• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang Narkoba terhadap Pengetahuan dan Sikap Remaja di SMA Negeri 5 Pematang Siantar Tahun 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang Narkoba terhadap Pengetahuan dan Sikap Remaja di SMA Negeri 5 Pematang Siantar Tahun 2013"

Copied!
163
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG NARKOBA TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA

DI SMA NEGERI 5 PEMATANG SIANTAR TAHUN 2013

TESIS

Oleh

MARDIANI PURBA 1170320191/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG NARKOBA TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA

DI SMA NEGERI 5 PEMATANG SIANTAR TAHUN 2013

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Kesehatan Reproduksi pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh

MARDIANI PURBA 1170320191/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

Judul Tesis : PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG NARKOBA TERHADAP

PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA DI SMA NEGERI 5 PEMATANG SIANTAR TAHUN 2013

Nama Mahasiswa : Mardiani Purba Nomor Induk Mahasiswa : 1170320191

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Kesehatan Produksi

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Drs. Heru Santosa, M.S, Ph.D Ketua

) (Drs. Alam Bakti Keloko, M.Kes Anggota

)

Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)

(4)

Telah Diuji

pada Tanggal : 24 Agustus 2013

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Drs. Heru Santosa, M.S, Ph.D Anggota : 1. Drs. Alam Bakti Keloko, M.Kes

(5)

PERNYATAAN

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG NARKOBA TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA

DI SMA NEGERI 5 PEMATANG SIANTAR TAHUN 2013

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Oktober 2013

(6)

ABSTRAK

Narkoba merupakan permasalahan pada kesehatan reproduksi remaja. Indonesia cendrung mengalami trend peningkatan dari tahun ke tahun, seperti pada tahun 2009 prevalensi penyalahgunaan narkoba sebesar 3,60 juta (1,99%), tahun 2010 sebesar 4,02 juta (2,21%), dan tahun 2011 sebesar 5,00 juta (2,80%). Para pencandu narkoba pada umumnya berusia antara 11 sampai 24 tahun. Salah satu cara mengatasi permasalahan ini adalah dengan meningkatkan pengetahuan dan sikap remaja mengenai narkoba dengan pendidikan kesehatan.

Untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan dalam meningkatkan pengetahuan dan sikap remaja tentang narkoba di SMA Negeri 5 Pematang Siantar. Jenis penelitian ini adalah metode quasi ekperimen dengan rancangan control group design with pre test and post test menggunakan kelompok perlakuan dan kelompok kontrol yang dilaksanakan pada bulan Juni 2013. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X dan kelas XI yang berada di SMA Negeri 5 Pematang Siantar. Sampel pada penelitian berjumlah 50 orang terdiri dari 25 orang pada kelompok perlakuan dan 25 orang pada kelompok kontrol. Analisa data dengan uji Paired test.

Hasil penelitian menunjukkan pada kelompok perlakuan ada peningkatan pengetahuan tentang narkoba dari 7,86 menjadi 13,56 setelah diberikan pendidikan kesehatan dengan nilai p=0,000 dan peningkatan sikap dari 46,16 menjadi 58,28 dengan nilai p=0,000. Sedangkan pada kelompok kontrol tidak ditemukan perubahan signifikan pada pengetahuan dan sikap tentang narkoba.

Diharapkan kepada SMA Negeri 5 Pematang Siantar untuk selalu rutin memberikan penyuluhan kepada siswinya agar pengetahuan dan sikap siswa-siswi tentang narkoba selalu meningkat kearah yang lebih baik dan terhindar dari penyalahgunaan narkoba serta memperhatikan ketersediaan sarana informasi tentang bahaya penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba.

(7)

ABSTRACT

Drugs is a problem to the reproductive health of teenagers. Indonesia tends to experience the trend of increase from year to year, for example, the prevalence of drug abuse in 2009 was 3.60 millions (1.99%), 4.02 millions (2.21%) in 2010, and 5.00 millions (2.80%) in 2011. The drug addicts are usually happen in 11 up to 24 years old. One of ways to overcome this problem is to improve the knowledge and attitude of the teenagers about drugs through health education.

The quasi-experimental study with control group design with pre and post test using treatment and control groups was carried out at SMA Negeri 5 Pematang Siantar in June 2013. The population of this study was all of grade X and grade XI students of SMA Negeri 5 Pematang Siantar. The samples for this study were 50 students comprising 25 students for treatment group and 25 students for control group. The data obtained were analyzed through paired test.

The result of this study showed that after being given health education, the knowledge on drugs in the treatment group increased from 7.87 to 13.56 with p=0.000 and the attitude toward drugs increased from 46.16 to 58.28 with p=0.000. There was no significant change in knowledge and attitude on drugs found in the control group.

The management of SMA Negeri 5 Pematang Siantar is expected to provide routine extensions on drugs to the students so knowledge and attitude of the students about drugs become better and they can be avoided from drug abuse and pay attention to the availability of information facility on the dangers of drugs abuse and illicit drug trafficking.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah yang Maha Kasih, atas segala karunia dan nikmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis dengan judul “Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang Narkoba terhadap Pengetahuan dan Sikap Remaja di SMA Negeri 5 Pematang Siantar Tahun 2013”.

Penulis penyadari bahwa penulisan ini tidak dapat terlaksana dengan baik tanpa bantuan, dukungan, bimbingan dan kerjasama dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan yang baik ini izinkanlah penulis mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada yang terhormat :

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc. (CTM), Sp.A(K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Ir. Evawany Y Aritonang, M.Si, sebagai Sekretaris Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

(9)

5. Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M dan Drs. Tukiman, M.K.M, selaku tim

penguji yang telah banyak memberikan saran, bimbingan dan perhatian selama penulisan tesis.

6. Kepala Sekolah SMA Negeri 5 yang telah banyak membantu dan memberikan dukungan kepada penulis dalam rangka menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.

7. Para Dosen, staf dan semua pihak yang terkait di lingkungan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Kesehatan Reproduksi pada Fakultas Kesehatan masyarakat Universitas Sumatera Utara.

8. Ucapan terima kasih yang tulus saya tujukan kepada ayahanda Mulia Purba dan Ibunda Linaria Sinaga serta keluarga besar yang telah memberikan dukungan moril serta doa dan motivasi selama penulis menjalani pendidikan

9. Ucapan terima kasih yang tulus saya tujukan kepada bapak Abadi sebayang dan ibu Cici Cempaka serta keluarga besar yang telah memberikan dukungan moril serta doa dan motivasi selama penulis menjalani pendidikan

10. Teristimewa buat suami tercinta dr.Robby Gunawan Sebayang dan ananda Yosep Purba, Nikolas Evan Sebayang dan Feliks Emanuella Sebayang berkat merekalah penulis termotivasi untuk menyelesaikan studi ini.

(10)

Hanya Tuhan lah yang senantiasa dapat memberikan balasan atas kebaikan yang telah diperbuat. Penulis menyadari bahwa tesis ini masih terdapat banyak kekurangan dan kelemahan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih, semoga tesis ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan penelitian selanjutnya.

Medan, Oktober 2013 Penulis

(11)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Mardiani Purba yang dilahirkan di Haranggaol pada tanggal 1 Februari 1980, anak ke empat dari lima bersaudara. Penulis telah menikah tanggal 27 Maret 2008 dengan dr Robby Gunawan Sebayang, dan dikaruniai 3 putra dan , bertempat tinggal di Pematang Siantar (SUMUT)

Penulis menamatkan pendidikan Sekolah Dasar Impres Purba Hinalang tahun 1992, selanjutnya menamatkan Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Simpang Haranggaol tahun 1995, kemudian melanjutkan SPK Kesdam I/ BB/Binjai tahun 1998. Tahun 2001 menamatkan pendidikan D III Kebidanan Depkes RI Medan. Tahun 2003 menamatkan D IV Bidan pendidik Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran Bandung.

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ASBTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Hipotesis ... 7

1.5. Manfaat Penelitian ... 7

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1. Narkoba ... 8

2.1.1 Pengertian Narkoba ... 8

2.1.2 Jenis-jenis Narkoba dan Efek Narkoba ... 8

2.1.3 Faktor-faktor Penyebab Penggunaan Narkoba ... 13

2.1.4 Sifat Jahat Narkoba ... 17

2.1.5 Ciri-ciri Umum Pengguna Narkoba ... 17

2.1.6 Tempat-tempat yang Rawan Bagi Peredaran Narkoba ... 20

2.1.7 Dampak Umum Akibat Penyalahgunaan Narkoba ... 21

2.1.8 Akibat Penyalahgunaan Narkoba ... 22

2.1.9 Tanda-tanda Kemungkinan Penyalahgunaan Narkoba dan Zat Adiktif ... 24

2.1.10 Upaya Penanggulangan Narkoba ... 26

2.1.11 Cara Menghindari Jeratan Narkoba ... 29 2.1.12 Ciri-ciri Berisiko Tinggi untuk Menjadi Pengguna Narkoba 29 2.1.13. Langkah-langkah yang dapat dipersiapkan dalam Rangka

(13)

