• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penggambaran Budaya dari Sisi Sistem Pengetahuan

Sistem pengetahuan, merupakan uraian dari cabang-cabang pengetahuan akan astronomi dan gejala alam. Gejala alam juga berkaitan dengan sistem kepercayaan, dongeng, cerita rakyat; tumbuhan, pengetahuan akan tumbuhan yang bisa dimakan, beracun dan dijadikan obat; binatang, pengetahuan akan pemanfaatan binatang; tubuh manusia, pengetahuan akan tubuh manusia mengenai ciri ciri tubuh manusia; sifat dan tingkah laku, berkaitan dengan adat istiadat, sistem norma, hukum adat, pengetahuan tentang silsilah keluarga dan sejarahnya.

Gambar 4.28 Bidan menginformasikan kepada orang tua Ernest bahwa mata Ernest sipit (Scene 2)

Sumber: Olahan peneliti dari DVD “Ngenest”

61

Universitas Kristen Petra

Pada scene 2 tampak seorang bidan menginformasikan kelahiran Ernest kepada orang tuanya. Sang bidan juga mengatakan bahwa bayi Ernest memiliki mata sipit sama seperti ayahnya. Ketika Ernest berada di gendongan ibunya, ibu Ernest pun mengatakan bahwa mata Ernest lebih sipit dari mata ayahnya. Orang Tionghoa memang identik memiliki mata sipit.

Gambar 4.29 Fariz dkk mengatai Ernest sipit (Scene 3) Sumber: Olahan peneliti dari DVD “Ngenest”

Pada scene 3 ditunjukkan saat Ernest pertama masuk sekolah dasar. Ketika bertemu dengan Fariz dan kawan-kawan, Ernest mendapat sambutan yang tidak hangat. Ernest yang menanyakan dimana kelas 1B, malah dijawab oleh Fariz dkk bahwa seharusnya Ernest masuk kelas 1 C, plesetan dari Cina dan Cipit. Orang pribumi memang selalu melabeli Etnis Tionghoa memiliki mata sipit. Tak jarang mata sipit Etnis Tionghoa dijadikan sebagai bahan bullying.

Gambar 4.30 Ernest di sekolah dasar bersama salah satu temannya (Scene 10) Sumber: Olahan peneliti dari DVD “Ngenest”

Dalam scene 10, narrator (Ernest dewasa) menceritakan tentang kehidupan sekolahnya.

62

Universitas Kristen Petra

Narator: “Ternyata sekolah itu ga seperti yang gue bayangkan kita bisa diperlakukan berbeda, hanya karena punya penampilan fisik yang berbeda, padahal itu kan bukan salah kita.”

Gambar 4.31 Patrick, teman sepenanggungan Ernest di sekolah (Scene 12) Sumber: Olahan peneliti dari DVD “Ngenest”

Pada scene 12 narator masih bercerita tentang kehidupannya di sekolah dasar. Walau sering dibully oleh teman-teman pribuminya, Ernest masih bisa bertahan karena Patrick, teman satu sekolahnya yang juga Etnis Tionghoa.

Narator: “Punya temen yang senasib itu lumayan meringankan beban, yah ga berasa amsyong-amsyong amat la, paling gak gue sadar bukan bukan gue doang yang dibully cuma gara gara terlahir sebagai Cina”

Gambar 4.32 Ibu Ernest mengobati luka Ernest (Scene 13) Sumber: Olahan peneliti dari DVD “Ngenest”

Scene 13 tampak Ibu Ernest mengobati luka Ernest. Ernest terluka karena dibully teman-temannya yang pribumi. Sedangkan pada dialog, narrator masih bercerita tentang masa kecilnya.

63

Universitas Kristen Petra

Narator: “Kata bokap gue apa yang gue alamin ini ga ada apa-apanya dibandingkan dia dulu. Sebagai minoritas kita harus kuat mental jadi ya ga boleh cengeng.”

Sistem pengetahuan pada scene 10 dan 11 meliputi pengetahuan akan diskriminasi yang sering didapatkan oleh orang Tionghoa. Diskriminasi ini disebabkan penampilan fisik Etnis Tionghoa yang berbeda dari orang pribumi, seperti mata sipit. Sementara pada scene 12, penggambaran budaya dari sistem pengetahuan yakni pengetahuan akan senasib sebagai Etnis minoritas.

Gambar 4.33 Ernest dan Patrick di tempat rahasia mereka (Scene 19) Sumber: Olahan peneliti dari DVD “Ngenest”

Scene 19 dikisahkaan Ernest dan Patrick telah duduk di bangku sekolah menengah pertama. Walau sudah SMP, Ernest masih tetap dibully Fariz dkk.

