TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pediatri
2.5 Penggunaan Obat Pada Pediatri
Terapi obat pada pediatri berbeda dengan terapi obat pada orang dewasa
karena perbedaan karakteristik. Perbedaan karakteristik ini akan mempengaruhi
farmakokinetika obat yang pada akhirnya akan mempengaruhi efikasi dan/ atau
toksisitas obat.
2.5.1 Farmakokinetika
Kinetika obat dalam tubuh anak-anak berbeda dengan dewasa sesuai
dengan pertambahan usianya. Beberapa perubahan farmakokinetika terjadi selama
a. absorpsi
Absorpsi obat melalui rute oral dan parenteral pada anak sebanding
dengan pasien dewasa. Pada bayi dan anak sekresi asam lambung belum sebanyak
pada dewasa, sehingga pH lambung menjadi lebih alkalis. Hal tersebut akan
menurunkan absorbsi obat – obat yang bersifat asam lemah seperti fenobarbital
dan fenitoin, sebaliknya akan meningkatkan absorbsi obat – obat yang bersifat
basa lemah seperti penisilin dan eritromisin. Waktu pengosongan dan pH lambung
akan mencapai tahap normal pada usia sekitar tiga tahun. Waktu pengosongan
lambung pada bayi baru lahir yaitu 6-8 jam sedangkan dewasa 3-4 jam. Oleh
karena itu harus diperhatikan pada pemberian obat yang di absorbsi di lambung.
Peristaltik pada neonatus tidak beraturan dan mungkin lebih lambat karena itu
absorbsi obat di usus halus sulit di prediksi. Absorpsi perkutan meningkat pada
bayi dan anak-anak terutama pada bayi prematur karena kulitnya lebih tipis, lebih
lembab, dan lebih besar dalam ratio luas permukaan tubuh per kilogram berat
badan.
b. distribusi
Selama usisa bayi, kadar air total dalam tubuh terhadap berat badan total
memiliki persentase yang lebih besar daripada anak yang lebih tua atau dewasa.
Obat yang larut dalam air seharusnya diberikan dengan dosis yang lebih besar
pada neonatus untuk mencapai efek terapeutik yang dikehendaki
(Mohammed,dkk., 2003). Distribusi obat pada bayi dan anak berbeda dengan
orang dewasa, karena adanya perbedaan volume cairan ekstraselluler, total air
c. metabolisme
Rendahnya metabolisme obat di hati pada neonatus disebabkan oleh
rendahnya aliran darah ke hati, asupan obat oleh sel hati, kapasitas enzim hati dan
ekskresi empedu. Sistem enzim di hati pada neonatus dan bayi belum sempurna,
terutama pada proses oksidasi dan glukoronidase, sebaliknya pada jalur konjugasi
dengan asam sulfat berlangsung sempurna. Meskipun metabolisme asetaminofen
melalui jalur glukoronidase pada anak masih belum sempurna dibandingkan pada
orang dewasa, sebagian kecil dari bagian ini dikompensasi melalui jalur konjugasi
dengan asam sulfat. Jalur metabolisme ini mungkin berhubungan langsung dengan
usia dan mungkin memerlukan waktu selama beberapa bulan sampai satu tahun
agar berkembang sempurna. Hal ini terlihat dari peningkatan klirens pada usia
setelah satu tahun. Dosis beberapa jenis antiepilepsi dan teofilin untuk bayi lebih
besar daripada dosis dewasa agar tercapai konsentrasi plasma terapeutik. Hal ini
disebabkan bayi belum mampu melakukan metabolisme senyawa tersebut menjadi
bentuk metabolit aktifnya (Depkes RI., 2009).
d. eliminasi melalui ginjal
Filtrasi glomerulus, sekresi tubulus, reabsorbsi tubulus menurun dan
bersihan (clearance) obat tidak dapat di prediksi, tergantung cara eliminasi obat
tersebut di ginjal. Pada umumnya obat dan metabolitnya dieliminasi melalui
ginjal. Kecepatan filtrasi glomerulus pada neonatus adalah 0,6–0,8 mL/menit per
1,73 m2 dan pada bayi adalah 2-4 mL/menit per 1,73 m2. Proses filtrasi
glomerulus, sekresi tubuler dan reabsorpsi tubuler akan menunjukkan efisiensi
ekskresi ginjal. Proses perkembangan ini akan berlangsung sekitar beberapa
2.6 Antibiotik
2.6.1 Definisi
Antibiotika (L. Anti = lawan, bios = hidup) adalah zat-zat kimia yang
dihasilkan oleh fungi dan bakteri, yang memiliki khasiat mematikan atau
menghambat pertumbuhan kuman (Tjay dan Rahardja, 2007).
2.6.2 Mekanisme Aksi Antibiotik
Antibiotik bisa diklasifikasikan berdasarkan mekanisme kerjanya, yaitu:
a. Menghambat sintesis atau merusak dinding sel bakteri. Contohnya
laktam (penisilin, sefalosporin, monobaktam, karbapenem, inhibitor
beta-laktamase), basitrasin, dan vankomisin.
b. Merusak membran sel. Contohnya polimiksin, ketokonazol.
c. Memodifikasi atau menghambat sintesis protein. Contohnya
aminoglikosid, kloramfenikol, tetrasiklin, makrolida (eritromisin,
azitromisin, klaritromisin), klindamisin, mupirosin, dan spektinomisin.
d. Menghambat enzim-enzim esensial dalam metabolisme folat. Contohnya
trimetoprim dan sulfonamid.
e. Mempengaruhi sintesis atau metabolisme asam nukleat. Contohnya
kuinolon, nitrofurantoin, rifampin (Setiabudy, 2007).
