• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN TEORITIS

2.2 Kurikulum Sekolah

2.4.4 Pengguna Perpustakaan

Pada perpustakaan, pengguna merupakan faktor yang mempengaruhi berhasil tidaknya suatu perpustakaan yang baik. Karena perpustakaan yang banyak dikunjungi dan dimanfaatkan seluruh fasilitas dan layanannya oleh pengguna dapat dikatakan perpustakaan yang berhasil apabila penguna sering keperpustakaan.

Reitz (2004, 527) menjelaskan bahwa pengguna adalah“User is only who

the resource and services of library”, yang artinya pengguna perpustakaan adalah setiap orang yang menggunakan fasilitas dan layanan yang ada di perpustakaan. Sedangkan Menurut Proboyekti (2008, 3) ”Pengguna perpustakaan terdiri dari 2 jenis yaitu pengguna yang sudah menggunakan perpustakaan dan pengguna yang berpotensial menggunakan

perpustakaan”.

Berdasarkan pendapat di atas dapat dijelaskan bahwa pengguna perpustakaan sekolah adalah setiap orang yang menggunakan bisa menggunakan fasilitas dan layanan di perpustakaan yakni para siswa, guru, dan pegawai.

2.5 Relevansi Koleksi

Perpustakaan sekolah dapat dikatakan berhasil apabila dimanfaatkan oleh pengguna serta tersedianya koleksi yang relevan dengan kebutuhan pengguna khususnya siswa.

Semakin banyak koleksi yang dimiliki perpustakaan diharapkan dapat memenuhi kebutuhan pengguna akan informasi dan ilmu pengetahuan. Koleksi yang relevan dengan kurikulum sekolah dapat bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan yang ada. Kurikulum yang berlaku di sekolah mengharuskan siswa dan guru memakai beberapa buku pelajaran sebagai panduan tidak hanya buku teks pelajaran tapi juga buku penunjang buku teks agar tercapai tujuan. Berarti siswa dan guru memerlukan banyak koleksi buku yang menunjang proses belajar mengajar yang ada. Maka perpustakaan harus dapat memenuhi kebutuhan siswa dan guru tersebut dengan menyediakan koleksi yang beragam dan bervariasi pada setiap koleksi. Koleksi-koleksi tersebut harus sesuai atau relevan dengan kebutuhan penggunanya yakni siswa dan para guru dalam mencapai tujuan. Sehingga proses belajar mengajar berjalan baik dan pembelajaran dapat dituntaskan dengan hasil yang maksimal pada siswa.

Adanya kesesuaian antara ketersediaan koleksi pada perpustakaan dengan informasi apa yang dibutuhkan pengguna perpustakaan dikenal dengan istilah relevansi pada pemakai. Hal ini berarti koleksi yang tersedia dapat memenuhi kebutuhan informasi pengguna dalam mencari informasi.

Menurut Siregar (2002, 8) “Salah satu prinsip pemilihan buku adalah relevansi atau kesesuaian. Yaitu perpustakaan hendaknya mengusahakan agar koleksi perpustakaan relevan dengan fungsi dan tujuan perpustakaan

serta tujuan lembaga induknya”.

Relevansi juga dapat diartikan bahwa suatu transaksi temu balik dianggap sukses jika dokumen yang diperoleh relevan dengan kebutuhan pengguna yang memintanya pada petugas pustakawan. Karena relevansi dapat dijadikan kriteria keberhasilan suatu temu balik informasi yang terdapat pada perpustakaan yang abik. Relevansi adalah suatu ukuran keefektivitasan antara sumber informasi dengan penerima informasi yang benar.

Menurut Andriani (2003, 11) menyatakan bahwa ”Relevansi merupakan

suatu yang difahami oleh pengguna pada saat memilih dokumen”.

Sedangkan menurut Purnomo (2006, 9) “Dokumen yang relevan artinya

dokumen-dokumen yang didapatkan dapat memenuhi kebutuhan informasi

yang sedang dibutuhkan”.

