. Itulah sebabnya maka cara ini disebut metode trial (coba) and error (gagal atau salah) atau metode coba salah coba-coba.

2) Secara kebetulan

Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak disengaja oleh orang yang bersangkutan.

3) Cara Kekuasaan atau Otoritas

Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali kebiasaan-kebiasaan dan tradisi-tradisi yang dilakukan oleh orang, tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan tersebut baik atau tidak. Kebiasaan-kebiasaan ini biasanya diwariskan turun temurun dari generasi ke generasi berikutnya, dengan kata lain pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun ahli-ahli ilmu pengetahuan. Prinsip ini adalah, orang lain menerima pendapat yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa terlebih dulu menguji atau membuktikan kebenarannya, baik berdasarkan fakta empiris ataupun berdasarkan penalaran sendiri. Hal ini disebabkan karena orang yang menerima pendapat tersebut menganggap bahwa yang dikemukannya ádalah benar.

4) Berdasarkan Pengalaman Pribadi

Pengalaman adalah guru yang baik, demikian bunyi pepatah. Pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh pengetahuan.

5) Cara akal sehat

Akal sehat atau common sense kadang-kadang dapat menemukan teori atau kebenaran. Sebelum ilmu pendidikan ini berkembang, para orang tua zaman dahulu agar anaknya mau menuruti nasehat orang tuanya, atau agar anak disiplin menggunakan cara hukuman fisik bila anaknya berbuat salah, misalnya dijewer telinganya atau dicubit. Ternyata cara menghukum anak ini sampai sekarang berkembang menjadi teori kebenaran bahwa hukuman merupakan metode untuk mendidik anak.

6) Kebenaran melalui wahyu

Ajaran dan dogma agama adalah suatu kebenaran yang diwahyukan dari Tuhan melalui para Nabi. Kebenaran ini harus diterima dan diyakini oleh pengikut-pengikut agama yang bersangkutan.

7) Kebenaran secara intuitif

Kebenaran secara intuitif diperoleh manusia secara cepat sekali melalui proses diluar kesadaran dan tanpa melalui proses penalaran atau berpikir. Kebenaran yang diperoleh melalui intuitif sukar

dipercaya karena kebenaran ini tidak menggunakan cara-cara yang rasional dan yang sistematis.

8) Melalui Jalan Pikiran

Sejalan dengan perkembangan umat manusia, cara berpikir manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya. Dengan kata lain, dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi maupun deduksi.

9) Induksi

Induksi adalah proses penarikan kesimpulan yang dimulai dari pernyatan-pernyataan khusus ke pernyataan yang bersifat umum. Hal ini berarti dalam berfikir induksi pembuatan kesimpulan tersebut berdasarkan pengalaman empiris yang ditangkap oleh indra. Bahwa induksi beranjak dari hal konkret ke hal abstrak. 10) Deduksi

Deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyatan umum ke khusus. Silogisme yaitu suatu bentuk deduksi yang memungkinkan seseorang untuk dapat mencapai kesimpulan yang lebih baik.

c. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Bobak (2004), umur mempengaruhi pengetahuan di mana umur 16 tahun merupakan tahap remaja madya di mana belajar menerima informasi tetapi belum mampu menerapkan informasi tersebut secara maksimal dan sering kali mencoba-coba tanpa memperhitungkan konsekuensiya, sedangkan umur 17-18 tahun merupakan remaja akhir di mana mulai memahami dirinya dan lebih mudah menerima informasi sehingga mempengaruhi pengetahuan mereka terutama tentang seks bebas. Selain berpengaruh pada umur, pengetahuan seseorang berpengaruh juga pada :

1) Pengalaman

Merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan, baik dari pengalaman diri sendiri maupun orang lain. Hal tersebut dilakukan dengan cara pengulangan kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi. Bila berhasil maka orang akan menggunakan cara tersebut dan bila gagal tidak akan mengulangi cara itu.

2) Pendidikan

Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka makin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai baru yang diperkenalkan.

