• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.2. Metode Pemetaan Konseptual

2.2.2. Penggunaan Pemetaan Konseptual

Pemetaan konseptual memiliki banyak manfaat, terutama dalam sistem pembelajaran. Penggunaan pemetaan konseptual biasanya dilakukan untuk menggambarkan keadaan secara jelas, mengatur pembelajaran atau seluruh kurikulum, sebagai alat perencanaan yang baik, serta dapat dijadikan sebagai alat penghubung antara tema dan topik yang berbeda.

Berdasarkan tulisan Sulistyo-Basuki(2002, 3) berjudul ‘Pemetaan pengetahuan’, dinyatakan bahwa “Pemetaan konseptual digunakan untuk memaparkan seluruh domain pengetahuan guna mengidentifikasi kesenjangan dan bidang yang menarik.Objeknya dapat berupa disiplin ilmiah atau teknologi atau domain interdisipliner.”

Berdasarkan penggunaannya, Canas, Novak dan Gonzales(2004, 1), menyatakan bahwa:

Concept maps have been widely used to promote meaningful learning in various disciplines and in different contexts. Previous research suggests that concept mapping is a highly flexible tool that can be adapted for

Pendapat di atasmenyatakan bahwapeta konsep telah banyak digunakan untuk mempromosikan pembelajaran bermakna dalam berbagai disiplin ilmu dan dalam konteks yang berbeda. Penggunaan peta konsep sangat berguna dalam melakukan pembelajaran pada berbagai disiplin ilmu.

Masih dalam pembahasan mengenai penggunaan peta konsep, Gomez(2005, 2)menyatakan bahwa:

Concept maps are usually employed to represent the response, analysis or solution to a particular question, situation, or event that the knowledge producer is trying to understand. Awareness of concept acquisition, knowledge organization and self-regulation are the developmental skills that enable learners to create and classify known and new concepts, as well as to select linking phrases to make propositions.

Dari uraian di atas, dapat diketahui bahwa penggunaan peta konsep selain untuk menggambarkan keadaan dari pengamat pengetahuan, juga digunakan sebagai alat pengembangan dalam penciptaan dan penggolongan pengetahuan sehingga menghasilkan konsep baru. Hal lain yang digunakan peta konsep adalah memilih kata penghubung untuk membuat proposisi. Dimana proposisi merupakan hubungan suatu konsep (informasi) dengan konsep lain. Satu proposisi mengandung dua konsep dan kata penghubung.

Gambar 2.5. Proposisi sebagai unit dasar

Sumber: Walsh (2010)

Pernyataan yang sama mengenai penggunaan peta konsep sebagai alat representasi dinyatakan oleh Coffey yang dikutip oleh Tergan(2005, 191) sebagai berikut:

Concept Maps may be used to coherently represent in virtual space abstract conceptual knowledge, content knowledge, and related information. They may particularly be useful to supplement visualizations of information which are based on visual semantics only, and may help to make sense of the semantic relations between knowledge and information.

Pendapat di atas dapat diartikan bahwa peta konsep dapat digunakan untuk menggambarkan dengan jelas dalam ringkasan keadaan nyata pengetahuan konseptual, pengetahuan konten, dan informasi terkait. Hal ini dapat bermanfaat dalam melengkapi visualisasi informasi yang didasarkan pada semantik visual saja, serta dapat membantu dalam hal memahami hubungan semantik antara pengetahuan dan informasi.

Pada kegiatan pembelajaran, peta konsep juga dapat digunakan sebagai alat perencanaan sebagaimana dinyatakan oleh Birbiibahwa:

Concept maps can also be used to organize teaching or the entire curriculum. As a planning tool, they can help teachers plan, structure, and sequence the content of their teaching. As they create a map of what they want to teach, teachers can see how different themes and topics are linked, so continuity of experience is ensured, and develop units and activities that integrate different subjects.(Birbii 2006, 4) Pendapat di atas dapat diartikan bahwa peta konsep juga dapat digunakan untuk mengatur pembelajaran atau seluruh kurikulum.Sebagai alat perencanaan, peta konsep dapat digunakan untuk membantu pengajar dalam membuat perencanaan, struktur, serta rangkaian isi pengajaran. Ketika ingin membuat suatu peta dengan tujuan untuk mengajar, pengajar dapat melihat bagaimana tema dan topik yang berbeda dapat dihubungkan, sehingga dapat menambah pengalaman dan wawasan, dan mengembangkan unit dan kegiatan yang mengintegrasikan subjek yang berbeda.

Dariuraian di atas, dapat diketahui bahwa ada beberapa kegunaan peta konsep yakni sebagai alat perencanaan untuk mengatur pembelajaran atau kurikulum, sebagai alat penghubung antara tema dan topik yang berbeda, sebagai alat pengembangan unit dan aktivitas dari subjek yang berbeda.

Sedangkan Wexler(2001, 257), menyatakan bahwa “The contents of a knowledge map are thus problem-focussed and alter through use, reuse and experimentation.” Pendapat tersebut dapat diartikan bahwa isi peta pengetahuan berfokus pada suatu masalah dan setelah digunakan, penggunaan kembali dan eksperimen.

