• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI TENTANG SEKS BEBAS DI KELAS X MAN 1 SURAKARTA TAHUN 2012 KARYA TULIS ILMIAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI TENTANG SEKS BEBAS DI KELAS X MAN 1 SURAKARTA TAHUN 2012 KARYA TULIS ILMIAH"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

i

TAHUN 2012

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir Pendidikan Diploma III Kebidanan

Disusun oleh :

CITRA PUSPITASARI NIM : 09.011

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN

SEKOLAHTINGGIILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

(2)

ii

Karya Tulis Ilmiah

TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PEREMPUAN DAN

LAKI-LAKI TENTANG SEKS BEBAS DI KELAS X

MAN 1 SURAKARTA

TAHUN 2012

Diajukan Oeh : CITRA PUSPITASARI

NIM : 09.011

Telah diperiksa dan disetujui Pada tanggal : 26 Juni 2012

(3)

iii

TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PEREMPUAN DAN

LAKI-LAKI TENTANG SEKS BEBAS DI KELAS X

MAN 1 SURAKARTA

TAHUN 2012

Karya Tulis Ilmiah Disusun Oleh : CITRA PUSPITASARI

NIM : 09.011

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Ujian Akhir Program D III Kebidanan Pada tanggal 9 Juli 2012

(4)

iv

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul : ’’Tingkat Pengetahuan Remaja Perempuan dan Laki-Laki Tentang Seks Bebas Di Kelas X MAN 1 Surakarta”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat kelulusan STIKES Kusuma Husada Surakarta.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak, Karya Tulis Ilmiah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Dra. Agnes Sri Harti, M.Si, selaku Ketua STIKES Kusuma Husada Surakarta.

2. Ibu Dheny Rohmatika, S.SiT, selaku Ka.Prodi D III Kebidanan STIKES Kusuma Husada Surakarta dan Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk dan bimbingan kepada penulis.

3. Bpk Drs. M. Hariyadi purwanto, M.Ag, selaku kepala Sekolah MAN 1 Surakarta yang telah bersedia memberikan ijin kepada penulis dalam penggunaan lahan.

4. Seluruh Dosen dan Staff Prodi D III Kebidanan STIKES Kusuma Husada Surakarta atas segala bantuan yang telah di berikan.

5. Seluruh responden yang telah bersedia meluangkan waktu untuk jalannya penelitian.

(5)

v menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis membuka saran demi kemajuan penelitian selanjutnya. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Surakarta, Juni 2012

(6)

vi

TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI TENTANG SEKS BEBAS DI KELAS X MAN 1 SURAKARTA

TAHUN 2012 xiv + 49 halaman + 16 lampiran + 6 tabel + 2 gambar

ABSTRAK

Latarbelakang : Sebanyak 28,46 % penduduk Indonesia terdiri dari remaja, 20% remaja Indonesia telah melakukan hubungan seks pranikah. Terdapat sekitar 2,3 juta tindakan aborsi yang dilakukan tiap tahun. 15% dilakukan oleh remaja usia 16-20 tahun. Jumlah kasus penderita HIV/AIDS sebanyak 4.159 penderita 30% terjadi pada usia 15-20 tahun. Tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi remaja (KRR) masih rendah hanya 55% remaja yang mengetahui proses kehamilan dengan benar, 42% remaja mengetahui tentang HIV/AIDS, 24% remaja mengetahui cara mencegah penularan HIV/AIDS dan hanya 27% remaja yang mengetahui bahaya PMS (SDKI, 2009). Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan peneliti melalui wawancara di MAN 1 Surakarta yang dilakukan terhadap 20 siswa. Didapatkan hasil bahwa pengetahuan remaja tentang seks bebas masih kurang.

Tujuan : Mengetahui tingkat pengetahuan remaja perempuan dan laki-laki tentang seks bebas di kelas X MAN 1 Surakarta dalam tingkat baik, cukup, kurang.

Metode Penelitian : Jenis penelitian ini menggunakan deskriptif kuantitatif . Penelitian ini dilakukan pada tanggal 10 Desember 2011- 24 Mei 2012. Populasi sebanyak 399 siswa dan sampel 40 siswa. Pengambilan sampel dengan random sampling. Instrumen penelitian dengan kuesioner. Variabel tunggal yaitu pengetahuan remaja tentang seks bebas.

Hasil penelitian : Hasil penelitian menunjukkan Tingkat Pengetahuan Remaja Perempuan Dan Laki-Laki tentang seks bebas di kelas X MAN 1 Surakarta pada kategori baik sebanyak 3 siswa (7,5%), kategori cukup sebanyak 30 siswa (75,0%), dan kategori kurang sebanyak 7 siswa (17,5%).

Kesimpulan : Tingkat Pengetahuan Remaja Perempuan dan Laki-Laki tentang seks bebas di kelas X MAN 1 Surakarta yaitu pada kategori cukup sebanyak 30 siswa (75,0%). Hal ini bisa dikarenakan remaja perempuan dan laki-laki belum sepenuhnya mengerti dan mendapatkan informasi mengenai seks bebas baik di lingkungan keluarga, di lingkungan sekolah misalnya guru kurang memberikan bimbingan konseling kepada para siswa, dan di lingkungan sekitar.

Kata Kunci : Pengetahuan, Remaja, Perempuan, Laki-Laki, Seks Bebas. Kepustakaan : 26 literature (Tahun 2002 s/d 2011).

(7)

vii

v Hidup adalah suatu perjuangan yang di dalamnya banyak rintangan untuk menuju kesuatu kesuksesan (penulis).

v Sesungguhnya setiap kesulitan itu pasti disertai dengan kemudahan (QS. Al-insyiroh : 6 ).

v Jadikan setiap yang kita lakukan adalah ibadah dan lakukan itu semua dengan ikhlas untuk mencapai Ridho-Nya (penulis).

v Dengan senyum, maka semua pekerjaan yang berat akan menjadi lebih ringan maka lakukan semua hal dengan tersenyum (penulis).

PERSEMBAHAN

Dengan segala rendah hati, Karya Tulis Ilmiah ini Penulis persembahkan kepada :

v Ayah dan bunda tercinta terima kasih atas doa restunya dan cinta kasihnya selama ini.

v Adikku tercinta yang selalu memberikan semangat setiap langkahku.

v Teman-teman yang telah berpartisipasi dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini.

(8)

viii

Nama : CITRA PUSPITASARI Nim : 09.011

Tempat /TanggalLahir : Sukoharjo/19 November 1991 Agama : Islam

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : Kajen RT 01 RW 04 Grogol, Sukoharjo

RiwayatPendidikan :

1. SD N Grogol 1, Sukoharjo : Lulus Tahun 2003 2. SMP N 27, Surakarta : LulusTahun 2006 3. SMA N 5, Surakarta : Lulus Tahun 2009 4. Prodi D III Kebidanan STIKES KusumaHusada

(9)

ix

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vii

CURICULUM VITAE ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1 B. Perumusan Masalah ... 4 C. Tujuan penelitian ... 4 D. Manfaat Penelitian ... 4 E. Keaslian Penelitian ... 5 F. Sistematika Penulisan ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pengetahuan ... 8

(10)

x

c. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan ... 12

d. Tingkat Pengetahuan di Dalam Domain Kognitif ... 13

e. Sumber-sumber pengetahuan ... 15

f. Pengukuran Pengetahuan ... 15

2. Remaja ... 16

a. Pengertian Remaja ... 16

b. Perubahan Fisik Pada Remaja ... 17

c. Perkembangan Jiwa Pada Remaja ... 20

3. Perilaku seksual a. Pengertian ... 24

b. Penyimpangan seks ... 25

c. Faktor-faktor penyebab masalah seksualitas pada remaja ... 27

d. Dampak perilaku seksual pada remaja ... 28

B. Kerangka Teori ... 29

C. Kerangka Konsep penelitian ... 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. JenisPenelitian... 31

B. Lokasi dan WaktuPenelitian ... 31

C. Populasi dan Sampel ... 31

D. Instrumen Penelitian ... 33

(11)

xi

H. Metode Pengolahan dan Analisa Data ... 38

I. Etika Penelitian ... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran umumlokasipenelitian ... 41 B. Hasilpenelitian ... 41 C. Pembahasan... 44 D. Keterbatasan ... 47 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 48 B. Saran ... 48 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(12)

xii

Tabel 2.1 Perubahan Fisik Remaja Putri ... 18

Tabel 2.2 Perubahan Fisik Remaja laki-laki ... 18

Tabel 3.1 Kisi- Kisi Kuisioner ... 34

Tabel 3.2 Definisi operasional penelitian ... 38

Tabel 4.1 Hasil Mean danStandarDeviasi ... 42

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Tingkat PengetahuanRemajaPerempuanDan Laki-LakiTentang Seks Bebas Di kelas X MAN 1 Surakarta ... 43

