ANALISIS PEMETAAN PENGETAHUAN (KNOWLEDGE MAPPING) BIDANG ILMU PERPUSTAKAAN PADA KURIKULUMS-1
PROGRAMSTUDI ILMU PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU BUDAYA USU
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satupersyaratandalammenyelesaikan studi untukmemperolehgelarSarjana Sosial(S.Sos)
dalambidangstudiIlmu Perpustakaan
Oleh:
HUSNA ATHIYAH ASHOBA NIM: 100709077
DEPARTEMEN ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
LEMBARPERSETUJUAN
Judul Skripsi : Analisis Pemetaan Pengetahuan (Knowledge Mapping)Bidang Ilmu Perpustakaan Pada Kurikulum S-1 Program Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara
Oleh : Husna Athiyah Ashoba
NIM : 100709077
Pembimbing I : Himma Dewiyana S.T, M.Hum
Tanda Tangan : _________________________
Tanggal : _________________________
Pembimbing II : Drs. Belling Siregar, M.Lib
Tanda Tangan : _________________________
LEMBARPENGESAHAN
Judul Skripsi : Analisis Pemetaan Pengetahuan (Knowledge Mapping) Bidang Ilmu Perpustakaan Pada Kurikulum S-1 Program Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara
Oleh : Husna Athiyah Ashoba
NIM : 100709077
DEPARTEMEN STUDI ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI
Ketua : Dr. Irawaty A. Kahar, M.Pd
Tanda Tangan : _________________________
Tanggal : _________________________
FAKULTAS ILMU BUDAYA
Dekan : Dr. Syahron Lubis, M.A
Tanda Tangan : _________________________
PERNYATAAN ORISINALITAS
Karyainiadalahkaryaorisinildanbelum pernahdisajikansebagaisuatutulisan
untukmemperolehsuatukualifikasitertentuataudimuatpadamediapublikasi lain.
Penulismembedakandenganjelas antarapendapatpenulis ataugagasanpenulis
denganpendapatatau gagasanyangbukandaripenulisdenganmencantumkan tanda
kutipdan dicantumkan pada daftar pustaka.
Medan, Agustus 2014 Penulis
ABSTRAK
Husna Athiyah Ashoba. 2014. Analisis Pemetaan Pengetahuan (Knowledge Mapping) Bidang Ilmu Perpustakaan Pada Kurikulum S-1 Program Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya USU
Tujuanpenelitian iniadalah untukmenyusunpetailmupengetahuan (knowledgemapping)dengan menggunakanmetodepemetaankonseptualdan untukmenghasilkanpemetaanilmupengetahuandalam bidang ilmu perpustakaan pada Program Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya USU.
Metodeyangdigunakandalam penelitianiniadalahdeskriptif.Unitanalisis dalam penelitianadalahseluruh nama mata kuliah wajib bidang Ilmu Perpustakaan pada kurikulum S-1 (Sarjana) PSIP FIB USUyakni 63 mata kuliah (132 SKS) mencakup pembahasan materi kuliah sebanyak 54 mata kuliah, Praktikum sebanyak 6 mata kuliah, Praktik Kerja Lapangan, Perancangan atau seminar proposal skripsi, serta Skripsi.Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik dokumentasi dan analisis konten.
Hasilpenelitianpemetaanilmupengetahuanpadabidang ilmu perpustakaan pada PSIP FIB USU yaitu: (1) Penentuan subjek dilakukan dengan menggunakan alat bantu LCSH dan DDC berdasarkan pokok-pokok pembahasan pada setiap mata kuliah wajib PSIP. (2) Kelompok bidang ilmu yang diperoleh dari hasil analisis data mencakup 6 bidang ilmu pokok yakni Karya umum, Filsafat dan Psikologi, Ilmu Sosial, Bahasa, Matematika, serta Teknologi dan Ilmu terapan. (3) Penentuan konsep pada pemetaan pengetahuan bidang ilmu perpustakaan dilakukan dengan tiga cara, yakni berdasarkan kelompok kurikulum, tingkat semester, dan subdisiplin ilmu. (4)Penentuan konsep berdasarkan kelompok pada kurikulum wajib PSIP FIB USU mencakup 4 bagian kelompok kurikulum, yakni 1 mata kuliah kelompok MKK, 29 mata kuliah kelompok MPB, 26 mata kuliah kelompokMKB, dan 7 mata kuliah kelompok MBB. (5) Pembagian mata kuliah berdasarkan tingkat semester dibagi atas 8 tingkatan, mencakup 31 mata kuliah pada semester ganjil, dan 32 mata kuliah pada semester genap. (6) Penentuan konsep berdasarkan subdisiplin ilmu dikelompokkan ke dalam 6 disiplin ilmu, yakni Ilmu informasi, Ilmu perilaku, Kepustakawanan, Kearsipan, Teknologi komputer, dan Disiplin/Subjek lain yang berkaitan dengan bidang ilmu perpustakaan. (7) Pembahasan pada setiap mata kuliah wajib PSIP ditujukan untuk mengupayakan pengembangan dan peningkatan kualitas semua program dalam bidang studi perpustakaan dan informasi secara berkelanjutan.
KATAPENGANTAR
Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin. Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT
atas limpahan nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan judul “Analisis Pemetaan Pengetahuan (Knowledge
Mapping)Bidang Ilmu Perpustakaan Pada Kurikulum S-1 Program Studi Ilmu
Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya USU”. Salawat dan salam juga penulis
ucapan untuk junjungan kitaNabi Muhammad SAW beserta keluarga dan
sahabat-sahabatnya. Skripsi ini disusun sebagai tugas akhir penulis untuk memenuhi
persyaratan dalam menyelesaikan studi dan memperoleh gelar sarjana sosial
(S.Sos) pada Program Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya
UniversitasSumateraUtara.
Penulisan skripsi ini dapat selesai karena adanya bantuan dari berbagai pihak.
Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
orang tua penulis yang selama ini telah membesarkan penulis dengan penuh kasih
sayang dan selalu mendukung penulis. Terima kasih kepada Abah dan Ummi
"(Alm) Drs. M. Agus Sholeh Batubara dan Purnawati". Atas kerja keras dan doa
kalian lah penulis dapat menyelesaikan jenjang pendidikan sampai saat ini. Dan
kepada adik-adik penulis yakni Irham Hafidz, Azwan Syihab dan Fakhri Adly,
terima kasih karena telah menjadi adik-adik yang selalu mendukung penulis.
Pada kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih
yang setulus-tulusnya kepada orang-orang yang telah memberikan bantuan,
bimbingan dan dukungan, baik moril maupun materil pada penulis sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, yakni kepada:
1. Bapak Dr. Syahron Lubis, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya USU.
2. IbuHimmaDewiyanaS.T,M.Hum selaku dosen pembimbing I sekaligus
Sekretaris Program Studi Ilmu Perpustakaan yangtelah
meluangkanwaktunya untukmemberikanarahan,bimbingan,serta
memberikan saran dalampenulisan skripsiini.
3. Drs. Belling Siregar, M.Lib,selakudosenpembimbingIIyang telah
meluangkan waktunya untuk memberikan kritik, serta masukan-masukan
penulis yang telah membimbing penulis selama masa perkuliahan.