Suatu hari Ernest melihat seorang anak SMA Etnis Tionghoa yang memalak seseorang di bus. Anak SMA Etnis Tionghoa itu bergaul dengan anak-anak pribumi. Melihat kejadian itu, Ernest berkeinginan untuk bergaul dengan Fariz dkk agar ia tidak dibully lagi. Dalam scene 19 ini termasuk pengetahuan untuk bergaul agar diterima kelompok mayoritas.

Gambar 4.34 Ayah Ernest menunjukkan formulir pendaftaran masuk SMA untuk Ernest (Scene 24)

Sumber: Olahan peneliti dari DVD “Ngenest”

64

Universitas Kristen Petra

Pada scene 24, dikisahkan dalam waktu dekat Ernest akan lulus SMP.

Ayah Ernest pun mulai mencari sekolah yang cocok untuk anaknya.

Ayah Ernest: “Papa sudah ambilin formulir sekolah nih. Nih ada Pemuda Luhur, SMA 29, sama Bunda Kudus, itu yang paling enak karena pulangnya cepet, setengah 1 udah bubar kalo sekolah yang lain rata-rata jam 2 baru pulang.”

Sistem pengetahuan pada scene ini, merupakan pengetahuan akan cara menghemat waktu dengan memilih sekolah yang jam pulangnya lebih cepat. Hal ini menunjukkan bahwa Etnis Tionghoa memiliki sifat tidak mau rugi dan cenderung efisien.

Gambar 4.35 Patrick menasehati Ernest agar tidak bergaul dengan Fariz dkk (Scene 25) Sumber: Olahan peneliti dari DVD “Ngenest”

Pada scene 25, tampak Patrick sedang bersama Ernest di kamarnya.

Patrick menasehati Ernest agar tidak bergaul dengan Fariz dkk, karena Fariz memanfaatkan Ernest.

Patrick: “Cina kok ngebet banget jadi Tiko. Lu nimbrung ma mereka mendingan dianggap iya iyalah baik, Lu tu di kacungin, disuruh jajanin gimana mereka ga baik sama elu.”

Scene 25 merupakan sistem pengetahuan akan pergaulan, dimana Patrick tidak setuju bila Ernest yang merupakan orang Tionghoa bergaul dengan pribumi.

Menurut Patrick orang pribumi suka memanfaatkan Etnis Tionghoa.

65

Universitas Kristen Petra Gambar 4.36Patrick dan Ernest mengobrol di rumah Patrick (Scene 27)

Sumber: Olahan peneliti dari DVD “Ngenest”

Scene 27 dimulai ketika Ernest datang ke rumah Patrick setelah sebelumnya ia pingsan saat menonton konser punk bersama Fariz dkk. Ernest merasa putus asa karena ia melakukan berbagai cara agar bisa berteman dengan Fariz dkk yang merupakan pribumi.

Ernest: “Jadi Cina itu serba salah ya.”

Patrick: “Yah gimana ya gue sih sudah pasrah, soalnya Engkong kita Cina, Bokap kita Cina, kita juga Cina, entar anak-anak kita juga Cina.”

Pada dialog di scene 27 Patrick menjelaskan, bahwa semua keluarga mereka merupakan keturunan Tionghoa. Pada scene ini termasuk pengetahuan akan silsilah keluarga dan juga diskriminasi yang diterima Etnis Tionghoa turun-temurun.

Gambar 4.37 Ernest bertekad mencari jodoh orang pribumi (Scene 28) Sumber: Olahan peneliti dari DVD “Ngenest”

Berlanjut pada scene 28, dikisahkan Ernest menemukan cara untuk memutus rantai generasi Tionghoa, yakni dengan menikahi pribumi. Diskriminasi yang diterima Etnis Tionghoa disebabkan ciri fisik yang berbeda dengan pribumi.

66

Universitas Kristen Petra

Ernest berpendapat jika ia menikahi pribumi, keturunannya nanti akan memiliki ciri fisik layaknya pribumi, dan nantinya tak menjadi korban bulliying sepertinya.

Gambar 4.38 Fariz dkk meminta maaf kepada Ernest setelah lulus SMP (Scene 29) Sumber: Olahan peneliti dari DVD “Ngenest”

Pada scene 29 nampak Ernest sedang berada di SMP dalam acara kelulusan. Fariz dkk yang biasanya menjahili Ernest pun meminta maaf kepada Ernest atas kesalahan-kesalahan yang lalu. Narator (Ernest dewasa) mengatakan Fariz dkk meminta maaf agar mereka tidak terkena karma waktu SMA nanti.