(13)

xiii

Gambar 2.1 Kerangka Teori ... 29 Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian ... ` 30

(14)

xiv Lampiran 2. Permohonan ijin studi pendahuluan Lampiran 3. Surat balasan ijin studi pendahuluan Lampiran 4. Surat permohonan Uji Validitas

Lampiran 5. Surat ijin penggunaan lahan penelitian Lampiran 6.Surat ijin balasan uji validitas

Lampiran 7. Surat balasan penggunaan lahan penelitian Lampiran 8.Surat Permohonan Responden

Lampiran 9. Informed consent Lampiran 10. Kuesioner penelitian

Lampiran 11. Data kuesioner pengetahuan Lampiran 12. Hasil uji validitas

Lampiran 13. Hasil uji reliabilitas Lampiran 14. Mean dan stándar deviasi

Lampiran 15.Hasil data pengetahuan kuesioner tentang seks bebas Lampiran 16.Lembar Konsultasi

(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa remaja adalah peralihan dari masa anak-anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek atau fungsi untuk memasuki masa dewasa. Masa dewasa berlangsung antara usia 12-21 tahun bagi wanita dan 13-22 tahun bagi pria. Kehamilan remaja merupakan masalah yang sering terjadi saat ini. Masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa, Dalam masa ini anak mengalami masa pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun perkembangan psikisnya. Mereka bukanlah anak-anak baik bentuk badan ataupun cara berfikir atau bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang ( Rumini & Sundari, 2004).

Remaja merupakan komponen generasi muda mempunyai peran yang sangat besar dalam menentukan masa depan bangsa. Remaja dianggap sebagai suatu periode yang paling sehat dalam siklus kehidupan. Akan tetapi pertumbuhan sosial dan pola kehidupan masyarakat akan sangat mempengaruhi tingkah laku dan jenis penyakit pada usia remaja ini seperti kecelakaan, kehamilan yang tidak diinginkan, penyakit hubungan seksual. Semua ini akan menentukan kehidupan pribadi dan akan menjadikan masalah baik dalam keluarga, bangsa dan negara dimasa yang akan datang

(Narendra, 2002).

(16)

Perilaku seks bebas adalah perilaku seks yang dilakukan tanpa melalui proses pernikahan yang resmi menurut hukum maupun menurut agama dan kepercayaan masing-masing individu ( Luthfie, 2002). Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis. Bentuk-bentuk tingkah laku ini dapat beraneka ragam, mulai dari perasaan tertarik hingga tingkah laku berkencan, berciuman, bercumbu dan bersenggama. Objek seksual dapat berupa orang, baik sesama jenis maupun lawan jenis, orang dalam khayalan atau diri sendiri (Behrman, dkk, 2004).

Dampak yang berkaitan dengan perilaku seks bebas ini meliputi Masalah penyakit menular seksual termasuk HIV/AIDS, Kehamilan yang tidak diinginkan, Dampak sosial seperti putus sekolah, Kanker, Infertilitas/kemandulan. Hamil di luar pernikahan akan menimbulkan permasalahan baru, apabila masih kuliah atau sekolah tentu saja orang tua akan sangat kesal. Dan kita pun takut untuk jujur kepada orang tua dan pasangan, akhirnya memutuskan untuk melakukan dosa baru yaitu aborsi. Apabila menikah di usia muda, permasalahan yang belum siap di hadapi akan datang, seperti masalah keuangan, masalah kebiasaan, masalah anak (BKKBN, 2008).

Berdasarkan survey dari Komisi Nasional Perlindungan Anak terhadap 4.500 remaja di 12 kota besar di Indonesia tahun 2007 menunjukkan, 97% dari responden pernah menonton film porno, 93,7% pernah ciuman, petting, dan oral seks, serta 62,7% remaja yang duduk di bangku SMP pernah

(17)

berhubungan intim, dan 21,2% siswi sekolah menengah umum pernah menggugurkan kandungan. Ini sangatlah berbenturan dengan budaya kita yang menjadi sandaran norma dan aturan dalam interaksi manusia

(Depkes RI, 2009).

Berdasarkan survey demografi dan kesehatan indonesia Sebanyak 28,46 % penduduk indonesia terdiri dari remaja, 20% remaja indonesia telah melakukan hubungan seks pra nikah. Terdapat sekitar 2,3 juta tindakan aborsi yang dilakukan tiap tahun. 15% dilakukan oleh remaja usia 16-20 tahun. Jumlah kasus penderita HIV/AIDS sebanyak 4.159 penderita 30% terjadi pada usia 15-20 tahun. Tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi remaja (KRR) masih rendah hanya 55% remaja yang mengetahui proses kehamilan dengan benar, 42% remaja mengetahui tentang HIV/AIDS, 24% remaja mengetahui cara mencegah penularan HIV/AIDS dan hanya 27% remaja yang mengetahui bahaya PMS (SDKI, 2009) .

Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan peneliti di MAN 1 Surakarta yang dilakukan melalui wawancara 20 siswa yang terdiri dari 15 siswi perempuan dan 5 siswa laki-laki. Didapatkan hasil bahwa pengetahuan remaja tentang seks bebas masih kurang. Hal ini dikarenakan mereka belum pernah mendapatkan penyuluhan tentang seks bebas.

Berdasarkan latar belakang di atas, pengetahuan remaja tentang seks bebas masih rendah, maka penulis dalam penelitian ingin mengetahui lebih lanjut mengenai ’’ Tingkat Pengetahuan Remaja Perempuan dan Laki-Laki Tentang Seks Bebas Dikelas X MAN 1 Surakarta ”.

(18)

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis dapat merumuskan masalah ’’ Bagaimana tingkat pengetahuan remaja perempuan dan laki-laki tentang seks bebas di Kelas X MAN 1 Surakarta ? ”.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja perempuan dan laki-laki tentang seks bebas di kelas X MAN 1 Surakarta.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja perempuan dan laki-laki tentang seks bebas pada tingkat baik.

b. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja perempuan dan laki-laki tentang seks bebas pada tingkat cukup.

c. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja perempuan dan laki-laki tentang seks bebas pada tingkat kurang.

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Ilmu pengetahuan

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk informasi dalam pengembangan ilmu pengetahuan khususnya tentang seks bebas.

2. Bagi diri sendiri

Untuk melatih kemampuan peneliti untuk menerapakan ilmu pengetahuan yang telah didapat di intitusi pendidikan yaitu metodologi

(19)

penelitian statistik sebagai wahana penelitian guna melatih ketrampilan berfikir secara kritis dan analis.

3. Bagi Institusi

a. Institusi lahan penelitian

1) Dari penelitian ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi siswa MAN 1 Surakarta agar dapat memahami pentingnya pengetahuan tentang seks bebas.

2) Bagi sekolah diharapkan dari hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih baik kepada siswa agar terhindar dari seks bebas.

b. Institusi akademik

Menambah referensi perpustakaan dan sebagai sumber bacaan tentang tingkat pengetahuan seks bebas.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian serupa yang sudah dilakukan antara lain:

1. Yuli Irawati (2008), dalam penelitiannya yang berjudul ” Tingkat Pengetahuan Tentang Perilaku Seks Pranikah Pada Remaja Laki-Laki dan Perempuan di SMA N 6 Yogyakarta ”. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan rancangan cross sectional. Teknik pengambilan sampling dengan menggunakan random sampling. Dengan alat pengumpulan data menggunakan kuesioner. Didapatkan hasil tingkat pengetahuan tentang perilaku seks pranikah pada kategori baik sebanyak 10 orang (35,0%), kategori cukup 13 orang (40%), kategori kurang 7

(20)

orang (25,0%). Kesimpulan tingkat pengetahuan tentang perilaku seks pranikah di SMA N 6 Yogyakarta terbanyak pada kategori cukup.