NAPZA ... 30

2.2. Remaja ... 32

2.2.1 Tahapan Pertumbuhan Remaja ... 33

2.2.2 Ciri-ciri Remaja ... 34

2.3 Pendidikan Kesehatan ... 37

2.3.1 Pengertian Pendidikan Kesehatan ... 37

2.3.2 Metode Pendidikan Kesehatan ... 38

2.3.3 Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan ... 43

2.3.4 Media yang Digunakan Saat Memberikan Pendidikan Kesehatan ... 44

2.4 Tenaga Kesehatan ... 46

2.4.1 Strategi dan Metode Pendidikan Kesehatan ... 47

2.5 Pengetahuan ... 47

2.5.1 Pengertian Pengetahuan ... 47

2.5.2 Sumber Pengetahuan ... 48

2.6 Sikap ... 49

2.6.1 Pengertian Sikap ... 49

2.6.2 Struktur Pembentukan Sikap ... 51

2.6.3 Pembentukan Sikap ... 53

2.7 Landasan Teori ... 54

2.8 Kerangka Konsep Penelitian ... 54

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 56

3.1. Jenis Penelitian ... 56

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 57

3.2.1. Lokasi Penelitian ... 57

3.2.2. Waktu Penelitian ... 58

3.3. Populasi dan Sampel ... 58

3.3.1. Populasi ... 58

3.3.2. Sampel ... 58

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 59

3.4.1. Data Primer ... 59

3.4.2. Data Sekunder ... 59

3.4.3. Uji Validitas ... 60

3.4.4. Uji Reliabilitas ... 60

3.4.5. Prosedur Pengumpulan Data ... 61

3.5. Variabel dan Definisi Operasional ... 62

3.5.1. Variabel Penelitian ... 62

(14)

3.6. Metode Pengukuran ... 63

3.7. Teknik Analisis Data ... 65

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 66

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 66

4.2. Karakteristik Responden ... 66

4.3. Gambaran Pengetahuan Remaja tentang Narkoba pada Kelompok Perlakuan dan Kontrol sebelum pendidikan (Pre) ... 67

4.4. Gambaran Pengetahuan Remaja tentang Narkoba pada Kelompok Perlakuan dan Kontrol setelah Metode Pendidikan Kesehatan (Post) ... 70

4.5. Gambaran Sikap Remaja tentang Narkoba pada Kelompok Perlakuan dan Kontrol sebelum Metode Pendidikan Kesehatan (Pre) ... 73

4.6. Gambaran Sikap Remaja tentang Narkoba pada Kelompok Perlakuan dan Kontrol setelah Metode Pendidikan Kesehatan (post) ... 76

4.7. Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang Narkoba terhadap Pengetahuan Remaja ... 80

4.8. Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang Narkoba terhadap Sikap Remaja ... 81

BAB 5. PEMBAHASAN ... 83

5.1. Karakteristik Responden ... 83

5.2. Pengetahuan Responden tentang Narkoba pada Kelompok Perlakuan (Metode Pendidikan Kesehatan) dengan Kelompok Kontrol (Tanpa Metode Pendidikan Kesehatan) ... 84

5.3. Sikap Responden tentang Narkoba pada Kelompok Perlakuan (Metode Pendidikan Kesehatan) dengan Kelompok Kontrol (Tanpa Metode Pendidikan Kesehatan) ... 91

5.4. Keterbatasan Penelitian ... 95

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 96

6.1 Kesimpulan ... 96

6.2 Saran ... 97

(15)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman 3.1. Variabel dan Definisi Operasional ... 63

4.1. Distribusi Karakteristik Responden ... 67

4.2. Distribusi Pengetahuan Remaja tentang Narkoba pada Kelompok

Perlakuan dan Kontrol sebelum Metode Pendidikan Kesehatan (Pre) ... 68

4.3. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Remaja tentang Narkoba pada

Kelompok Perlakuan dan Kontrol sebelum Metode Pendidikan (Pre) .. 69

4.4. Gambaran Pengetahuan Remaja tentang Narkoba pada Kelompok

Perlakuan dan Kelompok Kontrol setelah MetodePendidikani (Post) .... 70

4.5. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Remaja tentang Narkoba pada

Kelompok Perlakuan dan Kontrol sebelum Metode Pendidikan (Post) . 72

4.6. Gambaran Sikap Remaja tentang Narkoba pada Kelompok Perlakuan dan Kontrol sebelum Metode Pendidikan Kesehatan (Pre) ... 73

4.7. Distribusi Frekuensi Sikap Remaja tentang Narkoba pada Kelompok

Perlakuan dan Kontrol sebelum Metode Pendidikan Kesehatan (Pre) .. 75

4.8. Gambaran Sikap Remaja tentang Narkoba pada Kelompok Perlakuan dan Kontrol sebelum Metode Pendidikan Kesehatan (Post) ... 76

4.9. Distribusi Frekuensi Sikap Remaja tentang Narkoba pada Kelompok

Perlakuan dan Kontrol Setelah Metode Pendidikan (Post) ... 79

4.10. Hasil Uji Beda Proporsi Tingkat Pengetahuan Responden pada

(16)

4.11. Hasil Uji Beda Proporsi Tingkat Sikap Responden pada Kelompok

(17)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

2.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 54

3.1 Rancangan Penelitian ... 56

3.2 Alur Penelitian ... 62

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman

1. Satuan Acara Penyuluhan (SAP) ... 102

2. Kuesioner Penelitian ... 104

3. Kunci Jawaban Penelitian ... 110

4. Master Data ... 112

5. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 114

6. Output Hasil Penelitian ... 117

7. Surat Survei Pendahuluan ... 140

8. Surat Izin Penelitian ... 141

9. Surat Keterangan Selesai Penelitian ... 142

(19)

ABSTRAK

Narkoba merupakan permasalahan pada kesehatan reproduksi remaja. Indonesia cendrung mengalami trend peningkatan dari tahun ke tahun, seperti pada tahun 2009 prevalensi penyalahgunaan narkoba sebesar 3,60 juta (1,99%), tahun 2010 sebesar 4,02 juta (2,21%), dan tahun 2011 sebesar 5,00 juta (2,80%). Para pencandu narkoba pada umumnya berusia antara 11 sampai 24 tahun. Salah satu cara mengatasi permasalahan ini adalah dengan meningkatkan pengetahuan dan sikap remaja mengenai narkoba dengan pendidikan kesehatan.

Untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan dalam meningkatkan pengetahuan dan sikap remaja tentang narkoba di SMA Negeri 5 Pematang Siantar. Jenis penelitian ini adalah metode quasi ekperimen dengan rancangan control group design with pre test and post test menggunakan kelompok perlakuan dan kelompok kontrol yang dilaksanakan pada bulan Juni 2013. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X dan kelas XI yang berada di SMA Negeri 5 Pematang Siantar. Sampel pada penelitian berjumlah 50 orang terdiri dari 25 orang pada kelompok perlakuan dan 25 orang pada kelompok kontrol. Analisa data dengan uji Paired test.

Hasil penelitian menunjukkan pada kelompok perlakuan ada peningkatan pengetahuan tentang narkoba dari 7,86 menjadi 13,56 setelah diberikan pendidikan kesehatan dengan nilai p=0,000 dan peningkatan sikap dari 46,16 menjadi 58,28 dengan nilai p=0,000. Sedangkan pada kelompok kontrol tidak ditemukan perubahan signifikan pada pengetahuan dan sikap tentang narkoba.

Diharapkan kepada SMA Negeri 5 Pematang Siantar untuk selalu rutin memberikan penyuluhan kepada siswinya agar pengetahuan dan sikap siswa-siswi tentang narkoba selalu meningkat kearah yang lebih baik dan terhindar dari penyalahgunaan narkoba serta memperhatikan ketersediaan sarana informasi tentang bahaya penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba.

(20)

ABSTRACT

Drugs is a problem to the reproductive health of teenagers. Indonesia tends to experience the trend of increase from year to year, for example, the prevalence of drug abuse in 2009 was 3.60 millions (1.99%), 4.02 millions (2.21%) in 2010, and 5.00 millions (2.80%) in 2011. The drug addicts are usually happen in 11 up to 24 years old. One of ways to overcome this problem is to improve the knowledge and attitude of the teenagers about drugs through health education.

The quasi-experimental study with control group design with pre and post test using treatment and control groups was carried out at SMA Negeri 5 Pematang Siantar in June 2013. The population of this study was all of grade X and grade XI students of SMA Negeri 5 Pematang Siantar. The samples for this study were 50 students comprising 25 students for treatment group and 25 students for control group. The data obtained were analyzed through paired test.

The result of this study showed that after being given health education, the knowledge on drugs in the treatment group increased from 7.87 to 13.56 with p=0.000 and the attitude toward drugs increased from 46.16 to 58.28 with p=0.000. There was no significant change in knowledge and attitude on drugs found in the control group.

The management of SMA Negeri 5 Pematang Siantar is expected to provide routine extensions on drugs to the students so knowledge and attitude of the students about drugs become better and they can be avoided from drug abuse and pay attention to the availability of information facility on the dangers of drugs abuse and illicit drug trafficking.

(21)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Sehat adalah kebutuhan dasar bagi manusia. Kepentingan kesegaran jasmani dalam pemeliharaan kesehatan tidak diragukan lagi, semakin tinggi tingkat kesehatan, maka kesegaran jasmani akan semakin baik pula. Berdasarkan undang-undang yang tujuan pembangunan kesehatan dengan strategi paradigma sehat diharapkan masyarakat mampu menolong dirinya sendiri, salah satunya dengan menjaga kesehatan (UU Kesehatan No. 23 Tahun 1992).

WHO secara global pemadat narkoba di dunia mencapai 190 juta orang. Sementara pengguna narkoba (end user) di Indonesia yang cendrung mengalami trend peningkatan dari tahun ke tahun, seperti pada tahun 2009 prevalensi penyalahgunaan narkoba sebesar 3,60 juta (1,99%), tahun 2010 sebesar 4,02 juta (2,21%), dan tahun 2011 sebesar 5,00 juta (2,80%) (BNN, 2011).