5. IbuDr.IrawatyA.Kahar,M.PdselakuKetuaProgramStudiPerpustakaan.
6. Seluruhstafpengajar Program Studi yang telah memberikan perkuliahan dan
ilmu pengetahuan kepadapenulis. Dan
staftatausahayakniBapakYudiPurnomoyangtelahmembantudanmemberikani
nformasimengenaiadministrasi, prosedur-prosedurdalam menyelesaikan
jenjang perkuliahan.
7. Ibu Sri wahyuni Larasati dan Om Mulyadi Syahputra yang telah menjadi
orang tua kedua penulis selama penulis menyelesaikan studi di Kota
‘perantauan’ ini. Terima kasih banyak atas masakan dan perhatian Ibu
selama ini. Dan makasih juga buat Om yang udah menyediakan wifi 24 jam.
8. Para sahabat yang selalu men-support penulis, bersama dalam suka dan
duka, selalu berbagi dalam setiap keadaan, dan bersaing untuk menjadi yang
terbaik. Terima kasih kepada My beloved friendsYayang H. Nst, Hadistya
Hafsari, Herlina ‘Ulin’, Wiji Khatimah, Yeni Trisapitri, Asista Bangun,Dika
Arista, Reza F. Rosadi, Arif Sugiman, Fitrianti Pohan, Fauziah Noor. Kalian
adalah teman terbaik yang pernah ada. Tanpa kalian, mungkin penulis tidak
akan pernah berusaha lebih keras dan lebih rajin agar menjadi lebih baik
dari kalian semua.
9. Keluarga besar penulis, terutama kepada kakek H. M. Paidjan, Bu’de Lilis
Suryani, Ibu Arum C.M., Kak Titin, Om Surya, Pakde Supriyanto, Bu’de
Winta, dan seluruh keluarga yang tak dapat penulis sebutkan satu per satu.
10. Seluruh teman-teman angkatan Tahun 2010. Terima kasih atas dukungan,
semangat, dan doanya.
Akhirnya penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua
yang membacanya.
Medan, Agustus2014 Penulis,
DAFTAR ISI
DAFTAR LAMPIRAN ... vii
BAB IPENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 4
1.3. Tujuan Penelitian... 4
1.4. Manfaat Penelitian... 4
1.5. Ruang Lingkup ... 5
BAB IITINJAUAN PUSTAKA ... 6
2.1.Pemetaan Pengetahuan ... 6
2.1.1. Definisi Pemetaan Pengetahuan ... 7
2.1.2. Jenis Peta Ilmu Pengetahuan ... 8
2.1.3. Fungsi dan Manfaat Pemetaan ... 11
2.2. Metode Pemetaan Konseptual ... 13
2.2.1. Definisi Pemetaan Konseptual ... 14
2.2.2. Penggunaan Pemetaan Konseptual ... 18
2.2.3. Prosedur Pembuatan Peta Konsep ... 23
BAB IIIMETODE PENELITIAN... 27
3.1.Jenis Penelitian ... 27
3.2.Unit Analisis ... 27
3.3. Sumber Data ... 27
3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 28
3.5.Instrumen Penelitian ... 28
3.6. Teknik Analisis Data ... 29
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 30
4.1. Pemetaan Pengetahuan ... 30
4.1.1. Pemilihan Topik (Cakupan Bidang Ilmu) ... 31
4.1.2. Identifikasi Subjek yang Berkaitan dengan Topik ... 32
4.1.3. Penentuan Konsep yang Relevan ... 55
4.1.4. Pengurutan Subjek pada setiap Konsep ... 56
4.1.5. Penyusunan Subjek pada setiap Konsep ... 57
4.1.6. Penghubungan Konsep dengan Kata Penghubung ... 63
4.1.7. Penggambaran Peta secara Konseptual ... 64
4.2. Gambaran Klasifikasi Subjek Disiplin Ilmu ... 65
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 81
5.1. Kesimpulan... 81
5.2. Saran ... 83
DAFTAR PUSTAKA ... 84
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1: Penentuan Subjek Berdasarkan LCSH dan DDC ... 33
Tabel 4.2: Pemetaan Konsep Berdasarkan Kelompok Kurikulum ... 57
Tabel 4.3: Pemetaan Konsep Berdasarkan Tingkat Semester ... 59
Tabel 4.4:Pemetaan Konsep Berdasarkan Subdisiplin Ilmu ... 61
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Contoh Peta Konsep ... 15
Gambar 2.2. Struktur elemen node-link dalam peta konsep ... 16
Gambar 2.3. Contoh pembuatan peta konsep... 16
Gambar 2.4. Peta kurikulum yang diciptakan oleh Edmondson ... 17
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I Kurikulum Program Studi Ilmu Perpustakaan FIB USU ... 87
Lampiran IIGambaran Umum Program Studi Ilmu Perpustakaan FIB USU ... 89
Lampiran III Daftar Nama Mata Kuliah Beserta Pembahasannya ... 92
Lampiran IVGambaran Peta Ilmu Perpustakaan dan Informasi ... 104
Lampiran VPembagian Kelompok Bidang Ilmu pada Setiap Mata Kuliah ... 105
Lampiran VI Hasil Penggabungan Konsep ... 106
Lampiran VIIGambar Penghubungan Konsep-Konsep ... 108
Lampiran VIIIGambar Peta Konsep Berdasarkan Kurikulum ... 109
Lampiran IXGambar Peta Konsep Berdasarkan Tingkat Semester ... 110
Lampiran XGambar Peta Konsep Berdasarkan Disiplin Ilmu ... 111
Lampiran XIGambar Pemetaan Berdasarkan Kelompok Subdisiplin Ilmu ... 112
Lampiran XIIGambar Pemetaan Berdasarkan Klasifikasi DDC ... 113
Lampiran XIIIGambar Pemetaan Berdasarkan Kelompok Kurikulum MPB ... 114
Lampiran XIVGambar Pemetaan Berdasarkan Kelompok Kurikulum MKB .... 115
Lampiran XVGambar Pemetaan Berdasarkan Kelompok Kurikulum MBB ... 116
ABSTRAK
Husna Athiyah Ashoba. 2014. Analisis Pemetaan Pengetahuan (Knowledge Mapping) Bidang Ilmu Perpustakaan Pada Kurikulum S-1 Program Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya USU
Tujuanpenelitian iniadalah untukmenyusunpetailmupengetahuan (knowledgemapping)dengan menggunakanmetodepemetaankonseptualdan untukmenghasilkanpemetaanilmupengetahuandalam bidang ilmu perpustakaan pada Program Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya USU.
Metodeyangdigunakandalam penelitianiniadalahdeskriptif.Unitanalisis dalam penelitianadalahseluruh nama mata kuliah wajib bidang Ilmu Perpustakaan pada kurikulum S-1 (Sarjana) PSIP FIB USUyakni 63 mata kuliah (132 SKS) mencakup pembahasan materi kuliah sebanyak 54 mata kuliah, Praktikum sebanyak 6 mata kuliah, Praktik Kerja Lapangan, Perancangan atau seminar proposal skripsi, serta Skripsi.Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik dokumentasi dan analisis konten.
