• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 5. PEMBAHASAN

5.2. Pengetahuan Responden tentang Narkoba pada Kelompok

Metode Pendidikan Kesehatan)

Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.Pengetahuan responden tentang narkoba adalah segala sesuatu yang diketahui oleh responden tentang pengertian narkoba, jenis narkoba, dampak penyalahgunaan narkoba dan upaya pencegahan/ penanggulangan narkoba yang terdiri dari 15 indikator pertanyaan pengetahuan dengan alternatif jawaban dalam kuesioner penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk memperlihatkan pengaruh metode pendidikan kesehatan tentang narkoba dalam meningkatkan pengetahuan remaja tentang narkoba. Pengukuran pengaruh ini dilakukan dengan membagi responden menjadi dua kelompok yaitu kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum dilakukan pendidikan kesehatan, terdapat selisih perbedaan yang kecil antara pengetahuan tentang narkoba pada responden kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Hasil menunjukkan bahwa pada kelompok perlakuan terdapat pengetahuan remaja yang baik yaitu sebesar 2 remaja (8,0%), pengetahuan remaja sedang sebanyak 15 remaja (60,0%)dan yang berpengetahuan kurang adalah 8 orang (32 %) dengan total skor dari 25 responden adalah 172. Total skor maksimal yang semua responden menjawab dengan tepat adalah 375. Maka pengetahuan remaja tentang narkoba pada kelompok perlakuan sebelum dilakukan metode pendidikan kesehatan (pre test) tergolong sedang, yaitu (172/375) x 100 %= 45,8%. Sedangkan pada kelompok kontrol terdapat

2 remaja (8,0%) yang berpengetahuan baik, berpengetahuan sedang 15 orang remaja (60,0%) dan yang pengetahuan kurang sebanyak 8 orang (32,0%)dengan total skor dari 25 responden adalah 187. Total skor maksimal semua responden yang menjawab dengan tepat adalah 375. Maka pengetahuan remaja tentang narkoba pada kelompok kontrol sebelum dilakukan metode pendidikan (pre test) tergolong sedang, yaitu (187/375) x 100 % = 49,9%.

Setelah dilakukan pendidikan kesehatan pada kelompok perlakuan, hasil menunjukkan terjadinya peningkatan pengetahuan responden tentang narkoba yaitu pengetahuan remaja yang baik yaitu sebesar 24 remaja (96,0%) dan berpengetahuan sedang sebanyak 1 remaja (4,0%) dengan total skor dari 25 responden adalah 339. Total skor maksimal semua responden yang menjawab dengan tepat adalah 375. Maka pengetahuan remaja tentang narkoba pada kelompok perlakuan setelah dilakukan metode pendidikan kesehatan(post test) tergolong baik, yaitu (339/375) x 100% = 90,40%.

Sedangkan kelompok kontrol pada pengukuran yang kedua, terdapat 1 remaja (4,0%) yang berpengetahuan baik, 17 remaja (68,0%) yang berpengetahuan sedang dan berpengetahuan kurang sebanyak 7 orang (28,0%) dengan total skor dari 25 responden adalah 195. Total skor maksimal yang semua responden menjawab dengan tepat adalah 375. Maka pengetahuan remaja tentang narkoba pada kelompok kontrol setelah dilakukan metode pendidikan kesehatan (post test) tergolong sedang, yaitu (195/375) x 100 % = 52,0%.

Hasil uji Paired-Test pada kelompok perlakuan menyatakan bahwa terdapat perbedaan nilai rata-rata pengetahuan remaja sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan yaitu dari 7,84 menjadi 13,56 dengan nilai p=0,000, artinya secara statistik menunjukkan terdapat perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah dilakukan pendidikan kesehatan, sedangkan pada kelompok kontrol ada sedikit mengalami penurunan rata-rata pada pengukuran pertama dan kedua yaitu dari 7,92 menjadi 7,76 dengan nilai p=0,557 ( >0,05 ), artinya tidak terdapat perubahan pengetahuan secara signifikan pada kelompok kontrol.