(22)

pencandu narkoba. Awalnya mencoba, lalu kemudian mengalami ketergantungan (BNN, 2010).

Hingga kini penyebaran narkoba sudah hampir tak bisa dicegah. Mengingat hampir seluruh penduduk dunia dapat dengan mudah mendapat narkoba dari oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Misalnya saja dari bandar narkoba yang senang mencari mangsa didaerah sekolah, diskotik, tempat pelacuran, dan tempat-tempat perkumpulan genk. Tentu saja hal ini bisa membuat para orang tua, ormas, pemerintah kuatir akan penyebaran narkoba yang begitu meraja lela. (BNN, 2010)

Upaya pemberantasan narkoba pun sudah sering dilakukan namun masih sedikit kemungkinan untuk menghindarkan narkoba dari kalangan remaja maupun dewasa, bahkan anak-anak usia SD dan SMP pun banyak yang terjerumus narkoba. Hingga saat ini upaya yang paling efektif untuk mencegah penyalahgunaan Narkoba pada anak-anak yaitu dari pendidikan keluarga. Orang tua diharapkan dapat mengawasi dan mendidik anaknya untuk selalu menjauhi narkoba.(BNN, 2011)

(23)

Dari 3,6 juta pecandu di Indonesia, rata-rata 15 ribu orang meninggal akibat narkoba setiap tahunnya (BNN, 2005). Sebagian besar pengguna yang meninggal adalah kaum muda di bawah 30 tahun. Menurut survei yang dilakukan oleh BNN pada tahun 2004, pengguna narkoba terbesar ada di kelompok usia 15-24 tahun. Penelitian YCAB pada tahun 2002 menunjukkan bahwa kelompok usia terbesar anak mencoba-coba narkoba untuk pertama kali adalah 12-17 tahun (Liem Andrian, 2010).

Berdasarkan data Badan Narkotika Nasional (BNN), kasus pemakaian narkoba oleh pelaku dengan tingkat pendidikan SD hingga tahun 2007 berjumlah 12.305. Data ini begitu mengkhawatirkan karena seiring dengan meningkatnya kasus narkoba (khususnya di kalangan usia muda dan anak-anak, penyebaran HIV/AIDS semakin meningkat dan mengancam. Penyebaran narkoba menjadi makin mudah karena anak SD juga sudah mulai mencoba-coba mengisap rokok. Tidak jarang para pengedar narkoba menyusupkan zat-zat adiktif (zat yang menimbulkan efek kecanduan) ke dalam lintingan tembakaunya (BNN, 2008).

(24)

semua pihak baik pemerintah, lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan komunitas lokal. Adalah sangat penting untuk bekerja bersama dalam rangka melindungi anak dari bahaya narkoba dan memberikan alternatif aktivitas yang bermanfaat seiring dengan menjelaskan kepada anak-anak tentang bahaya narkoba dan konsekuensi negatif yang akan mereka terima (UU PA, 2002).

Anak-anak membutuhkan informasi, strategi, dan kemampuan untuk mencegah mereka dari bahaya narkoba atau juga mengurangi dampak dari bahaya narkoba dari pemakaian narkoba dan orang lain. Salah satu upaya dalam penanggulangan bahaya narkoba adalah dengan melakukan program yang menitikberatkan pada anak sekolah (BNN, 2007).

(25)

narkoba sangat berbahaya bagi remaja terutama terhadap kesehatan reproduksinya. Dampak narkoba terhadap kesehatan reproduksi pada remaja perempuan terjadi penurunan dorongan seks, gangguan pada hormon estrogen dan progesteron, kegagalan orgasme, hambatan menstruasi, pengecilan payudara, gangguan sel telur, serta pada wanita hamil dapat menyebabkan kekurangan gizi sehingga bayi yang dilahirkan juga dapat kekurangan gizi, berat badan bayi rendah, bayi cacat serta dapat menyebabkan bayi keguguran. Dampak kesehatan reproduksi pada remaja laki-laki dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kadar hormon testosteron, penurunan dorongan seks, disfungsi ereksi, hambatan ejakulasi, pengecilan ukuran penis dan gangguan sperma, menurut Lin (di dalam Kusmiran Eni, 2001).

Tingkat pemahaman yang rendah tentang penanggulangan narkoba adalah salah satu penyebab terjadinya peningkatan pengguna narkoba. Sementara itu untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat dalam penanggulangan narkoba dapat dilakukan melalui advokasi, sosialisasi termasuk komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) untuk masyarakat. Unit Narkoba Pematang Siantar juga berusaha untuk memberikan kampanye dan advokasi sambil terus mengupayakan penanggulangan narkoba. Pemerintah kota Pematang Siantar melalui unit narkoba juga telah memberikan kampanye penanggulangan narkoba kepada masyarakat dengan memberikan penyuluhan, memasang iklan dan memberikan leaflet kepada masyarakat.

(26)

dan menumbuhkan sikap yang positif terhadap pencegahan bahaya penyalahgunaan narkoba.

Berdasarkan hasil observasi dan mengadakan wawancara kepada beberapa siswa mengatakan mereka pada kumpul-kumpul di samping warung melakukan aktivitas mengisap ganja atau narkoba, bahkan peneliti pernah mengikuti satu mobil angkot ternyata siswa turun tidak didepan sekolah namun lewat dari sekolahnya, ternyata siswa tersebut kumpul-kumpul dulu sama temannya di warung dimana jarak warung ke sekolah sekitar 200 meter. Berdasarkan hasil wawancara juga ditemukan bahwa di sekolah tersebut belum pernah diberikan penyuluhan tentang bahaya narkoba. Sehingga menurut asumsi peneliti, kemungkinan SMA Negeri 5 menjadi salah satu target pengedaran narkoba ditambah lagi sekolah ini merupakan sekolah yang berada di tengah kota yang rentan menjadi sasaran pengedaran narkoba.

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh Pendidikan kesehatan tentang narkoba terhadap pengetahuan dan sikap remaja di SMA Negeri 5 Pematang Siantar Tahun 2013.

1.3Tujuan Penelitian

(27)

1.4Hipotesis

Yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. Pengetahuan setelah memperoleh pendidikan kesehatan tentang narkoba lebih tinggi daripada pengetahuan sebelum mendapat pendidikan kesehatan tentang narkoba.

2. Sikap setelah memperoleh pendidikan kesehatan tentang narkoba lebih baik daripada sikap sebelum mendapat pendidikan kesehatan tentang narkoba.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah :

1. Sebagai masukan bagi Dinas Kesehatan Pematangsiantar dalam meningkatkan Pendidikan kesehatan tentang narkoba kepada remaja dalam mencegah penyalahgunaan narkoba di kalangan siswa-siswi SMA Negeri 5 di Kota Pematang Siantar.

2. Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Sebagai bahan referensi penelitian dan rujukan tentang pendidikan Kesehatan narkoba bagi mahasiswa maupun pembaca umumnya. Dan untuk memperkaya atau menambah ilmu bagi peneliti, dan penelitian ini tentunya bermanfaat sebagai kontribusi pada umumnya dan pengembangan penelitian sejenis dimasa yang akan datang.

(28)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Narkoba

Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat/bahan berbahaya. Semua istilah ini, baik “narkoba”, mengacu pada sekelompok zat yang umumnya mempunyai resiko kecanduan bagi penggunanya. Menurut pakar kesehatan narkoba sebenarnya adalah psikotropika yang biasa dipakai untuk membius pasien saat hendak dioperasi atau obat-obatan untuk penyakit tertentu. Namun kini persepsi itu disalah gunakan akibat pemakaian yang telah diluar batas dosis.

2.1.1 Pengertian Narkoba

Narkoba adalah bahan/zat yang jika dimasukkan dalam tubuh manusia,baik secara oral/diminum,dihirup,maupun disuntikkan dapat mengubah pikiran, suasana hati atau perasaan serta prilaku seseorang. Narkoba dapat menimbulkan ketergantungan (ediksi) fisik dan psikologis (Kurniawan, 2008).

2.1.2 Jenis-Jenis Narkoba dan Efek Narkoba

Jenis-jenis narkoba dan efek yang ditimbulkan narkoba adalah sebagai berikut:

1. Ganja/ Mariyuana/ Kanabis

(29)

rokok lalu dibakar dan dihisap. bahan yang digunakan dapat berupa daun, biji maupun bunga. Dibeberapa daerah Indonesia yaitu di Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, pulau Jawa dan lainnya, akibat dari menggunakan narkoba adalah berpariasi tergantung dari jumlah, jenis cannabis serta waktu cannabis dipakai. Beberapa efek dapat termasuk euforia, santai, keringanan stres dan rasa sakit, nafsu makan bertambah, kerusakan pada kemampuan bergerak, kebingungan, hilangnya konsentrasi serta motivasi berkurang.

2. Kokain

(30)

3. Opium

Adalah bunga dengan bentuk dan warna yang sangat indah, dari getah bunga opium dibuat candu (opiat), dahulu di Mesir dan Cina digunakan untuk pengobatan, menghilangkan rasa sakit oleh tentara yang terluka akibat perang dan berburu, opium banyak tumbuh didaerah “ segi tiga emas” Burma, Kamboja, Thailand dan segitiga emas Asia Tengah, Afganistan, Iran dan Pakistan. Penggunaan jangka panjang mengakibatkan penurunan dalam kemampuan mental dan fisik, serta kehilangan nafsu makan dan berat badan.