Hasilpenelitianpemetaanilmupengetahuanpadabidang ilmu perpustakaan pada PSIP FIB USU yaitu: (1) Penentuan subjek dilakukan dengan menggunakan alat bantu LCSH dan DDC berdasarkan pokok-pokok pembahasan pada setiap mata kuliah wajib PSIP. (2) Kelompok bidang ilmu yang diperoleh dari hasil analisis data mencakup 6 bidang ilmu pokok yakni Karya umum, Filsafat dan Psikologi, Ilmu Sosial, Bahasa, Matematika, serta Teknologi dan Ilmu terapan. (3) Penentuan konsep pada pemetaan pengetahuan bidang ilmu perpustakaan dilakukan dengan tiga cara, yakni berdasarkan kelompok kurikulum, tingkat semester, dan subdisiplin ilmu. (4)Penentuan konsep berdasarkan kelompok pada kurikulum wajib PSIP FIB USU mencakup 4 bagian kelompok kurikulum, yakni 1 mata kuliah kelompok MKK, 29 mata kuliah kelompok MPB, 26 mata kuliah kelompokMKB, dan 7 mata kuliah kelompok MBB. (5) Pembagian mata kuliah berdasarkan tingkat semester dibagi atas 8 tingkatan, mencakup 31 mata kuliah pada semester ganjil, dan 32 mata kuliah pada semester genap. (6) Penentuan konsep berdasarkan subdisiplin ilmu dikelompokkan ke dalam 6 disiplin ilmu, yakni Ilmu informasi, Ilmu perilaku, Kepustakawanan, Kearsipan, Teknologi komputer, dan Disiplin/Subjek lain yang berkaitan dengan bidang ilmu perpustakaan. (7) Pembahasan pada setiap mata kuliah wajib PSIP ditujukan untuk mengupayakan pengembangan dan peningkatan kualitas semua program dalam bidang studi perpustakaan dan informasi secara berkelanjutan.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pada zaman modern sekarang, perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi informasitelahmaju dengan pesat. Perkembangannya membawa
perubahan mendasar serta dampak yang demikian luas dalam segala aspek
kehidupan manusia, terutama dibidang informasi. Sekarangtelah banyak
informasi yang beredar di dalam kehidupan masyarakat umum bahkan sampai
berlebihan. Akan tetapi berapa banyak informasi tersebut yang secara aktual
benar-benar dibutuhkan sangat sulit untuk diperoleh.
Perkembangan informasi dalam bidang ilmu pengetahuan selalu
menghasilkan pengetahuan baru, sehingga menyebabkan tingkat kebutuhan
seseorang menjadi lebih tinggi. Ada suatu keharusan seseorang untuk
mengikuti perkembangan informasi. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya
produk baru hasil dari pengembangan informasi yang sedang beredar di
masyarakat.
Seiring dengan kemajuan informasi, ilmu pendidikan juga berkembang
dari tahun ke tahun secara bertahap. Setiap tahapannya memiliki ciri khas
tertentu dalam perkembangannya. Pada bidang ilmu
perpustakaan,adapermasalahan dalam menganalisis perkembangan informasi
yaitu bagaimana memaparkan serta mendeskripsikan suatu bidang tertentu dari
disiplin ilmu pengetahuan. Sehingga munculnya bidang pemetaan pengetahuan
(knowledge mapping) dapat membantu melakukan visualisasi dalam bentuk
peta terhadap ilmu pengetahuan pada bidang ilmu perpustakaan.
Suatu peta merupakan alat relasi (penghubung) yang menyediakan
informasi antar hubungan entitas(dokumen). Peta ilmu pengetahuan merupakan
alat penghubung berisi informasi yang membahas tentang kegiatan bersifat
ilmiah sebagai suatu sistem yang terstruktur. Peta digunakan sebagai alat
praktis dan sebagai alat untuk membahas serta memahami kegiatan yang
Berdasarkan pembuatannya, peta ilmu pengetahuan akan
menghasilkansuatu pemetaan yang akan mengategorikan beberapa entitas
dalam kegiatan ilmiah berdasarkan kesamaan antara dokumen
tersebut.Pemetaan pengetahuan berfungsi untuk menggambarkan
perkembangan ilmu pengetahuan serta memvisualisasikan struktur ilmu
pengetahuan dengan pembuatan time-blok.
Pemetaan adalah proses pengidentifikasian suatu elemen pengetahuan
serta sebagai bentuk nyata, pergerakan, serta hubungan yang saling berkaitan
dan saling mempengaruhi antara entitas yang satu dengan yang lainnya.Ada
beberapa metode pemetaan pengetahuan, yaitu: pemetaan kronologis,
pemetaan kognitif, pemetaan konseptual dan pemetaan co-word.
Peneliti memilih Kurikulum Sarjana (S-1)Program StudiIlmu Perpustakaan
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara (PSIP FIB USU) sebagai
objek penelitian karenabidang ilmu tersebut merupakan bidang ilmu
pengetahuan peneliti yakni bidang Ilmu Perpustakaan. Sehingga peneliti
merasa perlu melakukan penelitian untuk mengetahui hasil evaluasi terhadap
Kurikulum Sarjana tahun 2006mahasiswa Program Studi Ilmu Perpustakaan,
serta mengukur pemahaman peneliti terhadap bidang ilmu perpustakaan.
Di Indonesia, bidang ilmu perpustakaan merupakan bidang yang masih
jarang diketahui oleh banyak orang namun sangat dibutuhkan baik secara
langsung maupun tidak langsung oleh masyarakat umum. Ketika mendengar
kata perpustakaan, dalam benak masyarakat akan terbayang pada suatu ruangan
berisi sederetan buku-buku yang tersusun di dalam rak sehingga dapat
disamakan dengan gudang buku. Hal ini memang benar, namun belum tepat
jika perpustakaan digambarkan sebagai gudang buku saja. Demikian halnya
dengan bidang ilmu perpustakaan yang bukan hanya membahas tentang
perpustakaan tetapi juga bidang lain yang berkaitan dengan hal tersebut seperti
ilmu informasi, ilmu perilaku, komunikasi,teknologi komputer dan kearsipan.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007
tentang Perpustakaan pada Bab I Pasal 1 dinyatakan bahwaPerpustakaan
rekam secara profesional dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan
pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi para pengguna.
Ilmu Perpustakaan (library science) merupakan bidang interdisipliner yang
mempelajari dan mengkaji hal-hal yang berkaitan dengan perpustakaan baik
dari segi pengumpulan, pengorganisasian, pengawetan, dan penyebarluasan
sumber informasi, serta berkaitan dengan nilai ekonomi dan politis dari
informasi pada umumnya.
Kurikulum merupakan seperangkat mata pelajaran dan program
pendidikan yang diberikan oleh suatu lembaga pendidikan berisi rancangan
pelajaran yang akan diberikan kepada peserta dalam satu periode jenjang
pendidikan. Kurikulum program studi merupakan penentu kualitas lulusan.
Dengan demikian, pengembangan kurikulum wajib dilakukan untuk
meningkatkan standar kompetensi lulusan yang diharapkan serta mendukung
kebutuhan peserta didik.
Kurikulum Program S-1 Tahun 2006pada PSIP FIB USU dikelompokkan
ke dalam 5 (lima) kategori yaitu Matakuliah Pengembangan Kepribadian
(MPK), Matakuliah Keahlian Berkarya (MKB), Matakuliah Keilmuan dan
Keterampilan (MKK), Matakuliah Perilaku Berkarya (MPB), dan Matakuliah
Berkehidupan Bersama (MBB). Adapun cakupan kurikulum PSIP FIB USU
selama 8 (delapan) semestermemiliki jumlah total sebanyak 71 mata kuliah
(148 SKS). Ada 63 mata kuliah(132 SKS)bidang ilmu perpustakaan dan 8 mata
kuliah (16 SKS) bidang ilmu umum.