2. Hena pratica (2011), dalam penelitiannya yang berjudul ”Tingkat Pengetahuan remaja tentang seks bebas di kelas XI SMK Muhammadiyah 2 Surakarta”. Jenis Penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan rancangan cross sectional. Teknik pengambilan sampling menggunakan random sampling. Dengan alat pengumpul data menggunakan kuesioner. Jenis variable tunggal dengan teknik analisis deskriptif. Didapatkan hasil tingkat pengetahuan remaja tentang seks bebas pada kategori baik sebanyak 11 orang (36,7%), kategori cukup 15 orang (50,0%), kategori kurang 4 orang (13,3%). Kesimpulan tingkat pengetahuan remaja tentang seks bebas di kelas XI SMK Muhammadiyah 2 Surakarta terbanyak pada kategori cukup.

Perbedaan penelitian terdahulu dengan sekarang yaitu lokasi dan waktu penelitian. Sedangkan persamaannya yaitu alat pengumpul data dengan kuesioner.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan Karya Tulis Ilmiah ini terdiri dari 5 Bab secara berurutan meliputi :

BAB I. PENDAHULUAN

Dalam bab ini berisikan tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, keaslian penelitian, dan sistematika penulisan.

(21)

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini menjelaskan landasan teori dari masalah yang akan diteliti meliputi pengetahuan, remaja, perilaku seksual, kerangka teori, kerangka konsep penelitian.

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

Dalam bab ini tentang jenis penelitian, lokasi dan waktu penelitian, populasi dan sampel, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, variabel penelitian, definisi operasional, metode pengolahan dan analisis data, etika penelitian.

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini menjelaskan tentang gambaran umum lokasi penelitian, hasil penelitian, pembahasan hasil penelitian dan keterbatasan penelitian.

BAB V. PENUTUP

Dalam bab ini menjelaskan tentang kesimpulan dari penelitian dan saran.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Pengetahuan(Knowledge) a. Pengertian

Pengetahuan merupakan hasil ’’ tahu’’ dari manusia dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra pengelihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior) (Notoatmodjo, 2010). Pengetahuan merupakan kesan didalam pikiran manusia sebagai hasil panca inderanya (Soekanto, 2002).

b. Cara Memperoleh Pengetahuan

Menurut Notoadmojo (2010), ada beberapa cara untuk memperoleh pengetahuan, yaitu:

1) Cara Coba-Salah (Trial and Error)

Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain. Apabila kemungkinan kedua ini gagal pula, maka dicoba dengan

(23)

kemungkinan ketiga, dan apabila kemungkinan ketiga gagal dicoba kemungkinan keempat dan seterusnya, sampai masalah tersebut dapat dipecahkan. Itulah sebabnya maka cara ini disebut metode trial (coba) and error (gagal atau salah) atau metode coba salah coba-coba.

2) Secara kebetulan

Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak disengaja oleh orang yang bersangkutan.

3) Cara Kekuasaan atau Otoritas

Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali kebiasaan-kebiasaan dan tradisi-tradisi yang dilakukan oleh orang, tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan tersebut baik atau tidak. Kebiasaan-kebiasaan ini biasanya diwariskan turun temurun dari generasi ke generasi berikutnya, dengan kata lain pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun ahli-ahli ilmu pengetahuan. Prinsip ini adalah, orang lain menerima pendapat yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa terlebih dulu menguji atau membuktikan kebenarannya, baik berdasarkan fakta empiris ataupun berdasarkan penalaran sendiri. Hal ini disebabkan karena orang yang menerima pendapat tersebut menganggap bahwa yang dikemukannya ádalah benar.

(24)

4) Berdasarkan Pengalaman Pribadi

Pengalaman adalah guru yang baik, demikian bunyi pepatah. Pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh pengetahuan.

5) Cara akal sehat

Akal sehat atau common sense kadang-kadang dapat menemukan teori atau kebenaran. Sebelum ilmu pendidikan ini berkembang, para orang tua zaman dahulu agar anaknya mau menuruti nasehat orang tuanya, atau agar anak disiplin menggunakan cara hukuman fisik bila anaknya berbuat salah, misalnya dijewer telinganya atau dicubit. Ternyata cara menghukum anak ini sampai sekarang berkembang menjadi teori kebenaran bahwa hukuman merupakan metode untuk mendidik anak.

6) Kebenaran melalui wahyu

Ajaran dan dogma agama adalah suatu kebenaran yang diwahyukan dari Tuhan melalui para Nabi. Kebenaran ini harus diterima dan diyakini oleh pengikut-pengikut agama yang bersangkutan.

7) Kebenaran secara intuitif

Kebenaran secara intuitif diperoleh manusia secara cepat sekali melalui proses diluar kesadaran dan tanpa melalui proses penalaran atau berpikir. Kebenaran yang diperoleh melalui intuitif sukar

(25)

dipercaya karena kebenaran ini tidak menggunakan cara-cara yang rasional dan yang sistematis.

8) Melalui Jalan Pikiran

Sejalan dengan perkembangan umat manusia, cara berpikir manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya. Dengan kata lain, dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi maupun deduksi.

9) Induksi

Induksi adalah proses penarikan kesimpulan yang dimulai dari pernyatan-pernyataan khusus ke pernyataan yang bersifat umum. Hal ini berarti dalam berfikir induksi pembuatan kesimpulan tersebut berdasarkan pengalaman empiris yang ditangkap oleh indra. Bahwa induksi beranjak dari hal konkret ke hal abstrak. 10) Deduksi

Deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyatan umum ke khusus. Silogisme yaitu suatu bentuk deduksi yang memungkinkan seseorang untuk dapat mencapai kesimpulan yang lebih baik.

(26)

c. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Bobak (2004), umur mempengaruhi pengetahuan di mana umur 16 tahun merupakan tahap remaja madya di mana belajar menerima informasi tetapi belum mampu menerapkan informasi tersebut secara maksimal dan sering kali mencoba-coba tanpa memperhitungkan konsekuensiya, sedangkan umur 17-18 tahun merupakan remaja akhir di mana mulai memahami dirinya dan lebih mudah menerima informasi sehingga mempengaruhi pengetahuan mereka terutama tentang seks bebas. Selain berpengaruh pada umur, pengetahuan seseorang berpengaruh juga pada :

1) Pengalaman

Merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan, baik dari pengalaman diri sendiri maupun orang lain. Hal tersebut dilakukan dengan cara pengulangan kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi. Bila berhasil maka orang akan menggunakan cara tersebut dan bila gagal tidak akan mengulangi cara itu.

2) Pendidikan

Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka makin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai baru yang diperkenalkan.

(27)

3) Kepercayaan

Adalah sikap untuk menerima suatu pernyataan atau pendirian tanpa menunjukkan sikap pro atau anti kepercayaan. Sering diperoleh dari orang tua, kakek atau nenek. Seseorang menerima kepercayaan itu berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu. Kepercayaan berkembang dalam masyarakat yang mempunyai tujuan dan kepentingan yang sama. Kepercayaan dapat tumbuh bila berulang kali mendapatkan informasi yang sama.

d. Tingkat Pengetahuan di dalam Domain Kognitif

Menurut Notoadmojo (2010), dalam domain kognitif berkaitan dengan pengetahuan yang bersifat intelektual (cara berpikir, berintraksi, analisa, memecahkan masalah dan lain-lain) yang berjenjang sebagai berikut :

1) Tahu (Knowledge)

Menunjukkan keberhasilan mengumpulkan keterangan apa adanya. Termasuk dalam kategori ini adalah kemampuan mengenali atau mengingat kembali hal-hal atau keterangan yang pernah berhasil di himpun atau dikenali sebelumnya (recall of facts).

2) Memahami (Comprehension)

Pemahaman diartikan dicapainya pengertian (understanding) tentang hal yang sudah kita kenali. Karena sudah memahami hal yang bersangkutan maka juga sudah mampu mengenali hal tadi

(28)

meskipun diberi bentuk lain. Termasuk dalam jenjang kognitif ini misalnya kemampuan menterjemahkan, menginterpretasikan, menafsirkan, meramalkan dan mengeksplorasikan.

3) Menerapkan (Aplication)

Penerapan diartikan sebagai kemampuan menerapkan hal yang sudah dipahami ke dalam situasi dan kondisi yang sesuai.

4) Analisa (Analysis)

Analisis adalah kemampuan untuk menguraikan hal tadi menjadi rincian yang terdiri unsur-unsur atau komponen-komponen yang berhubungan antara yang satu dengan lainnya dalam suatu bentuk susunan berarti.