Keadaan ini menyampaikan informasi kepada peneliti bahwa intervensi pendidikan kesehatan tentang narkoba efektif meningkatkan pengetahuan siswa terkait narkoba, hal ini dikarenakan pendidikan kesehatan tidak hanya dilakukan satu arah tetapi juga dilakukan partisipatif dan diskusi dengan siswa-siswi. Pendidikan kesehatan merupakan wadah yang sangat penting bagi remaja untuk mengatasi kompleksnya masalah yang dihadapi. Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, yang dimulai pada saat terjadinya kematangan seksual. Remaja tidak mempunyai tempat yang jelas, yaitu bahwa mereka tidak termasuk golongan anak-anak tetapi tidak juga termasuk golongan dewasa. Perkembangan biologis dan psikologis remaja dipengaruhi oleh perkembangan lingkungan dan sosial. Oleh karena itu remaja akan berjuang untuk melepaskan ketergantungannya kepada orang tua dan berusaha mencapai kemandirian sehingga mereka dapat diterima dan diakui sebagai orang dewasa (Kumalasari Intan, 2012). Sehingga dukungan sosial merupakan ketersediaan sumber daya yang memberikan

kenyamanan fisik dan psikologis yang didapat melalui interaksi remaja dengan orang lain sehingga individu tersebut merasa dicintai, diperhatikan, dihargai dan merupakan bagian dari kelompok sosial. Salah satu bentuk dukungan sosial adalah dengan dukungan informasi (Informational Support) yaitu memberikan informasi, nasehat, sugesti ataupun umpan balik mengenai apa yang sebaiknya dilakukan oleh remaja yang membutuhkan sehingga dengan pendidikan kesehatan ditambah dengan media yang digunakan akan membantu remaja mendapatkan informasi yang baik.

Hasil ini tidak jauh berbeda dengan hasil yang di dapatkan Pande Made Sadwi Winasih (2008) dimana 92,41% responden berpengetahuan baik. Terjadinya peningkatan pengetahuan tersebut disebabkan oleh adanya informasi yang disampaikan kepada responden melalui penyuluhan dan bias juga karena faktor media yang digunakan. Saat penyuluhan, penyuluh memberikan penyuluhan dengan metode ceramah dengan memanfaatkan media elektronik berupa slide dilengkapi dengan pembagian leaflet dan pemutaran video tentang narkoba dan bahayanya, sehingga responden menggunakan semua alat inderanya dalam menerima penyuluhan. Setelah selesai penyuluhan, dibuka sesi Tanya jawab antara responden dan pemberi penyuluhan, sehingga tingkat pemahaman responden terhadap informasi yang disampaikan akan lebih jelas dan mudah dipahami.

Penelitian Ira Rahmawati dkk (2007) melaporkan bahwa peningkatan pengetahuan responden pada penyuluhan dengan alat audio visual sangat signifikan dibandingkan pada kelompok yang penyuluhan dengan menggunakan modul. Hal ini disebabkan karena dengan metode audio visual, responden memanfaatkan sebagian

besar alat inderanya sehingga membuahkan hasil yang lebih baik. Selain itu, peningkatan pengetahuan diduga juga disebabkan oleh factor dari responden itu sendiri. Tingkat pendidikan yang cukup tinggi dan kondisi responden yang berada dalam waktu senggang (jam ekstrakurikuler) saat mengikuti penyuluhan tentunya mempengaruhi kondisi responden itu sendiri.

Menurut Notoatmodjo, beberapa faktor yang memengaruhi pengetahuan seseorang diantaranya adalah pendidikan, informasi dan pengalaman. Tingkat pendidikan akan mempengaruhi persepsi seseorang untuk lebih mudah menerima ide dan informasi baru. Pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang semakin baik pula orang tersebut dalam menerima suatu informasi. Semakin banyak seseorang mendapatkan informasi maka orang tersebut juga cenderung lebih banyak 0pengetahuannya.Begitu pula dengan pengalaman. Pengalaman merupakan sesuatu yang dirasakan (diketahui, dikerjakan). Pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman berdasarkan kenyataan yang pasti dan berulang-ulang dapat menyebabkan terbentuknya pengetahuan (Stanekzai. MR , 2011).