Sistem pengetahuan dalam scene ini berkaitan dengan karma, atau yang sering disebut hukuman balasan atas apa yang pernah diperbuat.

Gambar 4.39 Ernest dan Patrick makan bersama di sebuah kafe (Scene 38) Sumber: Olahan peneliti dari DVD “Ngenest”

Pada scene 38 Ernest dan Patrick sedang makan di sebuah kafe. Ernest membicarakan ayah mantan kekasihnya (Fani) yang juga Etnis Tionghoa.

Menurut Ernest, ayah Fani termasuk Etnis Tionghoa yang memiliki paham ultranasionalis. Ayah Fani sangat membanggakan bangsa Cina dan cenderung memandang remeh pribumi. Ayah Fani beranggapan suatu saat nanti bangsa Cina

67

Universitas Kristen Petra

akan menguasai dunia. Itulah sebabnya mengapa anaknya dan Ernest disarankan mengikuti kursus bahasa Mandarin. Sehingga, sistem pengetahuan dalam scene ini termasuk pemahaman akan ultrasionalisme.

Gambar 4.40 Ernest hendak merefund biaya kursus mandarin yang ia ikuti (Scene 39) Sumber: Olahan peneliti dari DVD “Ngenest”

Pada scene 39 dikisahkan Ernest akan merefund biaya kursus mandarin yang ia ikuti. Ernest mengikuti kursus mandarin karena Fani (mantan pacar Ernest), setelah mereka putus tidak alasan lagi bagi Ernest untuk mengikuti kursus mandarin.Setelah mengatakan keinginannya untuk refund kepada pegawai administrasi, tiba-tiba Ernest melihat seorang perempuan cantik (Meira) yang akan mendaftar kursus mandarin. Seketika itu juga Ernest mengurungkan niatnya untuk merefund biaya kursus.

Sistem pengetahuan dalam scene 39 merupakan pengetahuan akan hak terkait pengembalian uang refund. Hal ini menunjukkan bahwa Etnis Tionghoa memiliki sifat tidak mau rugi dan cenderung efisien.

Gambar 4.41 Patrick dan Ernest sedang mengobrol di kamar (Scene 42) Sumber: Olahan peneliti dari DVD “Ngenest”

68

Universitas Kristen Petra

Scene 42 Patrick dan Ernest sedang mengobrol di kamar. Ernest menceritakan tentang Meira kepada sahabatnya Patrick. Patrick yang memiliki karakter santai pun menasehati Ernest dengan filosofi andalannya.

Patrick: “Lu tu serius amat sih, ga semua yang kita harapin akan berwujud ga semua yang kita takutin akan terjadi. Lu harus pakai filosofi tokai jalanin hidup. Banyak tokai aja berawal dari keiklhasan lalu mengalir mengambang menikmati arus go with the flows.”

Sistem pengetahuan dalam scene 42 berkaitan dengan filosofi yang menuntun dan jadi patokan dalam hidup.

Gambar 4.42 Ernest dan Meira sedang makan malam bersama (Scene 71) Sumber: Olahan peneliti dari DVD “Ngenest”

Pada scene 71 diceritakan Ernest dan Meira sedang makan malam bersama, ini merupakan kencan pertama mereka. Dalam dialognya Ernest mengatakan bahwa harusnya ia kuliah di universitas yang sama dengan Meira, namun ternyata ia diterima di universitas negeri.

Ernest: “Bokap Nyokap gue bangga banget gue ketrima di negeri karena lebih murah, Cina banget ya.”

Sistem pengetahuan dalam scene 71 merupakan pengetahuan bahwa Etnis Tionghoa suka dengan hal-hal yang murah dan tidak mau rugi.

69

Universitas Kristen Petra Gambar 4.43 Ernest dan Meira di kampus Meira usai menonton pertunjukan musik (Scene 77)

Sumber: Olahan peneliti dari DVD “Ngenest”

Pada scene 77, tampak Ernest dan Meira berada di kampus Meira usai menonton pertunjukan musik. Sebelumnya mereka bertemu orang tua Meira di rumah. Ayah Meira sempat mengintrogasi Ernest. Walau belum resmi pacaran, Ernest menerima perlakuan ayah Meira kepadanya.

Meira: “Gue minta maaf soal bokap gue tadi.”

Ernest: “Gak apa-apa, yang penting kan Bokap lu yang gak anti Cina gitu kan.”

