• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PEMBAHASAN

5.2. Pengetahuan Responden

Pengetahuan adalah hasil dari proses pembelajaran dengan melibatkan indra penglihatan, pendengaran, penciuman dan pengecap. Pengetahuan akan memberikan penguatan terhadap individu dalam setiap mengambil keputusan dan dalam berperilaku. Perilaku yang baru diadopsi oleh individu akan bisa bertahan lama dan langgeng jika individu menerima perilaku tersebut dengan penuh kesadaran, didasari atas pengetahuan yang jelas dan keyakinan (Setiawati dan Dermawan, 2008). Berdasarkan hasil yang diperoleh bahwa keseluruhan responden memiliki pengetahuan yang berada pada kategori baik mengenai penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3). Keadaan ini menunjukkan bahwa

responden telah melihat dan mendengar tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang telah diterapkan di perusahaan tempatnya bekerja.

Pengetahuan yang didapatkan oleh responden tidak terlepas dari peran serta pihak manajemen perusahaan yang telah berhasil menyampaikan hal-hal yang berkaitan dengan penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) kepada pekerjanya melalui program dan pelatihan yang melibatkan peran aktif pekerja, sehingga dapat dilihat bahwa responden telah memiliki pengetahuan yang baik mengenai Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang diterapkan di PT. Toba Pulp Lestari Porsea.

Meskipun pengetahuan pekerja ada pada kategori tingkat pengetahuan yang baik, namun ada beberapa hal yang masih perlu diperhatikan dan dicermati, baik oleh perusahaan dan pekerja itu sendiri. Distribusi pengetahuan responden di tiap departemen dapat dilihat sebagai berikut :

1. Departemen Chemical

Secara keseluruhan, pengetahuan responden di departemen chemical berada pada kategori baik. Responden yang mewakili departemen chemical sebanyak 14 orang memiliki pengetahuan yang baik mengenai penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3).

Meskipun pengetahuan responden ada pada kategori baik, namun ada hal yang masih perlu diperhatikan. Dari 14 orang responden terdapat 28,60% (4 orang ) yang menyatakan benar untuk pernyataan pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) yaitu pelindung mata (goggles ) tidak bisa menghindarkan pekerja dari debu kayu (chip

file) dan bahan berbahaya lainnya dan juga pernyataan bahwa cara kerja dan posisi kerja yang baik tidak dapat mengurangi kelelahan akibat kerja.

Pelindung mata (goggles) adalah alat pelindung diri yang kegunaannya untuk melindungi mata dari faktor bahaya di tempat kerja seperti debu, gas, cairan dan zat atau bahan kimiawi dan bahan berbahaya lainnya (Suma’mur, 2009). Berdasarkan teori tersebut, dapat dikatakan bahwa pengetahuan responden yang menyatakan bahwa pelindung mata (goggles) tidak dapat menghindarkan pekerja dari debu kayu masih perlu ditingkatkan. Pekerjaan di departemen chemical berhubungan dengan bahan-bahan kimia, maka sangat diperlukan penggunaan alat pelindung mata (goggles).

Selain mengenai alat pelindung mata (goggles), hal yang masih perlu diperhatikan adalah mengenai cara kerja dan posisi kerja yang baik. Menurut Suma’mur (2009), penerapan ergonomi yang bertalian dengan cara kerja yang memenuhi persyaratan fisiologi dan psikologi kerja merupakan upaya yang sangat membantu mencegah timbulnya kelelahan.

Dalam hal ini, pernyataan bahwa cara kerja dan posisi kerja yang baik tidak dapat mengurangi kelelahan akibat kerja adalah salah. Hal tersebut masih harus diperhatikan, dengan melihat bahwa pekerjaan di departemen chemical dapat mengakibatkan kelelahan bila dikerjakan dengan cara kerja dan posisi kerja yang tidak baik.

2. Departemen Energy

Berdasarkan hasil keseluruhan, pengetahuan responden yang mewakili departemen energy sebanyak 13 orang berada pada kategori tingkat pengetahuan yang baik mengenai penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3).

Namun berdasarkan hasil distribusi frekuensi pengetahuan responden di departemen energy, masih ada hal yang perlu diperhatikan dalam menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja tersebut. Sebanyak 23,10% (3 orang) dari 13 orang responden di departemen energy menyatakan benar untuk pernyataan pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) yaitu pelindung mata (goggles ) tidak bisa menghindarkan pekerja dari debu kayu (chip file) dan bahan berbahaya lainnya.

Sesuai dengan teori yang telah disebutkan sebelumnya, menurut Suma’mur (2009) bahwa pelindung mata (goggles) adalah alat pelindung diri yang kegunaannya untuk melindungi mata dari faktor bahaya di tempat kerja seperti debu, gas, cairan dan zat atau bahan kimiawi dan bahan berbahaya lainnya.

Pekerjaan di departemen energy bertujuan untuk menghasilkan energi yang dibutuhkan dalam kelangsungan proses produksi dan dalam prosesnya juga berhubungan dengan bahan-bahan kimia, sehingga pemakain alat pelindung mata (goggles) sangat diperlukan dalam melakukan pekerjaan.

