• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.2. Penggunaan Input Bawang Merah

a. Bibit

Bibit yang digunakan oleh petani di daerah penelitian merupakan varietas lokal. Bibit yang digunakan petani diperoleh dengan cara dibeli di toko sarana produksi pertanian dan ada juga yang menggunakan hasil panen dari usahatani bawang merah sebelumnya.Biasanya petani membeli bibit bawang merah dibeli petani dengan harga Rp 30.000,-/kg sampai Rp 35.000,-/kg dengan rata-rata harga bibit sebesar Rp 33.081,-/kg. Bibit bawang merah tersebut tersedia hanya pada saat musim tanam bawang merah, namun harganya mahal dan selisih harga bibit juga jauh dibandingkan dengan harga jual bawang merah. Rata-rata harga bibit bawang merah sebesar Rp 33.081,-/kg dan rata-rata harga jual bawang merah adalah Rp 20.300,-/kg.Oleh karena itu petani mengharapkan agar bibit bawang merah dapat tetap tersedia dengan harga yang lebih murah dari harga bibit saat ini.Tabel berikut ini menjelaskan penggunaan bibit rata-rata per petani dan per hektarnya untuk sekali musim tanam.

Tabel 5.3. Penggunaan dan Biaya Bibit Rata-Rata Per Petani dan Per Hektar Uraian Penggunaan Bibit (Kg) Biaya Bibit (Rp)

Rata-Rata Per Petani 69 2.267.486 Rata-Rata Per Hektar 678 22.448.116

Sumber : Lampiran 3, 2016

Kebutuhan bibit bawang merah per hektar menurut Sunardi (2009) adalah 1,1 ton per hektar hal ini menunjukkan bahwa rata-rata penggunaan bibit di daerah penelitian relatif rendah yaitu 678 kg per hektar dengan biaya sebesar Rp 22.448.116 dan 69 kg per petani dengan biaya sebesar Rp. 2.267.486. Hal ini disebabkan karena jumlah bibit yang digunakan petani untuk usahatani bawang merah memiliki harga yang cukup mahal.Harga rata-rata bibit bawang merah secara nasional pada tahun 2016 yaitu sebesar Rp 26.000,-/kg sedangkan, rata-rata harga bibit di Kecamatan Simanindo adalah

Rp 33.081,-/kg. Untuk kebutuhan seluruh Kabupaten Samosir dengan luas lahan 1114 Ha dibutuhkan bibit sebanyak 755.292 Kg/musim tanam dan kebutuhan Kecamatan Simanindo dibutuhkan bibit Sebanyak 43.392 kg/musim tanam.

b. Pupuk

Di daerah penelitian pemupukan dilakukan dua kali dalam satu musim tanam, pemupukan pertama disebut juga pupuk dasar yaitu sebelum bibit ditanam, pemupukan kedua disebut juga pupuk susulan, dilakukan ketika tanaman sudah tumbuh. Pupuk dasar hanya menggunakan pupuk organik saja atau kombinasi pupuk organik dan kimia. Sementara pemupukan susulan hanya menggunakan campuran dari beberapa pupuk kimia.

Berikut adalah rata-rata harga pupuk di Kecamatan Simanindo: Pupuk NPK Rp 3.000 – 5.000 /Kg Pupuk ZA Rp 1.500 – 3.000 /Kg Pupuk TSP Rp 2.500 – 4.000 /Kg Pupuk Phonska Rp 3.000 – 5.000 /Kg Pupuk Mabar Rp 1.000 – 2.000 /Kg Pupuk Organik Rp 200 – 300 /Kg.