Permasalahan yang ada saat ini adalah kurangnya pemahaman pengguna
terhadap bidang ilmu perpustakaan dan informasi dalam menentukan
klasifikasi dari setiap cakupan mata kuliah wajib yang dimuat pada kurikulum
Program S-1 Tahun 2006 pada PSIP FIB USU. Karena hal tersebut, sehingga
peneliti ingin mengetahui lebih jauh bagaimana gambaran perkembangan ilmu
yang lebih spesifik terhadap cakupan bidang ilmu perpustakaan untuk
memudahkan pemahaman para pengguna.
Penulisan penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode pemetaan
konseptual dalam menciptakan peta ilmu pengetahuan. Metode ini digunakan
bagian-bagian yang terkait pada bidang ilmu perpustakaan. Sedangkan jenis
peta yang akan digunakan adalah analisis co-classification. Hal ini dilakukan
karena peneliti ingin menghasilkan peta konsep yang disusun berdasarkan
notasi klasifikasi dari masing-masing elemen pengetahuan.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk menganalisis cakupan
bidang ilmu perpustakaan padakurikulum PSIP di FIB USU menjadi suatu peta
ilmu pengetahuan dalam bentuk peta konsep. Oleh karena itu, peneliti
menetapkan judul penelitian:“Analisis Pemetaan Pengetahuan (Knowledge
Mapping) Bidang Ilmu Perpustakaan Pada Kurikulum S-1 Program Studi Ilmu
Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya USU”
1.2. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu:
1. Bagaimana pemetaan pengetahuan yang dihasilkan dengan
menggunakan jenis peta Ko-klasifikasi?
2. Bagaimana peta yang dihasilkan dalam menyusun pemetaan
pengetahuan dengan menggunakan metode konseptual?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah:
1. Untuk menghasilkan pemetaan pengetahuan secara lebih spesifik
berdasarkan notasi klasifikasi dari masing-masing elemen
pengetahuan dengan menggunakan jenis peta Ko-klasifikasi.
2. Untuk menghasilkan peta konsep dengan menyusun pemetaan
pengetahuan bidang ilmu perpustakaan menggunakan metode
pemetaan konseptual.
1.4.
Manfaat PenelitianPeneliti berharap penelitian ini dapat bermanfaat:
1. Bagi mahasiswa ilmu perpustakaan, untuk mendapatkan suatu bentuk
diharapkandapat memberi kemudahan bagi mahasiswa dalam
menentukanklasifikasi subjek ilmu pengetahuan yang lebih spesifik.
2. Bagi program studi, untuk menjadikan hasil pemetaan sebagai bahan
evaluasi dalam pembuatan peta Kurikulum Sarjanapada PSIP FIB
Universitas Sumatera Utara
3. Bagi pengembang ilmu, penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah
satu rujukan untuk melakukan penelitian lanjutan dengan topik yang
sama atau berhubungan.
4. Bagi peneliti lain, penelitian ini dapat dijadikan sebagai pembelajaran
dalam menambah pengetahuan dan wawasan serta pemahaman
mengenai pemetaan pengetahuan(knowledge mapping) secara
konseptual.
1.5. Ruang Lingkup
Penelitian ini merupakan salah satu kajian dalam bidang ilmu
bibliometrika yang membahas tentang pemetaan pengetahuan(knowledge
mapping)dengan menggunakan peta jenis ko-klasifikasi (co-classification)yang
mencakup pemilihan topik, identifikasi subjek, serta penentuan konsep yang
relevan. Dan secara khusus dilakukanmelalui metode pemetaan konseptual
yang mencakup pengurutan subjek dalam konsep, penyusunan subjek pada
konsep ke dalam bagan, penghubungan konsep dengan kata hubung, serta
penggambaran peta secara konseptual.
Objek yang dikaji pada penelitian ini adalah bidang ilmu perpustakaan
pada Kurikulum Sarjana (S-1)Program Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Ilmu
Budaya Universitas Sumatera Utara. Cakupan dalam objek pada penelitian ini
meliputi seluruh mata kuliah wajib PSIP yang berkaitan dengan bidang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Pemetaan Pengetahuan
Pemetaan pengetahuan merupakan cakupan dari bidang bibliometrika yang
membahas mengenai visualisasi suatu bidang ilmu pengetahuan. Yoganingrum,
SRR dan Hartina (2006, 110), menyatakan bahwa “Bibliometrics is new
terminology here in Indonesia.” Berdasarkan pernyataan tersebut, diketahui
bahwa bibliometrika merupakan istilah baru di Indonesia.Dalam
penggunaannya, bibliometrika bertujuan menjelaskan proses komunikasi tertulis
dan sifat serta arah pengembangan sarana deskriptif penghitungan dan analisis
berbagai faset komunikasi.
Tandukar (2005, 2), menyatakan bahwa “Knowledge maps are created by
transferring tacit and explicit knowledge into graphical formats that are easy to
understand and interpret by the end users, who may be managers, experts,
system developers, or anybody.” Dari uraian tersebut, dapat diketahui bahwa
peta pengetahuan diciptakan dengan mentransfer pengetahuan tacit dan explicit
ke dalam format grafis yang mudah untuk dipahami dan ditafsirkan oleh
pengguna akhir, yang mungkin saja menjadi manajer, seorang ahli,
pengembangan sistem, atau siapa pun.
Sedangkan Bahr dan Dansereau yang dikutip oleh Ahlberg (2007, 2),
menyatakan bahwa “Knowledge mapping was created in the research group of
Dansereau in 1970s. In the 1970’s it was however called network map. It is
related to concept maps, but it has rigidly labelled links.” Pernyataan
tersebutdapat diartikan bahwapemetaan pengetahuan pertama kali diciptakan
dalam kelompok penelitian Dansereau di tahun 1970-an. Namun, pada saat itu
lebih dikenal dengan nama peta jaringan.
Di Indonesia, pemetaan jarang dilakukan, padahal fungsinya sangat
penting terutama di dunia pendidikan.Para peserta didik seharusnya dapat
mengetahui dasar-dasar cakupan bidang ilmu sehingga dapat memahami suatu
2.1.1. Definisi Pemetaan Pengetahuan
Beberapa definisi pemetaan telah banyak dikemukakan oleh para ahli.
Mereka memiliki bahasa yang berbeda dalam mengungkapkan pemahaman
mengenai pemetaan.
Definisi pemetaan menurut Sulistyo-Basuki(2002, 1), “Pemetaan
merupakan suatu proses yang memungkinkan seseorang mengenali elemen
pengetahuan serta konfigurasi, dinamika, ketergantungan timbal balik dan
interaksinya.”Berdasarkan pendapat tersebut,dapat diketahui bahwa pemetaan
sangat berguna dalam membahas atau memahami kaitan antara suatu subjek
dengan subjek lainnya terhadap suatu kajian bidang ilmu. Kegiatan pemetaan
dapat dilakukan oleh berbagai subjek bidang ilmu yang berbeda.
