• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PEMBAHASAN

5.1. Pengetahuan Lansia Dalam Mengonsumsi Makanan Sehat

Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa sebagian besar lanjut usia di wilayah kerja Puskesmas Batu Horpak Kecamatan Tantom Angkola, memiliki pengetahuan yang berada pada kategori kurang tentang konsumsi makanan sehat seperti diketahui kenyataannya masih banyak lansia yang kurang mengetahui bahwa penggunaan garam yang banyak pada makanan dapat menyebabkan darah tinggi, dengan makan gorengan dan minum kopi setiap pagi sebagai pengganti sarapan pagi dapat menyebabkan sakit perut, dan juga mereka kurang tahu bahwa makanan yang sehat itu harus memperhatikan dari jenis dan jumlah makanan yang dimakan setiap hari serta beraneka ragam.

Hal ini disebabkan karena rendahnya pendidikan lansia di wilayah kerja Puskesmas Batu Horpak Kecamatan Tantom Angkola dimana sebagian besar lansia masih banyak yang tidak tamat SD bahkan tidak pernah sekolah.

Pendidikan seseorang berkaitan dengan pengetahuan dan sikap seseorang, menentukan pola pikir dan wawasan seseorang, semakin tinggi pendidikan seseorang maka diharapkan stok modal semakin meningkat. Pendidikan juga memiliki peranan penting dalam kualitas, lewat pendidikan dianggap manusia memperoleh pengetahuan ( Notoadmojo, 2003).

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seeorang makin mudah orang

tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang tentang sesuatu obyek juga mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek inilah yang akhirnya akan menentukan sikap seseorang terhadap obyek tertentu. Semakin banyak aspek positif dari obyek yang diketahui, akan menumbuhkan sikap makin positif terhadap obyek tersebut

Selain itu sumber informasi juga mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Semakin banyak dan lengkap infomasi yang diperoleh, maka akan semakin baik pula pengetahuannya, kurangnya informasi tentang konsumsi makanan sehat yang diperoleh lansia di lingkungan keluarga dan masyarakat menyebabkan pengetahuan lansia tentang makanan sehat kurang juga.

Dari hasil penelitian banyaknya lansia di wilayah Kerja Puskesmas Batu Horpak yang tinggal sendiri dan kurang waktu bersosialisasi dengan masyarakat, dimana mereka sehari-harinya banyak menghabiskan waktu bekerja di sawah sehingga informasi tentang konsumsi makanan sehat jarang bahkan tidak pernah di dengar sehingga pengetahuan mereka tentang konsumsi makanan sehat kurang yang

menyebabkan berbagai keterbatasan dalam pemilihan, pengolahan dan penyajian bahan makanan seperti kebanyakan lansia memasak lauk-pauk hanya sekali dalam dua hari.

Untuk meningkatkan pengetahuan lansia dalam mengonsumsi makanan sehat, sebaiknya lansia mendapat bimbingan dan pengawasan dari orang yang lebih mengerti tentang masalah tersebut, sehingga lansia semakin tahu dan mengerti tentang gizi dan cara mengonsumsi makanan sehat mulai dari mengolah, menyiapkan, menyajikan sehingga dapat menerapkannya dengan baik. Pengetahuan lansia tentang gizi yang baik akan mendukung konsumsi makanan yang baik juga sehingga terjadi gizi seimbang untuk mengoptimalkan derajat kesehatan lanjut usia.

5.2 Sikap Lansia dalam Mengonsumsi Makanan Sehat

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar lansia di wilayah kerja Puskesmas Batu Horpak Kecamatan Tantom Angkola memiliki sikap dalam mengonsumsi makanan sehat sebagian besar berada pada kategori kurang. Terbukti dari pernyataan-pernyataan mereka yang banyak menyatakan bahwa makanan sehat itu merupakan makanan yang mahal, adanya anggapan mereka bahwa buah-buahan tidak perlu di konsumsi karena dapat menyebabkan sakit perut (maag). Mereka juga tidak setuju jika makanan itu harus beraneka ragam karena menurut mereka untuk menyiapkannya membutuhkan waktu yang banyak, dan biaya yang banyak juga karena menurut tanggapan mereka makanan yang beraneka ragam itu merupakan makanan yang sulit untuk mendapatkannya.

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2003). Sikap hanyalah suatu kecenderungan untuk mengadakan tindakan terhadap suatu objek dengan suatu cara yang menyatakan adanya tanda-tanda untuk mengingini atau tidak objek tersebut.

Sunaryo (2004) menyatakan bahwa faktor penentu sikap juga adalah faktor komunikasi sosial. Informasi yang diterima individu tersebut akan dapat menyebabkan perubahan sikap individu tersebut. Positif atau negatifnya informasi dari proses komunikasi tersebut tergantung seberapa besar lingkungan sosial di sekitarnya mampu mengarahkan individu tersebut bersikap dan bertindak sesuai dengan informasi yang diterimanya. Seperti halnya dalam pemilihan, pengolahan serta penyajian bahan makanan dimana informasi positif yang pernah diterima lanjut usia adalah bahwa jenis makanan yang dimakan oleh lanjut usia harus disesuaikan dengan keadaan kesehatannya, porsi kecil tapi sering.

Pada dasarnya sikap lansia di wilayah kerja Puskesmas Batu Horpak dalam mengonsumsi makanan sehat adanya anggapan makanan yang dikonsumsi sudah tidak dapat membantu dalam pertumbuhan dan perkembangan tubuh dalam masa tuanya, dengan mengonsumsi makanan apa saja bisa yang penting enak dan cepat, soal gizi belakangan, selama makanan enak banyak lemak, gula atau garam tidak masalah. Adanya pengaruhbudaya yang beragam misalnya kebiasaan dari suku batak Angkola yang selalu mengonsumsi santan pada bahan makanan dan selalu minum teh manis padahal kita ketahui santan banyak mengadung lemak dan tidak baik dikonsumsi lansia secara berlebihan

Hal ini didasari prinsip para lansia dalam mengonsumsi setiap jenis bahan makanan tanpa mempertimbangkan zat gizi yang dikonsumsi. Pada umumnya selera makan lansia terhadap makanan lebih mengarah pada aroma dan rasanya, sedangkan gizi merupakan pertimbangan yang selanjutnya, padahal pertimbangan kandungan gizi dalam suatu jenis makanan sangat perlu, melihat dari pentingnya gizi bagi kesehatan, dan tidak boleh diabaikan dalam mengonsumsi makanan sehari-hari.

Dokumen terkait