5) Sintesis (Syntesis)

Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun kembali bagian-bagian atau unsur-unsur tadi menjadi suatu keseluruhan yang mengandung arti tertentu.

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk membandingkan hal yang bersangkutan dengan hal-hal serupa atau setara lainnya, sehingga diperoleh kesan yang lengkap dan menyeluruh tentang hal yang sedang dinilainya.

(29)

e. Sumber-Sumber pengetahuan

Pengetahuan dapat diperoleh melalui fakta dengan melihat dan mendengar sendiri serta melalui alat-alat komunikasi, misalnya dengan membaca surat kabar atau buku, mendengar radio, melihat televisi, dan lain-lain (Notoatmodjo, 2010).

f. Pengukuran Pengetahuan

Menurut Arikunto (2006), pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subyek penelitian atau responden ke dalam pengetahuan yang ingin kita ukur atau kita ketahui dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatannya. Adapun pertanyaan yang dapat digunakan untuk pengukuran pengetahuan secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu:

1) Pertanyaan subyektif, misalnya jenis pertanyaan essay.

Pertanyaan essay disebut pertanyaan subyektif karena penilaian untuk pertanyaan ini melibatkan faktor subyektif dari penilai, sehingga nilainya akan berbeda dari seseorang penilai satu dibandingkan dengan yang lain dari satu waktu ke waktu yang lainnya.

2) Pertanyaan obyektif, misalnya pertanyaan pilihan ganda (multiple choise), benar salah, dan pertanyaan menjodohkan. Pertanyaan pilihan ganda, benar salah, menjodohkan disebut pertanyaan

(30)

obyektif karena pertanyaan-pertanyaan itu dapat dinilai secara pasti oleh penilai.

Dari kedua jenis pertanyaan tersebut, pertanyaan obyektif khususnya pertanyaan pilihan ganda lebih disukai untuk dijadikan sebagai alat ukur dalam pengukuran pengetahuan karena lebih mudah disesuaikan dengan pengetahuan yang akan diukur dan penilaiannya akan lebih cepat (Arikunto, 2006).

Rumus pengukuran pengetahuan menurut Riwidikdo (2009), yaitu : 1) Baik, bila nilai responden yang diperoleh adalah (x) > mean + 1 SD. 2) Cukup, bila nilai responden yang diperoleh adalah mean - 1 SD ≤ x ≤

mean + 1 SD.

3) Kurang, bila nilai responden yang diperoleh adalah (x) < mean – 1 SD.

2. Remaja

a. Pengertian Remaja

Remaja (Adolescence) yang berarti tumbuh ke arah kematangan. Kematangan yang dimaksud adalah bukan hanya kematangan fisik, tetapi juga kematangan sosial dan psikologis. Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik emosi dan psikis. Masa remaja yakni antara usia 10 – 19 tahun adalah suatu periode masa pematangan organ reproduksi manusia dan sering disebut masa pubertas (Widyastuti, 2009).

(31)

Menurut Depkes RI (2007), Masa Remaja dibedakan dalam : 1) Masa remaja awal : 10 – 13 tahun

2) Masa remaja tengah : 14 – 16 tahun 3) Masa remaja akhir : 17 – 19 tahun

Masa remaja merupakan masa yang begitu penting dalam hidup manusia, karena pada masa tersebut terjadi proses awal kematangan organ reproduksi manusia yang disebut sebagai masa pubertas. Pubertas berasal dari kata pubercere yang berarti menjadi matang, sedangkan remaja atau adolescence berasal dari kata adolescere yang berarti dewasa (Depkes RI, 2007).

Masa remaja juga merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Pada masa ini banyak terjadi perubahan baik dalam hal fisik maupun psikis. Perubahan-perubahan tersebut dapat mengganggu batin remaja. Kondisi ini menyebabkan remaja dalam kondisi rawan dalam menjalani proses pertumbuhan dan perkembangannya. Kondisi ini juga diperberat dengan adanya globalisasi yang ditandai dengan makin derasnya arus informasi. (Imelda, 2010).

b. Perubahan Fisik Pada Remaja

Pada saat pubertas terjadi perubahan fisik yang bermakna sampai pubertas terakhir dan berhenti pada saat dewasa, keadaan ini terjadi pada semua remaja normal. Yang berbeda adalah awal

(32)

mulainya. Mungkin ada remaja laki-laki yang sudah tumbuh kumis tipis, sementara yang lainnya belum. Seringkali perkembangan yang berbeda dengan sebayanya membuat remaja risau, akan tetapi bila tidak terlalu jauh dengan temannya masih bisa dianggap normal dan akan mengejar ketinggalan pertumbuhan tersebut. Harus diingat bahwa seorang anak berkembang pada saat yang berbeda dan dengan kecepatan yang berbeda pula( Sarwono, 2011).

Tabel 2.1

Perubahan Fisik Remaja Putri PERUBAHAN FISIK REMAJA USIA

Pertumbuhan payudara 7-13 tahun Pertumbuhan rambut kemaluan 7-14 tahun Pertumbuhan badan /tubuh 9,5-14,5 tahun Menarche 10-16,5 tahun

Pertumbuhan bulu ketiak 1-2 tahun setelah tumbuhnya

rambut pubis Sumber : (Sarwono, 2011)

Tabel 2.2

Perubahan Fisik Remaja Laki-Laki PERUBAHAN FISIK REMAJA USIA

Pertumbuhan testis 10-13,5 tahun Pertumbuhan rambut kemaluan 10-15 tahun Pertumbuhan badan /tubuh 10,5-16 tahun Pertumbuhan penis 11-14,5 tahun

Pertumbuhan bulu ketiak 1-2 tahun setelah tumbuhnya

rambut kemaluan Sumber : (Sarwono, 2011)

(33)

Pada pertumbuhan fisik remaja baik laki-laki maupun perempuan adalah kecepatan tumbuhnya (growth spurt). Pada saat ini pertumbuhan tinggi badan (linier) terjadi amat cepat. Perbedaan pertumbuhan fisik laki-laki dan perempuan adalah pada pertumbuhan organ reproduksinya, di mana akan diproduksi hormon yang berbeda, penampilan yang berbeda, serta bentuk tubuh yang berbeda akibat berkembangnya tanda seks sekunder ( Sarwono, 2011).

Anak perempuan mulai tumbuh pesat fisiknya pada usia 10 tahun dan paling cepat terjadi pada usia 12 tahun. Sedangkan pada laki-laki, 2 tahun lebih lambat mulainya, namun setelah itu bertambah tinggi 12 – 15 cm dalam tempo 1 tahun pada usia 13 tahun sampai menjelang 14 tahun. Pertumbuhan fisik perempuan dan laki-laki tidak sejalan dengan perkembangan emosionalnya. Seorang remaja yang badannya tinggi besar belum tentu mempunyai emosi yang matang, sebaliknya yang bertubuh biasa saja mempunyai emosi yang lebih matang ( Sarwono, 2011).

Pertumbuhan tinggi remaja dipengaruhi tiga faktor yaitu : genetik (faktor keturunan), gizi dan variasi individu. Secara genetik orang tua yang tubuhnya tinggi, punya anak remaja yang juga tinggi. Faktor gizi juga sangat berpengaruh, remaja dengan status gizi yang baik akan tumbuh lebih tinggi dibanding dengan remaja yang dengan status gizi kurang (Depkes RI, 2007).

(34)

c. Perkembangan Jiwa Pada Remaja

Pada usia 12-15 tahun, pencarian identitas diri masih berada pada tahap permulaan. Dimulai pada pengukuhan kemampuan yang sering diungkapkan dalam bentuk kemauan yang tidak dapat dikompromikan sehingga mungkin berlawanan dengan kemauan orang lain. Bila kemauan itu ditentang, mereka akan memaksa agar kemauannya dipenuhi ( Willis, 2010).

Psikososial merupakan manifestasi perubahan faktor-faktor emosi, sosial dan intelektual. Depkes RI (2007), menyatakan bahwa akibat perubahan tersebut, maka karakteristik psikososial remaja dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga), yaitu :

1) Remaja Awal (10-13 tahun)

a) Cemas terhadap penampilan badannya yang berdampak pada meningkatnya kesadaran diri (self consciousness).

b) Perubahan hormonalnya berdampak sebagai individu yang mudah berubah-ubah emosinya seperti mudah marah, mudah tersinggung atau menjadi agresif

c) Menyatakan kebebasan berdampak bereksperimen dalam berpakaian, berdandan trendi dan lain-lain.

d) Perilaku memberontak membuat remaja sering konflik dengan lingkungannya.

e) Kawan lebih penting sehingga remaja berusaha menyesuaikan dengan mode teman sebayanya.