Sehingga dengan pengetahuan yang baik tentang narkoba akan menghindarkan remaja dari bahaya penyalahgunaan narkoba terhadap kesehatan reproduksi yang pada remaja laki-laki dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kadar hormon testosteron, penurunan dorongan seks, disfungsi ereksi, hambatan ejakulasi, pengecilan ukuran penis dan gangguan sperma. Sedangkan dampak narkoba terhadap kesehatan reproduksi pada remaja perempuan terjadi penurunan dorongan seks, gangguan pada hormon estrogen dan progesteron, kegagalan orgasme,

hambatan menstruasi, pengecilan payudara, gangguan sel telur, serta pada wanita hamil dapat menyebabkan kekurangan gizi sehingga bayi yang dilahirkan juga dapat kekurangan gizi, berat badan bayi rendah, bayi cacat serta dapat menyebabkan bayi keguguran.

Menurut Sullivan dalam Sutiyah (2013) peningkatan pengetahuan setelah dilakukan intervensi pendidikan khususnya dengan metode partisipatif cenderung lebih meningkat meskipun dilakukan evaluasi setelah 1 minggu, namun setelah hari ke-30, informasi yang diperoleh tersebut hanya tersimpan sebesar 30-40 % Kemungkinan bahwa segala sesuatu yang pernah dipelajari masih tersimpan di dalam memori menunggu isyarat pengambilan yang benar, sebagian informasi hampir dipastikan hilang dari penyimpanan.

Hal ini sesuai dengan pendapat Macfoedz (2005) yang menyatakan pendidikan kesehatan merupakan proses perubahan, yang bertujuan untuk mengubah individu, kelompok dan masyarakat menuju hal-hal yang positif secara terencana melalui proses belajar. Perubahan tersebut mencakup antara lain pengetahuan, sikap dan keterampilan melalui proses pendidikan kesehatan. Pada hakikat nya dapat berupa emosi, pengetahuan, pikiran keinginan, tindakan nyata dari individu, kelompok dan masyarakat. Perilaku itu dapat berubah apabila terjadi ketidak seimbangan antara kedua kekuatan tersebut di dalam diri seseorang. Sehingga ada tiga kemungkinan terjadinya perubahan perilaku pada diri seseorang, yakni :

a. Kekuatan-kekuatan pendorong meningkat. Hal ini terjadi karena adanya stimulus-stimulus yang mendorong untuk terjadinya perubahan-perubahan

perilaku. Contohnya stimulus berupa pemberian informasi tentang narkoba pada remaja. Akan meningkatkan pengetahuan dan sikap nya sehingga diharapkan dapat bertindak positif terhadap pencegahan dan penanggulangan narkoba.

Kekuatan pendorong meningkat Perilaku semula

Kekuatan penahan

Perilaku baru b. Kekuatan-kekuatan penahan menurun. Hal ini terjadi karena adanya stimulus-

stimulus yang memperlemah kekuatan penahanan tersebut. Misalnya pada contoh di atas. Dengan informasi yang salah diterima oleh remaja bahwa kesehatan reproduksi termasuk narkoba adalah bukan urusan remaja maka kekuatan penahan tersebut melemah dan akan terjadi perubahan perilaku pada orang tersebut.

Pendorong Perilaku semula

Penahan menurun

Perilaku baru c. Kekuatan pendorong meningkat, kekuatan penahan menurun. Dengan keadaan

semacam ini jelas juga akan terjadi perubahan perilaku. Contohnya pada remaja dalam pencegahan dan penanggulangan narkoba akan meningkat dengan mudahnya remaja mengakses informasi yang tepat tentang narkoba melalui pendidikan kesehatan. Hal ini akan meningkatkan kekuatan pendorong dan sekaligus menurunkan kekuatan penahan.

5.3 Sikap Responden tentang Narkoba pada Kelompok Perlakuan (Metode

Dokumen terkait