• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARYA TULIS ILMIAH HEAR-HERE! IMPLEMENTASI PIK-REMAJA BERBASIS POTENSI LOKAL DI DAERAH TERTINGGAL UNTUK MENGHADAPI BONUS DEMOGRAFI 2030

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KARYA TULIS ILMIAH HEAR-HERE! IMPLEMENTASI PIK-REMAJA BERBASIS POTENSI LOKAL DI DAERAH TERTINGGAL UNTUK MENGHADAPI BONUS DEMOGRAFI 2030"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

KARYA TULIS ILMIAH

HEAR-HERE!

IMPLEMENTASI PIK-REMAJA BERBASIS POTENSI LOKAL DI DAERAH TERTINGGAL UNTUK MENGHADAPI BONUS DEMOGRAFI

2030

DISUSUN OLEH:

ISNAWATI HIDAYAH 120432400593/2012

UNIVERSITAS NEGERI MALANG MALANG

(2)

i KARYA TULIS ILMIAH

HEAR-HERE!

IMPLEMENTASI PIK-REMAJA BERBASIS POTENSI LOKAL DI DAERAH TERTINGGAL UNTUK MENGHADAPI BONUS DEMOGRAFI

2030

DISUSUN OLEH:

ISNAWATI HIDAYAH 120432400593/2012

UNIVERSITAS NEGERI MALANG MALANG

(3)
(4)

iii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... iv DAFTAR GAMBAR ... v RINGKASAN ... vi BAB I PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 3

C. Luaran yang Diharapkan ... 3

D. Manfaat Kegiatan ... 4

BAB II TELAAH PUSTAKA ... 5

BAB III ANALISIS DAN SINTESIS ... 9

BAB IV SIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 20

DAFTAR PUSTAKA ... 21

LAMPIRAN

Lampiran 1. Impelemntasi Hear Here!

Lampiran 2. Jumlah Pernikahan Dini pada Usia di Bawah 18 Tahun Lampiran 2. Framework Konsep Hear Here!

Lampiran 4. Data PIK R/M di Indonesia Lampiran 5. Contoh Implementasi Hear Here!

Lampiran 6. Efektifitas Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja Lampiran 7. Pernikahan Dini dan Tingkat Kesejahteraan

Lampiran 8. Perbandingan Pernikahan Dini di Desa dan di Kota Lampiran 9. Sensus Penduduk Indonesia Tahun 2010

(5)

iv DAFTAR TABEL

(6)

v DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Bonus Demografi di Indonesia ... 5 Gambar 2. Konsep Diri Secara Umum Shavelson, Hubnu, Stanton ... 7 Gambar 3. Perbadingan Pernikahan Dini di Desa dan di Kota ... 11

(7)

vi Hidayah, I. 2015. Hear Here! The Implementation of PIK-Remaja Based on Local

Potentials in Underdeveloped Regions on Facing Demographic Bonus 2030. A Paper for Mawapres Program.State University of Malang.

SUMMARY

Indonesia is predicted to undergo the Demographic Bonus, where the number of labor force aged 15-64 years in 2020-2030 will be about 180 million or approximately 70% of the population, whilst the non-productive age population (under 15 years old and over 65 years) will be about 60 million or 30% of the people. This means that the youth (aged 16-30 years) will contribute to the demographic bonus. This phenomenon could be a prospective opportunity if the youth are well prepared for it to support national development. At present, the youth occupy 28% of the total population in urban areas and 24% in rural areas (CBS, 2010). One of the main problems faced by young people in rural areas, especially in underdeveloped regions, is their lack of participation in nation building. This can be traced back to the high rate of early marriage and the high level of poverty in underdeveloped regions.

To overcome these problems, the government offers a program called PIK R/M (Pusat Informasi dan Konseling Remaja or Center for Information and Youth Counselling) in secondary schools and universities. The establishment of this program is meant to provide information and offer counseling services concerning the Family Life Preparation, e.g. the Eight Family Functions, Proper Age for Marriage, TRIAD KRR (Ancaman Kesehatan Reproduksi Remaja), Life Skills (entrepreneurship), Gender, Advocacy and IEC (Information, Education, and Counselling. Unfortunately, this program only reaches the youth in urban areas but not the underdeveloped regions.

According to the index of economic progress and development of human resources, underdeveloped regions are those that have low development outcomes and show below-average national index. In these areas, the level of education, age of marriage, and poverty are interrelated. The lower the education level is, the higher the rate of early marriage will be. Poverty also significantly contributes to early marriage. These ever increasing problems prevent the youth from performing their tasks and functions. World Bank, 2007 explains about Task and Functions of youth which is concluded as Youth Five Life Transitions: continue learning, start working, form families, exercise citizenship, practice healthy life. Kucur Village, Dau District, Malang Regency, fulfils these criteria and is taken as one of area for preliminary survey of Hear Here! Program to become the example of implementation.

To reach the youth in the underdeveloped and isolated areas, the Hear Here! Program is launched. Basically, this program is an attempt to help the youth when access to education, information, health, and economic empowerment is very limited. This program conducts trainings in life skills and entrepreneurship as well as enhances access to information on Planning Generation. In this program, 21,676 PIK R/M which has been exist in Indonesia will become pioneered to

(8)

vii make vocal point in underdeveloped regions by empowering local youth and youth organization (Karang Taruna). Then, Hear Here program will provide information and counseling on Family Life Preparation, e.g. the Eight Family Functions, Proper Age for Marriage, TRIAD KRR (Ancaman Kesehatan Reproduksi Remaja), Life Skills (entrepreneurship), Gender, Advocacy and IEC (Information, Education, and Counselling), Sexual Reproductive Health and Right through peer educator and peer counselor. Besides that Hear Here! will empower youth to increase their prosperity and eradicating poverty based on local potential in underdeveloped regions. Hopefully, this program can be implemented in other remote areas in Indonesia with the help of PIK R/M members and the local youth association (if any). It is expected that, ultimately, this program could prevent early marriages, elevate poverty and develop the potentials of the youth in anticipation of the 2030 demographic bonus. So, they can support national development.

(9)
(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sensus penduduk tahun 2010, menyatakan bahwa penduduk Indonesia bertambah 32,5 juta jiwa dengan rata-rata angka Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) sebesar 1,49% per tahun. Jika LPP tetap sebesar 1,49% maka jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2030 diperkirakan akan mencapai 450 juta jiwa. Mengingat kondisi Indonesia yang saat ini merupakan salah satu Negara Dunia Ketiga, hasil perhitungan tersebut sangatlah mengkhawatirkan.Pendidikan yang belum merata, layanan kesehatan yang belum maksimal, kondisi perekonomian nasional yang belum stabil merupakan fenomena nyata yang terjadi di Indonesia. Selain itu laju pertumbuhan penduduk yang tak terkendali, tingkat kemiskinan yang tinggi, kelangkaan pangan, polusi dan ekploitasi sumber daya alam (SDA) terjadi setiap harinya tanpa henti dan lapangan pekerjaan yang masih minim.