(35)

f) Perasaan memiliki terhadap teman sebaya berdampak punya gang/ kelompok sahabat, remaja tidak mau berbeda dengan teman sebayanya.

g) Sangat menuntut keadilan dari sisi pandangnya sendiri dengan membandingkan segala sesuatunya sebagai buruk/hitam atau baik/putih berdampak sulit bertoleransi dan sulit berkompromi. 2) Remaja Pertengahan (14 – 16 tahun)

a) Lebih mampu untuk berkompromi, berdampak tenang, sabar dan lebih toleran untuk menerima pendapat orang lain.

b) Belajar berfikir independen dan memutuskan sendiri berdampak menolak mencampur tangan orang lain termasuk orang tua.

c) Ber-eksperimen untuk mendapatkan citra diri yang dirasa nyaman berdampak baju, gaya rambut, sikap dan pendapat berubah-ubah.

d) Merasa perlu mengumpulkan pengalaman baru walaupun beresiko berdampak mulai bereksperimen dengan merokok, alkohol, seks bebas dan mungkin NAPZA.

e) Tidak lagi terfokus pada diri sendiri berdampak lebih bersosialisasi dan tidak lagi pemalu.

f) Membangun nilai, norma, dan moralitas berdampak mempertanyakan kebenaran ide, norma yang dianut keluarga.

(36)

g) Mulai membutuhkan lebih banyak teman dan solidaritas berdampak ingin banyak menghabiskan waktu untuk berkumpul dengan teman-teman.

h) Mulai membina hubungan dengan lawan jenis berdampak berpacaran tetapi tidak menjurus serius.

i) Mampu berfikir secara abstrak mulai berhipotesa berdampak mulai peduli yang sebelumnya tidak terkesan dan ingin mendiskusikan atau berdebat.

3) Remaja Akhir (17 – 19 tahun)

a) Ideal berdampak cenderung menggeluti masalah sosial politik termasuk agama

b) Terlibat dalam kehidupan, pekerjaan dan hubungan di luar stress yang keluarga berdampak mulai belajar mengatasi dihadapi dan sulit diajak berkumpul dengan keluarga.

c) Belajar mencapai kemandirian secara finansial maupun emosional berdampak kecemasan dan ketidak pastian masa depan yang dapat merusak keyakinan diri.

d) Lebih mampu membuat hubungan yang stabil dengan lawan jenis berdampak mempunyai pasangan yang lebih serius dan banyak menyita waktu.

e) Merasa sebagai orang dewasa berdampak cenderung mengemukakan pengalaman yang berbeda dengan orang tuanya.

(37)

f) Hampir siap menjadi orang dewasa yang mandiri berdampak mulai nampak ingin meninggalkan rumah atau hidup sendiri.

Pergaulan dengan lawan jenisnya juga dapat menjadi sesuatu yang mengesankan bagi remaja. Bila mengalami hambatan, maka remaja akan menarik diri dari lingkungan sosialnya. Akibat perkembangan kelenjar kelamin remaja, maka mulai timbul perhatian pada remaja terhadap lawan jenisnya, bahkan hal ini merupakan tanda yang khas bahwa masa remaja sudah dimulai (Depkes RI, 2007).

Menurut Depkes RI (2007), menyatakan bahwa proses percintaan remaja dimulai dari :

(1) Crush

Ditandai dengan adanya saling membenci antara anak laki-laki dan perempuan. Penyaluran cinta pada saat ini adalah memuja orang yang lebih tua dan sejenis. Bentuknya misalnya memuja pahlawan dalam cerita film.

(2) Hero-worshping

Mempunyai persamaan dengan crush, yaitu pemujaan terhadap orang yang lebih tua tetapi yang berlawanan. Kadang yang dikagumi tidak juga dikenal.

(3) Boy Crazy dan girl Crazy

Pada masa ini kasih sayang remaja ditujukan kepada teman- teman sebaya, kadang saling perhatian antara anak laki-laki dengan anak perempuan.

(38)

(4) Puppy Love (Cinta Monyet)

Cinta remaja sudah mulai tertuju pada satu orang, tetapi sifatnya belum stabil sehingga kadang-kadang masih ganti-ganti pasangan.

(5) Romantic Love

Cinta remaja menemukan sasarannya dan percintaannya sudah stabil dan tidak jarang berakhir dengan perkawinan. 3. Perilaku Seksual

a. Pengertian

1) Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis. Bentuk-bentuk tingkah laku ini dapat beraneka ragam, mulai dari perasaan tertarik hingga tingkah laku berkencan, bercumbu dan senggama. Objek seksualnya bisa berupa orang lain, orang dalam khayalan atau diri sendiri (Berhman, dkk, 2004).

2) Perilaku seks sebagai semua jenis aktifitas fisik yang menggunakan tubuh untuk mengekspresikan perasaan erotis atau perasaan afeksi ( Nevid, dkk, 2007).

3) Sedangkan perilaku seks pra nikah sendiri adalah aktifitas seksual dengan pasangan sebelum menikah pada usia remaja

(39)

b. Penyimpangan seks

1) Menurut Amalia (2007), tahapan-tahapan dari perilaku seksual yang biasanya dilakukan dimana tahapan selanjutnya adalah lebih berat sifatnya dan semakin mengarah pada perilaku seksual. Tahapan-tahapan tersebut adalah

a) Awakening and eksploration Rangsangan terhadap diri sendiri dengan cara berfantasi, menonton film, dan membaca buku-buku porno.

b) Autosexuality:Masturbation

Perilaku merangsang diri sendiri dengan melakukan masturbasi untuk mendapatkan kepuasan seksual.

c) Heterosexuality:kissing and necking

Saling merangsang dengan pasangannya, tetapi tidak mengarah ke daerah sensitif pasangannya, hanya sebatas cium bibir dan leher pasangannya.

d) Heterosexualit

Perilaku melakukan hubungan seksual dengan melibatkan organ seksual masing-masing.

2) Menurut Willis (2010), penyimpangan seks meliputi: a) Onani

Kelainan perilaku seks biasanya dilakukan oleh laki-laki yang merasa inginmemenuhi kebutuhan seksnya,dilakukan dengan cara mengeluarkan air manioeh tangan. Biasanya dilakukan secara sembunyi-sembunyi atau pada waktu tidur.

(40)

b) Homoseksual

Kelainan perilaku seks yang dilakukan oleh dua individu yang berjenis kelamin sama.

c) Pelacuran

Perilaku seks bebas yang dilakukan secara tidak sah menurut hukum dan agama, yang terjadi didalam masyarakat.

d) Pornografi dan pornoaksi

Hal-hal yang berusaha untuk merangsang dorongan seks dengan tulisan atau gambar. Pengaruhnya cepat meluas terutama dikalangan remaja yang sedng berada pada masa pubertas.

e) Gerontoseksual

Kecenderungan untuk melakukan hubungan kelamin dengan wanita-wanita yang lebih tua atau lanjut usianya.

f) Incest

Hubungan kelamin terjadi antara dua orang di luar nikah sedangkan mereka adalah kerabat dekat.

(41)

c. Faktor-faktor penyebab masalah seksualitas pada remaja

Menurut Sarwono (2011), faktor-faktor penyebab masalah seksualitas pada remaja meliputi :

1) Meningkatnya libido seksualitas

Di dalam upaya mengisi peran sosialnya yang baru itu, seorang remaja mendapatkan motivasinya dari meningkatnya energi seksual atau libido.

2) Penundaan usia perkawinan

Meningkatnya taraf pendidikan masyarakat dan dengan makin banyaknya anak-anak perempuan yang bersekolah, maka makin tertunda kebutuhan untuk mengawinkan anak-anak. Tetapi justru ini yang menyebabkan penyimpangan seks sebelum menikah. 3) Kurangnya informasi tentang seks bebas

Banyak remaja yang kurang mengetahui tentang seks bebas yang berdampak negatif. Remaja putri timbul perasaan rasa cinta, suka, pada laki-laki yang membuatnya menyerah. Terkadang sampai terayu dan tidak menyadari hal itu hingga terjadilah hubungan seks. 4) Pergaulan yang makin bebas

Kebebasan pergaulan antar jenis kelamin pada remaja, kiranya dengan mudah bisa disaksikan dalam kehidupan sehari-hari.