Berdasarkan pernyataan diatas, dapat dijelaskan bahwa relevansi merupakan kesesuaian dokumen yang diperoleh dari sumber informasi sehingga dapat memenuhi kebutuhan informasi pengguna yang didapatkan.

Keinginan dari pencari informasi adalah untuk mendapatkan informasi yang relevan dengan kebutuhan penguna. Pencari informasi akan sering berkunjung dan datang kembali ke perpustakaan apabila informasi relevan dengan kebutuhan yang tersedia di perpustakaan.

Menurut Pendit (2008, 2) ukuran relevansi dengan kebutuhan informasi adalah sebagai berikut:

1. Secara fitrahnya, perpustakaan dan sistem informasi berkutat dengan

persoalan relevansi. Memang, kata “relevan” itu sendiri datang dari “orang-orang sistem”, terutama orang-orang yang mendalami (information retrieval), tapi para pustakawan sejak lama sudah mengantisipasi isu ini. Di frasa ini ada keyakinan bahwa setiap orang punya buku yang cocok untuknya. Bahkan kita dapat secara dramatis mengatakan, untuk setiap bayi yang lahir di dunia ini ada sebuah buku terbit. Kelak di suatu masa, bayi itu akan membaca buku yang cocok untuknya.

2. Secara konseptual, maka ukuran relevansi yang eksternal ini punya satu kelemahan penting. Dalam konsep relevansi, sebuah dokumen atas buku dianggap relevan jika sesuai dengan kebutuhan pengguna. Kesesuaian ini kemudian ditetapkan sebagai sebuah ukuran kuantitatif yang tetap. Dalam tekhnik (information retrieval) cara penetapan ukuran kesesuaian ini seringkali linier (satu arah). Seseorang memasukkan pertanyaan (query) kesebuah sistem, lalu sistem memberikan jawaban. Berdasarkan jawaban ini dilakukan penghitungan seberapa relevan dokumen yang telah di temui oleh sistem.

3. Konsep linear di atas mengandaikan bahwa sebuah pertanyaan (query) sudah pasti mencerminkan kebutuhan pengguna. Di sinilah salah satu titik terlemah dari ukuran relevansi eksternal. Mesin dan sistem komputer terpaksa menerima pertanyaan (query) apa adanya dan tak punya pilihan selain mendaulat si pengguna sebagai pihak yang paling tahu apa yang dibutuhkannya dan tahu bagaimana menyampaikan permintaan yang akurat sekaligus jelas.

Berdasarkan uraian diatas, dapat dijelaskan bahwa kebutuhan informasi setiap individu adalah berbeda-beda, informasi tersebut dapat dikatakan relevan apabila sesuai dengan kebutuhan pengguna. Sehingga sebelum pengguna tersebut ingin mencari informasi melalui mesin pencari informasi , terlebih dahulu pengguna harus menyesuaikan pertanyaan (query) yang sesuai dengan kebutuhan pengguna.

Koleksi yang tersedia pada perpustakaan harus sesuai dengan kurikulum yang berlaku di dalam sekolah, sehingga koleksi tersebut relevan dan pengguna dapat menggunakan perpustakaan dengan baik.

Pengertian relevansi di sini adalah informasi atau koleksi yang tersedia sesuai dengan kebutuhan pengguna. Pada dasarnya pengguna perpustakaan membutuhkan informasi yang bervariasi sesuai dengan kebutuhannya masing- masing. Perpustakaan menyediakan berbagai koleksi untuk memenuhi kebutuhan informasi pengguna. Perpustakaan sebagai media penyedia informasi sebaiknya memiliki bahan perpustakaan yang banyak dan beraneka ragam serta sesuai dengan kebutuhan penggunanya, sehingga koleksi tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal oleh pengguna.