Masalah yang ada terlalu komplek dan terjadi di semua lini. Dan diprediksikan pada tahun 2020-2030, Indonesia akan menghadapi suatu fenomena yang disebut sebagai “ Bonus Demografi”. Isu ini sudah menjadi “trending topic” dikalangan masyarakat.Mulai dari yang remaja sampai dewasa, yang muda sampai yang tua. Mereka berdiskusi, mengkaji dan menganalisa untuk menjadikan fenomena ini sebagai “windows of opportunity”, bukan menjadi “windows of disaster”. Apabila jumlah penduduk yang besar ini, utamanya penduduk usia kerja/produktif (15-64 tahun) mempunyai pendidikan dan ketrampilan yang memadai serta ketersediaan lapangan kerja yang diperlukan, akan membuka peluang untuk memperoleh suatu bonus demografi, yakni suatu kondisi dimana rasio ketergantungan kelompok usia non produktif (anak-anak dan lansia) dengan kelompok usia non produktif (usia 15-64 tahun) mencapai angka terendah.

Namun kondisi saat ini menunjukkan bahwa penduduk usia produktif belum mendapatkan kesempatan yang optimal utuk berkontribusi dan berperan aktif menjalankan fungsi dan tugasnya sebagai penerus masa depan bangsa yang

(11)

bermartabat. Selain itu pemuda Indonesia yang termasuk dalam usia produktif banyak yang belum memperoleh kesempatan dan akses untuk mengembangkan potensi diri mereka. Distribusi penduduk usia remaja di Indonesia adalah 28% di daerah perkotaan dan 24% di daerah pedesaan (tertinggal). (BPS, 2010).Permasalahan utama yang ada di usia produktif maupun usia remaja di daerah pedesaan khususnya daerah tertinggal adalah kurangnya informasi dan pendidikan penyiapan kehidupan berkeluarga bagi remaja, meliputi: Triad KRR (Kesehatan Reproduksi Remaja), Pendewasaan Usia Pernikahan, 8 Fungsi Keluarga, Gender dan Kemampuan Advokasi dan KIE sehingga masih banyak terjadi perkawinan usia dini, terutama pada perempuan di bawah 20 tahun. Banyak faktor yang memengaruhi perkawinan usia muda ini, antara lain faktor ekonomi, sosial, budaya, dan sebagainya. Minimnya jumlah lapangan pekerjaan dan kurang diberdayakannya penduduk usia produktif di daerah tertinggal tersebut juga disebabkan oleh kurangnya pelatihan keterampilan dan pemberdayaan ekonomi untuk remaja.

Sehingga diperlukan suatu wadah yang tepat sasaran, menyediakan kesempatan untuk mengakses pendidikan terutama mengenai isu kependudukan, akses kesehatan reproduksi perempuan, penyiapan kehidupan berkeluarga bagi remaja dan pemberdayaan ekonomi untuk mendukung terciptanya pemerataan pembangunan nasional di daerah tertinggal.

Pembangunan adalah pembangunan dari, oleh, dan untuk rakyat dilaksanakan diseluruh aspek kehidupan bangsa yang meliputi aspekpolitik, ekonomi, sosial budaya, dan aspek pertahanan keamaan dengan senantiasa harus merupakan perwujudan Wawasan Nusantara serta memperkukuh Ketahanan Nasional, yang diselenggarakan dengan membangun bidang-bidang pembangunan diselaraskan dengan sasaran jangka panjang yang ingin diwujudkan.(Suryadi, 2006).

Penulis telah melakukan penelitian pendahuluan di Desa Kucur, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang sebagai satu contoh daerah tertinggal di Kabupaten Malang. Itulah yang melatarbelakangi penulis untuk menyusun karya tulis berjudul “Hear-Here! Implementasi PIK-Remaja Berbasis Potensi Lokal Di Daerah Tertinggal Untuk Menghadapi Bonus Demografi 2030”. Dengan

(12)

demikian pemuda yang tinggal di daerah pedesaan dan tertinggal dapat memperoleh kesempatan untuk mengembangkan potensi dan bakat mereka dalam pemberdayaan ekonomi, memperoleh pengetahuan tentang Generasi Berencana yang khusus menyediakan informasi tentang penyiapan kehidupan berkeluarga bagi remaja sebagai langkah strategis mengurangi angka pernikahan dini.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah judul usaha ini adalahsebagai berikut:

1. Bagaimanakah peran remaja dalam menghadapi bonus demografi tahun 2030?

2. Bagaimanakah kondisi remaja di daerah tertinggal?

3. Bagaimanakan implementasi dari“Hear Here!” sebagai menyediakan wadah yang sesuai untuk pemberdayaan remaja di daerah tertinggal dalam

menghadapi bonus demografi dan menangani isu pengangguran dan pernikahan dini?

4. Bagaimakah dampak Hear Here! Terhadap penyiapan remaja dalam menghadapi Bonus Demografi 2030?

C. Luaran yang Diharapkan

Terciptanya organisasi remaja yang berkelanjutan dengan pendampingan dari PIK Remaja di daerah tertinggal. Tujuan dari program Hear Here! adalah untuk menyediakan akses informasi penyiapan kehidupan berkeluarga bagi remaja, khususnya pendidikan KRR (Kesehatan Reproduksi Remaja) dan Pendewasaan Usia Pernikahan untuk mencegah pernikahan dini dan pemberdayaan ekonomi dalam menciptakan kemandirian ekonomi pemuda di daerah tertinggal.Sehingga mendukung terciptanya pemerataan pembangunan di Indonesia, terutama pembangunan kualitas sumber daya manusia.

(13)

D. Manfaat Kegiatan

Manfaat dari penulisan karya tulis ini adalah: 1. Bagi Penulis

Mahasiswa dapat menyalurkan ide-ide kreatif dalam meningkatkan kualitas pemuda di daerah tertinggal.Mahasiswa dapat berlatih berinteraksi dengan lingkungan masyarakat

2. Bagi Masyarakat

Terciptanya organisasi kepemudaan yang mampu meningkatkan kualitas diri remaja di daerah tertinggal. Organisasi PIK-Remaja berbasis potensi lokal inilah yang akan menjadi pionir pembangunan daerah. Hear Here! program menyediakan akses informasi dalam penyiapan kehidupan berkeluarga bagi remaja dan pemberdayaan remaja dalam bidang ekonomi kreatif. ProgramHear Here! Bertujuanmeningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya penyiapan kehidupan keluarga berencana bagi remaja untuk menekan jumlah pernikahan dini dan mengurangi angka pengangguran. 3. Bagi Pemerintah

Mendukung tercapainya tujuan dari pelaksanaan program Generasi Berencana (GenRe) yang dicanangkan oleh BKKBN dalam meningkatkan kualitas sumberdaya manusia.Memberikan rekomendasi kepada pemerintah untuk menyediakan wadah dan informasi dalam penyiapan kehidupan berkeluarga bagi remaja serta pemberdayaan ekonomi khusus untuk remaja di daerah tertinggal dengan mengoptimalkan potensi daerah. Program Hear Here! dapat mendukung tercapainya pemerataan pembangunan ekonomi dan sosial budaya di daerah tertinggal.