Wexler(2001, 250)menyatakan bahwa:
Knowledge mapping is a consciously designed communication medium using graphical presentation of text, stories, mode", numbers or abstract svrnbols between map makers and map users. Knowledge maps are excellent ways to capture and share explicit knowledge in organizational contexts.
Dari uraian di atas, Wexler mendefinisikan pemetaan pengetahuan
sebagai media komunikasi yang sengaja dirancang dengan menggunakan
presentasi grafik dari teks, cerita, bentuk-bentuk, angka atau simbol abstrak
antara pembuat peta dan pengguna peta. Peta pengetahuan merupakan cara
terbaik untuk menangkap dan berbagi pengetahuan eksplisit dalam konteks
organisasi.
Menurut Wright yang dikutip oleh Liebowitz (2002, 25-26), “A
knowledge map is an interactive, open system for dialogue that defines,
organizes, and builds on the intuitive, structured and procedural knowledge
used to explore and solve problems.” Berdasarkan kutipan tersebut, dapat
diketahui bahwasuatupeta pengetahuan merupakan sistem terbuka untuk
dialog interaktif yang mendefinisikan, mengatur, dan dibangun di atas
pengetahuan intuitif, terstruktur dan prosedural digunakan untuk
mengeksplorasi dan memecahkan masalah.
Sedangkan Tandukar(2005, 1)menyatakan bahwa “Knowledge Mapping
where you can get it from, who holds it, whose expertise is it, and so
on.”Pernyataan tersebut dapat diartikan bahwapemetaan pengetahuan
berfungsi untuk menyatukan rekod informasi dan pengetahuan yang
dibutuhkan ke dalam suatu wadah, seperti dimana sumber informasi dapat
diperoleh, siapa yang memiliki informasi tersebut, dan lain sebagainya.
Pendapat lain dikemukakan olehJackson(2005, 1)bahwa “Knowledge
mapping is a fundamental step in any knowledge management initiative and
seeks to identify ‘what an organization knows’ in order to leverage it to
greater advantage.” Pendapat tersebut menyatakan bahwapemetaan
pengetahuan merupakan langkah awal dalam setiap perencanaan manajemen
pengetahuan dan berusaha untuk mengidentifikasi ‘apa yang diketahui
organisasi’ dalam rangka untuk meningkatkan keuntungan yang lebih besar.
Pada pelaksanaannya perlu disertai dengan wawasan dan instrumen
penyelidikan seperti alat bantu dalam menentukan kategori pengetahuan.
Selain pendapat di atas, menurut pendapat Ding yang dikutip oleh
Yoganingrum, SRR dan Hartinah(2006, 110)menyatakan bahwa “Knowledge
Mapping by bibliometrics technique could be a tool to look the direction and
the stress of research interest on behalf on evaluating research program and
drafting new program.” Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat diketahui
bahwapemetaan pengetahuanmenggunakan teknik bibliometrika bisa menjadi
alat untuk melihat arah dan pemikiran dari kepentingan kegiatan penelitian
dan penyusunan program baru.
Daribeberapa pendapat diatas, dapat dikemukakan bahwa pemetaan
pengetahuanmerujuk pada teknik visualisasi (gambaran) struktur ilmu
pengetahuan atau disiplin ilmu yang memberi makna dari beberapa hubungan
dalam menyampaikan informasi. Dengan kata lain,pemetaan pengetahuan
akan memberikan gambaran langsung secara sistematik dari isi sebenarnya.
2.1.2. Jenis Peta Ilmu Pengetahuan
Ada beberapa jenis peta yang dikembangkan dalam pemetaan
pengetahuanpada bidang bibliometrika, antara lain: Peta jurnal intercitation,
journal co-citation, document co-citation, author co-citation, co-word
1) Jurnal intercitation(jurnal antar-sitasi)
Berdasarkan pendapatJones, Cambrosio dan
Mogoutov(2011)menyatakan bahwa “Journal inter-citation only
shows links between journals without providing information about
actual content of those journals.” Pernyataan tersebut diartikan
sebagai jurnal antar-kutipan yang hanya menunjukkan hubungan
antara jurnal tanpa memberikan informasi tentang isi sebenarnya dari
jurnal-jurnal tersebut.
Definisi journal inter-citationmenurut Jones, Cambrosio dan
Mogoutov(2011) yaitu:
Journal inter-citation is the relation established when an article in Journal A cites an article in Journal B. Analysis of inter-citation patterns reveals how closely journals are related based on the journals cited by articles that they publish.
Pendapat di atas mengemukakan bahwa jurnal antar-kutipan
adalah hubungan dibuat bila suatu artikel di Journal A mengutip suatu
artikel di Journal B. Analisis pola inter-kutipan mengungkapkan
seberapa dekat jurnal terkait berdasarkan jurnal yang dikutip oleh
artikel yang mereka terbitkan.
2) Co-citation (Ko-sitasi)
Menurut Mustangimah (2002, 2)Ko-sitasiadalah “dua dokumen
yang disitir secara bersama-sama oleh paling sedikit satu dokumen
yang terbit kemudian.” Sehingga apabila ada dua dokumen yang
disitir secara bersama-sama oleh suatu dokumen maka kedua
dokumen yang disitir tersebut dinamakan ko-sitasi.
a) Journal co-citation (ko-sitasi jurnal) menghubungkan dua dokumenatau lebih yang diterbitkan sebelumnya dalam hubungannya dengan dokumen yang terbit kemudian.
b) Document co-citation (ko-sitasi dokumen)menghubungkan artikelatau buku berdasarkan sitiran bersama oleh penulis kemudian.
yang satu dengan yang lainnya melalui pengarangnya.(Budiman 2011)
3) Co-word (ko-kata) disebut juga sebagai deskriptor (kata kunci).
Menurut Qin pada artikel jurnal berjudul “Knowledge Discovery
Through Co-word Analysis” dinyatakan bahwa:
Co-word analysis is a content analysis technique that uses patterns of co-occurrence of pairs of items (i.e., words or noun phrases) in a corpus of texts to identify the relationships between ideas within the subject areas presented in these texts. Indexes based on the co-occurrence frequency of items, such as an inclusion index and a proximity index, are used to measure the strength of relationships between items. (Qin 1999, 134)
Pendapat Qin di atas, dapat diartikan bahwa analisis ko-kata
merupakan teknik analisis isi yang menggunakan pola-pola terjadinya
pasang item (yaitu, kata atau frasa kata benda) dalam corpus teks
untuk mengidentifikasi hubungan antara ide-ide dalam bidang studi
yang disajikan dalam teks-teks tersebut. Indeks berdasarkan frekuensi
co-occurrence item, seperti indeks inklusi dan indeks kedekatan,
digunakan untuk mengukur kekuatan hubungan antara item.
4) Co-classification (ko-klasifikasi)
Menurut Budiman (2011) Ko-klasifikasi adalah situasi dua
dokumen atau lebih tergabung dalam satu gugus karena notasi
klasifikasi yang sama. Ko-klasifikasi digunakan untuk mengumpulkan
dokumen yang sama serta menunjukkan bahwa bibliografi secara
kuantitatif menunjukkan subjek yang sama dengan judul dokumen.
Untuk klasifikasi dapat digunakan sistem klasifikasi UDC dan/atau
DDC. Hasil analisis ko-klasifikasi dituangkan dalam bentuk grafik.
