• Tidak ada hasil yang ditemukan

Masyarakat lokal yang berinteraksi secara langsung dengan lingkungan memiliki pengetahuan yang cukup luas terhadap sumberdaya alam yang ada disekitarnya seperti padang lamun. Hasil wawancara dengan masyarakat yang dipilih sebagai responden membuktikan bahwa masyarakat cukup mengenal jenis lamun yang ada di lokasi studi. Salah satu jenis lamun yang paling dikenal oleh masyarakat adalah Enhalus acoroides. Selanjutnya dari fungsi lamun rata- rata mereka menyatakan bahwa lamun cukup penting sebagai habitat ikan dan beberapa biota lain seperti tripang, moluska dan see-urchin. Selain mereka memahami tentang fungsi lamun bagi beberapa jenis biota tersebut responden cukup memahamai batas areal laut yang ada vegetasi lamunnya. Pengetahuan ekologi masyarakat yang lain adalah tentang keterkaitan antara lamun dengan ikan seperti ikan baronang (Siganidae) yang jenis makanannya adalah lamun. Selanjutnya padang lamun dapat sebagai habitat ikan yang memiliki nilai ekonomi seperti ikan dari famili Monacantidae, Lutjanidae, Lethrinidae, Haemullidae dan Mugilidae.

Pengetahuan ekologi masyarakat lokal terhadap fungsi ekologi padang lamun dan manfaatnya secara ekonomi bagi masyarakat dapat digambarkan melalui dari hasil jawaban responden seperti pada Tabel 43 di bawah ini.

Tabel 43 Distribusi responden berdasarkan penilaian terhadap peran ekologi dan manfaat lamun bagi masyarakat, n= 100

No Uraian Hasil penilaian responden

1 2 3 4 5

A. Peran Lamun terhadap Ikan

1 Tempat hidup dan mencari makan ikan 0 15 33 40 12 2 Tempat hidup ikan-ikan yang masih kecil 0 3 31 45 13 3 Tempat hidup biota laut selain ikan 0 0 42 44 14 B Manfaat Lamun untuk Lingkungan

1 Sumber kesuburan perairan laut 12 17 40 22 9 2 Mengurangi kecepatan arus dan gelombang 38 33 19 10 0 C Manfaat ekonomi dan sosial

1 Tempat menangkap ikan 29 32 27 12 0 2 Tempat mencari biota lain selain ikan 0 7 16 58 19

3 Tempat rekreasi 44 37 14 5 0

4 Pendidikan 1 8 23 42 36

Keterangan : 1 = tidak bermanfaat 2 = kurang bermanfaat 3 = cukup bermanfaat, 4 = bermanfaat 5 = sangat bermanfaat

Jumlah responden pada setiap poin seperti pada fungsi ekologi padang lamun terhadap ikan dan lingkungan serta manfaat secara ekonomi terhadap masyarakat dapat menunjukkan tentang pemahaman masyarakat lokal terhadap keberadaan padang lamun di lokasi studi. Selain itu dapat menjelaskan keterkaitan masyarakat lokal terhadap sumberdaya yang ada di padang lamun. Namun demikian untuk manfaat lamun yang tidak dapat dirasakan secara langsung seperti pada fungsi lamun secara fisik dalam mengurangi kecepatan arus dan gelombang dan sebagai tempat rekreasi menunjukkan bahwa masyarakat dilokasi studi masih sangat terbatas.

Pengetahuan ekologi masyarakat lokal tentang lamun memiliki relevansi yang cukup relevan sebagai intrumen sosial dalam perlindungan lamun atau konservasi lamun di lokasi studi. Pengetahuan ekologi masyarakat tersebut seperti pengetahuan tentang jenis lamun, padang lamun sebagai habitat ikan dan biota laut lainnya dan batas areal laut yang ditumbuhi lamun serta manfaat ekonomi lamun bagi masyarakat. Hal ini sesuai dengan yang dinyakan oleh Ronnback dan Torre-Castro (2004) menyatakan kesadaran masyarakat terhadap keberadaan lamun dapat dilihat dari pengetahuan masyarakat tentang barang dan jasa (goods and services) yang diperoleh dari lamun.

Komposisi jumlah responden (Tabel 56) pada setiap parameter dapat menunjukkan tentang antar responden masih memiliki perbedaan persepsi

terhadap keberadaan padang lamun. Daerden et al. (2007) menyatakan

perbedaan persepsi atau penilaian masyarakat terhadap suatu objek dipengaruhi oleh tingkat pemahaman dari fungsi objek tersebut terutama yang memiliki pengaruh signifikan dalam matapencahariannya. Selanjutnya Rakhmat (2005) menyatakan persepsi seseorang terhadap suatu objek dipengaruhi oleh faktor utama yaitu faktor personal (fungsional) dan faktor situasional (struktural). Lebih lanjut dijelaskan faktor personal berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal lain yang termasuk faktor personal, sedangkan faktor struktural atau situasional adalah semata-mata berasal dari stimulus lingkungan secara fisik. Perbedaan persepsi masyarakat tersebut disebabkan oleh bebera faktor yaitu : 1. Interaksi, interaksi seseorang dengan suatu objek akan memberikan kesan,

yang dapat direfleksikan kembali dalam bentuk penilaian terhadap objek tersebut. Dalam hal ini masyarakat yang tinggal di Tanjung Luar intensitas interaksi dengan lingkungan lebih tinggi dari yang tinggal di luas Tanjung Luar dan dapat berpengaruh terhadap penilaiannya tentang manfaat lamun.

