BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.2 Pengetahuan
Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No.
Per/05/M.Pan/03/2008 tanggal 31 Maret 2008 menyatakan auditor harus mempunyai
pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi lainnya yang diperlukan untuk
melaksanakan tanggung jawabnya.
Pimpinan aparat pengawas intern pemerintah harus yakin bahwa latar
belakang pendidikan dan kompetensi teknis dari aparat pengawas intern pemerintah
harus memadai untuk pekerjaan pemeriksaan yang akan dilaksanakan. Oleh karena
itu, pimpinan aparat pengawas intern pemerintah wajib menciptakan kriteria yang
memadai tentang pendidikan dan pengalaman dalam mengisi posisi di lingkungan
Khairuddin Batubara : Pengaruh Pengalaman Dan Pengetahuan Aparat P e n g a w a s I n t e r n P e m e r i n t a h T e r h a d a p Pendeteksian Penyimpangan Dengan Intuisi Sebagai Variabel Intervening Di Inspektorat Kabupaten Deli Serdang, 2010.
Pelaksana pengawasan aparat pengawas intern pemerintah harus mempunyai
tingkat pendidikan formal minimal Strata Satu (S-1) atau yang setara. Agar tercipta
kinerja audit yang baik maka aparat pengawas intern pemerintah harus mempunyai
kriteria tertentu dari pemeriksa (auditor) yang diperlukan untuk merencanakan
pemeriksaan (audit), mengidentifikasi kebutuhan profesional pemeriksa (auditor) dan
untuk mengembangkan teknik dan metodologi pemeriksaan (audit) agar sesuai
dengan situasi dan kondisi yang dihadapi unit yang dilayani oleh aparat pengawas
intern pemerintah.
Sejalan dengan hal tersebut Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara
telah mengeluarkan peraturan tentang Standar Audit Aparat Pengawasan Intern
Pemerintah Nomor: PER/05/M.PAN/03/2008 yang menyatakan bahwa Latar
belakang pendidikan pemeriksa bagi Aparat Pengawas Intern Pemerintah harus
mempunyai pendidikan formal minimal adalah strata satu atau yang setara. Dengan
latar belakang pendidikan sarjana, diharapkan memiliki daya nalar dan logika berpikir
yang lebih baik.
Untuk itu aparat pengawas intern pemerintah juga harus mengidentifikasi
keahlian yang belum tersedia dan mengusulkannya sebagai bagian dari proses
rekrutmen. Aturan tentang tingkatan pendidikan formal minimal dan pelatihan yang
diperlukan harus dievaluasi secara periodik guna menyesuaikan dengan situasi dan
Khairuddin Batubara : Pengaruh Pengalaman Dan Pengetahuan Aparat P e n g a w a s I n t e r n P e m e r i n t a h T e r h a d a p Pendeteksian Penyimpangan Dengan Intuisi Sebagai Variabel Intervening Di Inspektorat Kabupaten Deli Serdang, 2010.
Kompetensi teknis yang harus dimiliki oleh pemeriksa (auditor) adalah
auditing, akuntansi, administrasi pemerintahan dan komunikasi. Di samping wajib
memiliki keahlian tentang standar pemeriksaan (audit), kebijakan, prosedur dan
praktik-praktik pemeriksaan (audit), pemeriksa (auditor) harus memiliki keahlian
yang memadai tentang lingkungan pemerintahan sesuai dengan tugas pokok dan
fungsi unit yang dilayani oleh aparat pengawas intern pemerintah.
Dalam hal aparat pengawas melakukan pemeriksaan terhadap sistem
keuangan, catatan akuntansi dan laporan keuangan, maka aparat pengawas wajib
mempunyai keahlian atau mendapatkan pelatihan di bidang akuntansi sektor publik
dan ilmu-ilmu lainnya yang terkait dengan akuntabilitas dari objek pemeriksaan.
Aparat pengawas intern pemerintah pada dasarnya berfungsi melakukan pemeriksaan
dan pengawasan di bidang pemerintahan, sehingga aparat pengawas intern
pemerintah harus memiliki pengetahuan yang berkaitan dengan administrasi
pemerintahan.
Bonner (1990) melakukan penelitian untuk mempelajari peran pengetahuan
mengenai spesifik tugas dalam studi dampak pengalaman dalam pembuat keputusan
dan cara pengetahuan mengenai spesifik tugas mempengaruhi kinerja pemeriksa
(auditor) berpengalaman pada komponen-komponen tertentu dari pembuatan
keputusan tersebut. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pengetahuan
Khairuddin Batubara : Pengaruh Pengalaman Dan Pengetahuan Aparat P e n g a w a s I n t e r n P e m e r i n t a h T e r h a d a p Pendeteksian Penyimpangan Dengan Intuisi Sebagai Variabel Intervening Di Inspektorat Kabupaten Deli Serdang, 2010.
melalui komponen pemilihan dan pembobotan bukti hanya pada saat penetapan risiko
analitis.
Auditor (pemeriksa) juga harus memiliki pengetahuan yang memadai di
bidang hukum dan pengetahuan lain yang diperlukan untuk mengidentifikasi indikasi
adanya kecurangan (fraud). Pimpinan aparat pengawas intern pemerintah dan auditor
(pemeriksa) wajib memiliki keterampilan dalam berhubungan dengan orang lain dan
mampu berkomunikasi secara efektif, terutama dengan objek pemeriksaan (auditi).