(42)

d. Dampak perilaku seksual pada remaja

Menurut Notoatmodjo (2007), dampak perilaku seksual pada remaja yaitu : 1) Hamil yang tidak dikehendaki

Merupakan salah satu akibat dari perilaku seksual remaja. Hamil yang tidak dikehendaki membawa dampak dua pilihan pada remaja yaitu melanjutkan kehamilan atau menggugurkannya.

2) Penyakit menular seksual

Dampak lain dari perilaku seksual remaja terhadap kesehatan Reproduksi adalah tertular PMS termasuk HIV/AIDS. Sering kali remaja melakukan hubungan seksual yang tidak aman dan berganti-ganti pasangan membuat remaja semakin rentan terhadap PMS.

3) Psikologis

Dampak lain dari perilaku seksual remaja yang sangat berhubungan dengan kesehatan reproduksi adalah konsekuensi psikologis. Kehamilan muda dapat mempengaruhi psikologis antara lain penerimaan kehamilan yang belum siap, merasa tersisih dari pergaulan dan belum mampu membawa diri.

(43)

B. Kerangka Teori

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Sumber : Modifikasi (Notoatmodjo, 2010). Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan : 1. Pengalaman 2. Pendidikan 3. Kepercayaan Pengetahuan Sumber-sumber Pengetahuan : 1. Surat kabar 2. Buku 3. Radio 4. Televisi Remaja : 1. Pengertian 2. Perubahan fisik remaja 3. Perkembangan jiwa remaja Perilaku seksual : 1. Pengertian 2. Penyimpangan seks 3. Faktor-faktor penyebab masalah seksualitas remaja 4. Dampak perilaku seksual pada remaja

(44)

C. Kerangka Konsep

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

Keterangan : : Diteliti

: Tidak diteliti Tingkat Pengetahuan

Remaja tentang seks bebas

Baik

Cukup

Kurang

Faktor yang mempengaruhi : 1. Pengetahuan

2. Pendidikan 3. Kepercayaan

(45)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Ditinjau dari tujuan penelitian akan dicapai, penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kuantitatif yaitu suatu penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau diskripsi suatu keadaan secara objektif. Metode ini digunakan untuk memecahkan atau menjawab

permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi sekarang (Notoatmodjo, 2010).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi dan waktu penelitian merupakan rencana tentang tempat dan jadwal yang akan dilakukan oleh peneliti dalam melaksanakan kegiatan penelitiannya (Hidayat, 2008).

1. Lokasi penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di MAN I Surakarta. 2. Waktu Penelitian

Penelitian ini di lakukan pada tanggal 10 Desember 2011 - 24 Mei 2012. C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dijelaskan secara spesifik tentang siapa atau golongan mana yang menjadi sasaran penelitian (Notoatmodjo, 2010). Populasi yang

(46)

digunakan dalam penelitian seluruh siswa atau siswi kelas X di MAN I Surakarta yang berjumlah 399 orang.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2010). Menurut Arikunto, (2006), apabila jumlah populasi atau subyek besar maka dapat diambil 10 – 15% atau 20-25% atau lebih tergantung pada kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga, dan dana, sempit luas wilayah pengamatan dari setiap subjek, besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti. Pada penelitian ini penulis mengambil sampel sebesar 10% dari jumlah populasi 399 orang yaitu sebanyak 40 orang. 3.Teknik pengambilan sampel

Tehnik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah random sampling yaitu teknik yang dilakukan dengan mengambil wakil dari setiap wilayah yang terdapat dalam populasi.Wilayah dalam populasi ini adalah kelas secara acak sistematis yaitu dengan cara membagi jumlah atau anggota populasi dengan perkiraan jumlah sample yang digunakan. Hasilnya adalah interval sample (Notoatmodjo, 2010).

(47)

D. Instrumen Penelitian

Alat yang dipergunakan dalam pengumpulan data penelitian ini adalah kuesioner yaitu daftar pertanyaan yang sudah tersusun dengan baik, matang, dimana responden tinggal memberikan jawaban atau dengan memberikan tanda – tanda tertentu (Notoatmodjo, 2010).

Untuk mengetahui pengetahuan remaja, kuisioner yang digunakan adalah kuisioner tertutup dimana sudah terdapat jawabanya, sehingga mereka tinggal memilih. Dalam penelitian ini digunakan alternatife jawaban ’’Benar’’ dan ’’Salah’’. Kriteria pernyataan positif dan negatif. Dimana pernyataan dengan kriteria positif skor 1 untuk jawaban benar dan skor 0 bila jawaban salah. Pernyataan negatif skor 0 untuk jawaban benar dan skor 1 untuk jawaban salah. Pengisian kuesioner tersebut dengan memberi tanda centang (√) pada jawaban yang dianggap benar.

Untuk mengetahui kuesioner untuk penelitian ini berkualitas, terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitas dengan karakteristik seperti sejenis di luar lokasi penelitian. Tempat untuk uji validitas di SMA Negeri 6 Surakarta dengan jumlah responden 30 siswa.

(48)

Tabel 3.1 Kisi-kisi Kuesioner

Kisi-kisi soal No soal Jumlah soal

a. Pengertian remaja b. Perkembangan

jiwa & fisik remaja c. Pengertian perilaku seksual d. Penyimpangan seksual e. Faktor penyebab masalah seksualitas pada remaja f. Dampak perilaku seksual pada remaja g. Pengetahuan 1, 2, 3 4, 5, 6, 7, 8, 35 9, 10, 11,12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22 23, 24, 25 26, 27, 28, 29, 30 31, 32, 33, 34 3 6 6 8 3 5 4

Jumlah total soal 35 soal

1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang dapat menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen (Arikunto, 2006). Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang seharusnya hendak diukur. Penelitian ini menggunakan uji validitas dengan rumus product moment dengan bantuan SPSS for windows. Instrumen dikatakan valid jika nilai rhitung > rtabel.

(49)

Rumus product moment adalah:

Keterangan:

N : Jumlah responden

rxy : Koefisien korelasi product moment

x : Skor pertanyaan y : Skor total

xy : Skor pertanyaan dikalikan skor total

Untuk uji coba validitas dilakukan di SMA N 6 Surakarta terhadap 30 responden dengan jumlah soal 35 didapatkan hasil 5 butir soal tidak valid karena rhitung < rtabel (0,334), maka soal no. 2, 4, 22, 23, dan 34

dihilangkan. Untuk penelitian ini menggunakan 30 butir soal. 2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensis, mengarahkan responden memilih jawaban-jawaban tertentu. Apabila datanya memang benar sesuai dengan kenyataannya, maka berapa kalipun diambil tetap akan sama hasilnya (Arikunto, 2006).

Untuk menguji reliabilitas instrumen, peneliti menggunakan Alpha chronbach dengan bantuan komputer SPSS for Windows.

( )

X }{N Y -

( )

Y } X { Y X. -XY . N 2 2 2 2 - S S S S S S S = N rxy

(50)

Rumus Alpha Cronbach adalah sebagai berikut :

ú û ù ê ë é S -úû ù êë é -= 2 2 1 1 St Si k k ri Keterangan: ri = Reliabilitas Instrument

k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal ∑Si2 = Jumlah varian butir

St2 = Varians total

Dinyatakan reliabel bila nilai alpha cronbach’s minimal 0,70 (Riwidikdo, 2009). Setelah dilakukan uji reliabilitas terhadap 35 soal dengan 30 responden di SMA N 6 Surakarta, maka dinyatakan reliabel karena nilai alpha cronbach’s 0,907 > 0,70.

E. Teknik Pengumpulan Data

Mengumpulkan data adalah mengamati variabel yang akan diteliti dengan metode interview, tes observasi, kuesioner dan sebagainya.

(Arikunto, 2006). 1) Data primer

Data primer adalah secara langsung diambil dari objek / objek penelitian oleh peneliti perorangan maupun organisasi (Riwidikdo, 2009).