3) Kepercayaan

Adalah sikap untuk menerima suatu pernyataan atau pendirian tanpa menunjukkan sikap pro atau anti kepercayaan. Sering diperoleh dari orang tua, kakek atau nenek. Seseorang menerima kepercayaan itu berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu. Kepercayaan berkembang dalam masyarakat yang mempunyai tujuan dan kepentingan yang sama. Kepercayaan dapat tumbuh bila berulang kali mendapatkan informasi yang sama.

d. Tingkat Pengetahuan di dalam Domain Kognitif

Menurut Notoadmojo (2010), dalam domain kognitif berkaitan dengan pengetahuan yang bersifat intelektual (cara berpikir, berintraksi, analisa, memecahkan masalah dan lain-lain) yang berjenjang sebagai berikut :

1) Tahu (Knowledge)

Menunjukkan keberhasilan mengumpulkan keterangan apa adanya. Termasuk dalam kategori ini adalah kemampuan mengenali atau mengingat kembali hal-hal atau keterangan yang pernah berhasil di himpun atau dikenali sebelumnya (recall of facts).

2) Memahami (Comprehension)

Pemahaman diartikan dicapainya pengertian (understanding) tentang hal yang sudah kita kenali. Karena sudah memahami hal yang bersangkutan maka juga sudah mampu mengenali hal tadi

meskipun diberi bentuk lain. Termasuk dalam jenjang kognitif ini misalnya kemampuan menterjemahkan, menginterpretasikan, menafsirkan, meramalkan dan mengeksplorasikan.

3) Menerapkan (Aplication)

Penerapan diartikan sebagai kemampuan menerapkan hal yang sudah dipahami ke dalam situasi dan kondisi yang sesuai.

4) Analisa (Analysis)

Analisis adalah kemampuan untuk menguraikan hal tadi menjadi rincian yang terdiri unsur-unsur atau komponen-komponen yang berhubungan antara yang satu dengan lainnya dalam suatu bentuk susunan berarti.

5) Sintesis (Syntesis)

Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun kembali bagian-bagian atau unsur-unsur tadi menjadi suatu keseluruhan yang mengandung arti tertentu.

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk membandingkan hal yang bersangkutan dengan hal-hal serupa atau setara lainnya, sehingga diperoleh kesan yang lengkap dan menyeluruh tentang hal yang sedang dinilainya.

e. Sumber-Sumber pengetahuan

Pengetahuan dapat diperoleh melalui fakta dengan melihat dan mendengar sendiri serta melalui alat-alat komunikasi, misalnya dengan membaca surat kabar atau buku, mendengar radio, melihat televisi, dan lain-lain (Notoatmodjo, 2010).

f. Pengukuran Pengetahuan

Menurut Arikunto (2006), pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subyek penelitian atau responden ke dalam pengetahuan yang ingin kita ukur atau kita ketahui dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatannya. Adapun pertanyaan yang dapat digunakan untuk pengukuran pengetahuan secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu:

1) Pertanyaan subyektif, misalnya jenis pertanyaan essay.

Pertanyaan essay disebut pertanyaan subyektif karena penilaian untuk pertanyaan ini melibatkan faktor subyektif dari penilai, sehingga nilainya akan berbeda dari seseorang penilai satu dibandingkan dengan yang lain dari satu waktu ke waktu yang lainnya.

2) Pertanyaan obyektif, misalnya pertanyaan pilihan ganda (multiple choise), benar salah, dan pertanyaan menjodohkan. Pertanyaan pilihan ganda, benar salah, menjodohkan disebut pertanyaan

obyektif karena pertanyaan-pertanyaan itu dapat dinilai secara pasti oleh penilai.

Dari kedua jenis pertanyaan tersebut, pertanyaan obyektif khususnya pertanyaan pilihan ganda lebih disukai untuk dijadikan sebagai alat ukur dalam pengukuran pengetahuan karena lebih mudah disesuaikan dengan pengetahuan yang akan diukur dan penilaiannya akan lebih cepat (Arikunto, 2006).