3. Departemen Fiberline

Secara keseluruhan, pengetahuan responden yang mewakili departemen

fiberline sebanyak 12 orang, berada pada kategori tingkat pengetahuan yang baik. Pengetahuan pekerja mengenai penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (SMK3) sudah baik, yang artinya pekerja telah banyak mendengar dan memahami mengenai penerapan SMK3 di perusahaan tersebut dan juga pihak perusahaan yang tetap menyampaikan tentang penerapan tersebut kepada pekerjanya.

Namun dalam hal ini, berdasarkan distribusi frekuensi pengetahuan responden di departemen fiberline, terdapat 33,30% (4 orang) yang menyatakan bahwa pernyataan tentang ijin kerja (work permit) diberikan bagi pekerjaan yang memiliki tingkat risiko yang tinggi untuk mempersiapkan kondisi kerja yang aman adalah salah.

Berdasarkan pedoman keselamatan kerja yang diterapkan di PT. Toba Pulp Lestari, Porsea, pekerjaan yang memiliki tingkat risiko yang tinggi harus memiliki ijin kerja (work permit) dan prosedur pemberian ijin tersebut telah ditetapkan di perusahaan tersebut.

Departemen fiberline merupakan departemen yang tujuan akhir dari proses produksinya adalah menghasilkan bubur kertas (pulp). Pengetahuan mengenai ijin kerja (work permit) sangat diperlukan untuk mempersiapkan kondisi kerja yang aman yang dibutuhkan sebelum pekerjaan dimulai, selama dan setelah pekerjaan selesai dilakukan.

4. Departemen Engineering dan Maintenance

Berdasarkan hasil keseluruhan, pengetahuan responden yang mewakili pekerja di departemen engineering dan maintenance berada pada kategori tingkat pengetahuan yang baik mengenai penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3).

Meskipun pengetahuan responden ada pada kategori baik, masih ada hal yang perlu diperhatikan dan ditingkatkan dalam pengetahuan mengenai penerapan SMK3 tersebut. Hasil distribusi frekuensi pengetahuan di departemen engineering dan

maintenance menunjukkan bahwa terdapat 24,20% (8 orang) yang menyatakan benar untuk pernyataan pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) yaitu pelindung mata (goggles ) tidak bisa menghindarkan pekerja dari debu kayu (chip file) dan bahan berbahaya lainnya dan juga 24,20% (8 orang) yang menyatakan salah untuk pernyataan ijin kerja (work permit) diberikan bagi pekerjaan yang memiliki tingkat risiko yang tinggi untuk mempersiapkan kondisi kerja yang aman.

Pernyataan responden tersebut bertentangan dengan teori bahwa pelindung mata (goggles) adalah alat pelindung diri yang kegunaannya untuk melindungi mata dari faktor bahaya di tempat kerja seperti debu, gas, cairan dan zat atau bahan kimiawi dan bahan berbahaya lainnya (Suma’mur, 2009). Selain itu, mengenai ijin kerja (work permit), prosedur pemberian ijin kerja sudah ditetapkan di PT. Toba Pulp Lestari dan ijin kerja tersebut memang diberikan bagi pekerjaan yang memiliki tingkat risiko yang tinggi untuk mempersiapkan kondisi kerja yang aman.

Departemen engineering dan maintenance merupakan departemen yang berkaitan dengan mesin dan juga perancangan atau modifikasi mesin di perusahaan. Pekerja di departemen tersebut perlu mempersiapkan kondisi kerja yang aman dalam melakukan pekerjaannya dan juga memerlukan pengetahuan tentang alat pelindung diri dan ijin kerja tersebut.

5. Departemen Technical

Secara keseluruhan, pengetahuan responden yang mewakili departemen

technical sebanyak 8 orang, berada pada kategori tingkat pengetahuan yang baik mengenai penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3).

Namun berdasarkan hasil distribusi frekuensi pengetahuan responden di departemen technical, dapat dilihat bahwa terdapat 25% (2 orang) yang menyatakan benar untuk pernyataan pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) yaitu pelindung mata (goggles ) tidak bisa menghindarkan pekerja dari debu kayu (chip file) dan bahan berbahaya lainnya.

Menurut Suma’mur (2009), pelindung mata (goggles) adalah alat pelindung diri yang kegunaannya untuk melindungi mata dari faktor bahaya di tempat kerja seperti debu, gas, cairan dan zat atau bahan kimiawi dan bahan berbahaya lainnya. Maka berdasarkan teori tersebut, pernyataan responden tersebut adalah salah karena sesungguhnya pelindung mata (goggles ) bisa menghindarkan pekerja dari debu kayu (chip file) dan bahan berbahaya lainnya.

Depertemen technical merupakan departemen yang juga berkaitan dengan laboratorium dan pekerjaannya berhubungan dengan bahan kimia sehingga pengetahuan mengenai alat pelindung mata (goggles) sangat diperlukan dan harus diketahui oleh pekerja.

Dengan melihat hasil keseluruhan, pengetahuan responden mengenai penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) sudah baik dan dapat menjadi lebih baik lagi dengan memerhatikan hal-hal kecil yang tidak diketahui oleh pekerja. Dalam hal ini, sudah menjadi tugas perusahaan untuk lebih

banyak memberi informasi melalui pelatihan dan pengawasan pada saat melakukan pekerjaan untuk meningkatkan pengetahuan pekerja. Dengan itu, perilaku pekerja yang didasari oleh pengetahuan akan bersifat langgeng atau bertahan lama (Notoatmodjo, 2007)

Dokumen terkait