Sistem pengetahuan dalam scene 77 merupakan pengetahuan akan adanya hal atau kelompok yang tidak suka orang Tionghoa. Kelompok ini disebut anti Cina.

Gambar 4.44 Keluarga Meira sedang membicarakan hubungan Meira dan Ernest (Scene 78) Sumber: Olahan peneliti dari DVD “Ngenest”

Scene 78 tampak Meira sedang bercengkerama dengan kedua orangtuanya.

Ayah Meira yang pernah ditipu Etnis Tionghoa tak ingin anaknya berpacaran dengan Ernest yang notabene Etnis Tionghoa. Meira yang yakin bahwa Ernest orang baik-baik menolak pendapat ayahnya.

Meira: “Pa, gak bisa gitu dong. Gak bisa dipukul rata kayak gitu. Papa dulu bangkrut gara-gara ditipu ama orang Cina, ya tapi bukan berarti semua orang Cina itu penipu.”

Sistem pengetahuan dalam scene 78 merupakan pengetahuan tentang stereotip negatif yang ditujukan untuk Etnis Tionghoa. Banyak pribumi menganggap Etnis Tionghoa pelit, dan mementingkan keuntungan sebesar-besarnya. Ayah Meira yang pernah ditipu orang Tionghoa, menggeneralisir semua orang Tionghoa penipu, padahal tak semuanya Etnis Tionghoa penipu.

70

Universitas Kristen Petra Gambar 4.45 Ernest dan teman-temannya memperhatikan karangan bunga pernikahan (Scene 90)

Sumber: Olahan peneliti dari DVD “Ngenest”

Scene 90 tampak Ernest dan teman-temannya sedang memperhatikan karangan bunga ucapan pernikahan Ernest dan Meira. Ada satu karangan bunga yang berbeda dari yang lain. Karangan bunga dari Toko Beras Ahok mencantumkan nomor telepon tokonya, sekaligus mencantumkan jasa antar beras kepada pelanggan. Sistem pengetahuan dalam scene ini merupakan pengetahuan bahwa orang Tionghoa tidak mau rugi. Bahkan dalam karangan bunga sampai mencamtukan iklan toko.

Gambar 4.46 Audrey mengkomentari dekorasi pernikahan Ernest yang terlalu mencolok (Scene 91)

Sumber: Olahan peneliti dari DVD “Ngenest”

71

Universitas Kristen Petra Gambar 4.47 Suasana pernikahan Ernest dan Meira (Scene 95)

Sumber: Olahan peneliti dari DVD “Ngenest”

Pada scene 91 tampak Ernest dan Meira mengamati persiapan pernikahan mereka. Pada scene 91 ini juga tampak Patrick dan adik Ernest yang bernama Audrey. Audrey merasa dekorasi dan tema pernikahan Ernest dan Meira terlalu berlebihan.

Audrey: “Kalau Aku si Ko dari pada harus nikah dengan gaya beginian, mending ditipe-ex dari kartu keluarga.”

Patrick: “Gue juga.”

Ernest: “Apa Lu juga. Lu ga ada di kartu keluarga gua. Ini juga adik murtad satu ini.”

Audrey: “Ya emang begini adanya ya. Warnanya lihat dong merah-merahan.”

Sistem pengetahuan dalam scene 91 merupakan pengetahuan akan silsilah keluarga. Hal ini nampak pada penyebutan “Ko” yang berarti saudara laki-laki.

Selain itu pada scene 91 juga termasuk sistem pengetahuan tentang pemaknaan warna. Pada scene 91 dan 95 nampak dekorasi pernikahan Ernest dan Meira didekorasi warna merah dan emas. Warna merah dan emas menurut orang Tionghoa merupakan warna keberuntungan. Dimana merah melambangkan suka cita, kegembiraan dan warna emas melambangkan kelimpahan dan kemewahan.

72

Universitas Kristen Petra Gambar 4.48 Teman-teman Ernest mengucapkan selamat kepada Ernest dan Meira (Scene 95)

Sumber: Olahan peneliti dari DVD “Ngenest”

Pada gambar 4.48 tampak teman-teman Ernest memberi selamat kepada Ernest dan Meira. Lucunya teman Ernest sempat bercanda saat memberikan selamat kepada Ernest.

Teman Ernest: “Tadi gue makan siomay, nasi goreng, minumnya air putih berapa tu semua.

Ernest: “Gratis goblok.”

Teman Ernest: “Ya biasanya situ bayar mulu.”