Kegunaan pupuk tersebut antara lain: NPK merupakan pupuk berunsur hara makro yaitu nitrogen (N), Posfor (P), serta Kalium (K) yang berfungsi untuk memacu pertumbuhan vegetatif serta menguatkan batang tanaman. ZA merupakan pupuk yang berfungsi untuk memperbanyak umbi pada tanaman bawang merah.TSP merupakan pupuk yang berfungsi untuk perbanyakan umbi, agar umbi bawang merah berbuah banyak.Phonska merupakan pupuk untuk penguatan batang dan akar pada tanaman bawang merah.Pupuk Mabar merupakan pupuk makro yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan unsur hara makro dan mikro pada tanaman.Serta pupuk organik berguna untuk meningkatkan bahan

organik tanah dan unsur hara pada tanah. Tabel berikut ini menjelaskan penggunaan pupuk rata-rata per petani dan per hektarnya:

Tabel 5.4. Jumlah Penggunaan dan Biaya Pupuk Rata-Rata Per Petani dan Per Hektar

No Jenis

Pupuk

Per Petani Per Hektar

Kebutuhan (kg) Biaya (Rp) Kebutuhan (kg) Biaya (Rp) 1 NPK 56.10 220.270 502.50 2.144.986 2 ZA 24.10 36.182 240.00 360.187 3 TSP 10.70 33.108 100.90 279.800 4 KCL 5.39 21.047 57.50 216.751 5 Mabar 7.70 69.324 76.23 552.295 6 Organik 10.90 2.189 126.40 25.280 Jumlah 163.02 382.122 1614 3.783.004 Sumber: Lampiran 4, 2016

Menurut Andita (2014) penggunaan pupuk untuk tanaman bawang merah NPK, ZA serta TSP sebanyak 500 kg, 300 kg, serta 200 kg setiap hektar.Penggunaan pupuk di daerah penelitian terbilang kurang maksimal, terutama pupuk TSP sebesar 100 kg per hektarnya.Rata-rata kebutuhan pupuk per petani adalah 163,02 kg dengan biaya rata-rata Rp 385.122 per petanidan kebutuhan pupuk per hektar 1.164 kg dengan biaya rata-rata Rp 3.783.004 dengan rata-rata harga pupuk per kilogramnya sebesar Rp 2.340/kg. Untuk kebutuhan Seluruh kabupaten Samosir dengan luas lahan 1114 Ha di butuhkan pupuk sebanyak 1.796 ton dan kebutuhan Kecamatan Simanindo dengan luas lahan 64 Ha sebesar 10,3 ton.

c. Tenaga Kerja

Tenaga kerja di daerah penelitian digunakan untuk mempersiapkan lahan, penanaman, pemupukan, perawatan hingga panen dan pascapanen. Tenaga kerja yang digunakan adalah TKDK (Tenaga Kerja Dalam Keluarga) dan TKLK (Tenaga Kerja Luar Keluarga)

dengan upah harian. Tabel berikut ini akan menjelaskan penggunaan tenaga kerja rata-rata per petani dan per hektarnya:

Tabel 5.5. Penggunaan Tenaga Kerja Usahatani Bawang Merah Per Petani dan Per Hektar

No Kegiatan

Penggunaan tenaga kerja (HKP)

biaya

Per petani Per hektar Per petani Per hektar

1 Persiapan lahan 5,20 51,6 286.891 2.840.300 2 Pemupukan 2,97 29,4 163.513 1.618.784 3 Penanaman 5,91 58,5 325.540 3.228.851 4 Perawatan 10,50 103,4 577.500 5.717.250 5 Pemanenan 4,80 47,6 264.594 2.619.486 6 Pasca panen 5,30 52,5 298.050 2.950.601 Total 34,8 344,9 1.918.081 18.969.202 Sumber: Lampiran 7, 2016

Penggunaan tenaga kerja usahatani bawang merah di daerah penelitian per pertani yaitu 34,8 HKP dengan biaya sebanyak Rp 1.918.081 dengan rincian biaya rata-rata tenaga kerja Rp 55.000 per HKP. Sedangkan penggunaan tenaga kerja usahatani bawang merah per hektar di daerah penelitian yaitu 344,9 HKP dengan biaya sebesar Rp 18.969.202. Dari beberapa kegiatan, penggunaan tenaga kerja paling banyak adalah pada masa perawatan dimana tenaga kerja yang digunakan per petani yaitu sebanyak 10,50 HKP dengan biaya Rp 577.500 dan untuk per hektar yaitu sebanyak 103,4 HKP dengan biaya Rp 5.717.250. Hal ini terjadi karena pada masa perawatan tanaman bawang merah harus sering dilakukan penyiangan sehingga membutuhkan tenaga kerja yang lebih banyak.