4. Alkohol

Adalah zat aktif yang terdapat dari berbagai jenis minuman keras. merupakan zat yang mengandung etanol yang berfungsi memperlambat kerja sistem saraf pusat, memperlambat refleks motorik, menekan pernafasan, denyut jantung dan mengganggu penalaran dan penilaian. Meskipun demikian apabila digunakan pada dosis rendah alkohol justru membuat tubuh merasa segar (bersifat merangsang).

Minuman ini terbagi dalam 3 golongan, yaitu

(31)

c. Golongan C yaitu berbagai jenis minuman keras yang mengandung kadar alkohol antara 29% s/d 50%. Contoh adalah Brandy, Vodka, Wine, Drum, Champagne, Wiski, dan lain-lain.

5. Amfetamin

Amfetamin pertama dibuat di Jerman pada akhir abad ke-19 tetapi baru dipatenkan pada 1930-an. Pada 1940-an amfetamin mulai dipakai sebagai terapeutik untuk berbagai macam kondisi medis seperti ayan, depresi dan untuk anak yang hiperkinetik. Merupakan zat perangsang sintetik yang dapat berbentuk tablet, kapsul serta bentuk lainnya yang digunakan untuk kepentingan medis.

Amfetamin tersedia dalam merk-merk umum dalam bentuk dexamphetamin (dexedrine) dan pemoline (volisal). Efek amfetamin biasanya hilang setelah 3-6 jam dan pemakai dapat secara tiba-tiba menjadi lelah, suka marah, murung dan tidak bisa konsentrasi, peningkatan kewaspadaan, peningkatan tenaga dan kegiatan, mengurangi nafsu makan dan kepercayaan diri. Penggunaan jangka panjang dapat mengakibatkan malnutrisi, kelelahan, depresi dan psikosis. Kematian yang diakibatkan penggunaan obat perangsang jarang terjadi tetapi lebih mungkin jika amfetamin disuntikkan.

6. Sedatif

(32)

7. Ekstasi/ Dolphin/ Black Hear/ Gober/ Circle K

Sering digunakan sebagai alat penghayal tanpa harus berhalusinasi. tablet ini diproduksi khusus untuk disalahgunakan yaitu untuk mendapatkan rasa gembira, hilang rasa sedih, tubuh terasa fit dan segar. Dari kasus-kasus yang ada memperlihatkan bahwa ekstasi dapat memperlemah reaksi daya tahan tubuh, ada pengaruh terhadap perubahan menstruasi, termasuk ketidak teraturan menstruasi dan jumlah yang lebih banyak atau amenorhoe (tidak haid). Ekstasi merusak otak dan memperlemah daya ingat. Ekstasi merusak mekanisme di dalam otak yang mengatur daya belajar dan berpikir dengan cepat. Terbukti dapat menyebabkan kerusakan jantung dan hati. Pemakai teratur telah mengakui adanya depresi berat dan telah ada kasus-kasus gangguan kejiwaan (Partodiharjo, 2008).

8. Shabu-shabu

Merupakan kombinasi baru yang sedang laris, berbentuk bubuk mengkilat seperti garam dapur, shabu berisi metapetamin yang dicampur dengan berbagai psikotropika. Pemakai yang kronis akan tampak kurus, mata merah, malas mandi, emosi labil, dan loyo. Beberapa kasus menunjukkan dampak shabu-shabu yaitu menyebabkan orang menjadi ganas, serta meningkatkan kepercayaan diri yang tinggi berbuntut tingkah laku yang brutal.

9. Kafein

(33)

10. Tembakau

Merupakan daun–daunan pohon tembakau yang dikeringkan dan pada umunya diproduksi dalam bentuk rokok. Nikotin, terdapat ditembakau, adalah salah satu zat yang paling adiktif yang dikenal. Nikotin adalah perangsang susunan saraf pusat (SSP) yang mengganggu keseimbangan neuro pemancar. menyebabkan penyempitan pembuluh darah, peningkatan denyut jantung dan tekanan darah, nafsu makan berkurang, menimbulkan emfisema ringan, sebagian menghilangkan perasaan cita rasa dan penciuman serta memerihkan paru. Penggunaan tembakau jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan pada paru-paru, jantung dan pembuluh darah, dan menyebabkan kanker (Alatas H. Mardiono, 2006)

2.1.3 Faktor-faktor Penyebab Penggunaan Narkoba

Beberapa faktor penyebab penggunaan narkoba, antara lain: 1. Tersedianya Narkoba

Permasalahan penyalahgunaan dan ketergantungan narkoba tidak akan terjadi bila tidak ada narkobanya itu sendiri. Dalam pengamatan ternyata banyak tersedianya narkoba dan mudah diperoleh. Hawari (1990) dalam penelitiannya menyatakan bahwa urutan mudahnya narkoba diperoleh (secara terang-terangan, diam-diam atau sembunyi-sembunyi) adalah alkohol (88%), sedatif (44%), ganja, opiot dan

amphetamine (31%).

(34)

menjadi tujuan pasar narkotika. Para penjual narkotika berkeliaran dimana-mana, termasuk di sekolah, lorong jalan, gang-gang sempit, warung-warung kecil yang dekat dengan pemukiman masyarakat.

2. Lingkungan

Terjadinya penyebab penyalahgunaan narkoba yang sebagian besar dilakukan oleh usia produktif dikarenakan beberapa hal, antara lain :

a. Keluarga

Menurut Kartono dalam Wina (2006) keluarga merupakan satu organisasi yang paling penting dalam kelompok sosial dan keluarga merupakan lembaga didalam masyarakat yang paling utama bertanggung jawab untuk menjamin kesejahteraan sosial dan biologis anak manusia.

Penyebab penggunaan narkoba salah satunya adalah keluarga dengan ciri-ciri sebagai berikut:

a. Keluarga yang memiliki sejarah (termasuk orang tua) pengguna narkoba b. Keluarga dengan konflik yang tinggi dan tidak pernah ada jalan keluar yang

memuaskan semua pihak dalam keluarga. Konflik dapat terjadi antara ayah dan ibu, ayah dan anak, ibu dan anak, maupun antar saudara.

(35)

d. Keluarga tidak harmonis

Menurut Hawari dalam Wina (2006), keluarga harmonis adalah persepsi terhadap situasi dan kondisi dalam keluarga dimana didalamnya tercipta kehidupan beragama yang kuat, suasana yang hangat, saling menghargai, saling pengertian, saling terbuka, saling menjaga dan diwarnai kasih sayang dan rasa saling percaya sehingga memungkinkan anak untuk tumbuh dan berkembang secara seimbang.

b. Masyarakat

Kondisi lingkungan sosial yang tidak sehat atau rawan, dapat menjadi faktor terganggunya perkembangan jiwa kearah perilaku yang menyimpang yang pada gilirannya terlibat penyalahgunaan/ketergantungan narkoba.

Lingkungan sosial yang rawan tersebut antara lain :

1. Semakin banyaknya penggangguran, anak putus sekolah dan anak jalan. 2. Tempat-tempat hiburan yang buka hingga larut malam bahkan hingga dini

hari dimana sering digunakan sebagai tempat transaksi narkoba.

3. Banyaknya penerbitan, tontonan TV dan sejenisnya yang bersifat pornografi dan kekerasan.

4. Masyarakat yang tidak peduli dengan lingkungan.

5. Kebut-kebutan, coret-coretan pengerusakan tempat-tempat umum.

(36)

3. Individu

Faktor individu meliputi beberapa hal, antara lain: a. Harga Diri

Menurut Coopersmith dalam Eka (2006), harga diri adalah Aspek kepribadian yang penting sebagai penilaian yang dibuat individu terhadap dirinya sendiri. Harga diri yang tinggi akan mempengaruhi kepribadian seseorang. Harga diri merupakan evaluasi diri yang ditegakkan dan dipertahankan oleh individu, yang berasal dari interaksi individu dengan orang–orang yang terdekat dengan lingkungannya, dan dari jumlah penghargaan, penerimaan, dan perlakuan orang lain yang diterima individu.

Menurut Sellet dan Littlefield dalam Sulistiyowati (2008), harga diri merupakan aspek kepribadian yang pada dasarnya dapat berkembang. Kurangnya harga diri pada seseorang dapat mengakibatkan masalah baik akademik, olahraga, pekerjaan dan hubungan sosial. Harga diri dapat dibedakan atas 3, yaitu :

a) Harga diri tinggi, yaitu memiliki sifat aktif, sukses dalam kehidupan sosial, mampu mengontrol diri, menghargai orang lain, dan percaya diri.

b) Harga diri sedang yaitu memiliki sifat hampir sama dengan harga diri tinggi hanya ia bimbang menilai diri perlu dukungan sosial dan percaya diri.

(37)

2.1.4 Sifat Jahat Narkoba

Narkoba memiliki 3 sifat jahat yang dapat membelenggu pemakainya untuk menjadi budak setia sehingga tidak dapat meninggalkannya, selalu membutuhkannya dan mencintainya melebihi siapapun. tiga sifat khas yang sangat berbahaya:

1. Habitualis adalah sifat pada narkoba yang membuat pemakainya akan selalu teringat, terkenang dan terbayang sehingga cenderung untuk mencari dan rindu. sifat ini lah yang membuat pemakai narkoba yang sudah sembuh dapat kambuh kembali.

2. Adiktif adalah sikap yang membuat pemakainya terpaksa memakai terus dan tidak dapat menghentikan, penghentian atau pengurangan pemakaian narkoba akan menimbulkan ‘efek putus zat’ yaitu perasaan sakit yang luar biasa.