Sedangkan Weiss dan Grajewski(2006, 245)pada artikel jurnal berjudul
“Use of Knowledge Maps to Recognize Different Research Capabilities”
menyatakan bahwa ada 3 (tiga) jenis peta pengetahuan yang terdiri atas:
1. Procedural Knowledge Maps can reflect knowledge mapped to a specified production process forexample.
3. Competency Knowledge Maps can support the process of creation a competency profile of a researcher and his research capabilities.
Pendapat di atas mengemukakan bahwa ada tiga jenis peta pengetahuan,
yaitu: peta pengetahuan prosedural, peta pengetahuan konseptual, sertapeta
pengetahuan kompetensi. Penjabaran dari ketiga jenis peta tersebut di uraikan
sebagai berikut: Peta pengetahuan prosedural dapat mencerminkan
pengetahuan yang dipetakan ke dalam proses produksi tertentu misalnya. Peta
pengetahuan konseptual merupakan klasifikasi hirarkis dari hal yang menurut
para ahli manajemen pengetahuan juga dapat disebut taksonomi. Peta
pengetahuan kompetensi dapat mendukung proses penciptaan profil
kompetensi seorang peneliti dan kemampuan penelitiannya.
Jadi, dalam penelitian ini peneliti menggunakan teori Budiman
mengenai jenis Ko-klasifikasi untuk menentukan jenis peta ilmu pengetahuan
yang akan digunakan dalam menganalisis subjek. Hasil yang akan diperoleh
dari pemilihan jenis ko-klasifikasi sebagai jenis peta ilmu pengetahuan yang
dipilih adalah untuk menentukan subjek sesuai dengan sistem klasifikasi yang
digunakan dan menggambarkannya secara konseptual dalam bentuk grafis.
2.1.3. Fungsi dan Manfaat Pemetaan
Suatu peta hanya dapat dimanfaatkan oleh satu kajian bidang ilmu saja
karena peta diciptakan sesuai dengan tujuan dan fungsi dari kegunaan peta
tersebut dalam suatu aktivitas ilmiah. Secara umum, pemetaan pengetahuan
berperan penting dalam berbagai aspek kehidupan.
Sulistyo-Basuki(2002, 1)menyatakan manfaat pemetaan pengetahuan
sebagai berikut:
Pemetaan pengetahuan digunakan untuk keperluan manajemen teknologi, mencakup definisi program penelitian, keputusan menyangkut aktivitas yang berkaitan dengan teknologi, desain struktur berbasis pengetahuan serta pemograman pendidikan dan pelatihan.
Dari uraian di atas, dapatdiketahui bahwa pemetaan pengetahuan
digunakan dalam manajemen teknologi bertujuan untuk memaparkan
teknologi. Sehingga hasil akhirnya akan diperoleh dalam bentuk yang
sistematis dari bidang teknologi.
Sedangkan Zins(2007, 526)menyatakan bahwa “Knowledge mapping
plays an important role in the construction, learning, and dissemination of
knowledge.” Secara praktis dinyatakan bahwa pemetaan pengetahuan
memainkan peranan penting dalam pembangunan, pembelajaran, dan
penyebaran pengetahuan.Sehingga dapat dijadikan sebagai pedoman dalam
beberapa cakupan bidang ilmu untuk memperoleh berbagai
informasi.Tujuannya adalah merancang rangka untuk membangun suatu
konsep, melakukan pembelajaran dengan efektif dan efisien, serta
menyebarluaskan pengetahuan.
Berdasarkan jenis pengetahuannya, ada beberapa objek yang dapat
dipetakan menurut Tandukar (2005, 2-3), yakni:
1. Explicit knowledge, mencakup: Subject, purpose, location, format, ownership, users, and access right.
2. Tacit knowledge, mencakup: expertise, skill, experience, location, accessibility, contact address, and relationships or networks.
3. Tacit organisational process knowledge, mencakup: the people with the internal processing knowledge.
4. Explicit organisational process knowledge, mencakup: codified organisational process knowledge.
Pendapat Tandukar di atas mengemukakan bahwa Explicit
Knowledgemerupakan pengetahuan yang terdokumentasi dalam berbagai
bentuk.Contohnya yaitu naskah, laporan penelitian, buku, software,
manuskrip, dan lain sebagainya. Sedangkan Tacit Knowledge merupakan
pengetahuan yang berada dalam pikiran manusia yang bisa diserap oleh orang
lain melalui kolaborasi atau kerjasama dan sharing(berbagi). Tacit knowledge
bersifat subjektif, intuisi, terikat erat dengan aktivitas dan pengalaman
individu serta idealisme, values, dan emosi.
Selanjutnya Tandukar (2005, 4)menyatakan bahwa “The map also
serves as the continuously evolving organisational memory, capturing and
integrating the key knowledge of an organisation.” Pendapat di atas
menguraikanbahwapeta dapat berfungsi sebagai memori organisasi yang terus
berkembang, menangkap dan mengintegrasikan pengetahuan inti dari suatu
diharapkan dapat membantu para pengguna untuk lebih memahami isu-isu
dan perkembangan teknologi yang sedang berlangsung saat ini. Hal ini dapat
dijadikan sebagai bahan rujukan di masa yang akan datang dalam hal
meningkatkan mutu teknologi yang lebih baik.
2.2.Metode Pemetaan Konseptual
Jenis metode pemetaan konseptual dapat di bagi berdasarkan beberapa
kategori. Metode digunakan untuk melaksanakan suatu kegiatan dengan cara
tertentu dalam mencapai tujuan yang diinginkan.
Ada 4 (empat) metode yang digunakan untuk membuat peta ilmu
pengetahuan, yaitu pemetaan kronologis, pemetaan berbasis co-kata, pemetaan
kognitif dan pemetaan konseptual. (Sulistyo-Basuki 2002, 1)
Salah satu metode pemetaan yang sering digunakan dalam memetakan
ilmu pengetahuan adalah metode pemetaan konseptual. Menurut Canas, Novak
dan Gonzales(2004, 1) menyatakan pemetaan konseptual sebagai berikut:
A conceptual map can assist the discussion about the concepts being taught since it is a concrete representation, a visualization of the network of related ideas. As an aid that represents the structure of students’ ideas with emphasis on the relations between concepts, the maps can also help them relate their previous ideas with the ones they are processing. Concept mapping is also important for the planning process.
Pendapat di atas, dapat diartikan bahwasuatu peta konseptual dapat
membantu pembahasan tentang konsep-konsep yang diajarkan karena
merupakan gambaran secara nyata, sebuah visualisasi dari jaringan ide-ide
terkait.Sebagai alat bantu yang mewakili struktur ide-ide siswa dengan
penekanan pada hubungan antara konsep-konsep, peta juga dapat membantu
agar berhubungan dengan ide-ide yang akan diproses. Pemetaan konsep juga
penting dalam proses perencanaan.
Sedangkan Brinkmann (1999, 2)menyatakan bahwa “Concept maps were
first introduced by Novak as a research tool, showing in a special graphical way
the concepts related to a given topic together with their interrelations.” Dari
pendapat Brinkmann di atas mengemukakan bahwapeta konsep pertama kali
konsep-konsep terkait dengan memberikan topik bersama dengan keterkaitan
antara satu dengan yang lainnya.
