• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN ESTIMASI DAN PERTIMBANGAN (lanjutan)

POLICIES Kebijakan-kebijakan akuntansi signifikan yang

4. PENGGUNAAN ESTIMASI DAN PERTIMBANGAN (lanjutan)

4. USE OF ESTIMATES AND JUDGMENT (continued)

a. Sumber utama atas ketidakpastian estimasi (lanjutan)

a. Key sources of estimation uncertainty (continued)

a.3. Pengakuan aset pajak tangguhan a.3. Recognition of deferred tax assets

Aset pajak tangguhan diakui untuk semua penghasilan kena pajak yang dapat diperoleh kembali di masa depan yang timbul dari perbedaan temporer, termasuk ketersediaan penghasilan kena pajak masa depan yang memungkinkan Perseroan untuk mengakui aset pajak tangguhan atas kerugian fiskal. Managemen menyusun estimasi yang signifikan untuk menentukan besarnya aset pajak tangguhan yang dapat diakui, estimasi tersebut berdasarkan pada jangka waktu dan ketersediaan penghasilan kena pajak di masa mendatang yang digabungkan dengan strategi perencanaan pajak di masa mendatang. Lihat Catatan 23.

Deferred tax assets are recognized for all future recoverable taxable income arising from temporary differences, including the availability of future taxable income to enable the Company to recognize deferred tax assets for tax loss carry forwards. Significant estimates are prepared by management to determine the amount of deferred tax assets that can be recognized, based upon the likely timing and the availability of future taxable income together with future tax planning strategies. See Note 23.

b. .Pertimbangan akuntansi yang penting dalam

menerapkan kebijakan akuntansi Perseroan

b. Critical accounting judgments in applying the Company‘s accounting policies Pertimbangan akuntansi yang penting dalam

menerapkan kebijakan akuntansi Perseroan meliputi:

Critical accounting judgments made in applying the Company’s accounting policies include:

b.1. Penilaian instrumen keuangan

Kebijakan akuntansi Perseroan untuk pengukuran nilai wajar dibahas pada Catatan 2h.4.

Informasi mengenai nilai wajar dari instrumen keuangan diungkapkan pada Catatan 41.

b.1. Valuation of financial instruments

The Company’s accounting policy on fair value measurements is discussed in Note 2h.4.

Information about fair value of financial instruments is disclosed in Note 41.

b.2. Klasifikasi aset dan liabilitas keuangan Kebijakan akuntansi Perseroan memberikan keleluasaan untuk menetapkan aset dan liabilitas keuangan ke dalam berbagai kategori pada saat pengakuan awal sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku berdasarkan kondisi tertentu:

 Dalam mengklasifikasikan aset keuangan dan liabilitas keuangan ke dalam kelompok “diperdagangkan”, Perseroan telah menetapkan bahwa aset dan liabilitas keuangan tersebut sesuai dengan definisi aset dan liabilitas dalam kelompok diperdagangkan yang dijabarkan pada Catatan 2h.

b.2. Financial asset and liability classification The Company’s accounting policies provide scope for financial assets and liabilities to be designated at inception into different accounting categories in certain circumstances:

 In classifying financial assets and

financial liabilities as “trading”, the Company has determined that they meet definition of trading assets and liabilities as set out in Note 2h.

93

(lanjutan)

b. .Pertimbangan akuntansi yang penting dalam

menerapkan kebijakan akuntansi Perseroan (lanjutan)

b. Critical accounting judgments in applying the Company‘s accounting policies (continued)

b.2. Klasifikasi aset dan liabilitas keuangan (lanjutan)

b.2. Financial asset and liability classification (continued)

 Dalam mengklasifikasikan investasi pada Sukuk dan SPNS sebagai “diukur pada biaya perolehan” dan “diukur pada nilai wajar melalui penghasilan komprehensif lain”, Perseroan telah menetapkan bahwa investasi tersebut telah memenuhi persyaratan klasifikasi sebagaimana dijabarkan dalam Catatan 2o.

 In classifying investment in Sukuk and

SPNS as “measured at acquisition cost” and “measured at fair value through other comprehensive income”, the Company has determined that they meet the requirements of such classification as set out in Note 2o.

s

5. KAS 5. CASH

Akun ini terdiri dari: This account consists of the following:

2016 2015

Rupiah 1.754.274 1.745.220 Rupiah

Dolar Amerika Serikat 170.499 159.981 United States Dollar

Mata uang asing lainnya 145.784 107.461 Other foreign currencies

Jumlah 2.070.557 2.012.662 Total.