Cara pengambilan data yang akan dilakukan dengan cara memberikan lembar pertanyaan persetujuan dan membagikan kuesioner atau angket siswa/siswi MAN 1 Surakarta, kemudian menjelaskan tentang cara

(51)

pengisiannya. Responden disuruh mengisi kuesioner sampai selesai dan kuesioner diambil pada saat itu juga oleh peneliti.

2) Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari objek penelitian (Riwidikdo, 2009).

Data yang digunakan berasal dari studi pendahuluan di MAN 1 Surakarta yaitu data jumlah siswa-siswi kelas x di MAN 1 Surakarta.

F. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2007). Dalam penelitian ini hanya menggunakan variabel tunggal yaitu tingkat pengetahuan remaja perempuan dan laki-laki tentang seks bebas.

G. Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan definisi yang membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel yang diamati atau diteliti (Notoatmodjo, 2010).

(52)

Tabel 3.2

Definisi Operasional Penelitian

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Skala Ukur Hasil Ukur 1 Tingkat Pengetahuan Remaja tentang seks bebas Segala sesuatu yang diketahui oleh remaja tentang seks bebas

Kuesioner Ordinal a. Baik, bila nilai responden yang diperoleh adalah (x) > mean + 1 SD. b. Cukup, bila nilai

responden yang diperoleh adalah mean -1 SD ≤ x ≤

mean + 1.

c. Kurang, bila nilai responden yang diperoleh adalah (x) < mean -1 SD.

H. Metode Pengolahan dan Analisis Data 1. Pengolahan Data

Setelah data terkumpul, maka langkah yang dilakukan berikutnya adalah pengolahan data. Proses pengolahan data menurut Arikunto (2006), adalah:

a. Editing

Kegiatan ini dilakukan dengan cara memeriksa data hasil jawaban dari kuesioner yang telah diberikan kepada responden dan kemudian dilakukan koreksi apakah telah terjawab dengan lengkap. Editing dilakukan di lapangan sehingga bila terjadi kekurangan atau tidak sesuai dapat segera dilengkapi.

(53)

b. Coding

Kegiatan ini memberi kode angka pada kuesioner terhadap tahap-tahap dari jawaban responden agar lebih mudah dalam pengolahan data selanjutnya.

c. Tabulating

Kegiatan ini dilakukan dengan cara menghitung data dari jawaban kuesioner responden yang sudah diberi kode, kemudian dimasukkan ke dalam tabel.

2. Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis univariat yaitu menganalisa terhadap tiap variabel dari hasil tiap penelitian untuk menghasilkan distribusi frekuensi dan prosentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2010). Selanjutnya hasil untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja menurut Riwidikdo (2009), yaitu ditunjukan dengan prosentase dengan keterangan sebagai berikut :

a. Baik, bila nilai responden yang diperoleh adalah ( x ) > mean + 1 SD. b. Cukup, bila nilai responden yang diperoleh adalah mean – 1 SD ≤ x ≤

mean + 1 SD.

c. Kurang, bila nilai responden yang diperoleh adalah ( x ) < mean – 1 SD.

(54)

I. Etika Penelitian

Menurut Hidayat (2008), etika penelitian merupakan masalah yang sangat penting dalam penelitian. Mengingat penelitian berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus langsung diperhatikan. Yang perlu diperhatikan antara lain:

1. Informed concent

Informed concent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan yang diberikan sebelum penelitian. Dilakukan dengan member lembar persetujuan kepada responden. Tujuannya agar subyek mengerti maksud dan tujuan penelitian. jika responden bersedia ,maka harus menandatangani lembar persetujuan.

2. Anonimity (Tanpa nama)

Anonimity merupakan pemberian jaminan dalam penggunaan subyek penelitian dengan cara tidak mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data.

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Confidentiality merupakan etika dalam pemberian jaminan kerahasiaan hasil penelitian baik informasi ataupun masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti. Hanya pada kelompok data tertentu yang dilaporkan pada hasil riset.

(55)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum

MAN 1 Surakarta adalah sebuah sekolah yang terletak di Jl. Sumpah Pemuda No. 25, Kadipiro, Surakarta. Sekolah ini didirikan berdasarkan Keputusan Menteri Agama No. 73 tahun 1987. Program ini didirikan sebagai koreksi atas pendidikan Islam, terutama di bidang ilmu-ilmu agama. MAN 1 Surakarta ini 70% terdiri dari ilmu-ilmu agama dan 30% ilmu pengetahuan umum. Terdapat 27 ruang, 2 kantin, 1 koperasi sekolah yang berada diluar sekolah serta jumlah pelajar yang ada di MAN 1 ini adalah 1087 siswa, diantaranya 399 siswa kelas X, 339 siswa kelas XI dan 281 siswa kelas XII, sedangkan jumlah tenaga pengajar di sekolah ini ada 57 pengajar.

B. Hasil Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dimana pengambilan data penelitian menggunakan angket pengetahuan remaja tentang seks bebas. Setelah data terkumpul, maka langkah yang dilakukan selanjutnya adalah pengolahan data dengan berbagai cara seperti editing, coding, tabulating. Pengolahan data juga dilakukan dengan bantuan program SPSS versi 17.

(56)

Berdasarkan perhitungan diperoleh data sebagai berikut :

1. Mean : n xi

å

2. SD :

(

)

1 2 2 --

å

å

n n xi xi : 40 1032 :

(

)

1 40 40 1065024 27008 : 25,8 : 39 6 , 26625 27008 : 9,8051282 : 3,1 Tabel 4.1

Hasil Mean dan Standar Deviasi

Variabel Mean Standar Deviasi

Pengetahuan 25,8 3,1

Baik : Bila nilai responden yang diperoleh (x) > mean+1 SD x > 25,8 + 1 x 3,1 = x > 28,9

Jadi, Pengetahuan baik jika nilai responden x > 28,9. Cukup : Bila nilai responden mean -1 SD ≤ x ≤ mean + 1 SD

25,8 – 1 x 3,1 ≤ x ≤ 25,8 + 1 x 3,1 = x ≤ 22,7 – ≤ 28,9

Jadi, Pengetahuan cukup jika nilai responden ≤ 22,7 – ≤ 28,9. Kurang : Bila nilai responden yang diperoleh (x) < mean–1 SD

( x ) < 25,8 – 1 x 3,1 = x < 22,7

(57)

Setelah berbagai tahap penelitian dilakukan dan data terkumpul, selanjutnya penulis melakukan pengolahan data dengan berbagai cara seperti editing, koding, serta tabulating. Hasil data yang telah diolah kemudian disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi tingkat pengetahuan remaja perempuan dan laki-laki tentang seks bebas di kelas X Man 1 Surakarta.

Tabel 4.2.

Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Remaja Perempuan Dan Laki-Laki Tentang Seks Bebas Di kelas X MAN 1 Surakarta.

Sumber : Data primer, 2012

Dari tabel diatas menunjukan tingkat pengetahuan siswa MAN 1 Surakarta tentang Seks Bebas pada kategori baik sebanyak 3 siswa (7,5%), kategori cukup sebanyak 30 siswa (75,0%), dan kategori kurang sebanyak 7 siswa (17,5%). Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan remaja perempuan dan laki-laki tentang seks bebas di kelas X MAN 1 Surakarta yaitu pada kategori cukup sebanyak 30 siswa (75,0%).

No Pengetahuan Frekuensi Prosentase

1 Baik 3 7,5%

2 Cukup 30 75,0%

3 Kurang 7 17,5%

(58)

C. Pembahasan

Penelitian mengenai tingkat pengetahuan remaja perempuan dan laki-laki tentang seks bebas di kelas X MAN 1 Surakarta ini, dilakukan terhadap 40 responden. Hasil yang didapatkan dalam penelitian ini menunjukan tingkat pengetahuan siswa MAN 1 Surakarta tentang Seks Bebas pada kategori baik sebanyak 3 siswa (7,5%), kategori cukup sebanyak 30 siswa (75,0%), dan kategori kurang sebanyak 7 siswa (17,5%). Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan remaja perempuan dan laki-laki tentang seks bebas di kelas X MAN 1 Surakarta yaitu pada kategori cukup sebanyak 30 siswa (75,0%).

Menurut Bobak (2004), umur mempengaruhi pengetahuan di mana umur 16 tahun merupakan tahap remaja madya di mana belajar menerima informasi tetapi belum mampu menerapkan informasi tersebut secara maksimal dan sering kali mencoba-coba tanpa memperhitungkan konsekuensiya, sedangkan umur 17-18 tahun merupakan remaja akhir di mana mulai memahami dirinya dan lebih mudah menerima informasi sehingga mempengaruhi pengetahuan mereka terutama tentang seks bebas.