3. Dengan narkoba dan menyesuaikan diri dengan narkoba itu sehingga menuntut dosis yang lebih tinggi. Bila dosis tidak dinaikkan narkoba itu tidak akan bereaksi, tetapi malah membuat pemakainya mengalami sakaw.

2.1.5 Ciri-ciri Umum Pengguna Narkoba

Biasanya orang mengetahui anaknya menggunakan narkoba selalu ketika keadaannya sudah parah dan terlambat. Oleh karena itu ciri awal pengguna narkoba perlu diketahui dengan baik, secara umum penguna narkoba terdiri dari 4 tahap. 1. Tahap Coba-coba

(38)

a. Gejala Psikologi

Terjadi perubahan pada sikap anak, akan timbul rasa takut dan malu yang disebabkan oleh perasaan bersalah dan berdosa, anak lebih sensitif, resah dan gelisah, kemanjaan dan kemesraan akan berkurang bahkan hilang.

b. Pada Fisik

Pada fisik belum tampak pada tubuh anak. Tetapi bila sedang memakai psikotropika, ekstasi, atau sabu, ia akan tampak riang, gembira, murah senyum dan ramah, bila menggunakan jenis putaw, ia akan tampak tenang, tentram, tidak peduli pada orang lain, bila tidak memakai tidak akan tampak gejala apapun.

2. Tahap Pemula

Setelah tahap eksperimen atau coba- coba, lalu meningkat menjadi terbiasa. anak akan terus memakai karena kenikmatannya dan akan terus menggunakannya. Pada tahap ini akan muncul gejala sebagai berikut:

a. Gejala Psikologi

Sikap anak menjadi lebih tertutup, jiwanya resah, gelisah, kurang tenang dan lebih sensitif, hubungan dengan orang tua dan saudara–saudara mulai renggang tidak lagi terlihat riang, ceria. Ia mulai tampak banyak menyembunyikan rahasia.

b. Pada fisik

(39)

shabu, atau ekstasi, bila ia tampak lebih tenang, mengantuk, berarti ia memakai obat penenang, ganja, atau putaw.

3. Tahap Berkala

Setelah berapa kali memakai narkoba sebagai pemakai insidentil, pemakaian narkoba terdorong untuk memakai lebih sering lagi. Selain merasa nikmat, ia juga mulai merasakan sakaw, kalau terlambat atau berhenti mengkonsumsi narkoba, ia memakai narkoba pada saat tertentu secara rutin. Pemakai sudah menjadi lebih sering dan teratur. Misalnya setiap malam minggu, sebelum pesta tampil, atau sebelum belajar agar tidak mengantuk.

a. Ciri Mental

Sulit bergaul dengan teman baru. Pribadinya menjadi lebih tertutup, lebih sensitif dan mudah tersinggung, ke akraban dengan orang tua dan saudara sangat berkurang dan apabila tidak menggunakan narkoba sikap dan penampilannya sangat murung, gelisah dan kurang percaya diri.

b. Ciri Fisik

Terjadi gejala sebaliknya dari tahap 1 dan 2. Apabila menggunakan, ia tampak normal, apabila tidak menggunakan ia akan tampak murung, lemah, gelisah, malas.

4. Tahap Tetap atau Madat

(40)

pemakai tidak dapat lagi lepas dari narkoba sama sekali, ia harus selalu mengunakan narkoba. ia disebut pemakai setia, pecandu, pemadat atau junkies.

Bila ia memakai akan tampak normal tetapi apabila tidak ia tampak sakit. Dalam satu hari ia dapat memakai 4 sampai 6 kali, bahkan ada yang harus memakai setiap 1 jam.

a. Tanda-tanda Psikis

Sulit bergaul dengan teman baru, ekslusif, tertutup, sensitif, mudah tersinggung, egois, mau menang sendiri, malas dan lebih menyukai hidup di malam hari. Pandai berbohong, gemar menipu, sering mencuri, merampok dan tidak malu menjadi pelacur (pria atau wanita) ia tidak merasa berat untuk berbuat jahat dan membunuh orang lain termasuk orang tuanya sendiri. b. Tanda–tanda Fisik

Biasanya kurus lemah (loyo) namun ada juga yang dapat membuat dirinya gemuk dan sehat. Dengan banyak makan dan minum suplement. Gigi kuning kecoklatan, mata sayup, ada bekas sayatan atau tusukan jarum suntik pada tangan, kaki, dada, lidah, atau kemaluan (Hawari Dadang, 2012)

2.1.6 Tempat-tempat yang Rawan Bagi Peredaran Narkoba

(41)

1. Kampus dan Sekolah

Merupakan sasaran empuk pemasaran narkoba karena menjanjikan keuntungan yang menggiurkan bagi pengedar. Para siswa atau mahasiswa biasanya diberi contoh gratis atau paket hemat selama beberapa waktu, lalu kalau sudah mulai ketergantungan subsidi dihentikan dan pengedar mulai mematok harga tinggi. 2. Diskotik, Bar, Pub, Karaoke

Sudah menjadi rahasia umum bila tempat hiburan semacam itu menjadi sarang dari pedagang narkoba. Perdagangannya ada yang sembunyi-sembunyi dan ada pula yang terang-terangan

3. Terminal Bus, Stasiun, Bandara 4. Hotel

Hotel identik dengan transaksi narkoba partai besar, namun tidak menutup kemungkinan, kebutuhan narkoba untuk digunakan sendiri juga bisa dipenuhi di tempat semacam ini.

2.1.7 Dampak Umum Akibat Penyalahgunaan Narkoba

Dampak akibat penyalahgunaan narkoba yang umum dialami pengguna narkoba antara lain:

a. Euforia

1. Perasaan senang dan gembira yang luar biasa di tambah munculnya keberanian yang luar biasa.

(42)

b. Delirium

1. Disusul dengan ketegangan psikis, tekanan jiwa yang berat sekali.

2. Diikuti kegelisahan jiwa yang besar sehingga timbul gangguan koordinasi gerakan motorik (gangguan kerja otak ).

c. Halusinasi

1. Timbul khayalan yang tidak terkendali.

2. Indra pendengaran dan penglihatan tidak stabil sehingga terdengar dan tampak sesuatu yang tidak ada.

d. Weakness

1. Keadaan Jasmani dan Rohani lemah.

2. Keadaan lemah dan ingin tidur terus-menerus. e. Drawsines

Keadaan menurun seperti setengah tidur dengan fikiran ingin menggunakan lagi, dan akhirnya menjadi apatis dan tidak menghiraukan sekelilingnya (Alifia, 2008). 2.1.8 Akibat Penyalahgunaan Narkoba

(43)

1. Dampak Psikis

a. Lamban kerja, ceroboh kerja, sering tegang dan gelisah b. Hilang kepercayaan diri, apatis, pengkhayal, penuh curiga c. Sulit berkonsentrasi, perasaan kesal dan tertekan

d. Cenderung menyakiti diri, perasaan tidak aman, bahkan bunuh diri. 2. Dampak Sosial

a. Gangguan mental, anti sosial, dan asusila, dikucilkan oleh lingkungan b. Merepotkan dan menjadi beban keluarga

c. Pendidikan terganggu masa depan suram 3. Dampak Fisik

a. Gangguan pada sistem syaraf : kejang-kejang, halusinasi, gangguan kesadaran dan kerusakan saraf periper.

b. Gangguan pada jantung dan pembuluh dara (kardiovaskuler) seperti : Infeksi akut otot jantung, gangguan peredaran darah.

c. Gangguan pada kulit (dermatologis) seperti : penanahan (abses), alergi, dan eksem.

d. Gangguan pada paru-paru (pulmonar) : penekanan fungsi pernapasan, kesukaran bernapas, pengerasan jaringan paru-paru.

(44)

f. Akan berakibat fatal apabila terjadi Over Dosis yaitu konsumsi narkoba melebihi kemampuan tubuh untuk menerimanya. Over Dosis dapat menyebabkan kematian.

g. Dampak kesehatan reproduksi Pada remaja laki-laki dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kadar hormon testosteron, penurunan dorongan seks, disfungsi ereksi, hambatan ejakulasi, pengecilan ukuran penis dan gangguan sperma.

h. Dampak terhadap kesehatan reproduksi pada remaja perempuan terjadi penurunan dorongan seks, gangguan pada hormon estrogen dan progesteron, kegagalan orgasme, hambatan menstruasi, pengecilan payudara, gangguan sel telur, serta pada wanita hamil dapat menyebabkan kekurangan gizi sehingga bayi yang dilahirkan juga dapat kekurangan gizi, berat badan bayi rendah, bayi cacat serta dapat menyebabkan bayi keguguran.

i. Bagi pengguna narkoba melalui jarum suntik, khususnya pemakaian jarum suntik secara bergantian, resikonya adalah tertular penyakit seperti hepatitis B, C dan HIV yang hingga saat ini belum ada obatnya.

j. Penyalahgunaan narkoba bisa berakibat fatal ketika terjadi over dosis yaitu konsumsi narkoba melebihi kemampuan tubuh untuk menerimanya. Over dosis bisa menyebabkan kematian. (Kusmiran Eni, 2001)

2.1.9 Tanda-tanda Kemungkinan Penyalahgunaan Narkotika dan Zat Adiktif 1. Fisik

(45)

b. Mata terlihat cekung dan merah, muka pucat serta bibir kehitam-hitaman. c. Tangan penuh dengan bintik-bintik merah seperti bekas gigitan nyamuk dan

tanda bekas luka sayatan.

