• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PEMBAHASAN

5.7. Pengetahuan Responden

Dari tabel 4.26 dapat kita dilihat bahwa sebagian responden sebanyak 35 responden (50%) memiliki pengetahuan dalam kategori baik, sedangkan 35 responden lainnya (50%) memiliki tingkat pengetahuan dalam kategori sedang. Pengetahuan atau cognitive merupakan domain yang sangat penting dalam bentuk tindakan seseorang (overt behavior) (Notoatmodjo, 1993). Hal ini sejalan dengan hasil penelitan Setianingrum yang menyatakan bahwa pengetahuan tentang bahaya merokok pada seluruh remaja laki-laki yang berumur 13 sampai dengan 17 tahun ditemukan tingkat pengetahuan remaja tentang bahaya merokok berada pada kategori cukup, dikarenakan sebagian besar responden dapat memberi jawaban benar, hal ini didukung oleh pencapaian tingkat pengetahuannya sebesar 46.48%.

Dari hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar responden telah mengetahui apa itu rokok dan perilaku merokok hal ini dapat dilihat pada tabel 4.25. sebanyak 78,6% responden telah mengetahui bahwa rokok adalah tembakau yang digulung, dibungkus, dan diberi tambahan seperti cengkeh. Sementara sebanyak 84,3% responden mengetahui bahwa mrokok adalah membakar tembakau dan menghisap asapnya. Menurut asumsi peneliti informasi ini di peroleh dari mengamati anggota keluarga sejak responden kecil.

Dari segi jenis yang dapat diketahui bahwa masih ada beberapa responden yang tidak mengetahui perbedaan jenis rokok. Seperti jenis rokok

Kretek hanya 52,9% yang mengetahui bahwa yang dimaksud rokok kretek adalah tembakau rajangan dengan cengkeh rajangan yang digulung dengan kertas sigaret dan biasanya memakai bahan tambahan lainnya. Sementara itu hanya 32,9% responden yang mengetahui perbedaan rokok filter dengan non filter. Sebagian besar responden membedakan rokok filter dengan non filter adalah dari perbedaan harga, yaitu sebesar 38,6% responden. Hal ini sejalan dengan penelitian Purba (2009) bahwa sebagian besar siswa telah mengetahui pengertian mengenai rokok dan jenis jenis rokok yang ada.

Perilaku merokok sangat merugikan kesehatan. Mengenai pengetahuan responden mengenai bahaya merokok dapat kita lihat dari tabel 4.26. sebagian besar responden tidak mengetahui bahwa ada lebih dari 4000 zat kimia yang terdapat dalam rokok yaitu sebanyak 55,7% hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Purba (2009) menyatakan bahwa 76,7% siswa mengetahui bahwa zat kimia dalam rokok dapat mengganggu kesehatan. Selain itu, sebagian besar responden (98,6%) mengetahui bahwa merokok dapat menyebabkan kanker. Selain itu sebanyak 88,6% responden telah mengetahui bahwa merokok dapat menyebabkan kematian.

Responden pada umumnya mengetahui bahwa merokok juga berbahaya bagi orang sekitar perokok, namun demikian hanya 44, 3% responden yang mengetahui bahwa perokok pasif adalah orang yang berada di sekitar perokok dan menghirup asap rokok orang lain. Sebanyak 38,6%

menyatakan bahwa perokok pasif adalah orang yang kadang kadang merokok. sebagian besar responden mengetahui bahwa perokok pasif lebih berbahaya daripada perokok biasa. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Purba (2009) menyatakan bahwa sebanyak 71,7% siswa menyadari bahwa asap rokok dapat menimbulkan penyakit bagi orang di sekitar perokok.

Namun tingkat pengetahuan yang baik ini tidak sejalan dengan sikap dan tindakan hal ini tidak sejalan dengan teori WHO yang menyatakan baanya 44, 3% responden yang menyatakan bahwa perilaku adalah hasil dari pemikiran dan perasaan (thoughts and feelings) yang berarti dalam hal ini seseorang akan mempertimbangkan untung rugi dari merokok sebelum mereka mengmbil keputusan untuk merokok. Sedangkan dalam penelitian ini meskipun pengetahuan responden termasuk kategori baik dan sedang namun tindakan responden sebagian masih dalam kategori sedang dan buruk. Menurut asumsi peneliti hal ini dikarenakan responden telah mendapatkan efek kenikmatan dari merokok. Sedangkan efek kesehatan baru akan dirasakan dampaknya dalam jangka waktu yang lama.

5.8. Sikap Responden

Dari tabel 4.28 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden yaitu 39 responden (42,9%) memiliki sikap dalam kategori sedang. Sedangkan untuk sikap dalam kategori buruk hanya terdapat 1 responden (1,4%). Hal ini brarti rata rata sikap responden berada pada kategori sedang dalam menanggapi perilaku merokok.

Hasil penelitian ini didukung oleh teori Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2010) yang menyatakan bahwa sikap memiliki 3 komponen pokok yaitu :

a. Kepercayaan atau keyakinan, ide, dan konsep terhadap objek. Artinya bagaimana keyakinan dan pendapat atau pemikiran seseorang terhadap objek.

b. Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek artinya bagaimana penilaian (terkandung di dalamnya faktor emosi) orang tersebut terhadap objek.

c. Kecendrungan untuk bertindak (tend to behave) artinya sikap adalah komponen yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka.