Sehubungan dengan hal di atas Nur yang dikutip oleh
Erniwaty(2011)“Peta konsep dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu
pohon jaringan (network tree), rantai kejadian (events chain), peta konsep siklus
(cycle concept map), dan Peta konsep laba-laba (cyber concept map).”
2.2.1. Definisi Pemetaan Konseptual
Peta konsep merupakan hasil dari pemetaan konsep yang tersusun atas
konsep-konsep yang saling berkaitan.Peta konsep digunakan untuk
menyatakan hubungan yang bermakna antara konsep-konsep dalam bentuk
proposisi-proposisi. Peta konsep juga dipergunakan untuk mempermudah
konsep sulit dalam pembelajaran.Selain itu, peta konsep digunakan sebagai
alat ukur alternatif yaitu salah satu bentuk penilaian kinerja.
Definisi peta konsep menurut Williams(1998, 1), bahwa
“Conceptmapsareadirectmethodoflookingattheorganizationand structure of
an individual’s knowledge within a particular domain and at the fluencyand
efficiencywithwhichtheknowledgecanbeused.”Pendapat tersebut
mengemukakan bahwa peta konsep merupakan metode langsung untuk
melihat organisasi dan struktur pengetahuan individu dalam domain tertentu
serta pada kelancaran dan efisiensi dimana pengetahuan dapat digunakan.
Pengertian pemetaan konsep menurut Tergan(2005, 187), bahwa
“Concept mapping is a visualization technique with a long tradition in the
educational context. It is an activity derived from psychological research
meant to depict one’s knowledge, ideas, convictions and beliefs.”Pernyataan
tersebutmenyatakan bahwa pemetaan konsep adalah teknik visualisasi dalam
konteks pendidikan. Hal ini merupakan kegiatan yang berasal dari penelitian
psikologis yang dimaksudkan untuk menggambarkan pengetahuan seseorang,
ide-ide, keyakinan dan kepercayaan.
Menurut Novak dan Canas(2006, 1), bahwa:
Pendapat di atas menyatakanbahwa peta konsep adalah sebagai alat
grafis yang digunakan untuk mengatur dan mewakili pengetahuan.Hal
tersebut termasuk konsep-konsep atau ide dasar suatu topik,yang biasanya
beradadalam lingkaran atau kotak dari berbagai jenis, serta hubungan antara
konsep-konsep yang ditandaidengan garis yang menghubungkan dua konsep.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dinyatakan bahwa ada beberapa
pengertian pemetaan konseptual yaitu sebagai metode langsung untuk melihat
organisasi dan struktur pengetahuan individu dalam domain tertentu,
pemetaan konseptual juga merupakan teknik visualisasi dalam konteks
pendidikan yang dimaksudkan untuk menggambarkan pengetahuan
seseorang, ide-ide, keyakinan dan kepercayaan. Ada juga yang menyatakan
pemetaan konseptual sebagai alat grafis untuk mengatur dan mewakili
pengetahuan, serta proses terstruktur yang menghasilkan ide dan konsep.
Berikut ini adalah beberapa contoh gambar peta konsep yang di ambil
dari berbagai sumber:
Gambar 2.1.Contoh Peta Konsep
Sumber: Novak and Canas (2006, 2)
Gambar di atas menerangkan bahwa suatu peta konsep menunjukkan fitur
kunci dari peta konsep seperti yang dikemukakan oleh Novak dan Canas pada
artikel jurnal berjudul The Theory Underlying Concept Maps and How to
Gambar 2.2. Struktur elemen node-link dalam peta konsep Sumber: Tergan (2005, 188)
Gambar di atas merupakan gambaran hubungan antara konsep-konsep peta,
peta konsep, simpul, dan tautan yang dapat diwakili oleh proposisi. "Suatu peta
konsep merupakan jenis peta" dan "peta konsep memiliki gambaran karakteristik
sebagai nodes (simpul) dan links (tautan)". Hubungan nodes-linksini dapat
direpresentasikan secara spasial.
Gambar 2.3. Contoh pembuatan peta konsep Sumber: Wals (2010)
Gambar di atas merupakan contoh peta konsep untuk urutan yang
disarankan dalam membangun peta konsep. Setiap orang memiliki gaya mereka
serangkaian konsep, yang lain langsung menempatkan konsep akar dan mulai
menghubungkan konsep-konsep lain dari konsep akar.
Gambar 2.4. Peta kurikulum yang diciptakan oleh Edmondson
Sumber: Canas, Coffey, et al. (2003, 33)
Gambar di atas menjelaskan mengenai peta kurikulum yang diciptakan
oleh Edmondson (1994, 1995). Berdasarkan pendapat Edmonson,peta konsep
digunakan untuk menggambarkan struktur program dalam kurikulum
interdisipliner hewan. Peta Konsep yang digunakan pada beberapa tingkatan,
termasuk kurikulum, kursus dasar, kuliah, laboratorium dan studi kasus
perorangan. Pengerjaan ulang kurikulum yang diperlukan fakultas untuk
"reconceptualize" materi pelajaran dengan cara yang menghindari redundansi
mengembangkan representasi dari seluruh kurikulum kedokteran hewan,
kursus direncanakan dalam kurikulum, dan latihan berbasis kasus dalam
kursus. Proses pengembangan kurikulum melibatkan kolaborasi dosen dan
mahasiswa. Awalnya tujuan dan tema besar tersebut dikembangkan oleh
seluruh fakultas.
Dari beberapa contoh gambar di atas, dapat diketahui bahwa ada
beberapa bentuk peta konsep yang telah diciptakan dengan tujuan berbeda
untuk setiap gambar pada peta konsep yang dihasilkan. Hal ini membuktikan
bahwa, peta konsep diciptakan berdasarkan tujuan pembuatannya.
Salah satu aplikasi yang digunakan untuk menciptakan peta konsep
adalah CmapTools. Aplikasi CmapTools merupakan alat pembuat peta
konsep yang sangat praktis dan sudah banyak digunakan untuk menciptakan
berbagai jenis peta konsep, seperti peta kurikulum secara konseptual.
CmapTools digunakan untuk menggambarkan struktur program dalam
kurikulum berbagai ilmu pengetahuan. Hal ini dilakukan untuk menghindari
redudansi (pengulangan) di berbagai bidang ilmu.
2.2.2. Penggunaan Pemetaan Konseptual
Pemetaan konseptual memiliki banyak manfaat, terutama dalam sistem
pembelajaran. Penggunaan pemetaan konseptual biasanya dilakukan untuk
menggambarkan keadaan secara jelas, mengatur pembelajaran atau seluruh
kurikulum, sebagai alat perencanaan yang baik, serta dapat dijadikan sebagai
alat penghubung antara tema dan topik yang berbeda.
Berdasarkan tulisan Sulistyo-Basuki(2002, 3) berjudul ‘Pemetaan
pengetahuan’, dinyatakan bahwa “Pemetaan konseptual digunakan untuk
memaparkan seluruh domain pengetahuan guna mengidentifikasi kesenjangan
dan bidang yang menarik.Objeknya dapat berupa disiplin ilmiah atau
teknologi atau domain interdisipliner.”
Berdasarkan penggunaannya, Canas, Novak dan Gonzales(2004, 1),
menyatakan bahwa:
Pendapat di atasmenyatakan bahwapeta konsep telah banyak digunakan
untuk mempromosikan pembelajaran bermakna dalam berbagai disiplin ilmu
dan dalam konteks yang berbeda. Penggunaan peta konsep sangat berguna
dalam melakukan pembelajaran pada berbagai disiplin ilmu.