d. Goresan dan perubahan warna kulit ditempat bekas suntikan e. Buang air besar dan kecil kurang lancar

f. Sembelit atau sakit perut tanpa alasan yang jelas g. Mengalami jantung berdebar-debar

h. Sering menguap

i. Mengeluarkan air mata berlebihan j. Mengeluarkan keringat berlebihan

k. Mengalami nyeri kepala/ngilu-ngilu sendi. 2. Emosi

a. Sangat sensitif dan cepat bosan

b. Bila ditegur atau dimarahi, malah menunjukkan sikap membangkang

c. Emosinya naik turun dan tidak ragu untuk memukul orang atau berbicara kasar terhadap anggota keluarga atau orang disekitarnya.

d. Napsu makan tidak menentu 4. Perilaku

a. Malas dan sering melupakan tanggungjawab dan tugas-tugas rutinnya. b. Menunjukkan sikap tidak peduli dan jauh dari keluarga

(46)

d. Suka mencuri dirumah, sekolah ataupun tempat pekerjaan dan menggadaikan barang berharga dirumah. Begitu juga dengan barang-barang berharga miliknya banyak yang hilang.

e. Selalu kehabisan uang

f. Waktunya dirumah sering kali dihabiskan dikamar tidur, kloset, gudang, ruang yang gelap, kamar mandi atau tempat-tempat sepi lainnya.

g. Takut akan air jika terkena akan terasa sakit, karena itu mereka akan jadi malas mandi.

h. Sering batuk-batuk dan pilek berkepanjangan, biasanya terjadi pada saat gejala putus zat.

i. Sikap cenderung jadi manipulatif dan tiba-tiba tampak manis bila ada maunya seperti saat membutuhkan uang untuk beli obat.

j. Sering berbohong dan ingkar janji dengan berbagai macam alasan. k. Sering mengalami mimpi buruk. (Prisaria M., 2012)

2.1.10 Upaya Penanggulangan Narkoba

Ada lima bentuk penanggulangan masalah narkoba 1. Promotif (Pembinaan)

(47)

program adalah lembaga kemasyarakatan yang difasilitasi dan diawasi oleh pemerintah.

2. Preventif (Program Pencegahan)

Program ini ditujukan kepada masyarakat sehat yang belum mengenal narkoba agar mengetahui seluk beluk narkoba sehingga tidak tertarik untuk mengunakanya. Selain dilakukan oleh pemerintah, program ini juga sangat efektif bila dibantu oleh lembaga propesional terkait, lembaga swadaya masyarakat, organisasi masyarakat. Bentuk kegiatan preventif yang dilakukan kampanye anti penyalahgunaan Narkoba.

Dengan memberikan informasi satu arah tanpa tanya jawab, hanya memberikan garis besarnya, dangkal dan umum, disampaikan oleh toma, ulama, seniman, pejabat bukan tenaga propesional. Dapat juga dengan mengunakan poster, brosur atau baliho. Dengan misi melawan penyalahgunaan narkoba tanpa penjelasan yang mendalam atau ilmiah tentang narkoba.

a) Penyuluhan seluk beluk narkoba.

b) Pendidikan dan penyuluhan terhadap kelompok sebaya.

c) Upaya mengawasi dan mengendalikan produksi dan distribusi narkoba di masyarakat

3. Kuratif (Pengobatan)

(48)

dari pemakai narkoba, sekaligus menghentikan pemakaian narkoba. tidak sembarangan orang boleh mengobati narkoba. Pengobatan harus dilakukan oleh dokter yang mempelajari narkoba secara khusus.

Bentuk kegiatan kuratif.

a. Penghentian pemakaian narkoba.

b. Penggobatan gangguan kesehatan akibat penghentian dan pemakaian narkoba.

c. Penggobatan terhadap organ tubuh akibat penggunaan narkoba.

d. Penggobatan terhadap penyakit yang masuk bersama narkoba (penyakit tidak langsung yang disebabkan oleh narkoba) seperti : HIV/AIDS, hepatitis B/C, sifilis, pnemonia, dan lain – lain.

4. Rehabilitatif

Upaya pemulihan kesehatan jiwa dan raga yang ditujukan kepada pemakai narkoba yang sudah menjalanin program kuratif. Tujuanya agar ia tidak memakai lagi dan bebas dari penyakit ikutan yang disebabkan oleh bekas pemakai narkoba, Pemakai narkoba dapat mengalami penyakit ikutan berupa:

a) Kerusakan fisik (syaraf, otak, darah, jantung, paru-paru, ginjal, hati dan lain-lain).

(49)

5. Represif

Program penindakan terhadap produsen, bandar, pengedar, dan pemakai berdasarkan hukum. Program ini merupakan program instasi pemerintah yang berkewajiban mengawasi dan mengendalikan produksi maupun distribusi semua zat yang tergolong narkoba (Kumala Sari Intan, 2012) 2.1.11. Cara Menghindari Jeratan Narkoba

Cara yang dapat dilakukan untuk menghindari jeratan narkoba sebagai berikut:

1) Dapatkan dahulu informasi mengenai ketergantungan tentang bahaya narkoba kepada ahlinya atau melalui media seperti koran, majalah, seminar- seminar dan lain-lain.

2) Persiapan diri untuk menolak apabila ditawari. 3) Belajar berkata tidak untuk narkoba.

4) Memiliki cita-cita dalam hidup untuk masa depan.

5) Lakukan kegiatan positif yang berguna untuk orang tua dan sekeliling.

6) Kuatkan iman dan ketakwaan kapada Tuhan yang Maha Esa (Prisaria M., 2012). 2.1.12. Ciri-ciri Orang Berisiko Tinggi untuk Menjadi Pengguna Narkoba

Ciri-ciri orang yang berisiko tinggi untuk menjadi pengguna narkoba yakni : 1. Orang yang mudah kecewa.

2. Orang tidak sabaran.

3. Orang suka menentang aturan.

(50)

5. Orang yang cepat bosan.

6. Orang yang sudah menunjukkan perilaku anti sosial sejak usia dini. 7. Pengaruh terhadap keluarga korban narkoba.

8. Kurang sopan santun dan melawan kepada orang tua (Setiadji Sutarmo, 2006). 2.1.13.Langkah-langkah yang Dapat Dipersiapkan dalam Rangka Prevensi dan

Promosi akan Bahaya Penyalahgunaan NAPZA 1. Program Informasi

Hati-hati mengemukakan sesuatu secara sensasional, karena justru akan menarik bagi mereka untuk menguji keberaniannya. Teknik menakut-nakuti hanya efektif dalam keadaan terbatas. Materi dan cara memberikan informasi hendaklah sesuai dengan penerima informasi. Suatu pesan yang sama sifatnya, misalnya pesan melalui media massa akan diterima oleh berbagai kelompok dalam masyarakat yang berbeda-beda, bisa diartikan secara berbeda pula, sehingga timbul dampak yang tidak diinginkan.

2. Program Pendidikan Efektif

(51)

3. Program Penyediaan Pilihan yang Bermakna

Konsep ini bertujuan untuk mengalihkan penggunaan NAPZA kepada pilihan lain yang diharapkan dapat memberikan kepuasan bagi kebutuhan manusiawi yang mendasar, fisik maupun psikologis. Kebutuhan yang dimaksud antara lain kebutuhan “ingin tahu”, kebutuhan mengalami hal-hal baru dalam hidupnya, kebutuhan terbentuknya identitas diri, kebutuhan akan bebas berfikir dan berbuat, kebutuhan akan penghargaan serta kebutuhan diri diterima dalam kelompok. 4. Pengenalan Dini dan Intervensi Dini

Mengenal dengan baik ciri-ciri anak yang mempunyai resiko tinggi akan penggunaan obat, termasuk mereka yang telah berada dalam taraf eksperimental. Segera memberikan dukungan moril bilamana anak mengalami / menghadapi masa krisis dalam hidupnya. Di sini sangat penting peran guru BP dan orang tua. Bila tak teratasi segeara dirujuk ke tenaga ahli.

5. Program Latihan Keterampilan Psikososial

Latihan ini diterapkan atas dasar teori bahwa gangguan penggunaan obat merupakan perilaku yang dipelajari seseorang dalam lingkup pergaulan sosialnya dan mempunyai maksud dan makna tertentu bagi yang bersangkutan.

Yang tergolong dalam pelatihan ini antara lain:

(52)

rokok dan akibat-akibat yang ditimbulkan oleh rokok baik bagi perokok sesaat maupun kronis.

b. Personal and Social Skill Training : kepada remaja dikembangkan suatu keterampilan dalam menghadapi problema hidup menyebabkan mereka mampu menolak suatu ajakan (just say “NO”) serta mengembangkan keberanian dan keterampilan untuk mengekspresikan kebenaran sehingga ia terbebas dari bujukan atau tekanan kelompoknya. (Kumalasari Intan, 2012)

2.2 Remaja

(53)

Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, yang dimulai pada saat terjadinya kematangan seksual. Remaja tidak mempunyai tempat yang jelas, yaitu bahwa mereka tidak termasuk golongan anak-anak tetapi tidak juga termasuk golongan dewasa. Perkembangan biologis dan psikologis remaja dipengaruhi oleh perkembangan lingkungan dan sosial. Oleh karena itu remaja akan berjuang untuk melepaskan ketergantungannya kepada orang tua dan berusaha mencapai kemandirian sehingga mereka dapat diterima dan diakui sebagai orang dewasa (Kumalasari Intan, 2012).