Rumus pengukuran pengetahuan menurut Riwidikdo (2009), yaitu : 1) Baik, bila nilai responden yang diperoleh adalah (x) > mean + 1 SD. 2) Cukup, bila nilai responden yang diperoleh adalah mean - 1 SD ≤ x ≤

mean + 1 SD.

3) Kurang, bila nilai responden yang diperoleh adalah (x) < mean – 1 SD.

2. Remaja

a. Pengertian Remaja

Remaja (Adolescence) yang berarti tumbuh ke arah kematangan. Kematangan yang dimaksud adalah bukan hanya kematangan fisik, tetapi juga kematangan sosial dan psikologis. Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik emosi dan psikis. Masa remaja yakni antara usia 10 – 19 tahun adalah suatu periode masa pematangan organ reproduksi manusia dan sering disebut masa pubertas (Widyastuti, 2009).

Menurut Depkes RI (2007), Masa Remaja dibedakan dalam : 1) Masa remaja awal : 10 – 13 tahun

2) Masa remaja tengah : 14 – 16 tahun 3) Masa remaja akhir : 17 – 19 tahun

Masa remaja merupakan masa yang begitu penting dalam hidup manusia, karena pada masa tersebut terjadi proses awal kematangan organ reproduksi manusia yang disebut sebagai masa pubertas. Pubertas berasal dari kata pubercere yang berarti menjadi matang, sedangkan remaja atau adolescence berasal dari kata adolescere yang berarti dewasa (Depkes RI, 2007).

Masa remaja juga merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Pada masa ini banyak terjadi perubahan baik dalam hal fisik maupun psikis. Perubahan-perubahan tersebut dapat mengganggu batin remaja. Kondisi ini menyebabkan remaja dalam kondisi rawan dalam menjalani proses pertumbuhan dan perkembangannya. Kondisi ini juga diperberat dengan adanya globalisasi yang ditandai dengan makin derasnya arus informasi. (Imelda, 2010).

b. Perubahan Fisik Pada Remaja

Pada saat pubertas terjadi perubahan fisik yang bermakna sampai pubertas terakhir dan berhenti pada saat dewasa, keadaan ini terjadi pada semua remaja normal. Yang berbeda adalah awal

mulainya. Mungkin ada remaja laki-laki yang sudah tumbuh kumis tipis, sementara yang lainnya belum. Seringkali perkembangan yang berbeda dengan sebayanya membuat remaja risau, akan tetapi bila tidak terlalu jauh dengan temannya masih bisa dianggap normal dan akan mengejar ketinggalan pertumbuhan tersebut. Harus diingat bahwa seorang anak berkembang pada saat yang berbeda dan dengan kecepatan yang berbeda pula( Sarwono, 2011).

Tabel 2.1

Perubahan Fisik Remaja Putri PERUBAHAN FISIK REMAJA USIA

Pertumbuhan payudara 7-13 tahun Pertumbuhan rambut kemaluan 7-14 tahun Pertumbuhan badan /tubuh 9,5-14,5 tahun Menarche 10-16,5 tahun

Pertumbuhan bulu ketiak 1-2 tahun setelah tumbuhnya

rambut pubis Sumber : (Sarwono, 2011)

Tabel 2.2

Perubahan Fisik Remaja Laki-Laki PERUBAHAN FISIK REMAJA USIA

Pertumbuhan testis 10-13,5 tahun Pertumbuhan rambut kemaluan 10-15 tahun Pertumbuhan badan /tubuh 10,5-16 tahun Pertumbuhan penis 11-14,5 tahun

Pertumbuhan bulu ketiak 1-2 tahun setelah tumbuhnya

rambut kemaluan Sumber : (Sarwono, 2011)

Pada pertumbuhan fisik remaja baik laki-laki maupun perempuan adalah kecepatan tumbuhnya (growth spurt). Pada saat ini pertumbuhan tinggi badan (linier) terjadi amat cepat. Perbedaan pertumbuhan fisik laki-laki dan perempuan adalah pada pertumbuhan organ reproduksinya, di mana akan diproduksi hormon yang berbeda, penampilan yang berbeda, serta bentuk tubuh yang berbeda akibat berkembangnya tanda seks sekunder ( Sarwono, 2011).