2.6.3 Aktivitas Antibiotik
a. antibiotika kerja luas (broad spectrum), yaitu agen yang dapat
menghambat pertumbuhan dan mematikan bakteri gram positif maupun
bakteri gram negatif. Golongan ini diharapkan dapat menghambat
golongan ini adalah tetrasiklin dan derivatnya, kloramfenikol, ampisilin,
sefalosporin, carbapenemdan lain-lain.
b. antibiotika kerja sempit (narrow spectrum) adalah golongan ini hanya
aktif terhadap beberapa bakteri saja. Yang termasuk golongan ini adalah
penisilina, streptomisin, neomisin, basitrasin (Tan Rahardja, 2008).
2.6.4 Jenis Antibiotik
a.penisillin
Penisilin merupakan derivat β-laktam terutama yang memiliki aksi
bakterisida dengan mekanisme kerja menghambat sintesis dinding sel bakteri dan
penisilin merupakan antibiotik efektif yang paling banyak digunakan dan juga
merupakan obat yang paling sedikit toksik, tetapi peningkatan resistensi telah
membatasi penggunaan obat ini (Harvey,dkk., 2013).
b.sefalosporin
Sefalosporin termasuk antibiotik β-laktam yang bekerja dengan cara menghambat sintesis dinding sel mikroba. Sefalosporin aktif terhadap kuman
gram positif dan gram negatif, tapi spektrum antimikroba masing-masing derivat
bervariasi. Farmakologi sefalosporin mirip dengan penisillin. Sefalosporin
diklasifikasikan berdasarkan generasinya.
Sefalosporin generasi pertama: sefaleksin, sefradin, sefadroxil
Aktivitasnya: antibiotik yang efektif terhadap gram positif dan memiliki aktivitas
sedang terhadap gram negatif. Golongan ini efektif terhadap sebagian besar S.
Aureus dan Streptococcus termasuk
StreptococcusPyogenes,StreptococcusViridans dan StreptococcusPneumoniae.
perfringens, Listeria Monocytogenesdan Corinebacterium diphteria. Obat ini
diindikasikan untuk infeksi saluran kemih, infeksi saluran nafas, sinusitis, infeksi
kulit dan jaringan lunak
Sefalosporin generasi kedua: sefuroksim, sefoktasim, sefmetazol, sefprozil
Aktivitasnya: kurang aktif terhadap bakteri gram positif tapi lebih aktif terhadap
gram negatif, misalnya H.influenza, Pr Mirabilis, E. Coli dan Klebsiella.
Sefalosporin generasi ketiga: cefixime, seftradizin, seftriakson
Aktivitasnya: Sefalosporin ini telah memiliki peran memiliki peran penting dalam
penatalaksanaan penyakit infeksius. Aktivitas kurang aktif terhadap gram positif
dibandingkan generasi 1 tetapi lebih tinggi melawan gram negatif.
Sefalosporin generasi keempat: sefepim, sefpirom
Aktivitasnya: lebih luas dibandingkan generasi III dan tahan terhadap
beta-laktamase (Depkes RI., 2011).
c.sulfonamida
Sulfonamida merupakan salah satu antimikroba tertua yang masih digunakan.
Preparat sulfonamida yang paling banyak digunakan adalah kombinasi
trimethoprim dengan sulfametazol yang lebih dikenal dengan nama
cotrimoksazol. Mekanisme kerja sulfamektazol adalah menghambat sintesis asam
folat, sedangkan trimethoprim menghambat reduksi asam dihydrofolat menjadi
tetrahydrofolat sehingga menghambat enzim pada alur sintesis asam folat.
Kombinasi yang bersifat sinergis ini menyebabkan pemakaian yang luas pada
d.makrolida
Golongan makrolida menghambat sintesis protein kuman dengan jalan
berikatan secara reversible dengan sub unit 50S, dan umumnya bersifat
bakterisidal untuk kuman yang sangat peka (Setiabudy, 2007).
Eritromisin adalah obat pertama dari kelompok makrolida yang digunakan
secara klinis baik sebagai obat pilihan pertama maupun sebagai alternatif untuk
penisillin pada orang yang alergi terhadap antibioika beta-lactam. Obat ini
diindikasikan untuk infeksi saluran nafas, pertusis (Setiabudy, 2007).
e.metronidazol
Metronidazol suatu nitroimidazol terutama digunakan untuk amubiasis dan
infeksi bakteri anaerob. Metronidazol adalah obat yang terpilih untuk pengobatan
kolitis pseudomembranosa yang disebabkan oleh basil gram-positif anaerob.
Clostridiumdifficile dan juga efektif dalam pengobatan abses otak akibat
organisme ini.
f. isoniazid
Isoniazid yang sering disingkat dengan INH adalah antimikroba yang sangat
efektif terhadap Mycobacterium tuberculosis. Isoniazid masih tetap merupakan
obat yang sangat penting untuk mengobati semua tipe tuberkulosis untuk tujuan
terapi obat ini harus digunakan bersama obat tuberkulosis lainnya (Setiabudy,
2007).
g.rifampisin
Rifampisin menghambat pertumbuhan berbagai kuman gram positif dan gram
penisilin. Rifampisin merupakan obat yang sangat efektif untuk pengobatan
tuberkulosis dan sering digunakan bersama isoniazid untuk terapi tuberkulosis
jangka pendek (Setiabudy, 2007).