Sistem pengetahuan dalam scene ini berkaitan dengan karakteristik Etnis Tionghoa yang memiliki stereotip selalu perhitungan. Stereotip ini berkaitan dengan mata pencaharian Etnis Tionghoa yang mayoritas menjadi pedagang.

Seorang pedagang dikenal mengutamakan mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya dan selalu perhitungan. Secara tidak langsung Etnis Tionghoa menerapkan prinsip ini tidak hanya di pekerjaannya, tapi juga di kehidupan sosialnya.

Gambar 4.49 Patrick dan Ernest di sebuah kafe (Scene 99) Sumber: Olahan peneliti dari DVD “Ngenest”

73

Universitas Kristen Petra

Pada scene 99 terlihat Ernest dan Patrick sedang menghabiskan waktu bersama di sebuah kafe. Ernest bercerita kepada Patrick tentang ketakutannya memiliki anak. Ernest takut jika nanti anaknya memiliki wajah mirip dirinya, dan nasibnya tak jauh beda dengan Ernest kecil yang suka dibully. Patrick menasehati Ernest agar tetap berpegang teguh dengan filosofi tokai (go with the flow). Sistem pengetahuan dalam scene ini berkaitan dengan filosofi sebagai pegangan dalam hidup.

Dalam dialog pada scene 99 Patrick juga menanyakan angpao yang diterima Ernest pada pernikahannya

Patrick: “Lo pas marriage angpaonya dapat banyak ga”?

Ernest: “Ya lumayan sih tapi ga sampai balik modal juga, acara kaya gitu mahal tau.”

Biasanya ketika mengadakan pernikahan, pasangan pengantin mendapatkan hadiah berupa uang dari para undangan. Patrick mengkonotasikan uang hadiah ini dengan angpao. Patrick mengira angpao yang didapat Ernest sanggup menutupi biaya pernikahan Ernest, namun Ernest menyanggahnya.

Sistem pengetahuan dalam scene ini berhubungan dengan karakteristik Etnis Tionghoa yang memiliki sifat selalu perhitungan.

Gambar 4.50 Ernest dan keponakannya pada perayaan imlek (Scene 101) Sumber: Olahan peneliti dari DVD “Ngenest”

Pada gambar 4.50 tampak keponakan Ernest yang bernama Ling Ling mengucapkan selamat Imlek kepada Ernest. Imlek identik dengan memberikan angpao kepada anak-anak atau saudara yang belum menikah. Pada dialaog di scene 101 Ling Ling memanggil Ernest dengan sebutan Kyu kyu. Dalam bahasa

74

Universitas Kristen Petra

Mandarin, Kyu kyu berarti paman. Hal ini merupakan pengetahuan penyebutan akan silsilah keluarga.

Gambar 4.51 Ernest dan ayahnya pada perayaan imlek (Scene 101) Sumber: Olahan peneliti dari DVD “Ngenest”

Sementara pada gambar 4.51 tampak Ernest dan ayahnya dalam perayaan Imlek. Di ruangan tampak buah apel dan jeruk. Warna dekorasi dan pakaian yang dipakai keluarga Ernest juga didominasi warna merah. Buah apel dan jeruk memiliki arti yang sama dengan warna merah dan kuning emas , di harapkan yang memakannya selalu bahagia dan berkelimpahan. Begitu juga dengan penggunaan warna merah, merupakan perlambang kebahagiaan.

Gambar 4.52 Ernest dan Meira melihat bayinya untuk pertama kali (Scene 111) Sumber: Olahan peneliti dari DVD “Ngenest”

Pada gambar 4.52 terlihat Meira dan Ernest melihat bayinya untuk pertama kali.

Meira: “Hun, liat anak kita, ih sipit banget.”

Sistem pengetahuan dalam scene ini berkaitan dengan anatomi tubuh manusia. Jika mata sipit, berarti identik dengan Etnis Tionghoa.

75

Universitas Kristen Petra Gambar 4.53 Keluarga dan teman-teman Ernest berkumpul di depan klinik bersalin (Scene 150)

Sumber: Olahan peneliti dari DVD “Ngenest”

Pada gambar 4.53 tampak keluarga dan teman-teman Ernest berkumpul di halaman klinik bersalin. Ayah Ernest membanggakan cucu pertamanya kepada kawan Ernest, dan mengatakan bahwa cucunya mirip dengan Kungkungnya.

Dalam bahasa Mandarin Kungkung berarti kakek. Dalam scene ini termasuk pengetahuan akan silsilah keluarga,

Dokumen terkait