Memasuki masa remaja yang diawali dengan terjadinya kematangan seksual, maka remaja akan dihadapkan pada keadaan yang memerlukan penyesuaian untuk dapat menerima perubahan-perubahan yang terjadi. Kematangan seksual dan terjadinya perubahan bentuk tubuh sangat berpengaruh pada kehidupan kejiwaan remaja. Selain itu kematangan seksual juga mengakibatkan remaja mulai tertarik terhadap anatomi fisiologi tubuhnya. Selain tertarik kepada dirinya, juga mulai muncul perasaan tertarik kepada teman sebaya yang berlawanan jenis (Kusmiran Eno, 2001).

2.2.1 Tahapan Pertumbuhan Remaja

Tumbuh kembangnya menuju dewasa, berdasarkan kematangan psikososial dan seksual, semua remaja akan melewati tahapan berikut :

1. Masa remaja awal/dini (early adolescence) : umur 11 – 13 tahun.

(54)

2. Masa remaja pertengahan (middle adolescence) : umur 14 – 16 tahun.

Dengan ciri khas mencari identitas diri, timbul keinginan untuk berkencan, berkhayal tentang seksual, mempunyai rasa cinta yang mendalam.

3. Masa remaja lanjut (late adolescence) : umur 17 – 20 tahun.

Dengan ciri khas mampu berpikir abstrak, lebih selektif dalam mencari teman sebaya, mempunyai citra jasmani dirinya, dapat mewujudkan rasa cinta, pengungkapan kebebasan diri.

2.2.2 Ciri-ciri Remaja

Masa remaja merupakan salah satu periode perkembangan yang dialami oleh setiap individu, sebagai masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Masa ini memiliki ciri-ciri tertentu yang membedakan dengan periode perkembangan yang lain. Ciri yang menonjol pada masa ini adalah individu mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang amat pesat, baik fisik, emosional dan sosial.

Hurlock (1999) pada masa remaja ini ada beberapa perubahan yang bersifat universal, yaitu meningkatnya emosi, perubahan fisik, perubahan terhadap minat dan peran, perubahan pola perilaku, nilai-nilai dan sikap ambivalen terhadap setiap perubahan. Berikut ini dijelaskan satu persatu dari ciri-ciri perubahan yang terjadi pada masa remaja.

a. Perubahan Fisik

(55)

telur dan sperma, serta mempengaruhi produksi hormon kortikosteroid berfungsi mempengaruhi kelenjar suprarenalis, testosterone, estrogen, dan suprarenalis yang mempengaruhi pertumbuhan anak sehingga terjadi percepatan pertumbuhan (Monks dkk, 1999). Dampak dari produksi hormon tersebut Atwater, (1992) adalah: (1) ukuran otot bertambah dan semakin kuat. (2) testosteron menghasilkan sperma dan oestrogen memproduksi sel telur sebagai tanda kemasakan. (3) Munculnya tanda-tanda kelamin sekunder seperti membesarnya payudara, berubahnya suara, ejakulasi pertama, tumbuhnya rambut-rambut halus disekitar kemaluan, ketiak dan muka.

b. Perubahan Emosional

(56)

Nuryoto (1992) menyebutkan ciri-ciri kematangan emosi pada masa remaja yang ditandai dengan sikap sebagai berikut: (1) tidak bersikap kekanak-kanakan. (2) bersikap rasional. (3) bersikap objektif (4) dapat menerima kritikan orang lain sebagai pedoman untuk bertindak lebih lanjut. (5) bertanggung jawab terhadap tindakan yang dilakukan. (6) mampu menghadapi masalah dan tantangan yang dihadapi.

c. Perubahaan Sosial

(57)

2.3 Pendidikan Kesehatan

2.3.1 Pengertian Pendidikan Kesehatan

Pendidikan adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan.

Input : Sasaran pendidikan (individu, kelompok, masyarakat), pendidik. Proses : Upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain Output : Melakukan apa yang diharapkan/perilaku.

Kesehatan adalah merupakan hasil interaksi berbagai faktor, baik faktor internal (dari dalam diri manusia) maupun faktor eksternal (dari luar diri manusia). Faktor internal ini terdiri atas faktor fisik dan psikis, dan faktor eksternal terdiri dari berbagai faktor antara lain: sosial, budaya masyarakat, lingkungan fisik, politik, ekonomi, pendidikan dan sebagainya (Notoatmojo, 2005).

Pendidikan kesehatan adalah aplikasi atau penerapan pendidikan dalam bidang kesehatan, secara operasional pendidikan kesehatan adalah semua kegiatan untuk memberikan atau meningkatkan pengetahuan, sikap, dan praktek baik individu, kelompok dan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri (Notoatmojo, 2005).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Pendidikan kesehatan adalah kegiatan dalam bidang penyuluhan kesehatan dengan tujuan menyadarkan dan

(58)

mengubah sikap serta perilaku masyarakat agar tercapai tingkat kesehatan yang di inginkan.

Pendidikan kesehatan dihubungkan dengan pengertian pendidikan kesehatan yang telah disebutkan di atas adalah : suatu upaya atau kegiatan agar masyarakat menyadari atau mengetahui bagaimana cara memelihara kesehatan.

Pendidikan kesehatan dengan pendekatan edukasi sebaiknya dengan cara persuasi, bujukan, himbauan, ajakan, memberikan informasi atau pemahaman, memberikan kesadaran, dan motivasi.

2.3.2 Metode Pendidikan Kesehatan

Didalam suatu proses pendidikan kesehatan untuk menuju tercapainya tujuan pendidikan kesehatan yakni perubahan perilaku, yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu factor metode, faktor materi atau pesannya, factor pendidik atau petugas yang melakukannya juga alat –alat atau media yang digunakan untuk menyampaikan pesan. Metode atau tehnik dalam pendidikan kesehatan adalah cara dan alat bantu apa yang digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan untuk mentransformasikan perilaku kesehatan kepada sasaran atau masyarakat (Notoatmojo,2007).

1. Metode Ceramah

(59)

Ceramah adalah suatu penyampaian informasi yang sifatnya searah yakni dari penceramah kepada para peserta ceramah. Pada metode ini si penceramah lebih banyak memegang peran untuk menyampaikan dan menjelaskan materi penyuluhannya dengan sedikit memberikan kesempatan kepada sasaran untuk memberikan tanggapannya (Lunandi,1993).

Beberapa keuntungan menggunakan metode ceramah adalah murah dari segi biaya, mudah mengulang kembali jika ada materi yang kurang jelas dipahami oleh peserta daripada proses membaca sendiri, lebih dapat dipastikan tersampaikannya informasi yang telah disusun dan disiapkan. Apa lagi kalau waktu yang tersedia sangat minim maka metode inilah yang tepat untuk digunakan dimana dapat menyampaikan banyak pesan dalam waktu yang relatif singkat.

Selain keuntungan ada juga kelemahan dari metode ceramah, salah satunya adalah pesan yang terinci mudah di lupakan setelah beberapa lama (Lunandi,1993).

(60)

tentang hal-hal yang belum dipahaminya dan dapat melihat simulasi/ demonstrasi langsung mengenai praktek yang akan dilaksanakan.

Kunci dari keberhasilan ceramah apabila penceramah tersebut dapat menguasai sasaran ceramah, untuk itu penceramah dapat melakukan hal-hal sebagai berikut: sikap dan penampilan yang meyakinkan, tidak boleh bersikap ragu-ragu dan gelisah, suara hendaknya cukup keras dan jelas, pandangan harus tertuju kepada peserta ceramah, berdiri ditengah (pertengahan) dan sebaiknya tidak duduk, menngunakan alat-alat bantu lihat semaksimal mungkin (Notoatmojo, 2007).

2. Metode Diskusi

Metode diskusi merupakan satu metode yang sering digunakan dalam proses pendidikan, dimana harus ada partisipasi yang baik dari peserta diskusi saat diskusi berlangsung. Diskusi diarahkan pada keterampilan berdialog, peningkatan pengetahuan, peningkatan pemecahan masalah secara efisien dan untuk memengaruhi para peserta agar mau mengubah sikap (Kartono, 1998) Dalam suatu diskusi pesertanya berfikir bersama dan mengungkapkan pikirannya, sehinnga menimbulkan pengertian pada diri sendiri dan peserta diskusi terhadap permasalahan yang menjadi topik diskusi (Lunandi,1993)

(61)

Diskusi merupakan saluran yang paling baik untuk menjaga kredibilitas pesan-pesan, menyediakan informasi dan mengajarkan keterampilan yang kompleks yang membutuhkan komunikasi dua arah antara individu dan seseorang sebagai sumber informasi yang terpercaya (Graeff, 1996).

Dalam diskusi kelompok agar semua anggota kelompok dapat bebas berpartisipasi dalam diskusi, maka pormasi duduk para peserta diatur sedemikian rupa sehinnga mereka dapat berhadap-hadapan atau saling memandang satu sama lain, misalnya dalam bentuk lingkaran atau segi empat. Pimpinan diskusi juga duduk diantara para peserta sehingga tidak menimbulkan kesan sepertinya (Effendi,1992).

Keberhasilan metode diskusi banyak tergantung dari pimpinan diskusi untuk memperkenalkan permasalahan yang akan dibahas peserta dan memelihara perhatian yang terus menerus dari para peserta, dan memberikan kesempatan pada setiap orang untuk mengemukakan pendapatnya dan menghindari dominasi dari beberapa orang saja, membuat kesimpulan dari pembicaraan –pembicaraan dan menyusun saran-saran yang di ajukan. Metode diskusi juga mempunyai kelemahan yaitu jika peserta kurang berpartisipasi secara aktif untuk bertukar pengalaman dan pengetahuan serta adanya dominasi pembicaraan oleh satu orang atau beberapa orang saja.