Pendapat lain yang berhubungan dengan peta konsep membahas tentang struktur peta konsep, dinyatakan sebagai berikut:

The structureof a concept map is dependenton its context. Consequently,maps having similar concepts can vary from one context to another and are highly idiosyncratic. The strength of concept maps lies in their ability to measure a particular person’s knowledgeabout a given topic in a specific context. (Canas, Carff, et al. 2005, 3)

Berdasarkan pendapat Canas, et al. (2005, 3)dapat diketahui bahwa struktur peta konsep tergantung pada konteksnya. Akibatnya, peta yang memiliki konsep serupa dapat bervariasi dari satu konteks ke konteks yang lain dan memiliki keistimewaaan tersendiri. Kekuatan peta konsep tergantung pada kemampuan mereka untuk mengukur pengetahuan seseorang mengenai suatu topik dalam konteks tertentu.

Kedua pendapat di atas (Wexler dan Canas, Carff, et al.) saling melengkapi, sehingga dapat dinyatakan bahwa suatu topik permasalahan dapat mempengaruhi struktur peta konsep yang akan diciptakan. Dengan kata lain, struktur suatu peta konsep tergantung kepada topik yang akan dikaji. Sehingga, untuk mengetahui beberapa topik yang berbeda diperlukan peta konsep yang berbeda pula. Karena satu peta konsep hanya dapat membahas satu topik saja.

Menurut Liebowitz (2002, 26) mengenai hubungan antara pemetaan pengetahuan dengan pemetaan konseptual adalah sebagai berikut:

In knowledge management terms, knowledge mapping relates to conceptual mapping in a very direct way. Specifically, the objective of knowledge mapping is to develop a network structure that represents concepts and their associated relationships in order to identify existing knowledge in the organization (in a well-defined area) and determine where the gaps are in the organization’s knowledge base as it evolves into a learning organization.

Pendapat di atas memiliki arti bahwa dalam istilah manajemen pengetahuan, pemetaan pengetahuan berkaitan secara langsungdengan pemetaan konseptual.Secara khusus, objek dari pemetaan pengetahuanadalah untuk mengembangkan struktur jaringan yang mewakili konsep dan hubungan yang terkait untuk mengidentifikasikan pengetahuan yang ada dalam organisasi dan menentukan di mana kesenjangan dalam basis pengetahuan organisasi berevolusi menjadi suatu organisasi pembelajaran.

Penggunaan pemetaan konsep di dalam dunia pendidikandapat diketahui dari pernyataan berikut ini:

ConceptMappinghasbeenputtomanyusesineducation, businessand government.Oneoftheoriginalusesineducationwasfortheassessmentofwh ata learnerknows.ConceptMapscanbeusedtoexternalizeandmakeexplicitthec onceptual knowledge (bothcorrectanderroneous)thatstudentsholdinaknowledge domain.The processofConceptMappingforeducational purposescanfosterthelearningofwell integratedstructuralknowledgeasopposedtothememorization offragmentary, unintegratedfacts. (Canas, Coffey, et al. 2003, 7)

Pendapat di atas dapat diartikan bahwa pemetaan konsep memiliki banyak manfaat pada berbagai bidang termasuk pendidikan, bisnis, maupun pemerintahan. Salah satu manfaat dalam pendidikan yaitu untuk melakukan penilaian mengenai apa yang diketahui oleh pelajar. Peta konsep dapat digunakan untuk mengeksternalisasi dan membuat pengetahuan konseptual secara eksplisit (keduanya benar dan salah) bahwa pelajar berada pada domain pengetahuan. Proses pemetaan konsep untuk tujuan pendidikan dapat mendorong perkembangan pembelajaran menjadi pengetahuan struktural yang terintegrasi dengan baik dan bertentangan dengan menghafal fragmentasi, serta fakta-fakta yang tidak terintegrasi.

Selanjutnya Canas, Coffey, et al.(2003, 23),menyatakan bahwa ada berbagai penggunaan peta konsep yang telah di indentifikasi, yaitu:

Numerous educational applications of Concept Mapping can be identified. Including as: 1) a scaffold for understanding, 2) a tool for the consolidation of educational experiences, 3) a tool for improvement of affective conditions for learning, 4) an aid or alternative to traditional writing assignments, 5) a tool to teach critical thinking, 6) a mediating representation for supporting interaction among learners, and 7) an aid to the process of learning by teaching.

Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa penggunaan peta konsep dapat dinyatakan dalam beberapa poin yang termasuk:1) sebagai perancah untuk memahami, 2)untuk konsolidasi pengalaman pendidikan, 3) untuk memperbaiki kondisi afektif untuk belajar, 4) sebagai bantuan atau alternatif untuk menulis tradisional, 5) untuk mengajarkan berpikir kritis,6) sebagai representasi mediasi, dan7) sebagai alat bantu proses belajar mengajar.

Penggunaan peta konsep juga dapat dilakukan dalam perencanaan kurikulum yang membahas suatu topik tertentu. Penjelasan mengenai hal tersebut dapat diketahui dari pendapat Novak dan Canas (2006, 28)yakni:

In curriculum planning, concept maps can be enormously useful. They present in a highly concise manner the key concepts and principles to be taught. The hierarchical organization of concept maps suggests more optimal sequencing of instructional material.

Dari penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa dalam perencanaan kurikulum, peta konsep dapat sangat berguna untuk menyajikan suatu topik dengan cara singkat berisi konsep-konsep kunci dan prinsip yang harus diajarkan.Dilihat dari organisasi hirarkis suatu peta konsep yang menunjukkan urutan secara lebih optimal sehingga menghasilkan pembelajaran yang lebih bermakna.