Anak perempuan mulai tumbuh pesat fisiknya pada usia 10 tahun dan paling cepat terjadi pada usia 12 tahun. Sedangkan pada laki-laki, 2 tahun lebih lambat mulainya, namun setelah itu bertambah tinggi 12 – 15 cm dalam tempo 1 tahun pada usia 13 tahun sampai menjelang 14 tahun. Pertumbuhan fisik perempuan dan laki-laki tidak sejalan dengan perkembangan emosionalnya. Seorang remaja yang badannya tinggi besar belum tentu mempunyai emosi yang matang, sebaliknya yang bertubuh biasa saja mempunyai emosi yang lebih matang ( Sarwono, 2011).

Pertumbuhan tinggi remaja dipengaruhi tiga faktor yaitu : genetik (faktor keturunan), gizi dan variasi individu. Secara genetik orang tua yang tubuhnya tinggi, punya anak remaja yang juga tinggi. Faktor gizi juga sangat berpengaruh, remaja dengan status gizi yang baik akan tumbuh lebih tinggi dibanding dengan remaja yang dengan status gizi kurang (Depkes RI, 2007).

c. Perkembangan Jiwa Pada Remaja

Pada usia 12-15 tahun, pencarian identitas diri masih berada pada tahap permulaan. Dimulai pada pengukuhan kemampuan yang sering diungkapkan dalam bentuk kemauan yang tidak dapat dikompromikan sehingga mungkin berlawanan dengan kemauan orang lain. Bila kemauan itu ditentang, mereka akan memaksa agar kemauannya dipenuhi ( Willis, 2010).

Psikososial merupakan manifestasi perubahan faktor-faktor emosi, sosial dan intelektual. Depkes RI (2007), menyatakan bahwa akibat perubahan tersebut, maka karakteristik psikososial remaja dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga), yaitu :

1) Remaja Awal (10-13 tahun)

a) Cemas terhadap penampilan badannya yang berdampak pada meningkatnya kesadaran diri (self consciousness).

b) Perubahan hormonalnya berdampak sebagai individu yang mudah berubah-ubah emosinya seperti mudah marah, mudah tersinggung atau menjadi agresif

c) Menyatakan kebebasan berdampak bereksperimen dalam berpakaian, berdandan trendi dan lain-lain.

d) Perilaku memberontak membuat remaja sering konflik dengan lingkungannya.

e) Kawan lebih penting sehingga remaja berusaha menyesuaikan dengan mode teman sebayanya.

f) Perasaan memiliki terhadap teman sebaya berdampak punya gang/ kelompok sahabat, remaja tidak mau berbeda dengan teman sebayanya.

g) Sangat menuntut keadilan dari sisi pandangnya sendiri dengan membandingkan segala sesuatunya sebagai buruk/hitam atau baik/putih berdampak sulit bertoleransi dan sulit berkompromi. 2) Remaja Pertengahan (14 – 16 tahun)

a) Lebih mampu untuk berkompromi, berdampak tenang, sabar dan lebih toleran untuk menerima pendapat orang lain.

b) Belajar berfikir independen dan memutuskan sendiri berdampak menolak mencampur tangan orang lain termasuk orang tua.

c) Ber-eksperimen untuk mendapatkan citra diri yang dirasa nyaman berdampak baju, gaya rambut, sikap dan pendapat berubah-ubah.

d) Merasa perlu mengumpulkan pengalaman baru walaupun beresiko berdampak mulai bereksperimen dengan merokok, alkohol, seks bebas dan mungkin NAPZA.

e) Tidak lagi terfokus pada diri sendiri berdampak lebih bersosialisasi dan tidak lagi pemalu.

f) Membangun nilai, norma, dan moralitas berdampak mempertanyakan kebenaran ide, norma yang dianut keluarga.

g) Mulai membutuhkan lebih banyak teman dan solidaritas berdampak ingin banyak menghabiskan waktu untuk berkumpul dengan teman-teman.

h) Mulai membina hubungan dengan lawan jenis berdampak berpacaran tetapi tidak menjurus serius.

i) Mampu berfikir secara abstrak mulai berhipotesa berdampak mulai peduli yang sebelumnya tidak terkesan dan ingin mendiskusikan atau berdebat.