Pada tanggal 31 Desember 2016 dan 2015, saldo kas dalam mata uang Rupiah, termasuk jumlah kas pada ATM, masing-masing sebesar Rp320.012 dan Rp185.891.

As of 31 December 2016 and 2015, the balance of cash in Rupiah includes cash in ATM amounting to Rp320,012 and Rp185,891, respectively.

6. GIRO PADA BANK INDONESIA 6. CURRENT ACCOUNTS WITH BANK INDONESIA

Akun ini terdiri dari: This account consists of the following:

2016 2015

Rupiah 8.422.236 9.686.327 Rupiah

Dolar Amerika Serikat 2.119.613 3.147.496 United States Dollar

Jumlah 10.541.849 12.833.823 Total

Saldo giro pada Bank Indonesia disediakan untuk memenuhi persyaratan Giro Wajib Minimum (GWM) dari Bank Indonesia.

Current accounts with Bank Indonesia are provided to fulfill Bank Indonesia’s requirements on Minimum Reserve Requirements (GWM).

Peraturan Bank Indonesia mengenai GWM telah mengalami beberapa kali perubahan dan peraturan terakhir tercantum dalam Peraturan Bank Indonesia No.18/3/PBI/2016 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Bank Indonesia No.15/15/PBI/2013 tentang Giro Wajib Minimum Bank Umum Dalam Rupiah dan Valuta Asing Bagi Bank Umum Konvensional dan Peraturan Bank Indonesia No.15/16/PBI/2013 tentang Giro Wajib Minimum dalam Rupiah dan Valuta Asing bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah.

Bank Indonesia Regulations for GWM have been amended several times and the latest regulations are stated in Bank Indonesia Regulation No.18/3/PBI/2016 regarding The Third Amendment to Bank Indonesia Regulation No.15/15/PBI/2013 regarding Minimum Reserve Requirements in Rupiah and Foreign Currency for Conventional Bank and Bank Indonesia Regulation No. 15/16/PBI/2013 regarding Minimum Reserve Requirements in Rupiah and Foreign Currency for Sharia Banks and Sharia Business Unit.

Mulai 16 Maret 2016, bagi Bank Umum Konvensional, ketentuan minimum rasio GWM primer dan rasio GWM sekunder dalam mata uang Rupiah adalah masing-masing sebesar 6,5% dan 4%. Sedangkan ketentuan minimum rasio GWM dalam valuta asing adalah 8%.

Starting 16 March 2016, for Conventional Bank, the minimum requirements for primary GWM ratio and secondary GWM ratio in Rupiah are 6.5% and 4%, respectively. While the minimum requirements for GWM ratio in foreign currency is 8%.

94

6. GIRO PADA BANK INDONESIA (lanjutan) 6. CURRENT ACCOUNTS WITH BANK INDONESIA

(continued) Sebelum 16 Maret 2016, bagi Bank Umum

Konvensional, ketentuan minimum rasio GWM primer dan rasio GWM sekunder dalam mata uang Rupiah adalah masing-masing sebesar 7,5% dan 4%. Sedangkan ketentuan minimum rasio GWM dalam valuta asing adalah 8%.

Prior to 16 March 2016, for Conventional Bank, the minimum requirements for primary GWM ratio and secondary GWM ratio in Rupiah are 7.5% and 4%, respectively. While the minimum requirements for GWM ratio in foreign currency is 8%.

GWM Primer adalah simpanan minimum yang wajib dipelihara oleh Bank dalam bentuk saldo Rekening Giro pada Bank Indonesia. GWM Sekunder adalah cadangan minimum yang wajib dipelihara oleh Bank berupa SBI, Surat Utang Negara (SUN), Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) dan/atau excess

reserve yang merupakan kelebihan saldo Rekening

Giro Rupiah Bank dari GWM Primer dan GWM Loan

to Funding Ratio (LFR).

Primary GWM is a minimum reserve that should be maintained by the Bank in Current Accounts with Bank Indonesia. Secondary GWM is the minimum reserves that should be maintained by the Bank in the form of Certificates of Bank Indonesia (SBI), Government Debenture Debt (SUN), Sharia Government Securities (SBSN), and/or excess reserve which represent the excess reserve of the Bank’s Current Account in Rupiah over the Primary GWM and the GWM on Loan to Funding Ratio (LFR).

Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 18/14/PBI/2016 tentang Perubahan Keempat atas Peraturan Bank Indonesia No. 15/15/PBI/2013 tentang Giro Wajib Minimum Bank Umum dalam Rupiah dan Valuta Asing Bagi Bank Umum Konvensional, GWM LFR adalah tambahan simpanan minimum yang wajib dipelihara oleh bank dalam bentuk saldo Rekening Giro pada Bank Indonesia jika LFR Bank dibawah minimum LFR target Bank Indonesia (80%) atau jika diatas maksimum LFR target BI (92%) dan Kewajiban Penyediaan Modal Minimim (KPMM) Bank lebih kecil dari KPMM insentif BI sebesar 14%.