(14)

BAB II

TELAAH PUSTAKA

A. Remaja

Menurut WHO, remaja mencakup individu dengan usia 10-19 tahun. Sedangkan defmisi remaja menurut survei kesehatan reproduksi remaja Indonesia adalah perempuan dan laki-laki belum kawin yang berusia 15-24 tahun, (Depkes, 2006).Menurut Depkes, ciri perkembangan remaja dibagi menjadi tiga tahap yaitu masa remaja awal (10-12 tahun), masa remaja tengah (13-15 tahun) dan masa remaja akhir (16-19 tahun).Masa remaja merupakan masa transisi yang unik dan ditandai oleh berbagai perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja yaitu usia 10-19 tahun, merupakan masa yang khusus dan penting, karena merupakan periode pematangan organ reproduksi manusia dan sering disebut masa pubertas. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak ke masa dewasa.Perubahan fisik pada masa remaja ditandai dengan munculnya tanda-tanda seks primer, dan tanda-tanda seks sekunder (Depkes, 2001-a).

B. Bonus Demografi

Bonus demografi diproyeksikan akan terjadi di Indonesia. Jika disimak dari gambar di bawah ini, semenjak sensus 1990 hingga 2000 terjadi penurunan rasio ketergantungan antara penduduk muda dan penduduk tua dimana dalam rentang satu dekade tersebut antara 10 hingga 20 juta penduduk.

(15)

Munculnya bonus demografi sebenarnya sudah mulai kelihatan sejak akhir tahun 2000 melalui hasil Sensus Penduduk pada tahun 2000. Beban ketergantungan, diukur dari ratio penduduk usia anak-anak dan tua per penduduk usia kerja, telah menurun tajam, dari sekitar 85-90 per 100 di tahun 1970 menjadi sekitar 54-55 per 100 di tahun 2000. Meskipun terjadi kenaikan 34 % jumlah penduduk dalam 10 tahun terakhir, namun sebenarnya sturuktur penduduk Indonesia lebih banyak didominasi oleh penduduk produktif seperti dalam gambar hasil (Wasisto, 2014). Berdasarkan data dari BPS, populasi usia produktifIndonesia lebih tinggi dari usia non-produktif. (Lihat Lampiran 9)

C. Kondisi Pernikahan Dini

Median usia pertamausia kawin perempuan adalah 19,8 tahun. Hasil penelitian puslitbang kependudukan BKKBN tahun 2011 menemukan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi median usia kawin pertama perempuan diantaranya yaitu faktor sosial, ekonomi, budaya dan tempat tinggal (desa/kota). Fenomena pernikahan diusia yang terlalu dini akan membatasi dan menghambat pemuda dalam menjalankan fungsi dantugasnya, sehigga bermanfaat bagi masyarakat, bangsa dan Negara. Untuk merespon permasalahan remaja tersebut, pemerintah melakukan berbagai program dan kegiatan yang disebar ke instansi berkaitan sesuai dengan tugas, pokok dan fungsi sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan seperti halnya Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang perkembangan.Kependudukan dan Pembangunan Keluarga.Dalam pasal 48 ayat (1) pada huruf b menyebutkan bahwa peningkatan kualitas remaja dengan pemberian akses informasi, pendidikan, konseling dan pelayanan tentang kehidupan berkeluarga.Peningkatankualitas remaja melalui pembinaan ketahanan dan kesejahteraan keluarga oleh BKKBN. Indonesia termasuk Negara dengan prosentase pernikahan usia muda tinggi di dunia (ranking 37) Tertinggi kedua di ASEAN setelah Kamboja Pada tahun 2010, terdapat 158 negara dengan usia legal minimum menikah adalah 18 tahun ke atas, dan Indonesia masih diluar itu. (Lihat Lampiran 2). Perempuan muda di Indonesia dengan usia 10-14 tahun menikah

(16)

sebanyak 0.2 persen atau lebih dari 22.000 wanita muda berusia 10-14 tahun di Indonesia sudah menikah. (Riskesdas, 2010).

D. Daerah Tertinggal

Daerah tertinggal; yaitu daerah dengan pencapaian pembangunan yang rendah dan diperhitungkan memiliki indeks kemajuan pembangunan ekonomi dan sumberdaya manusia di bawah rata-rata indeks nasional.(Sesuai dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia No 5 tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014).(LPDP, 2014).

E. Konsep Pengembangan Diri Remaja

“Shavelson, Hubner, dan Stanton (1976) membagi konsep diri menjadi beberapa bagian, yakni general-esteem, konsep diri akademis dan konsep diri non akademis. Dimana konsep diri akademis dan non akademis dibagi menjadi beberapa bagian lagi seperti dalamtabel berikut :

Gambar 2 Konsep Diri secara Umum Shavelson, Hubner, dan Stanton

Kelompok sebaya menjadi unsur penting dalam pengembangan konsep diri remaja, terutama dalam konsep diri secara sosial. Saat ini pemerintah sudah mengimplementasikan program Generasi Berencana melalui 2 cara, yaitu : BKR (Bina Keluarga Remaja) dengan melakukan pendekatan didalam keluarga terutama untuk orang tua. Kedua, PIK R/M (Pusat Informasi dan konseling Remaja/Mahasiswa) dengan pendekatan langsung terhadap remaja dan memberdayakan remaja dalam mencapai tujuan dari program Generasi Berencana (GenRe).PIK R/M terdiri dari Pendidik Sebaya dan Konselor Sebaya.

Teman sebaya atau peers adalah anak-anak atau remaja dengantingkat kematangan atau usia yang kurang lebih sama.

(17)

Salah satu fungsi terpenting dari kelompok teman sebaya adalah untuk memberikan sumber informasi dan komparasi tentang dunia di luar keluarga. Melalui kelompok teman sebaya individu menerima umpan balik dari teman-teman mereka tentang kemampuan mereka. (Santock, 2002)

F. Program Generasi Berencana (GenRe) dan PIK R/M (Pusat Informasi dan Konseling Remaja/Mahasiswa)

Generasi Berencana

Pemerintah sudah mengimplementasikan program untuk menangai masalah kependudukan terutama yang terjadi pada remaja.Program tersebut bernama Program Generasi Berencana (GenRe). Program Generasi Berencana (GenRe) bagi Remaja dan keluarga yang memiliki remaja yang sesuai dengan Tugas Pokok dan Fungsinya dilaksanakan oleh Direktorat Bina Ketahanan Remaja (Dithanrem). Program ini bertujuan untuk penyiapan kehidupan berkeluarga untuk remaja (BKKBN, 2012)

PIK R/M

PIK Remaja/Mahasiswa adalah salah satu wadah yang dikembangkan dalam program GenRe, yang dikelola dari, oleh dan untuk Remaja/Mahasiswa guna memberikan pelayanan informasi dan konseling tentang pendewasaan usia perkawinan, delapan fungsi keluarga, TRIAD KRR (seksualitas, HIV dan AIDS serta Napza), keterampilan hidup (life skills ), gender dan keterampilan advokasi dan KIE. Keberadaan dan peranan PIK R/M dilingkungan remaja/ mahasiswa sangat penting artinya dalam membantu remaja/mahasiswa untuk memperoleh informasi dan pelayanan konseling yang cukup dan benar tentang penyiapan kehidupan berkeluarga bagi remaja/mahasiswa.Menurut BKKBN tahun 2014, PIK R/M tersebar diseluruh Indonesia dengan jumlah 21.676 PIK R/M yang berada di sekolah menengah dan Universitas. PIK R/M belum menjamah daerah tertinggal secara optimal.Karena PIK R/M mayoritas terdapat di daerah perkotaan maupun daerah yang dekat dengan pusar daerah. (Lihat lampiran 4)

(18)

BAB III

ANALISIS DAN SINTESIS

A. Peran Remaja dalam Menghadapi Bonus Demografi

Permasalahan kependudukan menjadi salah satu isu krusial yang haus ditangani oleh setiap lapisan masyarakat di Indonesia. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) bahkan memproyeksikan bahwa jumlah penduduk pada tahun 2020 mendatang akan berjumlah 261 juta jiwa dan tahun 2025 mencapai 273 juta jiwa yang menyebabkan Indonesia akan menduduki peringkat ke-5 negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia.

