• Tidak ada hasil yang ditemukan

C. PPh Final Pengalihan Hak Atas Tanah dan Bangunan

3. Penggolongan PPh Final

Schedular taxation dapat dilihat pada ketentuan Pasal 4 ayat (2), Pasal 15,

Pasal 17 ayat (2) d, Pasal 19, Pasal 21, dan Pasal 22 UU PPh dan aturan pelaksanaannya.

Berdasarkan jenis penghasilan objek pajak tertentu yang dikenakan PPh pengelompokan PPh final dengan sistem pemajakan skedular, PPh Final dapat digolongkan ke dalam 6 kelompok:

a. PPh Pasal 15 terdapat 5 kategori;

b. PPh Pasal 17 ayat (2) terdapat 1 kategori; c. PPh Pasal 19 terdapat 1 kategori;

d. PPh Pasal 21 terdapat 4 kategori; e. PPh Pasal 22 terdapat 1 kategori;

f. PPh Pasal 4 ayat (2) terdapat 11 kategori. Kategori PPh Pasal 4 ayat (2) adalah: a. PPh Bunga Deposito dan Tabungan lainnya; b. PPh Bunga Obligasi dan Surat Utang Negara; c. PPh Bunga Simpanan Anggota (OP) Koperasi; d. PPh Hadiah Undian;

e. PPh Transaksi Saham, Sekuritas Lainnya, dan Derivatif yang Diperdagangkan di Bursa;

f. PPh Perusahaan Modal Ventura dari Transaksi Penjualan Saham atau Pengalihan Penyertaan Modal pada Perusahaan Pasangannya;

g. PPh Transaksi Pengalihan Hak atas Tanah dan Bangunan; h. PPh Usaha Jasa Konstruksi;

i. PPh Usaha Real Estate;

j. PPh Persewaan Tanah/Bangunan; k. PPh Usaha Mikro Kecil dan Menengah; l. PPh atas Penghasilan Tertentu Lainnya. 4. Subjek Pajak

Pajak Penghasilan (PPh) dikenakan terhadap orang pribadi dan badan, berkenaan dengan penghasilan yang diterima atau diperoleh selama satu tahun pajak.77

a. Orang pribadi;

Subjek PPh meliputi :

Adalah orang pribadi yang bertempat tinggal/berada di Indonesia atau luar negeri. b. Warisan Belum Terbagi (WBT);

Sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak, merupakan subjek pajak pengganti, menggantikan yang berhak (ahli waris).

c. Badan;

Adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik Negara atau daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial

77

politik, atau organisasi lainnya, lembaga, dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap; dan

d. Bentuk Usaha Tetap (BUT).

Disebut juga Permanent Establishment mempunyai pengertian adanya suatu tempat usaha (place of business) yaitu fasilitas berupa tanah, bangunan, mesin, dan peralatan. Tempat usaha tersebut bersifat permanen dan dipakai untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan oleh orang pribadi atau badan luar negeri. Pengertian BUT mencakup juga orang pribadi atau badan selaku

independent agent yang bertindak untuk dan atas nama orang pribadi atau badan

luar negeri. Orang pribadi atau badan luar negeri tidak dapat dianggap mempunyai BUT bila menggunakan agen, broker, atau perantara yang mempunyai kedudukan bebas (independent agent).

Subjek Pajak/Wajib Pajak Dalam Negeri:

a. Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia atau yang berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia.78

b. Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, meliputi Perseroan Terbatas, Perseroan Komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial

78

politik atau organisasi yang sejenis, lembaga, dan bentuk badan lainnya termasuk reksadana.79

1) pembentukannya berdasarkan ketentuan peraturan perundangundangan Kecuali unit tertentu dari badan pemerintah yang memenuhi kriteria:

2) pembiayaannya bersumber dari APBN atau APBD

3) penerimaannya dimasukkan dalam anggaran Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah

4) pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional negara. c. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang berhak.

Subjek pajak Dalam Negeri dikenakan PPh atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya baik dari Indonesia maupun dari Luar Negeri (worldwide income/ berdasarkan asas domisili).

Subjek Pajak/ Wajib Pajak Luar Negeri:

a. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui BUT di Indonesia.

b. Orang Pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia yang dapat menerima atau

79

memperoleh panghasilan dari Indonesia bukan dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui BUT di Indonesia.

Subjek pajak Luar Negeri dikenakan PPh hanya atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dari Indonesia baik melalui BUT maupun tanpa BUT di Indonesia.80

Tidak termasuk Subjek Pajak/Wajib Pajak Penghasilan, adalah: a. Kantor perwakilan negara asing;

b. Pejabat perwakilan diplomatik, dan konsulat atau pejabat-pejabat lain dari negara asing dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama-sama mereka, dengan syarat:

1) bukan warga Negara Indonesia; dan

2) di Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan lain di luar jabatan atau pekerjaannya tersebut; serta

3) negara yang bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik;

c. Organisasi-organisasi Internasional yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan dengan syarat :

1) Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut; 2) tidak menjalankan usaha; atau

3) kegiatan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia selain pemberian pinjaman kepada pemerintah yang dananya berasal dari iuran para anggota;

80

d. Pejabat-pejabat perwakilan organisasi internasional yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan dengan syarat :

1) bukan warga negara Indonesia; dan

2) tidak menjalankan usaha atau kegiatan atau pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia.

Dalam pengenaan PPh Final Pengalihan Hak atas Tanah dan Bangunan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2008 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 1994 tentang Pembayaran Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Dari Pengalihan Hak Atas Tanah dan/atau Bangunan menegaskan bahwa yang menjadi subjek pajak adalah orang pribadi dan badan.

Dokumen terkait