• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengetahuan dan Sikap .1 Pengetahuan .1 Pengetahuan

Pengetahuan dari hasil tidak tahu, ini terjadi setelah seseorang melakukan pengindraan pada suatu objek tertentu dan adanya stimulus. Penginderaan pada terjadi melalui panca indra manusia yakni indra penciuman, penglihatan, pendengaran, perasaan dan perabaan. Sebagian besar pengindraan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoadmodjo, 2005). Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang dan untuk merubah pengetahuan, sikap dan perilaku adalah dengan pendidikan dan latihan. Menurut Verner dan Davison yang dikutip oleh Notoadmodjo mengatakan bahwa usia mempengaruhi proses belajar, karena dengan bertambahnya usia, titik dekat penglihatan mulai bergerak makin jauh. Dengan bertambahnya usia, kemampuan menerima sesuatu makin berkurang sehingga pembicaraan orang lain terlalu cepat sukar ditangkapnya. Dengan kata lain, makin bertambahnya usia maka kemampuan menerima stimulus makin berkurang.

Pengetahuan secara kognitif mempunyai 6 tingkatan menurut teori Blom (Notoadmodjo, 2005) yaitu :

a. Tahu (know) diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Tau merupakan tingkat pengetahuan paling rendah.

b. Memahami (comprehention) diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginpresentasikan materi tersebut secara benar.

c. Aplikasi (application) diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.

d. Analisis (analysis) analisis adalah suatu kemampuan menjabarkan suatu keseluruhan materi/ suatu kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian dalam bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah kemampuan untuk formasi baru dan kaitannya satu sama lain. e. Sintesis (syntesis) merupakan suatu kemampuan untuk menghubungkan

bagian-bagian dalam bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada.

f. Evaluasi (evaluation) berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu obyek atau materi.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan adalah pendidikan, umur, pengelaman, status sosial, ekonomi, budaya dan kondisi kesehatan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka tingkat pengetahuannya akan semakin bertambah, pengalaman seseorang akan menambah wacana dan meningkatkan pengetahuannya, semakin tinggi status sosial, ekonomi, budaya dan kondisi kesehatan seseorang maka semakin tinggi pula tingkat pengetahuannya. (Notoadmodjo, 2005).

Sikap merupakan reaksi atau respon teseseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulasi atau obyek, manifestasi sikap itu tidak langsung dapat dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan plaksana motif tertentu, dapat diartikan juga sikap adalah kecendrungan bertindak, berfikir, berpersepsi, dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi, atau nilai,. Sikap bukanlah prilaku, tetapi merupakan kecendrungan untuk berprilaku dengan cara tertentu terhadap obyek sikap. Sikap relatif menetap atau jarang mangalami perubahan.

Menurut Allport (1954) dalam suekidjo (2007), sikap mempunyai 3 komponen pokok, yakni :

a. Kepercayaan (keyakinan) ide, dan konsep terhadap suatu objek. b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek. c. Kecendrungan untuk bertindak (tend to behave).

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. Seperti halnya pengetahuan sikap teriri dari berbagai tingkatan, yakni :

1. Menerima (receiving).

Menerima diartikan bahwa subjek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

3. Menghargai (valuing).

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalau suatu indikasi sikap tingkat tiga.

4. Bertanggung jawab (responsible).

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap paling tinggi.

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pertanyaan responden terhadap suatu objek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pertanyaan-pertanyaan hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat responden (sangat setuju, setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju) (Notoadmodjo, 2007).

2.3 Remaja

2.3.1 Defenisi Remaja

Ada beberapa defenisi mengenai remaja. Menurut Hurlock (1993), masa remaja adalah masa yang penuh kegoncangan, taraf mencari identitas diri dan merupakan periode yang paling berat. Remaja adalah masa peralihan, yang ditempuh oleh seseorang dari anak-anak menuju dewasa, meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa (Darajad, 1990). Menurut Darajad dalam bukunya yang lain, mengidentifikasikan remaja sebagai tahap umur yang datang setelah masa

anak-anak berakhir, ditandai oelh pertumbuhan fisik yang cepat yang terjadi pada tubuh remaja luar dan membawa akibat yang tidak sedikit terhadap sikap, perilaku, kesehatan, serta kepribadian remaja. Mengartikan remaja adalah mereka yang telah meninggalkan masa kanakak-kanak yang penuh dengan ketergantungan dan menuju pembentukan tanggung jawab.

Sebagai mana yang dikemukakan oleh Calon dalam Monks (2002), masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat-sifat masa transisi atau peralihan karena remaja belum memiliki status dewasa tetapi tidak lagi dimiliki status anak-anak. Perkembangan fissik dan psikis menimbulkan kebingungan dikalangan remaja sehingga masa ini disebut oleh orang barat sebagai periode strum unddrug dan akan membawa akibat yang tidak sedikit terhadap sikap, perilaku, kesehatan, serta kepribadian remaja (Monks, 2002).

Lebih jelas pada tahun 1974, WHO memberikan defenisi tentang remaja secara lebih konsektual yakni remaja adalah suatu dimana individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual. Individu mengalami perkembangan psikologik dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri (Sarwono, 2001).

Kaplan & sadock (2007) menyatakan bahwa fase remaja terdiri atas fase remaja awal (12-14 tahun), fase remaj pertengahan (14-16 tahun), dan fase remaja akhir (17-19 tahun).

Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang disorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis. Bentuk-bentuk tingkah laku ini dapat beraneka ragam, mulai dari perasaan tertarik hingga tingkah laku berkencan, bercumbu dan bersenggama. Objek seksual dapat berupa orang, baik sejenis maupun lawan jenis, orang dalam khayalan atau diri sendiri. Sebagian tingkah laku ini memang tidak memiliki dampak terutama bila tidak menimbulkan dampak fisik bagi orang yang bersangkutan atau lingkungan sosial. Tetapi sebagian peilaku seksual yang dilakukan sebelum waktunya justru dapat memiliki dampak psikologis yang sangat serius, seperti rasa bersalah, depresi, marah dan agresi (Reiss, 2006).

Selama masa remaja, seksualitas dan masalah-masalah seksual diperkirakan sebagai masalah yang sangat penting bagi sebagian remaja, dan pada masa ini, banyak remaja yang sudah aktif secara seksual.

BAB 3

Dokumen terkait