Based on Bank Indonesia Regulation No. 18/14/PBI/2016 regarding The Fourth Amendment to Bank Indonesia Regulation No. 15/15/PBI/2013 regarding Minimum Reserve Requirement in Rupiah and Foreign Currency for Conventional Bank, the GWM on LFR is the additional reserve that should be maintained by the Bank in the form of Current Account with Bank Indonesia if the Bank’s LFR is below the minimum LFR targeted by Bank Indonesia (80%) or if the Bank’s LFR above the maximum of LFR targeted by BI (92%) and the Capital Adequacy Ratio (CAR) is below BI requirement of 14%.

Pada tanggal 31 Desember 2016 dan 2015, rasio GWM Bank (bank konvensional) adalah masing-masing sebesar 32,53% dan 21,08% untuk mata uang Rupiah, serta masing-masing sebesar 8,35% dan 8,01% untuk valuta asing. Rasio GWM Bank (bank konvensional) untuk mata uang Rupiah pada tanggal 31 Desember 2016 dan 2015 terdiri dari rasio GWM primer masing-masing sebesar 6,65% dan 7,95% dan rasio GWM sekunder masing-masing sebesar 25,61% dan 13,13%. GWM LFR pada tanggal 31 Desember 2016 dan 2015 masing-masing sebesar 0,27% dan 0,00%.

As of 31 December 2016 and 2015, the Bank’s GWM ratios (conventional bank) were 32.53% and 21.08% for Rupiah currency, respectively, and 8.35% and 8.01% for foreign currency, respectively. The Bank’s GWM ratios (conventional bank) for Rupiah currency as of 31 December 2016 and 2015 consisted of primary GWM ratio of 6.65% and 7.95%, respectively, and secondary GWM ratio of 25.61% and 13.13%, respectively. The GWM on LFR as of 31 December 2016 and 2015 were 0.27% and 0.00%, respectively.

Bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah, ketentuan minimum rasio GWM dalam mata uang Rupiah dan valuta asing adalah masing-masing sebesar 5% dan 1%.

For Sharia Bank and Sharia Business Unit, the minimum requirements for GWM ratios in Rupiah and in foreign currency are 5% and 1%, respectively.

Pada tanggal 31 Desember 2016 dan 2015, rasio GWM Unit Usaha Syariah adalah masing-masing sebesar 6,15% dan 6,31% untuk mata uang Rupiah, serta masing-masing sebesar 3,10% dan 2,28% untuk valuta asing.

As of 31 December 2016 and 2015, the GWM ratios of Sharia Business Unit were 6.15% and 6.31% for Rupiah currency, respectively, and 3.10% and 2.28% for foreign currency, respectively.

Perseroan telah memenuhi peraturan Bank Indonesia yang berlaku tentang Giro Wajib Minimum bank umum konvensional dan Unit Usaha Syariah pada tanggal 31 Desember 2016 dan 2015.

The Company has fulfilled the prevailing Bank Indonesia’s regulation regarding Minimum Reserve Requirements for conventional banks and Sharia Business Unit as of 31 December 2016 and 2015.

95

(continued) Kisaran tingkat suku bunga kontraktual untuk giro

pada Bank Indonesia selama tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2016 dan 2015 adalah sebagai berikut:

The range of contractual interest rates of current accounts with Bank Indonesia during the years ended 31 December 2016 and 2015 were as follows:

2016 2015

Rupiah 0,00% - 2,50% 0,00% - 2,50% Rupiah

Dolar Amerika Serikat 0,00% 0,00% United States Dollar

Informasi mengenai klasifikasi giro pada Bank Indonesia diungkapkan pada Catatan 41.

Information with regards to the classification of current accounts with Bank Indonesia is disclosed in Note 41.