3) Remaja Akhir (17 – 19 tahun)

a) Ideal berdampak cenderung menggeluti masalah sosial politik termasuk agama

b) Terlibat dalam kehidupan, pekerjaan dan hubungan di luar stress yang keluarga berdampak mulai belajar mengatasi dihadapi dan sulit diajak berkumpul dengan keluarga.

c) Belajar mencapai kemandirian secara finansial maupun emosional berdampak kecemasan dan ketidak pastian masa depan yang dapat merusak keyakinan diri.

d) Lebih mampu membuat hubungan yang stabil dengan lawan jenis berdampak mempunyai pasangan yang lebih serius dan banyak menyita waktu.

e) Merasa sebagai orang dewasa berdampak cenderung mengemukakan pengalaman yang berbeda dengan orang tuanya.

f) Hampir siap menjadi orang dewasa yang mandiri berdampak mulai nampak ingin meninggalkan rumah atau hidup sendiri.

Pergaulan dengan lawan jenisnya juga dapat menjadi sesuatu yang mengesankan bagi remaja. Bila mengalami hambatan, maka remaja akan menarik diri dari lingkungan sosialnya. Akibat perkembangan kelenjar kelamin remaja, maka mulai timbul perhatian pada remaja terhadap lawan jenisnya, bahkan hal ini merupakan tanda yang khas bahwa masa remaja sudah dimulai (Depkes RI, 2007).

Menurut Depkes RI (2007), menyatakan bahwa proses percintaan remaja dimulai dari :

(1) Crush

Ditandai dengan adanya saling membenci antara anak laki-laki dan perempuan. Penyaluran cinta pada saat ini adalah memuja orang yang lebih tua dan sejenis. Bentuknya misalnya memuja pahlawan dalam cerita film.

(2) Hero-worshping

Mempunyai persamaan dengan crush, yaitu pemujaan terhadap orang yang lebih tua tetapi yang berlawanan. Kadang yang dikagumi tidak juga dikenal.

(3) Boy Crazy dan girl Crazy

Pada masa ini kasih sayang remaja ditujukan kepada teman- teman sebaya, kadang saling perhatian antara anak laki-laki dengan anak perempuan.

(4) Puppy Love (Cinta Monyet)

Cinta remaja sudah mulai tertuju pada satu orang, tetapi sifatnya belum stabil sehingga kadang-kadang masih ganti-ganti pasangan.

(5) Romantic Love

Cinta remaja menemukan sasarannya dan percintaannya sudah stabil dan tidak jarang berakhir dengan perkawinan. 3. Perilaku Seksual

a. Pengertian

1) Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis. Bentuk-bentuk tingkah laku ini dapat beraneka ragam, mulai dari perasaan tertarik hingga tingkah laku berkencan, bercumbu dan senggama. Objek seksualnya bisa berupa orang lain, orang dalam khayalan atau diri sendiri (Berhman, dkk, 2004).

2) Perilaku seks sebagai semua jenis aktifitas fisik yang menggunakan tubuh untuk mengekspresikan perasaan erotis atau perasaan afeksi ( Nevid, dkk, 2007).