Bonus Demografi diprediksikan akan terjadi di Indonesia jika dianalisa dari pertumbuhannya dari tahun ke tahun (Lihat Lampiran 9). Angka-angka itu bukannya tidak memiliki makna bagi kaum muda. Sebanyak 66,5% penduduk Indonesia adalah penduduk usia produktif, yakni penduduk berusia 15-64 tahun. Dengan angka harapan hidup Indonesia sebesar 70,07% pada tahun 2013, tidak menutup kemungkinan proporsi ini akan terus meningkat hingga mencapai 70% pada tahun 2020-2030. Proporsi penduduk usia produktif yang seperti inilah yang dinamakan bonus demografi. Sementara, kita tahu bahwa pemuda adalah penduduk yang memiliki kisaran usia 16-30 tahun (UU No.40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan pasal 1 ayat 1). Ini berarti secara langsung pemuda terlibat dalam fenomena bonus demografi ini.

Situasi yang dialami oleh pemuda saat ini sangatlah komplek.Mulai dari permasalahan ekonomi, sosial, budaya, politik hingga hukum. Pemuda Indonesia tersebar di seluruh penjuru negeri dengan proporsi 28% dari total jumlah penduduk adalah berada di wilayah perkotaan dan 24% berada di wilayah pedesaan (pelosok) (BPS, 2010). Fenomen Bonus Demografi ini bisa menjadi jendela peluang atau bahkan bisa menjadi bencana untuk bangsa Indonesia.Tergantung bagaimana pemuda sebagai komponen penduduk utamanya dipersiapkan untuk menghadapi fenomena ini.Salah satu yang menjadi masalah utama adalah kurangnya partisipasi pembangunan bangsa untuk pemuda di daerah

(19)

tertinggal sehingga tidak bisa berkontribusi dalam pemerataan pembangunan nasional.

Bagaimana ingin berkontribusi dan berparisipasi untuk negeri jika akses pendidikan, informasi hingga kesehatan sangat terbatas.Bagaimana mereka ingin menyumbangkan idenya untuk memajukan negeri atau ikut berkontribusi untuk meningkatkan pendapatan asli daerah jika membaca sebuah kalimatpun tidak bisa.Faktor sosial budaya juga berperan besar dalam perkembangan dan pertumbuhan pemuda di kawasan Tertinggal.Salah satu yang menjadi tantangan besar adalah tingginya tingkat pernikahan dini di kawasan Tertinggal.Sehingga mereka harus merasakan dampak negaif dari segi materiil hingga psikis.

B. Perekonomian Pemuda dan Pernikahan dini

Pernikahan dini tidak hanya dilakukan oleh lelaki, namun juga perempuan di usia. Pernikahan dini pada umumnya dilakukan oleh gadis remaja (Landung, 2009).Definisi pernikahan dini adalah pernikahan yang dilakukan oleh gadis remaja pada usia yang belum matang yakni di bawah 16 tahun. Sehingga BKKBN menghimbau dengan adanya PUP (Pendewaaan Usia Perkawinan) yaitu perempuan usia 21 tahun, dan laki-laki 25 tahun.

Selain itu nikah dini juga dipicu oleh masalah perekonomian. (lihat Lampiran 7). Motif ekonomi, harapan tercapainya keamanan sosial dan finansial setelah menikah menyebabkan banyak orangtua menyetujui pernikahan usia dini. Alasan orangtua menyetujui pernikahan anak ini seringkali dilandasi pula oleh ketakutan akan terjadinya kehamilan di luar nikah akibat pergaulan bebas atau untuk mempererat tali kekeluargaan (UNICEF, 2001). Karena biasaya keluarga yang berada pada kondisi pra sejahtera hingga sejahtera 1 akan menikahkan anak perempuaannya segera, karena setelah menikah sang anak akan menjadi tanggungan suami.

(20)

C. Pengaruh Kondisi Ekonomi pada Pernikahan dini

Diantara beberapa faktor tersebut ternyata faktor ekonomi yang paling dominan terhadap median usia kawin pertama perempuan. Berdasarkan data dan kondisi yang diinginkan tersebut di atas, menunjukkan betapa besarnya jumlah remaja Indonesia yang terganggu kesempatannya untuk melanjutkan sekolah, memasuki dunia kerja, memulai berkeluarga dan menjadi anggota masyarakat secara baik.Sejumlah itu pula remaja yang tidak siap untuk melanjutkan tugas dan peran sebagai generasi penerus bangsa yang diharapkan dapat mengantar Negara Indonesia menjadi Negara berdaulat dan bermartabat.(BKKBN, 2012).Dengan meningkatnya jumlah remaja yang bermasalah akan mengganggu pencapaian tugas-tugas perkembangan remaja. Tugas-tugas pertumbuhan dan perkembangan remaja tersebut adalah sebagai berikut :

1. Tugas-tugas pertumbuhan dan perkembangan remaja secara individual, yaitu pertumbuhan fisik, perkembangan mental, emosional dan spiritual.

2. Tugas-tugas pertumbuhan dan perkembangan remaja secara sosial. Oleh Bank Dunia (2007), masa transisi kehidupan remaja dibagi menjadi 5 Transisi Kehidupan, antara lain :Melanjutkan sekolah, Mencari pekerjaan, Memulai kehidupan berkeluarga, Menjadi anggota masyarakat, Mempraktikkan hidup sehat.

Menurut UNFPA 2012 menyatakan bahwa anak perempuan berpendidikan rendah, didaerah pedesaan dan miskin cenderung menikah dibawah usia 18 tahun.

Gambar 3 Jumlah Pernikahan Dini di Desa dan di Kota

(UNFPA database menggunakan DHS/MICS dari 78 negara berkembang selama 2000-2001)

(21)

Dilihat dari data diatas menunjukan bahwa pernikahan dini disebakan oleh 3 aspek, yaitu: aspek geografi, aspek pendidikan dan kesejahteraan. Berdasarkan wilayah geografis, jumlah nikah dini di daerah pelosok atau pedesaan lebih tinggi dari perkotaan, yaitu 44% untuk pedesaan dan 22% untuk perkotaan. Berdasarkan pendidikannya, semakin rendah tingkat pendidikannya, maka akan semakin tinggi tinkat pernikahan dininya.