Selain berpengaruh pada umur, pengetahuan seseorang berpengaruh juga pada pengalaman yaitu suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan, baik dari pengalaman diri sendiri maupun orang lain. Hal tersebut dilakukan dengan cara pengulangan kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi. Bila berhasil maka orang akan menggunakan cara tersebut dan bila gagal tidak

(59)

akan mengulangi cara itu. Kemudian bisa juga melalui pendidikan, yaitu makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka makin mudah menerima informasi, sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai baru yang diperkenalkan (Notoatmodjo, 2010).

Masa remaja adalah peralihan dari masa anak-anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek atau fungsi untuk memasuki masa dewasa. Masa dewasa berlangsung antara usia 12-21 tahun bagi wanita dan 13-22 tahun bagi pria. Kehamilan remaja merupakan masalah yang sering terjadi saat ini. Masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa, Dalam masa ini anak mengalami masa pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun perkembangan psikisnya. Mereka bukanlah anak-anak baik bentuk badan ataupun cara berfikir atau bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang ( Rumini & Sundari, 2004).

Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis. Bentuk-bentuk tingkah laku ini dapat beraneka ragam, mulai dari perasaan tertarik hingga tingkah laku berkencan, bercumbu dan senggama. Objek seksualnya bisa berupa orang lain, orang dalam khayalan atau diri sendiri

(60)

Berbagai dampak seks bebas baik secara fisik ataupun secara psikis, masyarakat pada umumnya tidak menghendaki remaja mereka melakukan kegiatan seksual sebelum menikah. Oleh sebab itu, mereka sering menabuhkan berbicara masalah seks dengan para remaja. Sedangkan dari segi psikologisnya pembicaraan mengenai seks dalam keluarga itu tabu karena pembicaraan itu dianggap sebagai dorongan naluri seksual yang bertentangan dengan dorongan “moral”, tidak boleh dimunculkan pada orang lain dalam bentuk tingkah laku terbuka

( Sarwono, 2011).

Dampak yang berkaitan dengan perilaku seks bebas ini meliputi Masalah penyakit menular seksual termasuk HIV/AIDS, Kehamilan yang tidak diinginkan, Dampak sosial seperti putus sekolah, Kanker, Infertilitas/kemandulan. Hamil di luar pernikahan akan menimbulkan permasalahan baru, apabila masih kuliah atau sekolah tentu saja orang tua akan sangat kesal. Dan kita pun takut untuk jujur kepada orang tua dan pasangan, akhirnya memutuskan untuk melakukan dosa baru yaitu aborsi. Apabila menikah di usia muda, permasalahan yang belum siap di hadapi akan datang, seperti masalah keuangan, masalah kebiasaan, masalah anak (BKKBN, 2008).

Dari hasil penelitian mayoritas siswi berpengetahuan cukup sebanyak 30 siswa (75,0%), hal ini bisa dikarenakan remaja perempuan dan laki-laki belum sepenuhnya mengerti dan mendapatkan informasi mengenai seks bebas baik di lingkungan keluarga misalnya orang tua

(61)

kurang terbuka mengenai pendidikan seks remaja, di lingkungan sekolah misalnya guru kurang memberikan bimbingan konseling dan penyuluhan kesehatan kepada para siswa, dan di lingkungan sekitar misalnya remaja hanya berteman dengan teman sebaya yang memiliki pengetahuan yang sama.

Dalam penelitian ini pengetahuan yang diharapkan bukan berarti hanya tahu melalui pengindraan saja, tetapi melalui tingkat pengetahuan yang diteliti penulis dalam penelitian ini yang lebih spesifik lagi yaitu bagaimana seorang remaja mengetahui mengenai seks bebas serta berbagai dampak yang terjadi baik secara psikologi dan dampak fisik.

D. Keterbatasan

1. Kendala penelitian

Kendala pada penelitian ini adalah untuk memberikan kuesioner pada responden, maka peneliti harus mencari waktu kosong di luar jam belajar dan hanya bisa dilakukan diasrama sekolah.

2. Kelemahan / keterbatasan selama proses penelitian

a. Variabel dalam penelitian ini merupakan variable tunggal, sehingga peneliti terbatas pada tingkat pengetahuan saja.

b. Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner tertutup, sehingga responden hanya bisa menjawab ya atau tidak saja dan jawaban responden belum bisa mengetahui pengetahuan responden secara mendalam.

(62)

BAB V

PENUTUP

Sesuai dengan tujuan yang diharapkan oleh penulis yaitu untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja perempuan dan laki-laki tentang seks bebas di kelas X MAN 1 Surakarta, maka peneliti mengambil sampel 40 responden. Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan dan saran sebagai berikut :

A. Kesimpulan

1. Tingkat pengetahuan remaja perempuan dan laki-laki tentang seks bebas di kelas X MAN 1 Surakarta pada kategori baik sebanyak 3 siswa (7,5%). 2. Tingkat pengetahuan remaja perempuan dan laki-laki tentang seks bebas di

kelas X MAN 1 Surakarta pada kategori cukup sebanyak 30 siswa (75,0%).

3. Tingkat pengetahuan remaja perempuan dan laki-laki tentang seks bebas di kelas X MAN 1 Surakarta pada kategori kurang sebanyak 7 siswa (17,5%). B. Saran

1. Bagi sekolah

Sekolah bekerja sama dengan petugas kesehatan atau instansi kesehatan mengadakan penyuluhan kesehatan mengenai seksualitas secara lebih mendalam diluar jam pelajaran dengan tujuan agar siswa dapat informasi serta pengetahuan lebih lengkap mengenai kesehatan reproduksi dan seksualitas, sehingga siswa tidak melakukan penyimpangan seksual.

(63)

2. Bagi Responden

Peningkatan pengetahuan tentang seksualitas dengan cara membaca buku tentang seksualitas, mencari sumber-sumber dimedia massa seperti internet, koran, majalah, dan berkonsultasi dengan pakar-pakar seksualitas sehingga tidak melakukan hubungan seks bebas.

3. Bagi Petugas kesehatan

Petugas kesehatan bekerjasama dengan instansi kesehatan mengadakan kegiatan penyuluhan disekolah-sekolah secara mendalam tentang seksualitas diluar jam pelajaran dengan tujuan agar siswa dapat informasi mengenai seks bebas.

4. Bagi Institusi Pendidikan

Hendaknya Karya Tulis Ilmiah ini digunakan sebagai sumber bacaan atau informasi untuk meningkatkan kualitas pendidikan kebidanan khususnya tentang seks bebas.

5. Bagi Peneliti selanjutnya

Bagi peneliti lain yang mungkin berminat untuk melakukan dan mengembangkan penelitian ini diharapkan melakukan penelitian dengan lebih banyak sampel dan mengembangkan variabel penelitian, lebih luas pembahasan materinya, menggunakan metode dan tehnik yang berbeda serta memperluas ruang lingkup peneliti.

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Teori
Gambar 2.2 Kerangka Konsep

Referensi

Dokumen terkait

sedangkan hasil penelitian ini adalah adanya hubungan pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi dengan sikap seks pranikah, untuk tingkat pengetahuan tentang

diatas diketahui bahwa hasil hubungan antara pengetahuan kesehatan reproduksi dengan perilaku seks bebas pada remaja SMA Negeri X Kabupaten Tanggamus, dari 156

Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa tingkat pengetahuan remaja laki-laki kelas XI tentang cara mencegah onani di SMK Negeri 1 Pajangan Bantul dalam kategori

diatas diketahui bahwa hasil hubungan antara pengetahuan kesehatan reproduksi dengan perilaku seks bebas pada remaja SMA Negeri X Kabupaten Tanggamus, dari 156

Faktor pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi yang rendah menjadi salah satu faktor yang berhubungan dengan terjadinya kehamilan dikalangan remaja. Seseorang yang

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN SIKAP SEKS SEBELUM NIKAH PADA REMAJA.. DI SMK MUHAMADIYAH I

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dengan sikap remaja terhadap seks bebas di SMA N 1 Sentolo Kulonprogo

Hasil penelitian ini, membuktikan ada hubungan tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dengan perilaku seksual anak jalanan remaja di Kota Yogyakarta dengan