BAB 5. PEMBAHASAN
5.3. Sikap Responden tentang Narkoba pada Kelompok Perlakuan
Pendidikan Kesehatan)
Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu. Sikap merupakan reaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek (Notoatmodjo, 2005). Sikap siswa tentang narkoba adalah respon atau tanggapan siswa mengenai narkoba dari 15 indikator peryantaan sikap dengan alternative jawaban dalam kuesioner penelitian.
Penelitian ini bertujuan untuk memperlihatkan pengaruh metode pendidikan kesehatan tentang narkoba dalam meningkatkan sikap remaja tentang narkoba. Pengukuran pengaruh ini dilakukan dengan membagi responden menjadi dua kelompok yaitu kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum dilakukan pendidikan kesehatan, terdapat selisih perbedaan sikap yang kecil tentang narkoba pada responden kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Pada kelompok perlakuan, sikap remaja yang baik yaitu sebesar 3 remaja (12,0%) dan sikap remaja sedang sebanyak 22 remaja (88,0%) dengan skor total dari 25 responden adalah 1139. Total skor maksimal semua responden yang menjawab dengan tepat adalah 1500. Maka sikap remaja tentang narkoba pada kelompok perlakuan sebelum dilakukan metode pendidikan kesehatan (pre test) baik, yaitu (1139/1500) x 100 % = 75,94%. Sedangkan kelompok kontrol, terdapat 5 remaja (20,0%) yang bersikap baik dan
terdapat 20 remaja (80,0%) yang bersikap sedang mengenai narkoba dengan skor total dari 25 responden adalah 1152. Total skor maksimal semua responden yang menjawab dengan tepat adalah 1500. Maka sikap remaja tentang narkoba pada kelompok kontrol pada pengukuran pertama (pre test) tergolong baik, yaitu (1152/1500) x 100 % = 76,8%.
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan pada kelompok perlakuan, hasil menunjukkan adanya peningkatan sikap, yaitu semua siswa bersikap baikyaitu 25 remaja (100,0%) dengan total skor dari 25 responden adalah 1457. Total skor maksimal semua responden yang menjawab dengan tepat adalah 1500. Maka sikap remaja tentang narkoba pada kelompok perlakuan setelah dilakukan metode pendidikan kesehatan(post test) adalah baik, yaitu (1457/1500) x 100 % = 97,13%. Sedangkan pada kelompok kontrol, setelah dilakukan pendidikan kesehatan terdapat 5 remaja (20,0%) yang bersikap baik dan terdapat 20 remaja (80,0%) yang bersikap kurang mengenai narkoba dengan total skor responden 1153. Total skor maksimal yang semua responden menjawab dengan tepat adalah 1500. Maka sikap remaja tentang narkoba pada kelompok kontrol pada pengukuran kedua (post test) tergolong sedang, yaitu (1153/1500) x 100 % = 76,86%.
Hasil uji Pair-test kelompok perlakuan menyatakan bahwa terdapat perbedaan nilai rata-rata sikap remaja sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan yaitu dari 46,16% menjadi 58,28% pada kelompok perlakuan. Hasil uji pair-t test diperoleh nilai p=0,000, artinya secara statistik menunjukkan terdapat perbedaan sikap sebelum dan sesudah dilakukan pendidikan kesehatan, sedangkan pada kelompok kontrol ada sedikit mengalami penurunan rata-rata pada pengukuran pertama dan kedua yaitu dari
46,08 menjadi 46,12 dengan nilai p=0,852 ( >0,05 ), artinya tidak terdapat perubahan sikap secara signifikan pada kelompok kontrol.
Sesuai dengan konsep proses belajar yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (2005), penyuluhan yang diberikan menyebabkan terjadinya proses belajar pada responden. Proses belajar ini menghasilkan suatu output berupa hasil belajar yaitu perubahan pengetahuan dan sikap responden tentang narkoba menjadi lebih baik.
Hasil ini tidak jauh berbeda dengan hasil yang didapatkan oleh Anuar Rasyid (2010), dimana 95,09% responden memiliki sikap yang baik setelah mendapatkan penyuluhan tentang narkoba. Perubahan sikap yang terjadi sesudah penyuluhan dapat disebabkan oleh penyuluhan yang diberikan. Dengan dilakukannya penyuluhan, akan meningkatkan pengetahuan responden sehingga akan berpengaruh terhadap sikap yang diambil. Pada penelitian ini didapatkan peningkatan pengetahuan responden setelah dilakukan pemberian informasi melalui penyuluhan. Informasi ini yang mungkin menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap pada individu tersebut. Pengembangan sikap tentang narkoba perlu dimulai dari peningkatan pengetahuan dan pemahaman mendasar. Pengetahuan tentang narkoba perlu disosialisasikan kepada remaja karena sesuai dengan perubahan yang terjadi pada remaja, maka mereka juga rentan terhadap terpaparnya pengaruh negatif dari lingkungannya karena masa remaja di kenal dengan fase “mencari identitas diri” atau fase “topan dan badai”. Remaja masih belum mampu menguasai dan memfungsikan secara utuh, sehingga dengan adanya pengetahuan yang baik mengenai narkoba diharapkan terjadinya perubahan sikap yang dahulunya tidak peduli atau kurang baik mengenai narkoba menjadi lebih peduli atau bersikap lebih baik.
Menurut Newcomb dalam Notoatmodjo (2005), sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Dalam kata lain, fungsi sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau aktifitas, akan tetapi merupakan presdisposisi perilaku (tindakan) atau reaksi tertutup. dapat dilihat pada diagram di bawah ini :
Gambar 5.1.Skema Proses Terjadinya Sikap dan Reaksi Tingkah Laku Dari skema yang dijelaskan oleh (Newcomb dalam Notoatmodjo (2005), dan bila dikaitkan dengan terjadinya perubahan tingkatan sikap pada remaja yang mendapat pendidikan kesehatan tentang narkoba maka dapat dikatakan bahwa pendidikan kesehatan tentang narkoba merupakan rangsangan dan proses stimulus dalam bentuk dukungan informasi yang memberi dorongan kepada remaja dalam perubahan tingkatan sikapnya.
Notoatmodjo juga menjelaskan bahwa terbentuknya perilaku seseorang diawali dari domain kognitif, yaitu individu tahu terlebih dahulu terhadap stimulus berupa objek, sehingga akan membentuk pengetahuan. Pengetahuan yang terbentuk akan menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap dari individu terhadap objek
Stimulus (Rangsangan) Reaksi Tertutup Proses Stimulus Reaksi Terbuka
yang diketahuinya. Sikap yang terbentuk akan memengaruhi individu tersebut dalam berperilaku.
Deborah Rohm Young et,al. dalam American Journal: Effect of community health education on physical activity, knowledge, attitudes and behavior
mengungkapkan bahwa dari studi yang dilakukan terhadap suatu kelompok masyarakat dengan risiko tinggi penyakit jantung, didapatkan beberapa hal yang diduga mempengaruhi sikap dari masyarakat tersebut yaitu persepsi awal dari masyarakat tentang hal terkait, reaksi masyarakat terhadap pemberian informasi/penyuluhan, pengaruh lingkungan, dan penerimaan masyarakat terhadap topik penyuluhan yang dihubungkan dengan kebiasaan masyarakat tersebut.