Table 1 Kelompok Miskin dan Pernikahan Dini

Fenomena pernikahan dini tetap berkaitan dengan status kesejahteraan.Karena pernikahan dini banyak terjadi pada masyarakat pra-sejahtera.Pernikahan dini juga sering disebut dengan pernikahan dini atau sering disebut sebagai pernikahan anak. Karena berada pada usia 16 tahun yang masih termasuk usia produktif dan pemuda. Penduduk yang memiliki kisaran usia 16-30 tahun (UU No.40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan pasal 1 ayat 1). Ini berarti secara langsung pemuda terlibat dalam fenomena bonus demografi ini.Namun undang-undang Perlindungan Anak no 23/2002 menyatakan anak adalah orang yang masih berada didalam kandungan hingga berusia 18 tahun. Oleh karena itu pernikahan dini juga disebut pernikahan anak

Pernikahan dini banyak terjadi di daerah pelosok atau pedesaan dibandingkan diperkotaan (Lihat Lampiran 8), dan paling banyak terjadi pada kisaran usia 15-19 tahun. Pada kisaran usia inilah masa remaja sedang dalam proses pengembanga diri dan pencarian jati diri. Namun karena adanya nikah dini yang di dorong oleh berbagai faktor.Data dibawah menunjukkan jumlah pernikahan anak berdasarkan tingkat kesejahteraan menurut populasi perempuan.

(22)

D. Implementasi Program Hear Here! Pengertian

Hear Hear adalah suatu gerakan yang di rintis didaerah terluar,terdepan dan terpencil dengan melaksanakan kegiatan pelatihan lifeskill dankewirausahaan dan akses informasi Generasi Berencana. Komunitas ini akandidampingi oleh kader-kader P IK R/M yang tersebar diseluruh provinsi diIndonesia dan bekerjasama dengan karang taruna setempat (jika ada).MaknaHear Here! Artinya Dengar Disini!. Maknanya adalah dengan gerakan ini kita memberitahukan kepada dunia bahwa di tempat tersebut ada sekelompok pemuda yang sedang berjuang untuk pemberdayaan ekonomi dan kesehatan reprodusi remaja (KRR) untuk melawan fenomena nikah dini.

Konsep Hear Here!

PIK R/M yang bertujuan untuk menyediakan informasi mengenaiKRR (Kesehatan Reproduksi Remaja) dan isu-isu kependudukan lainnya akanberkolaborasi dengan pengembangan perekonomian di daerah lokal denganmengoptimalkan sumberdaya yang ada dengan menngunakan konsepperekonomian kerakyatan. Konsep Ekonomi Kerakyatan akan memotivasi pemuda dalam pemberdayaan ekonomi berbasis gotong royong dan menggunakan asas kekeluargaan dalam mengembangkan kewirausahaan dalam organisasi Hear Here! (Lampiran 3). Hear Here! mendukung tercapainya 3 tujuan utama MDGs, yaitu: Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan, Keselamatan Ibu Melahirkan, Kematian Anak, Pencegahan HIV/AIDS dan penyakit menular lainnya. Karena dengan adanya penyuluhan dan pendidikan KRR (Kesehatan Reproduksi Remaja), Triad KRR akan menumbuhkan kesadaran bagi remaja mengenai dampak kesehatan dari menikah muda yang menyebabkan tingginya kematiaan bayi dan ibu hamil. Serta mereka mampu mencegah Triad KRR (HIV/AIDS, Freesex, Napza). Pemberdayaan perekonomian yang dilakukan tanpa membeda-bedakan gender dan jenis kelamin dapat memberikan kesempatan untuk pemuda baik itu laki-laki maupun permpuan dalam mencapai kemandirian

(23)

ekonomi. Ini merupakan salah satu langkah solutif dalam pemberdayaan perempuan.

Metode Pengembangan

Metode yang dilakukan dalam pelaksanaan program ini dilaksanakan dengan 3 tahapan; yaitu: tahap sosialisasi, pengembangan organisasi dan pelatihan kewirausahaan, dan tahap pengimplementasian. (Lampiran 1)

1. Tahap Sosialisasi

Koordinasi antar anggota pelaksana., Sosialisai pada pihak daerah (kepala desa, kepala dusun, ketua RW), Konsultasi dengan pihak desa dan dusun., Sosialisasi kepada para pemuda desa.

2. Proses Pengembangan Organisasi

Pengembangan struktur organisasi, Penyusunan program kerja, Pembagian tugas, Pengenalan manfaat dan pentingnya Hear Here!, Pengenalan pengaruh Hear Here!, Pelatihan proses kerja Hear Here!, Analisa potensi daerah yang akan dikembangkan, Evaluasi dan penyusunan program kerja.

3. Tahap Pengimplementasian

Koordinasi antara tim pelaksana, dan perangakat desa, Penyusunan anggaran belanja program dan berfokus pada kegiatan pemberdayaan ekonomi, Penentuan jadwal dan pelaksanaan progran kerja dan publikasi kepada masyarakat, Pelaksanaan kegiatan evaluasi. Sebagai contoh adalah PIK Mahasiswa Peer Counseling Corner Universitas Negeri Malang yang sering disebut sebagai Sanggar Konseling Sebaya yang berpusat di Universitas Negeri Malang, Malang . PIK M Peer Counseling Corner akan menjadi penggera program Hear Here! di daerah tertinggal yang ada di Kabupaten Malang, misalnya Dusun Kucur, Desa Argosari, Kecamatan Dau. Kabupetan Malang. Dngan memberdayakan pemuda dan organisasi kepemudaan yang ada disana dan menjalin kerjasama untuk memperoleh hibah dana dalam mendukung terlaksananya program. Seperti halnya melalui ICOMP (International Concil on Management of Population Programme) dan Ford Foundation. Karena tingkat kualitas sumber daya manusia dan

(24)

perekonomian di desa ini tertinggal (lampiran 6). Misalnya saja di satu-satunya MTs yang ada di desa ini, pada tahun 2013 dari 75 siswa yang lulus maksimal hanya 20 anak yang melanjutkan ke jenjang selanjutnya. Selain itu, mereka akan dinikahkan atau berurbanisasi dan mencari kerja.

Pihak yang terlibat dalam implementasi Hear Here!

Ada beberapa pihak yang harus berperan aktif dalam implementasi dari Hear Here!, yaitu:PIK R/M sebagai pioner dan perpanjangan tangan dari pemerintah untuk merintis dan mendampingi organisasi yang akan dirintis di daerah tertinggal. 21.676 PIK R/M merupakan potensi sumber daya yang dapat diberdayakan untuk membuat vocal point di daerah tertinggal.Pemerintah sebagai pihak pembuat kebijakan yang diharapkan mampu mendukung pencapaian dari tujuan Hear Here!.NGO (Non Government Organizations), NGO berperan sebagai pihak eksternal yang mendukung pelaksanaan dari Program Hera Here!. NGO akan mendukung secara moriil maupun materiil. Contohnya adalah ICOMP (International Council of Management on Population Programme) dan Ford Foundation yang berperan aktif memberikan grants dan funds untuk terlaksana organisasi-organisasi LSM. Pemuda Lokal dan Organisasi KepemudaanMereka akan berperan sebagai aktor dalam pelaksanaan Hear Here! dengan pendampingan dari PIK R/M yang ada didaerah pusat. (Lihat Lampiran 5)

Kegiatan-kegiatan dari Pengelolaan Hear Here Kegiatan PIK R/M meliputi :

1. Penyiapan Kehidupan Berkeluarga Bagi Remaja

a. Membentuk Hear Here!.Pembentukan PIK R/M di daerah tertinggal untuk memberikan pelayanan informasi dan konseling tentang 8 Fungsi Keluarga, Pendewasaan Usia Perkawinan, TRIAD KRR, Life Skills, Gender, Advokasidan KIE.

b. Mengembangkan dan meningkatkan kualitas Hear Here! sesuai dengan karakteristik dearah tertinggal yang kita tuju dengann mengoptimalkan potensi lokal yang ada sehingga tercipta organisasi yang ramah remaja.