Menurut Lasa (2005, 122-124) Agar koleksi yang dimiliki perpustakaan betul-betul berdaya guna dan tepat guna, perlu dipertimbangkan dengan kriteria tertentu. Karena tidak semua informasi yang tersedia sesuai dengan kebutuhan pemustaka. Dalam hal ini staf yang bertanggung jawab terhadap seleksi, pengadaan, dan penyebaran informasi, harus mengenal dengan baik sumber dokumen dan informasi yang relevan dengan kebutuhan pemustaka.

Oleh karena itu, bahan informasi yang direncanakan oleh suatu perpustakaan hendaknya dipertimbangkan berdasarkan:

1. Relevansi, kesesuaian bahan informasi dengan keperluan pengguna, hal ini dimaksudkan agar perpustakaan memiliki nilai dan berdaya guna bagi pengguna, terutama para pengguna potensial.

2. Kemutakhiran, dalam pengembangan bahan informasi ini perlu antisipatif dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan bidang cakupan perpustakaan itu sendiri.

3. Rasio judul, pemakai, dan spesialisasi bidang, Banyak sedikitnya bahan informasi atau koleksi yang harus dimiliki oleh suatu perpustakaan hendaknya dipertimbangkan dengan jumlah pengguna, banyaknya judul, spesialisasi bidang, dan anggaran.

4. Tidak bertentangan dengan politik, ideologi, agama/keyakinan, ras, maupun golongan. Untuk menjaga segala kemungkinan konflik, baik

konflik sosial, agama, suku, maupun politik, maka bahan informasi yang direncanakan atau diperoleh suatu perpustakaan hendaknya diseleksi dengan teliti. Hal itu disebabkan, tidak sedikit buku, majalah, CD, kaset, dan hasil penelitian yang bertentangan dengan kebijaksanaan pemerintah, agama, politik, dan kultur masyarakat kita. 5. Kualitas, bahan informasi yang direncanakan hendaknya memenuhi

syarat-syarat kualitas, misalnya berkaitan dengan subjek, reputasi pengarang, dan reputasi penerbit. Perlu diperhatikn pula fisik bahan informasi seperti kertas, pita, lay out, label, warna, sampul, dan lainnya.

6. Objek keilmuan, koleksi atau bahan informasi suatu perpustakaan diharapkan mampu menunjang kegiatan keilmuan anggota potensial dan sesuai dengan visi dan misi lembaga induknya.

Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan bahwa sebuah perpustakaan dalam menyediakan koleksi atau informasi harus mempertimbangkan beberapa hal, yakni kesesuaian informasi dengan kebutuhan pengguna. Selain itu, perpustakaan juga harus memperhatikan isi informasi yang akan dilayankan, yakni tidak bertentangan dengan politik, ideologi, agama, ras, maupun golongan. Untuk itu bahan informasi yang akan direncanakan oleh sebuah perpustakaan hendaknya diseleksi dengan teliti.

Sumber bahan pustaka berdasarkan perkembangan terbaru dalam bidangnya sesuai dengan keadaan sekarang kecuali sejarah misalkan kenakalan remaja, narkoba, agar tidak terjebak dalam pergaluan sekarang dan juga tidak salah dalam pemahaman pada suatu dokumen.

Menurut Rianna (2010) kualitas informasi tergantung dari tiga hal yaitu informasi harus:

a) Akurat, berarti informasi harus bebas dari kesalahan-kesalahan dan tidak bias atau menyesatkan. Akurat juga berarti informasi harus jelas mencerminkan maksudnya.

b) Tepat pada waktunya, berarti informasi yang datang pada penerima tidak boleh terlambat.

c) Relevan, berarti informasi tersebut menpunyai manfaat untuk pemakainya. Relevansi informasi untuk tiap-tiap orang satu dengan yang lainnya berbeda.

Nilai Informasi ditentukan dari dua hal, yaitu manfaat dan biaya mendapatkannya. Suatu informasi dikatakan bernilai bila manfaatnya lebih efektif dibandingkan dengan biaya mendapatkannya.

Dokumen terkait