85

2. Ketergantungan, Masyarakat yang memiliki ketergantungan secara langsung berbeda besar kecilnya penilaian terhadap keberadaan padang lamun di lokasi studi dengan masyarakat yang tidak memiliki ketergantungan secara langsung.

3. Pengetahuan, pengetahuan secara umum memiliki peran yang cukup besar terhadap seseorang untuk melakukan penilaian terhadap suatu objek. Dalam hal ini pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman dalam memanfaatkan padang lamun baik secara langsung maupun tidak langsung memiliki pengaruh untuk memberikan penilaian terhadap keberadaan padang lamun. 4. Manfaat, Nelayan akan merasakan manfaat yang berbeda dengan

masyarakat bukan nelayan. Oleh karena itu persepsi mereka akan berbeda- beda pada penilaian tentang keberadaan ekosistem padang lamun di lokasi studi.

7.2 Kearifan Lokal Masyarakat

Pengelolaan perikanan dengan pendekatan konservasi atau perlindungan laut, salah satunya ditentukan oleh kemampuan memilih indikator utama. Contoh pemilihan indikator dapat memprediksi perubahan lingkungan yang akan terjadi akibat dari suatu gangguan atau bencana. Masyarakat lokal mengenal dampak positif atau negataif dari usaha konservasi, dan dapat membantu dalam membuat kebijakan dari suatu kawasan konservasi atau perlindungan laut (Minnis and Stofile 2007).

Masyarakat di wilayah studi memiliki kebiasaan, pola serta mekanisme dalam memanfaatkan sumberdaya perikanan. Rakhmat (2005) mengemukakan persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menapsirkan pesan. Selanjutnya persepsi dapat menjadi konsepsi untuk membuat suatu rancangan tindakan. Persepsi dan konsepsi tersebut menjadi bagian dari pengetahuan lokal dan menjadi dasar berlangsungnya mekanisme pemanfaatan dan konservasi sumberdaya alam pesisir dan laut (Priyatna 2007).

Hasil inventarisasi dari kearifan lokal masyarakat di lokasi studi adalah: (1) awiq-awiq dan (2) ritual penyelamatan laut,

1. Awiq-awiq, Awiq-awiq sebagai representasi dari kearifan lokal masyarakat memuat hal-hal yang meliputi: struktur, substansi dan sanksi. Komite Pengelolaan Perikanan Laut (KPPL) berperan sebagai pelaksana atas

kesepakatan-kesepakatan yang telah dirumuskan bersama dengan semua

stakeholder melalui musawarah dan mupakat dalam pengelolaan sumberdaya ikan dan ekosistemnya. Dinas Kelautan dan Perikanan melakukan pengawasan dan koordinasi, memfasilitasi serta meningkatkan kapasitas KPPL dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Substansi dari awiq-awiq diatur tentang pertama mencegah terjadinya konflik antar nelayan dan kedua melestarikan jenis-jenis ikan dan biota lain serta ekosistemnya seperti ekosistem mangrove, ekosistem padang lamun dan ekosistem terumbu karanag. Berkenaan dengan pencegahan konflik diatur melalui pengaturan zona penangkapan ikan untuk nelayan tradisional di zona I dan II sedangkan nelayan komersial zona II serta penggunaan mata lampu. Pelestarian jenis- jenis ikan dan ekosistem diatur melalui pelarangan penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan seperti bom ikan, potasium sianida dan jaring oros. Penerapan sanksi dari pelanggaran kesepakatan azasnya pertama adalah untuk meningkatkan kesadaran pentingnya kelestarian ikan dan ekosistemnya sebagai sumber kesejahteraan generasi saat ini dan generasi yang akan datang.

2. Penyelamatan laut, pada proses pelaksanaan terdapat pembagian tugas, pemerintah desa membentuk kepengurusan untuk menyiapkan seluruh rangkaian kegiatan untuk mensukseskan acara dan tokoh adat (mangku segara) bertanggung jawab terhadap kegiatan ritual. Puncak kegiatan penyelamatan laut adalah pemotongan kerbau oleh mangku dan kepala kerbau dibuang ke laut. Kegiatan penyelamatan laut bertujuan untuk: (a) sebagai bentuk terimakasih terhadap Allah Tuhan yang Maha Kuasa yang telah memberikan laut dan isinya sebagai sumber kehidupan masyarakat dan (b) keprihatinan dari rendahnya hasil tangkapan nelayan dalam waktu yang cukup lama yaitu antara 6 bulan sampai 1 tahun serta hilangnya beberapa jenis ikan seperti cumi-cumi dan ikan jenis lain yang biasa diperoleh dari wilayah perairan laut Tanjung Luar dan sekitarnya. Nilai-nilai kearifan lokal masyarakat di wilayah studi yang ada dalam awiq-awiq dan penyelatan laut merupakan kearifan masyarakat yang diaktualisasikan dalam bentuk kebersamaan, gotoroyong, musawarah dan mufakat. Nilai-nilai kearifan lokal masyarakat merupakan salah satu modal sosial sebagai basis dalam program-program pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut secara terpadu (Priyatna et al. 2007).