3) Sedangkan perilaku seks pra nikah sendiri adalah aktifitas seksual dengan pasangan sebelum menikah pada usia remaja

b. Penyimpangan seks

1) Menurut Amalia (2007), tahapan-tahapan dari perilaku seksual yang biasanya dilakukan dimana tahapan selanjutnya adalah lebih berat sifatnya dan semakin mengarah pada perilaku seksual. Tahapan-tahapan tersebut adalah

a) Awakening and eksploration Rangsangan terhadap diri sendiri dengan cara berfantasi, menonton film, dan membaca buku-buku porno.

b) Autosexuality:Masturbation

Perilaku merangsang diri sendiri dengan melakukan masturbasi untuk mendapatkan kepuasan seksual.

c) Heterosexuality:kissing and necking

Saling merangsang dengan pasangannya, tetapi tidak mengarah ke daerah sensitif pasangannya, hanya sebatas cium bibir dan leher pasangannya.

d) Heterosexualit

Perilaku melakukan hubungan seksual dengan melibatkan organ seksual masing-masing.

2) Menurut Willis (2010), penyimpangan seks meliputi: a) Onani

Kelainan perilaku seks biasanya dilakukan oleh laki-laki yang merasa inginmemenuhi kebutuhan seksnya,dilakukan dengan cara mengeluarkan air manioeh tangan. Biasanya dilakukan secara sembunyi-sembunyi atau pada waktu tidur.

b) Homoseksual

Kelainan perilaku seks yang dilakukan oleh dua individu yang berjenis kelamin sama.

c) Pelacuran

Perilaku seks bebas yang dilakukan secara tidak sah menurut hukum dan agama, yang terjadi didalam masyarakat.

d) Pornografi dan pornoaksi

Hal-hal yang berusaha untuk merangsang dorongan seks dengan tulisan atau gambar. Pengaruhnya cepat meluas terutama dikalangan remaja yang sedng berada pada masa pubertas.

e) Gerontoseksual

Kecenderungan untuk melakukan hubungan kelamin dengan wanita-wanita yang lebih tua atau lanjut usianya.

f) Incest

Hubungan kelamin terjadi antara dua orang di luar nikah sedangkan mereka adalah kerabat dekat.

c. Faktor-faktor penyebab masalah seksualitas pada remaja

Menurut Sarwono (2011), faktor-faktor penyebab masalah seksualitas pada remaja meliputi :

1) Meningkatnya libido seksualitas

Di dalam upaya mengisi peran sosialnya yang baru itu, seorang remaja mendapatkan motivasinya dari meningkatnya energi seksual atau libido.

2) Penundaan usia perkawinan

Meningkatnya taraf pendidikan masyarakat dan dengan makin banyaknya anak-anak perempuan yang bersekolah, maka makin tertunda kebutuhan untuk mengawinkan anak-anak. Tetapi justru ini yang menyebabkan penyimpangan seks sebelum menikah. 3) Kurangnya informasi tentang seks bebas

Banyak remaja yang kurang mengetahui tentang seks bebas yang berdampak negatif. Remaja putri timbul perasaan rasa cinta, suka, pada laki-laki yang membuatnya menyerah. Terkadang sampai terayu dan tidak menyadari hal itu hingga terjadilah hubungan seks. 4) Pergaulan yang makin bebas

Kebebasan pergaulan antar jenis kelamin pada remaja, kiranya dengan mudah bisa disaksikan dalam kehidupan sehari-hari.

d. Dampak perilaku seksual pada remaja

Menurut Notoatmodjo (2007), dampak perilaku seksual pada remaja yaitu : 1) Hamil yang tidak dikehendaki

Merupakan salah satu akibat dari perilaku seksual remaja. Hamil yang tidak dikehendaki membawa dampak dua pilihan pada remaja yaitu melanjutkan kehamilan atau menggugurkannya.

2) Penyakit menular seksual

Dampak lain dari perilaku seksual remaja terhadap kesehatan Reproduksi adalah tertular PMS termasuk HIV/AIDS. Sering kali remaja melakukan hubungan seksual yang tidak aman dan berganti-ganti pasangan membuat remaja semakin rentan terhadap PMS.

3) Psikologis

Dampak lain dari perilaku seksual remaja yang sangat berhubungan dengan kesehatan reproduksi adalah konsekuensi psikologis. Kehamilan muda dapat mempengaruhi psikologis antara lain penerimaan kehamilan yang belum siap, merasa tersisih dari pergaulan dan belum mampu membawa diri.

Dokumen terkait