Diskusi membutuhkan perencanaan dan persiapan, serta terdapat banyak cara untuk memicu dan mempersiapkan struktur yang akan membantu setiap orang untuk berpartisipasi.

(62)

1. Diskusi kelompok : dibuat sedemikian rupa sehingga saling berhadapan, pimpinan diskusi atau penyuluh duduk diantara peserta agar tidak ada kesan lebih tinggi dan tiap kelompok punya kebebasan mengeluarkan pendapat, dimana pimpinan diskusi memberikan pancingan, mengarahkan dan mengatur sehingga diskusi tetap berjalan hidup dan tidak ada dominasi diantara para peserta diskusi.

2. Curah pendapat (Brain Storming): merupakan modifikasi diskusi kelompok yang dimulai dengan memberikan satu masalah, kemudian peserta memberikan jawaban/tanggapan selanjutnya ditulis dalam pliphcard/papan tulis, sebelum semuanya mencurahkan pendapat dan tidak boleh ada komentar dari siapa pun, baru setelah semuanya mengemukakan pendapat, tiap anggota mengomentari, dan akhirnya terjadi diskusi.

3. Bola salju (Snow Balling) tiap orang di bagi pasangan pasangan (sepasang 2 orang) Kemudian dilontarkan suatu pertanyaan atau masalah setelah kurang lebih 5 menit tiap 2 pasang bergabung jadi satu. Mereka tetap mendiskusikan masalah tersebut dan mencari kesimpulannya. Kemudian setiap 2 pasang yang beranggotakan 4 orang ini bergabung lagi dengan pasangan lainnya dan demikian seterusnya maka terbentuklah diskusi seluruh kelas.

(63)

kelompok mendiskusikan masalah tersebut, kemudian kesimpulan dari tiap kelompok tersebut dicari kesimpulannya.

2.3.3 Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan

Pelaksanaan pendidikan kesehatan dalam upaya deteksi dini kanker payudara, merupakan sebuah proses yang sistematis dan terencana, yang dimulai dari pengkajian, analisa masalah, perencanaan, pelaksanaan dan penilaian atau evaluasi. untuk pendidikan kesehatan.

1. Pengkajian sebelum melaksanakan pendidikan kesehatan, perlu dilakukan sebagai survei awal. Data yang dikumpulkan adalah kondisi masyarakat dan lingkungan, kebutuhan masyarakat akan materi atau topik pendidikan kesehatan dan target perubahan perilaku tahap mana yang diperlukan masyarakat.

2. Pada saat melakukan analisa masalah ditentukan oleh kebutuhan masyarakat yang menjadi masalah yang berkaitan dengan pengetahuan, sikap ataupun perilaku.

3. Pada tahap perencanaan yang bertujuan untuk membantu masyarakat lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan kesehatannya. Upaya ini diwujudkan dengan adanya rancangan pembelajaran yakni SAP (Satuan Acara Penyuluhan) 4. Pelaksanaan merupakan implementasi dari perencanaan yang tertuang dalam

SAP. Media dan metode yang digunakan juga berkontribusi terhadap kelancaran dan keberhasilan pelaksanaan pendidikan kesehatan.

(64)

menentukan sampai sejauh mana individu memahami materi yang telah disampaikan, dan mencapai perubahan pengetahuan, sikap maupun perilaku, sesuai dengan yang diharapkan. (Nurhidayah, 2010)

2.3.4 Media yang Digunakan Saat Memberikan Pendidikan Kesehatan

Media pendidikan yang digunakan saat memberikan pendidikan kesehatan pada prinsipnya harus dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses pendidikan kesehatan, terutama dalam memperjelas materi yang diberikan. Sebagaimana fungsinya bahwa media yang digunakan bertujuan untuk mempermudah pembelajaran atau perubahan tingkah laku pada masyarakat. Media pendidikan tidak harus selalu canggih, tetapi disesuaikanlah dengan situasi dan kondisi di lapangan dan tidak kalah penting adalah kemampuan pendidik atau penyuluh untuk menggunakan media tersebut. Prinsipnya adalah semakin banyak indra yang digunakan, maka kemampuan untuk menyerap informasi juga semakin baik, atau semakin mendekati objeg sesungguhnya maka media tersebut semakin baik. Media pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah alat bantu pendidikan (audio visual aids/AVA). Berdasarkan fungsinya sebagai penyaluran pesan-pesan kesehatan (media), media ini dibagi menjadi 3: cetak, elektronik, media papan (bill board).

1. Media Cetak

1. Booklet : Untuk menyampaikan pesan dalam bentuk buku, baik tulisan maupun gambar

(65)

3. Flyer (selebaran) : seperti leaflet tetapi tidak dalam bentuk lipatan.

4. Flip chart (lembar balik) : Pesan/informasi kesehatan dalam bentuk lembar balik. Biasanya dalam bentuk buku, dimana tiap lembar (halaman) berisi gambar peragaan dan dibaliknya berisi kalimat sebagai pesan/informasi berkaitan dengan gambar tersebut

5. Rubrik/tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah, mengenai bahasan atau masalah kesehatan, atau hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan.

6. Poster adalah bentuk media cetak berisi pesan-pesan/ informasi kesehatan, yang biasanya ditempel ditembok-tembok, ditempat-tempat umum, atau dikendaraan umum.

7. Foto, yang mengungkapkan informasi-informasi kesehatan. 2. Media Elektronik

1. Televisi : dapat dalam bentuk sinetron, sandiwara, forum diskusi/tanya jawab, pidato/ ceramah, TV, Spot. Quiz, atau cerdas cermat dan lain-lain. 2. Radio : Bisa dalam bentuk obrolan/tanya jawab, sandiwara radio, ceramah,

radio spot dan lain-lain 3. Video Compact Disc (VCD)

4. Slide : slide juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan/ informasi kesehatan.

(66)

3. Media Papan (Bill Board)

Papan/ bill board yang dipasang ditempat tempat umum dapat dipakai diisi dengan pesan-pesan atau informasi-informasi kesehatan. Media papan di sini juga mencakup pesan-pesan yang ditulis pada lembaran seng yang ditempel pada kendaraan umum (bus/taksi) (Notoatmodjo, 2003).

2.4 Tenaga Kesehatan

Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Tenaga kesehatan terdiri dari tenaga medis, tenaga keperawatan, tenaga kefarmasian, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga gizi, tenaga keterapian fisik, dan tenaga keteknisian medis (Wijono, 1999).

Menurut Wijono seorang tenaga kesehatan harus memenuhi syarat-syarat, yakni :

1. Tenaga kesehatan wajib memiliki pengetahuan dan keterampilan di bidang kesehatan yang dinyatakan dengan ijazah dari lembaga pendidikan.

2. Tenaga kesehatan hanya dapat melakukan upaya kesehatan setelah tenaga kesehatan yang bersangkutan memiliki izin dari mentri.

(67)

4. Selain izin sebagaimana dimaksud, tenaga medis dan tenaga kefarmasian lulusan dari lembaga pendidikan di luar negeri hanya dapat melakukan upaya kesehatan setelah yang bersangkutan melakukan adaptasi. Ketentuan lebih lanjut mengenai adaptasi, diatur oleh Mentri.

2.4.1 Strategi dan Metode Pendidikan Kesehatan

Strategi pendidikan kesehatan adalah cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan materi, disesuaikan dengan kondisi lingkungan, sifat, ruang lingkup dan urutan kegiatan, termasuk juga didalamnya komponen-komponen materi pendidikan kesehatan.

Metode yang digunakan sebaiknya sederhana, menarik dan mudah dipahami, supaya peserta/audiens betul-betul memahami, adapun metode tersebut adalah Metode Ceramah. Dalam melaksanakan proses pendidikan kesehatan menggunakan metode ceramah (expositori) dengan menyampaikan materi yang bersifat teoritis mengenai narkoba dan, dilanjutkan dengan menggunakan alat penunjang seperti gambar, slide atau film (Nurhidayah, 2010).

2.5 Pengetahuan

2.5.1 Pengertian Pengetahuan

(68)

Berdasarkan teori Notoatmodjo salah satu faktor pendidikan ke

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian
Gambar 3.1 Rancangan Penelitian
Gambar 3.2 Alur Penelitian
Tabel 3.1 Variabel dan Definisi Operasional
+7

Referensi

Dokumen terkait

Setiap anggota keluarga yang hendak pergi keluar rumah harus memastikan kondisi rumah aman. sebelum

“Setiap orang yang menjadi korban mati atau cacat tetap akibat kecelakaan yang disebabkan oleh alat angkutan lalu-lintas jalan tersebut dalam pasal 1, dana akan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji dan menganalisis laju korosi dari inhibitor korosi berbasis amine dengan konsentrasi 0, 20, 40, 60, 80 dan 100 ppm pada baja

Perlindungan terhadap data pribadi kosnsumen Gojek khusunya layanan Gofood apabila terjadi penyalahgunaan data pribadi oleh pengendara Gojek atau memberitahukan hal-hal

pada dosis 30 g/ polybag memberikan hasil yang terbaik bagi pertumbuhan bibit karet stum mini, serta berpengaruh nyata pada pertambahan panjang okulasi dan pertambahan

Jadwal belajar nata tuliah teori yang saya buat terlaksana dengan baik. teori, saya duduk pada tursi paling

akselerasi keilmuan marine biotechnology pada setiap tahapan produksi maupun penelitian yang dilakukan oleh stakeholder dalam negeri (industri rumput laut, pembudidaya