(25)

c. Melakukan advokasi. Kegiatan ini bertujuan untuk mendapatkan dukungan dari penentu kebijakan terhadap kelancaran dan keberlangsungan Hear Here!.

d. Melakukan promosi dan sosialisasi Hear Here!.

e. Menyiapkan dan memberdayakan SDM pengelola Hear Here! Kegiatan ini bertujuan untuk menyiapkan dan memberdayakan SDM (Pengelola, Pendidik Sebaya dan Konselor Sebaya).

f. Dukungan sumber danaHear Here!. Penggalangan dana baik yang bersumber dari APBN dan APBD maupun sumber lainnya yang tidak mengikat. Selain itu, untuk dukungan operasional juga bisa bekerjasama dengan NGO ang sudah ada.

g. Melaksanakan konsultasi dan fasilitasi dalam pengelolaan Hear Here! 2. Pemberdayaan Ekonomi

a. Menganalisa potensi daerah yang dimiliki untuk dikembangkan menjadi sebuah industri kreatif untuk remaja yang menjadi anggota maupun remaja sekitar dengan fasilitasi dari Hear Here!

b. Menyusun business plan untuk dilaksanakan oleh Hear Here!. Penyusunan business plan mampu menjadi langkah strategis dalam menganalisa keberlanjutan usaha.

c. Pelatihan ketrampilan untuk pembuatan produk-produk industri kreatif sesuai dengan potensi daerah yang dimiliki.

Konsep pemberdayaan ekonomi dengan menggunakan konsep ekonomi kerakyatan.Ekonomi kerakyatan adalah sistem ekonomi yang demokratis.Sehingga konsep inilah yang sesuai untuk diimplementasikan dalam pemberdayaan pemuda di daerah tertinggal dalam implementasi Hear Here!.Menurut Prof. Dr. Mubyarto sistem ekonomi kerakyatan adalah sistem ekonomi yang berasaskan kekeluargaan, kedaulatan rakyat dan menunjukkan pemihakan sunguh-sungguh pada ekonomi rakyat. Peran pemuda sangatlah diperlukan dalam mengembangkan bakat dan memberdayakan mereka agar mandiri dalam bidang perekonomian dan mengurangi pernikahan dini.

(26)

E. Dampak Hear Here! Terhadap Remaja dalam menghadapi Bonus Demografi 2030

Menurut penelitian di China oleh Lim MSC, Zhang X-D, Kennedy E, Li Y, Yang Y, Li L, et al. (2015), dari 310 remaja hanya 39% yang mengetahui mengenai informasi Kesehatan Reproduksi Remaja dan penyiapan kehidupan berkeluarga untuk remaja. Hasil penelitiannya menunjukkan akses informasi untuk remaja dalam Kesehatan Reproduksi Remaja dan penyiapan kehidupan berkeluarga bagi remaja sangatlah penting untuk mengurangi jumlah pernikahan diusia dini maupun kehamilan tidak diinginkan.

Berdasarkan penelitian dari Nuzulia Rahayu, dkk pada tahun 2013 memaparkan bahwa ada peningkatan pengetahuan remaja di di SMAN 1 Lubuk, Kabupaten Siak Indrapuramengenai Kesehatan Reproduksi Remaja dan Penyiapan Kehidupan Berkeluarga untuk Remaja. Kabupaten Siak Sri Indrapura merupakan salah satu daerah perbatasan dan tertinggal yang ada di Provinsi Riau.Ada perubahan sikap remaja tentang seks pranikah dari yang bersikap baik sebanyak 69,6% menjadi 91,1% dalam menyikapi seks pranikah setelah kegiatan penyuluhan PKPR (Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja) dilaksanakan. Peningkatan pengetahuan setelah kegiatan penyuluhan yang merupakan bagian dari PKPR atau sekarang disebut dengan PIK R/M (Pusat Informasi dan Konseling Remaja/Mahassiwa) sesuai dengan pernyataan Notoatmodjo (2007) bahwa pengetahuan seseorang salah satunya dipengaruhi oleh informasi yang tersedia baik dari pendidikan formal maupun non formal. Kegiatan PKPR berupa penyuluhan dan pembinaan kader sendiri merupakan salah satu kegiatan dalam pemberian informasi dan pendidikan kesehatan bagi remaja yang membutuhkan serta bermanfaat menambah wawasan tentang kesehatan mereka (Lampiran 7).

PIK R/M di Indonesia menurut BKKBN, 2014 sudah mencapai 21. 676 PIK R/M yang berada di Sekolah Menengah maupun Perguruan Tinggi. (Lihat Lampiran 4). PIK R/M tersebar di seluruh Indonesia namun hanya pada pusat-pusat daerah, belum merambah ke wilayah tertinggal. PIK R/M inilah yanga akan menjadi penggerak dan perintis program Hear Here! di kawasan tertinggal. PIK R/M yang sudah berdiri inilah yang akan menjadi perpanjangan tangan dari

(27)

pemerintah dalam mempromosikan program Generasi Berencana dan Pemberdayaan Perekonomian.

Pada 1990 membawa sebuah kesadaran baru mengenai isu kesehatan reproduksi untuk laki-laki dan mneingkatnya perran dann tangungjawab untuk pasangan laki-laki (perempuan) (Schulte & Sonnenstein, 1995).Pendidikan mengenai penyiapan kehidupan berkeluarga bagi remaja sangatlah penting. Karena jika seseorang telah memahami dan mengetahui, maka akan mempengaruhi pertimbangan mereka dalam berperilaku. Penelitian empiris menunjukkan bahwa pria yang diinformasikan dan dididik tentang masalah kesehatan reproduksi lebih mungkin untuk mendukung keputusan pasangan mereka tentang keluarga berencana dan metode kontrasepsi (Grady, Tanfer, & Lincoln-Hanson, 1996)

Penelitian yang dilakukan oleh Mosena, Pat W, at.el pada tahun 2004, bertujuan meningkatkan pengetahuan kesehatan reproduksi dan meningkatkan pilihan gaya hidup di kalangan remaja laki-laki direkrut dari lingkungan dalam kota di Chicago. Antara tahun 2000 dan 2004, 75 laki-laki Afrika Amerika, usia 14-17, dari 15 sekolah tinggi di sisi selatan Chicago yang terdaftar dalam program ini. Penelitian ini menguji dampak partisipasi program Advokat Sebaya untuk Kesehatan dalam distribusi pengetahuan kesehatan reproduksi remaja yang dilakukan selama 5 tahun.Dalam penelitian tersebut dipaparkan jika dari 12-15 sukarelawan yang tergabung dalam komunitas ini berhasil melaksanakan program penyuluhan kepada +- 4.400 orang selama pelaksanaan program ini.