Mereka wajib memiliki kemampuan dalam berkomunikasi secara lisan dan tulisan,
sehingga mereka dapat dengan jelas dan efektif menyampaikan hal-hal seperti tujuan
kegiatan, kesimpulan, rekomendasi dan lain sebagainya.
Auditor (pemeriksa) harus mempunyai sertifikasi jabatan fungsional auditor
(JFA) dan mengikuti pendidikan dan pelatihan profesional berkelanjutan (continuing
professional education) sesuai dengan jenjangnya. Pimpinan aparat pengawas intern
pemerintah wajib memfasilitasi pemeriksa (auditor) untuk mengikuti pendidikan dan
pelatihan serta ujian sertifikasi sesuai dengan ketentuan. Dalam pengusulan aparat
pengawas untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan sesuai dengan jenjangnya,
pimpinan aparat pengawas intern pemerintah mendasarkan keputusannya pada
formasi yang dibutuhkan dan persyaratan administrasi lainnya seperti kepangkatan.
Aparat pengawas intern pemerintah wajib memiliki pengetahuan dan akses
Khairuddin Batubara : Pengaruh Pengalaman Dan Pengetahuan Aparat P e n g a w a s I n t e r n P e m e r i n t a h T e r h a d a p Pendeteksian Penyimpangan Dengan Intuisi Sebagai Variabel Intervening Di Inspektorat Kabupaten Deli Serdang, 2010.
(audit). Pendidikan profesional berkelanjutan dapat diperoleh melalui keanggotaan
dan partisipasi dalam asosiasi profesi, pendidikan sertifikasi jabatan fungsional
auditor, konferensi, seminar, kursus-kursus, program pelatihan di kantor sendiri, dan
partisipasi dalam proyek penelitian yang memiliki substansi di bidang pemeriksaan
dan pengawasan. Ashton (1991), mengemukakan bahwa pengetahuan frekuensi base
rate auditor terhadap kekeliruan laporan keuangan sangat tidak teliti dan bahwa
pengetahuan ini tidak menjadi lebih teliti dengan pengalaman. Aparat pengawas
intern pemerintah dapat menggunakan tenaga ahli apabila aparat pengawas intern
pemerintah tidak mempunyai keahlian yang diharapkan untuk melaksanakan
penugasan.
Pimpinan aparat pengawas intern pemerintah harus menggunakan advis dan
bantuan dari pihak yang berkompeten, dalam hal aparat pengawas tidak memiliki
pengetahuan, keterampilan, dan lain-lain kompetensi yang diperlukan untuk
melaksanakan seluruh atau sebagian penugasan. Tenaga ahli yang dimaksud dapat
merupakan aktuaris, penilai (appraiser), pengacara, insinyur, konsultan lingkungan,
profesi medis, ahli statistik maupun geologi. Tenaga ahli tersebut dapat berasal dari
dalam maupun dari luar organisasi. Dalam hal penggunaan tenaga ahli, aparat
pengawas intern pemerintah harus menilai kualifikasi profesional, kompetensi dan
pengalaman yang relevan, independensi dan proses pengendalian kualitas dari tenaga
Khairuddin Batubara : Pengaruh Pengalaman Dan Pengetahuan Aparat P e n g a w a s I n t e r n P e m e r i n t a h T e r h a d a p Pendeteksian Penyimpangan Dengan Intuisi Sebagai Variabel Intervening Di Inspektorat Kabupaten Deli Serdang, 2010.
Informasi yang tak lazim relatif tentang hal-hal baru lebih sulit untuk
dipahami dibandingkan informasi yang umumnya biasa terjadi, informasi itu akan
disimpan dalam ingatan kerja untuk waktu yang lama. Selama waktu tersebut,
seseorang diasumsikan mengungkapkan tambahan informasi dari ingatan jangka lama
dalam upaya untuk lebih memahami sepenuhnya terhadap informasi tak lazim. Ketika
lebih banyak informasi yang tersimpan sebelumnya dipanggil dan berhubungan
dengan informasi tak lazim dalam ingatan kerja, jejak-jejak jalinan hubungan
tambahan berkembang. Ketika berlangsung pengolahan kolaboratif internal ini,
informasi tak lazim menjadi semakin terjalin dengan potongan-potongan informasi
yang lain, yang membuatnya lebih mudah diungkapkan dan lebih mudah dipanggil
dari pada butir-butir yang lazim.
Peningkatan ketelitian penyebutan butir-butir informasi yang tak lazim
dibanding yang lazim seharusnya benar untuk para ahli karena mereka lebih sensitive
terhadap ketidakselarasan dan pengetahuan para ahli lebih terorganisasi dari pada
masyarakat umumnya, sehingga para ahli memiliki kapasitas yang lebih besar untuk
menangani informasi relevan. Hal ini memungkinkan para ahli memberikan lebih
banyak perhatian pada butir tak lazim yang memerlukan tambahan pengolahan untuk
memadukan pengetahuan dengan informasi yang ada.
Pengetahuan seorang aparat pengawas dimulai dengan pendidikan formal,
Khairuddin Batubara : Pengaruh Pengalaman Dan Pengetahuan Aparat P e n g a w a s I n t e r n P e m e r i n t a h T e r h a d a p Pendeteksian Penyimpangan Dengan Intuisi Sebagai Variabel Intervening Di Inspektorat Kabupaten Deli Serdang, 2010.
pemeriksaan (audit). Untuk memenuhi persyaratan sebagai seorang professional,
aparat pengawas harus menjalani pelatihan teknis yang cukup.