Peneliti berasumsi bahwa sebagian besar responden telah sadar mengenai kerugian yang disebabkan oleh perilaku merokok, serta menolak atau tidak setuju dengan tindakan tersebut. Namun masih terdapat responden yang merokok. Hal ini menurut peneliti disebabkan adanya informasi mengenai bahaya merokok yang disampaikan oleh orang tua responden. Hanya saja responden belum mewujudkannya dalam tindakan nyata.

Pada tabel 4.27 dapat dilihat bahwa sebanyak 55 responden (78,6%) responden tidak setuju dengan pernyatan bahwa merokok dapat dilakukan jika bersama keluarga. Selain itu 62 responden (88,6%) telah menyadari bahwa orang tua melarang merokok atau memberi peraturan mengenai rokok adalah demi kebaikan anak-anaknya. Responden sebanyak 66, responden (88,6%)

juga menyatakan bahwa sebaiknya tidak merokok di depan anak anaknya. Sebanyak 55 responden (78,6%) juga setuju untuk menwujudkan peraturan kawasan tanpa rokok di tempat tempat umum. Dari hal tersebut dapat dilihat bahwa telah ada kesiapan dari responden untuk tidak merokok. Hanya, perlu pengukuhan dari keluarga dan orang tua untuk mendukung sikap tersebut.

Sebanyak 68,6% responden tidak setuju dengan pernyataan bahwa merokok merupakan indikator seseorang dikatakan telah dewasa. Namun masih ada 31,4% responden yang menyatakan bahwa jika seorang remaja belum merokok maka remaja tersebut belum dewasa. Sebagian besar responden yaitu sebanyak 88,6% menyadari bahwa larangan orang tua mengenai rokok adalah untuk kebaikan anak anaknya. Pada dasarnya, responden telah menyadari bahwa merokok tidaklah menjadi indikator seseorang dikatakan dewasa atau tidak. Hal ini didukung oleh Notoatmojo yang mengemukakan pembagian sikap terdiri menjadi empat bagian yaitu :

1. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa seseorang atau subjek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek)

2. Menanggapi (responding)

Menanggapi diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi.

Menghargai diartikan subjek atau seseorang memberikan nilai yang positif terhadap objek atau stimulus. Dalam arti membahasnya dengan orang lain bahkan mengajak atau mempengaruhi orang lain merespons. 4. Bertanggung jawab (responsible)

Sikap yang paling tinggi tindakannya adalah bertanggung jawab terhadap apa yang telah diyakininya.

Peneliti berasumsi bahwa responden baru measuki tahap menanggapi pada komponen sikap sehingga responden belum memasuki tahap menghargai dan bertanggung jawab. Hal ini dapat dilihat mayoritas responden adalah perokok.

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa sebanyak 37,1% responden setuju untuk merokok sehabis makan. Meskipun jumlah ini bukan yang terbanyak pada hasil penelitian, namun hasil ini dapat menjelaskan bahwa kebiasaan rokok sehabis makan dapat ditularkan dari keluarga yang memiliki kebiasaan yang sama.

Sebanyak 94,3% responden menyadari bahwa peringatan yang ada di kemasan rokok adalah benar. Artinya responden telah menyadari bahwa perilaku merokok dapat mengganggu kesehatan responden. Sementara itu 57,1% responden setuju bahwa iklan rokok harus di hentikan. Hal ini menurut peneliti dikarenakan responden telah menyadari adanya pengaruh dari iklan rokok terhadap perilaku merokok. Selain itu sebanyak 78,6% responden setuju jika kawasan bebas rokok di adakan di tempat tempat umum. Hal ini

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Purba (2009) yang menyatakan bahwa 80% siswa setuju terhadap peraturan tidak bisa merokok di sembarang tempat.

Sebanyak 44,3% responden setuju bahwa merokok dapat menghilangkan stress hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Purba (2009) yang menyatakan bahwa sebanyak 65% siswa mengetahui bahwa merokok hanya dapat menghilangkan stress sementara namun tidak selamanya.

Sebanyak 35,7 % menyatakan bahwa merokok dapat membuat mereka merasa lebih percaya diri. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Komalasari dan Helmi (2000) menyatakan bahwa kepuasan-kepuasan yang di peroleh dan pertimbangan pertimbangan emosional lebih dominan dibandingkan pertimbangan rasional dalam hal pengambilan keputusan untuk merokok.

Sementara itu sebanyak 85,7% responden mengatakan ingin berhenti merokok. Sikap ini sebaiknya di follow up oleh keluarga dan pihak sekolah. Hal ini menunjukkan adanya suatu keinginan untuk berhenti merokok sehingga memerlukan dukungan nyata untuk dapat diwujudkan.

Hal ini didukung oleh pernyataan yang dikemukakan oleh Newcomb, yang dikutip Notoatmodjo (1993) salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesedian untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Dengan kata lain, fungsi

sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi perilaku (tindakan) atau reaksi tertutup.

Dari hasil uji chi square ditemukan bahwa terdapat hubungan antara sikap responden dengan tindakan responden dalam hal merokok. Hal ini menunjukkan bahwa sikap merupakan awal dari tindakan yang belum terealisasikan secara nyata.

Dokumen terkait