Aninanya GA, Debpuur CY, Awine T, Williams JE, Hodgson A, Howard N (2015) melakukan penelitian terhadap remaja di Ghana mengenai efektifitas dari pembelajaran sosial melalui kerjasama sosial, motivasi, penyuluhan dan akses informasi dengan perubahan perilaku yang diimplementasikan di lingkungan berpenghasilan rendah dan tertinggal yang terdapat di Ghana Utara. Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk menganalisa dampak penyuluhan, konseling dan pembarian akses Kesehatan Reproduksi Remaja dan penyiapan kehidupan keluarga bagi remaja terhadap perubahan perilakunya. Pemberian akses informasi merupakan cara yang efektif untuk mengurangi jumlah pernikahan dini,

(28)

sedangkan untuk pemberdayaan remaja dalam bidang ekonomi Steven Sek-yum Ngai pada Februari 2004 melakukan penelitian di Hongkong terhadap remaja berusia 15-24 tahun untuk memberdayakan mereka dan pelatihan dunia kerja. Kegiatan ini dilakukan selma 12 bulan kepada 50 remaja di daerah tertinggal menujukan bahwa pelatihan yang efektif kepada orang muda harus memberi perhatian yang lebih terhadap konteks sosial setiap individunya.Williamson (1997) dalam penelitiannya keopada remaja di daerah tertinggal di Glamorgan Selatan dan Tengah yang menjadi tempat termiskin di Britain memaparkan bahwa menunjukkan bahwa untuk pemuda miskin dan tertinggal harus menggunakan cara informatif dan pendekatan sosial.

(29)

BAB IV

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

Pengembangan Hear Here mampu menjadi langkah strategis untuk menghadapi Bonus Demografi 2030, terutama dalam upaya pemerataan pembangunan yang berfokus pada pembangunan sumberdaya manusa. Diharapkan usulan dan analisa ini mampu menjadirekomendasi bagi pengambilan kebijakan pemerintah dan pengembangan masyarakat. Hear Here! mampu menyiapkan remaja Desa di daerah tertinggal untuk menghadapi Bonus Demografi dimana jumlah usia angkatan kerja (15-64 tahun) pada 2020-2030 akan mencapai 70%, sedangkan sisanya, 30%, adalah penduduk yang tidak produktif (di bawah 15 tahun dan diatas 65 tahun). Diharapkan dengan adanya Hear Here! pemuda di desa tersebut dapat memberdayakan potensi dan bakatnya serta mendapat akses informasi penyiapan kehidupan berkeluarga bagi remaja, khususnya mengenai KRR (Kesehatan Reproduksi Remaja), PUP(Pendewasaan Usia Perkawinan) untuk menekan jumlah pernikahan dini di daerah tertinggal dan Pemberdayaan Ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan hidup remaja di daerah tertinggal. Sehingga pemuda tersebut dapat ikut berpartisipasi dan memiliki kesempatan berperan aktif dalam pemerataan pembangunan bangsa.

(30)

DAFTAR PUSTAKA

[1] Aninanya GA, Debpuur CY, Awine T, Williams JE, Hodgson A, Howard N (2015) Effects of an Adolescent Sexual and Reproductive Health Intervention on Health Service Usage by Young People in Northern Ghana: A Community-Randomised Trial. PLoS ONE 10(4): e0125267.doi:10.1371/journal.pone.0125267

[2] Badan Pusat Statistik. 2012. ―Perkembangan Beberapa Indikator Utama Sosial-Ekonomi Indonesia‖. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

[3] Bank Dunia. 2007. LPDP. 2014.Beasiswa afirmasi. (online).(.http://www.lpdp.depkeu.go.id/beasiswa/beasiswa-afirmasi/) , diakses diakses 25 Maret 2015

[4] Bank Dunia. 2009. ―Indonesia 2014 and Beyond : A Selective Look‖. Jakarta : Bank Dunia.

[5] BKKBN.2012. Hasil Pernikahan Dini.Jakarta :BKKBN

[6] BKKBN. 2014.-edoman Pengelolaan pusat informasi dan konseling remaja dan mahasiswa (PIK R/M).Jakarta : BKKBN

[7] Depkes, 2006: Status Kesehatan Masyarakat berbasis gender, Balitbangkes, Ditjen Bina Kesmas, Departemen Kesehatan RI, Desember [8] Depkes, 2001-a: Yang perlu diketahui petugas kesehatan tentang

Kesehatan Reproduksi, Departemen Kesehatan RI, 2

[9] Grady, W., Tanfer, K., Billy, J.O.G., &Lincoln-Hanson, J. (1996). Men's perceptions of their roles and responsibilities regarding sex, contraception and childrearing. Family Planning Perspectives, 28(6), 221-226

[10] IHEU. UN publishes IHEU statement: child marriage is child abuse. [diunduh 29 April 2009]. Didapat dari: www.iheu.org. 2005.

[11] Jannah. F. 2012.Pernikahan Dini Dan Implikasinya Terhadap Kehidupan Keluarga Pada Masyarakat Madura (Perspektif Hukum Dan Gender).Egalita.Vol.7 (No.1).[Dokument].[Internet]. [diunduh 1 oktober 2013]. Format/Ukuran : PDF/456 Kb. Dapat diunduh dari : http://ejournal.uin-malang.ac.id/index.php/egalita/article/view/2113/pdf

(31)

[12] Joseph Nataanel, DKK. 2013. Prevalensi pernkahan anak dan factor-faktor penentunya diantara wanita muda Indonesia. Jakarta : Child Poverty and Social Protection Conference

[13] Landung J, Thaha R, Abdullah AZ. 2009. Studi Kasus Kebiasaan pernikahan usia dini pada masyarakat kecamatan Sanggalangi Kabupaten Tana Toraja. Jurnal MKMI. Vol.5 (No.4). Hal: 89-94. [Dokumen].[Internet]. [diunduh 30 September 2013]. Format/Ukuran :

PDF/6610 Kb. Dapat diunduh dari :

http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/2971/MKMI%2 0vol%205%20pernikahan%20usia%20dini.pdf?sequence=2

[14] Lim MSC, Zhang X-D, Kennedy E, Li Y, Yang Y, Li L, et al. (2015) Sexual and Reproductive Health Knowledge, Contraception Uptake, and Factors Associated with Unmet Need for Modern Contraception among Adolescent Female Sex Workers in China. PLoS ONE 10(1): e0115435. doi:10.1371/journal.pone.0115435

[15] Mosena, Pat W; Ely, Janice; Ho, Joyce; Ruch-Ross, Holly S. International Journal of Men's Health 3.3 (Sep 30, 2004): 221