7. GIRO PADA BANK-BANK LAIN 7. CURRENT ACCOUNTS WITH OTHER BANKS

Akun ini terdiri dari: This account consists of the following:

2016 Jumlah/ Amount Cadangan Kerugian Penurunan Nilai/ Allowance for Impairment Losses Nilai Tercatat/ Carrying Amount Rupiah Rupiah

- Pihak ketiga 155.501 (50) 155.451 - Third parties

- Pihak berelasi 29 -) 29 - Related parties

155.530 (50) 155.480

Valuta Asing Foreign Currencies

- Pihak ketiga 975.813 (53) 975.760 - Third parties

- Pihak berelasi 738.000 (52) 737.948 - Related parties

1.713.813 (105) 1.713.708 Jumlah 1.869.343 (155) 1.869.188 Total 2015 Jumlah/ Amount Cadangan Kerugian Penurunan Nilai/ Allowance for Impairment Losses Nilai Tercatat/ Carrying Amount Rupiah Rupiah

- Pihak ketiga 109.099 (29) 109.070 - Third parties

- Pihak berelasi 30 -) 30 - Related parties

109.129 (29) 109.100

Valuta Asing Foreign Currencies

- Pihak ketiga 656.665 (46) 656.619 - Third parties

- Pihak berelasi 244.413 (8) 244.405 - Related parties

901.078 (54) 901.024

96

7. GIRO PADA BANK-BANK LAIN (lanjutan) 7. CURRENT ACCOUNTS WITH OTHER BANKS

(continued) Rincian giro pada bank-bank lain (sebelum cadangan

kerugian penurunan nilai) menurut nama pihak lawan pada tanggal 31 Desember 2016 dan 2015 adalah sebagai berikut:

Details of current accounts with other banks (before allowance for impairment losses) based on counterparties’ names as of 31 December 2016 and 2015 were as follows:

2016 2015

Standard Chartered Bank, Jakarta, New York, Frankfurt, Hong Kong, Singapura dan London (pihak

berelasi) 628.667 218.866

Standard Chartered Bank, Jakarta, New York, Frankfurt, Hong

Kong, Singapore and London (a related party) Wells Fargo Bank, N.A., New York dan

London 344.224 146.377

Wells Fargo Bank, N.A., New York and London

United Overseas Bank Ltd, Singapura 234.216 27.217 United Overseas Bank Ltd, Singapore

PT Bank Central Asia Tbk, Jakarta 155.413 108.941 PT Bank Central Asia Tbk, Jakarta

Sumitomo Mitsui Banking Corp., Tokyo 113.655 30.597 Sumitomo Mitsui Banking Corp., Tokyo

DBS Bank Ltd, Singapura (pihak berelasi) 109.362 25.577 DBS Bank Ltd, Singapore (a related party)

Clearstream Banking S.A. 68.653 33.947 Clearstream Banking S.A.

The Bank of New York Mellon Corp.,

New York 47.479 45.939

The Bank of New York Mellon Corp., New York

The Bank of Tokyo Mitsubishi UFJ, Tokyo 37.541 253.753 The Bank of Tokyo Mitsubishi UFJ, Tokyo

National Australia Bank Limited,

Melbourne 35.388 41.993

National Australia Bank Limited, Melbourne JP Morgan Chase Manhattan Bank, N.A.,

New York 31.617 20.330

JP Morgan Chase Manhattan Bank, N.A., New York

Citibank, N.A., New York 24.226 24.441 Citibank, N.A., New York

Bank of New Zealand, Wellington 14.066 2.464 Bank of New Zealand, Wellington

PT Bank ICBC Indonesia, Jakarta 8.737 11.997 PT Bank ICBC Indonesia, Jakarta

UBS AG, Zurich 6.780 9.564 UBS AG, Zurich

The Hongkong and Shanghai Banking

Corp. Limited, Hong Kong 4.511 1.231

The Hongkong and Shanghai Banking Corp. Limited, Hong Kong

Bank of Montreal 4.265 - Bank of Montreal

The Bank of Nova Scotia, Toronto - 6.490 The Bank of Nova Scotia, Toronto

Lain-lain 543 483 Others

Jumlah 1.869.343 1.010.207 Total

Perubahan cadangan kerugian penurunan nilai kolektif adalah sebagai berikut:

The movement of allowance for collective impairment losses was as follows:

2016 Rupiah/ Rupiah Valuta Asing/ Foreign Currencies Jumlah/ Total

Saldo, awal tahun 29 54) 83) Balance, beginning of year

Penambahan cadangan selama

tahun berjalan 21 55) 76)

Addition of allowance during the year

Selisih kurs - (4) (4) Exchange rate difference

Saldo, akhir tahun 50 105) 155) Balance, end of year

2015 Rupiah/ Rupiah Valuta Asing/ Foreign Currencies Jumlah/ Total

Saldo, awal tahun 20 36) 56) Balance, beginning of year

Penambahan cadangan selama

tahun berjalan 9 13) 22)

Addition of allowance during the year

Selisih kurs - 5) 5) Exchange rate difference

97

(continued) Manajemen menyatakan bahwa saldo cadangan

kerugian penurunan nilai yang dibentuk cukup untuk menutupi kemungkinan tidak tertagihnya giro pada