d. Pestisida

Di daerah penelitian sering terjadi serangan hama dan penyakit. Hama yang sering menyerang adalah Ulat Bawang (Spodoptera SPP) serangan hama ini di tandai dengan bercak putih transparan pada daun. Sedangkan penyakit yang sering menyerang adalah penyakit layu Fusarium gejala yang ditandai dengan menguningnya daun bawang.

Berikut adalah rata-rata harga pestisida di Kecamatan Simanindo: Seprin Rp 30.000/L, Grandastar Rp 30.000/L, Curacron Rp 450.000/L, Antracol Rp

110.000/L, Perclaim Rp 120.000/L, Alica Rp Rp 550.000/L, Matador, Rp 90.000/L, Trigard Rp 120.000/L, Dithane Rp 85.000/L, Agrimec Rp 650.000/L. Petani bawang merah pada umumnya membeli pestisida per botol dengan

ukuran berkisar 20 – 500 ml. Ukuran pemakaian pestisida masing–masing petani pada umumnya dengan ukuran per botol tersebut. Rata-rata petani membeli pestisida untuk hama tumbuhan ataupun gulma dan ulat pemakan daun bawang merah.

Penggunaan pestisida berupa pembasmian hama penyakit dilakukan dengan penyemprotan sejak tanaman bawang merah berusia 2-3 minggu. Penyemprotan dilakukan dengan pompa semprot berkapasitas 12 liter. Penyemprotan dilakukan 1-3 kali dalam seminggu tergantung kondisi cuaca, apabila musim hujan dalam seminggu penyemprotan dilakukan sampai 3 kali sebaliknya apabila tidak hujan penyemprotan hanya dilakukan 1 kali seminggu.

Tabel 5.6.Penggunaan dan Biaya Pestisida Rata-Rata Per Petani dan Hektar

No Jenis

Pestisida

Per Petani Per Hektar

Kebutuhan Biaya (Rp) Kebutuhan Biaya (Rp) 1 Seprin(L) 1,34 40.220 13,27 398.178 2 Gandastar(L) 1,48 44.471 14,68 440.262 3 Curacron(L) 0,07 19.821 0,69 196.229 4 Perclaim(L) 0,10 20.173 0,99 199.712 5 Antracol (L) 0,02 13.118 0,24 129.871 6 Alica(L) 0,04 22.416 0,40 221.921 7 Matador(L) 0,35 22.553 3,47 223.271 8 Trigard(L) 0,11 13.524 1,12 133.891 9 Dithane(L) 0,13 11.332 1,32 112.188 10 Agrimec(L) 0,02 14.845 0,23 146.961 Jumlah 3,62 222.473 36,1 2.202.483 Sumber : Lampiran 5, 2016

Pestisida yang paling banyak digunakan di daerah penelitian adalah Gandastar yaitu sebanyak 14,68 liter per hektar dengan biaya sebesar Rp 440.262 dan penggunaan

pestisida jenis Gandastar sangat cocok untuk membasmi hama ulat bawang (Spodoptera SPP). Biaya pestisida rata-rata yaitu 222.473 per petani dan Rp 2.202.483 per hektar dengan biaya rata-rata pestisida sebesar Rp 61.456/liter. Untuk kebutuhan Seluruh kabupaten Samosir dengan luas lahan 1114 Ha di butuhkan pestisida sebanyak 53.472 liter dan kebutuhan pestisida Kecamatan Simanindo sebanyak 3.072 liter.

Dokumen terkait