[16] Mubyarto (1979), Gagasan dan Metode Berpikir Tokoh-tokoh Besar Ekonomi danPenerapannya Bagi Kemajuan Kemanusiaan (Pidato Pengukuhan Guru Besar dalamIlmu Ekonomi pada Fakultas Ekonomi UGM, Yogyakarta, 19 Maret 1979)

[17] Notoadmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. RinekaCipta:Jakarta

[18] Rahayu, Nuzulia, dkk. 2013. Pengaruh Kegiatan Penyuluhan DalamPelayanan Kesehatan Peduli Remaja (Pkpr) Terhadap Pengetahuan Dan SikapRemaja Tentang Seks Pranikah Di Sman 1 Lubuk DalamKabupaten Siak Sri Indrapura. Medan: USU

[19] Riskesdas. 2010. Presentase Perempuan usia 10-59 tahun menurut umur perkawinan pertama. Jakarta: Riskesdas

(32)

[20] Santock, J.W. Life Span Defelopment-Perkembangan Masa Hidup. (Alih Bahasa Achmad Chusairi dan Juda Damanik). (Jakarta. Erlangga) 2002, h. 287

[21] Schulte, M., &Sonenstein, F. (1995). Men at family planning clinics: The new patients? Family Planning Perspectives, 27(5), 212-225.

[22] Shavelson, R. J., Hubner, J. J. dan Stanton, G. C. 1976. Validation of Construct Interpretation. Review of Educational Research. 46: 407-441.

[23] Steven Sek-yum Ngai; Ngan-pun Ngai. Adolescents; Spring 2007;42, 165; ProQuest Nursing 4 Allied Health Sources. Pg. 137

[24] Suryadi, Ace. 2006. Pembangunan Nasional.

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_SEKOLAH/195207 251978031-ACE_SURYADI/Risalah_16022006171006.pdf (diakses pada 24 Mei 2015)

[25] Susenas. 2010. Data Pernikahan Dini. Jakarta: Susenas

[26] UNICEF. Early marriage: a harmful traditional practice, a statistical exploration. [diunduh 29 April 2009].Didapat dari: www.unicef.org. 2006. [27] UNICEF. Early marriage: child spouses. Innocenti Digest 2001;7:2-29. [28] UNPFA. Child marriage fact sheet. [diunduh tanggal 29 April 2009].

Didapat dari: www.unpfa.org. 2005.

[29] Wasisto Raharjo Jati. 2014. Bonus Demografi Sebagai Mesin Pertumbuhan Ekonomi : Jendela Peluang Atau Jendela Bencana Di

Indonesia ?.

(Online),(https://www.academia.edu/8043837/Bonus_Demografi_sebagai_ Mesin_Pertumbuhan_Ekonomi_Jendela_Peluang_atau_Jendela_Bencana_ di_Indonesia), diakses 25 Maret 2015

[30] Williamson H.(1997). Status Zero youth and underclass; some considerations.In R MacDonalds (Ed.), Youth, the underclass social exclusions. London & New York; Routledge

[31] ---. 2011. Inilah Penyebabnya Perceraian tertinggi di Indonesia.(Online),

(33)

(http://edukasi.kompasiana.com/2011/09/01/inilah-penyebab-perceraian-tertinggi-di-indonesia-392465.html), diakses tanggal 20 Maret 2015.

[32] ---. 2013. Pernikiahan Dini di Kabupaten Malang Masih Tinggi (Online),(http://www.malang-post.com/metro-raya/73723-pernikahan-dini-di kabupaten-masih-tinggi.html), diakses tanggal 10 Maret 2015 [33] ---. 2013. Angka Pernikahan Dini Tinggi Pemkab Malang Putar Otak

(Online), (http://halomalang.com/news/angka-pernikahan-dini-tinggi-pemkab-malang-putar-otak.html), diakses tanggal 10 Maret 2015.

[34] ---. 2014. MUI Dukung Batas Usia Nikah Wanita 18 Tahun (Online), http://inhusatu.com/index.php/berita/detail/9334/2014/09/10/mui-dukung-batas-usia-nikah-wanita-18-tahun#.VCBod2dLMig.html), diakses tanggal 20 September 2014

(34)

Lampiran 1

Implementasi Hear Here!

KOORDINATOR ANTAR ANGGOTA PIK

PENGURUSAN IJIN KOORDINASI

DENGAN PEMUDA ANALISA POTENSI DAERAH PENGEMBANGAN STRUKTUR ORGANISASI DAN PROGRAM KERJA PERINTISAN STATUTA ORGANISAS HEAR HERE! PELAKSANAAN PROGRAM HEAR HERE! EVALUASI PROGRAM DESA EVALUASI PROGRAM KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT PELAPORAN

(35)

Lampiran 2

Jumlah Pernikahan Dini pada Usia di Bawah 18 Tahun untuk Negara yang Peraturan Menikahnya diatas 18 Tahun

(36)

Lampiran 3

(37)

Lampiran 4

(38)

Lampiran 5

Contoh Implementasi Hear Here!

Pemberdayaan Pemuda Lokal di Desa Kucur, Kecamatan Dau, Kabupaten

(39)

Lampiran 6

(40)

Lampiran 7

Pernikahan Dini dan Tingkat Kesejahteraan (Joseph Natanael, 2013)

(41)

Lampiran 8

Perbadingan Pernikahan Dini di Desa dan di Kota Sumber : Susenas, 2010

(42)

Lampiran 9. Sensus Penduduk Indonesia Tahun 2010 (Sensus 2010)

(43)

Lampiran 10. Surat Pernyataan

Gambar

Gambar 1 Bonus Demografi di Indonesia
Gambar 2 Konsep Diri secara Umum Shavelson,  Hubner,  dan  Stanton
Gambar 3 Jumlah Pernikahan Dini di Desa dan di Kota
Table 1 Kelompok Miskin dan Pernikahan Dini

Referensi

Dokumen terkait

Terdapat hubungan antara Tingkat Suku Bunga dengan Investasi Sektor Pendidikan.

Digunakan metode tersebut adalah untuk menginterprestasikan dan menarik kesimpulan dari sejumlah data yang terkumpul selain itu juga untuk menguji hubungan antara

Kegunaan penelitian ini adalah untuk pengembangan kemampuan berfikir yang sesuai dengan disiplin ilmu pengetahuan yang dimiliki, guna dapat mengungkapkan secara obyektif

yang digunakan sama yaitu pengaruh literasi keuangan dan perbedaan dari penelitian sekarang yaitu penelitian terdahulu menggunakan variabel bebas yaitu... hanya menggunakan

Endoscopy and computed tomography scan revealed intraluminal pedunculated submucosal mass, 13 cm in length and 2 cm in diameter, –67 Hounsfield units in density, suggesting

Jenis monitor ini memiliki beberapa kelemahan, antara lain adalah: Membutuhkan daya yang besar, menghasilkan panas yang cukup tinggi, memiliki bentuk fisik yang besar

Kewajiban mencantuman keterangan tentang pangan rekayasa genetika tidak berarti manunjukkan bahwa produk yang memakai bahan rekayasa genetika tersebut tidak aman, akan

Bagaimana merancang sebuah Pusat Kecantikan dan Kebugaran di Surakarta yang dapat menunjang pelayanan perawatan tubuh,wajah dan rambut sekaligus kegiatan olahraga