Masih dalam pembahasan mengenai penggunaan peta konsep,
Gomez(2005, 2)menyatakan bahwa:
Concept maps are usually employed to represent the response, analysis or solution to a particular question, situation, or event that the knowledge producer is trying to understand. Awareness of concept acquisition, knowledge organization and self-regulation are the developmental skills that enable learners to create and classify known and new concepts, as well as to select linking phrases to make propositions.
Dari uraian di atas, dapat diketahui bahwa penggunaan peta konsep
selain untuk menggambarkan keadaan dari pengamat pengetahuan, juga
digunakan sebagai alat pengembangan dalam penciptaan dan penggolongan
pengetahuan sehingga menghasilkan konsep baru. Hal lain yang digunakan
peta konsep adalah memilih kata penghubung untuk membuat proposisi.
Dimana proposisi merupakan hubungan suatu konsep (informasi) dengan
konsep lain. Satu proposisi mengandung dua konsep dan kata penghubung.
Gambar 2.5. Proposisi sebagai unit dasar
Sumber: Walsh (2010)
Pernyataan yang sama mengenai penggunaan peta konsep sebagai alat
representasi dinyatakan oleh Coffey yang dikutip oleh Tergan(2005, 191)
sebagai berikut:
Pendapat di atas dapat diartikan bahwa peta konsep dapat digunakan
untuk menggambarkan dengan jelas dalam ringkasan keadaan nyata
pengetahuan konseptual, pengetahuan konten, dan informasi terkait. Hal ini
dapat bermanfaat dalam melengkapi visualisasi informasi yang didasarkan
pada semantik visual saja, serta dapat membantu dalam hal memahami
hubungan semantik antara pengetahuan dan informasi.
Pada kegiatan pembelajaran, peta konsep juga dapat digunakan sebagai
alat perencanaan sebagaimana dinyatakan oleh Birbiibahwa:
Concept maps can also be used to organize teaching or the entire curriculum. As a planning tool, they can help teachers plan, structure, and sequence the content of their teaching. As they create a map of what they want to teach, teachers can see how different themes and topics are linked, so continuity of experience is ensured, and develop units and activities that integrate different subjects.(Birbii 2006, 4)
Pendapat di atas dapat diartikan bahwa peta konsep juga dapat
digunakan untuk mengatur pembelajaran atau seluruh kurikulum.Sebagai alat
perencanaan, peta konsep dapat digunakan untuk membantu pengajar dalam
membuat perencanaan, struktur, serta rangkaian isi pengajaran. Ketika ingin
membuat suatu peta dengan tujuan untuk mengajar, pengajar dapat melihat
bagaimana tema dan topik yang berbeda dapat dihubungkan, sehingga dapat
menambah pengalaman dan wawasan, dan mengembangkan unit dan kegiatan
yang mengintegrasikan subjek yang berbeda.
Dariuraian di atas, dapat diketahui bahwa ada beberapa kegunaan peta
konsep yakni sebagai alat perencanaan untuk mengatur pembelajaran atau
kurikulum, sebagai alat penghubung antara tema dan topik yang berbeda,
sebagai alat pengembangan unit dan aktivitas dari subjek yang berbeda.
Sedangkan Wexler(2001, 257), menyatakan bahwa “The contents of a
knowledge map are thus problem-focussed and alter through use, reuse and
experimentation.” Pendapat tersebut dapat diartikan bahwa isi peta
pengetahuan berfokus pada suatu masalah dan setelah digunakan, penggunaan
kembali dan eksperimen.
Pendapat lain yang berhubungan dengan peta konsep membahas tentang
The structureof a concept map is dependenton its context. Consequently,maps having similar concepts can vary from one context to another and are highly idiosyncratic. The strength of concept maps lies in their ability to measure a particular person’s knowledgeabout a given topic in a specific context. (Canas, Carff, et al. 2005, 3)
Berdasarkan pendapat Canas, et al. (2005, 3)dapat diketahui bahwa
struktur peta konsep tergantung pada konteksnya. Akibatnya, peta yang
memiliki konsep serupa dapat bervariasi dari satu konteks ke konteks yang
lain dan memiliki keistimewaaan tersendiri. Kekuatan peta konsep tergantung
pada kemampuan mereka untuk mengukur pengetahuan seseorang mengenai
suatu topik dalam konteks tertentu.
Kedua pendapat di atas (Wexler dan Canas, Carff, et al.) saling
melengkapi, sehingga dapat dinyatakan bahwa suatu topik permasalahan
dapat mempengaruhi struktur peta konsep yang akan diciptakan. Dengan kata
lain, struktur suatu peta konsep tergantung kepada topik yang akan dikaji.
Sehingga, untuk mengetahui beberapa topik yang berbeda diperlukan peta
konsep yang berbeda pula. Karena satu peta konsep hanya dapat membahas
satu topik saja.
Menurut Liebowitz (2002, 26) mengenai hubungan antara pemetaan
pengetahuan dengan pemetaan konseptual adalah sebagai berikut:
In knowledge management terms, knowledge mapping relates to conceptual mapping in a very direct way. Specifically, the objective of knowledge mapping is to develop a network structure that represents concepts and their associated relationships in order to identify existing knowledge in the organization (in a well-defined area) and determine where the gaps are in the organization’s knowledge base as it evolves into a learning organization.
Pendapat di atas memiliki arti bahwa dalam istilah manajemen
pengetahuan, pemetaan pengetahuan berkaitan secara langsungdengan
pemetaan konseptual.Secara khusus, objek dari pemetaan pengetahuanadalah
untuk mengembangkan struktur jaringan yang mewakili konsep dan
hubungan yang terkait untuk mengidentifikasikan pengetahuan yang ada
dalam organisasi dan menentukan di mana kesenjangan dalam basis
pengetahuan organisasi berevolusi menjadi suatu organisasi pembelajaran.
Penggunaan pemetaan konsep di dalam dunia pendidikandapat
ConceptMappinghasbeenputtomanyusesineducation, businessand government.Oneoftheoriginalusesineducationwasfortheassessmentofwh ata
learnerknows.ConceptMapscanbeusedtoexternalizeandmakeexplicitthec onceptual knowledge (bothcorrectanderroneous)thatstudentsholdinaknowledge domain.The processofConceptMappingforeducational
purposescanfosterthelearningofwell
integratedstructuralknowledgeasopposedtothememorization offragmentary, unintegratedfacts. (Canas, Coffey, et al. 2003, 7)
Pendapat di atas dapat diartikan bahwa pemetaan konsep memiliki
banyak manfaat pada berbagai bidang termasuk pendidikan, bisnis, maupun
pemerintahan. Salah satu manfaat dalam pendidikan yaitu untuk melakukan
penilaian mengenai apa yang diketahui oleh pelajar. Peta konsep dapat
digunakan untuk mengeksternalisasi dan membuat pengetahuan konseptual
secara eksplisit (keduanya benar dan salah) bahwa pelajar berada pada
domain pengetahuan. Proses pemetaan konsep untuk tujuan pendidikan dapat
mendorong perkembangan pembelajaran menjadi pengetahuan struktural
yang terintegrasi dengan baik dan bertentangan dengan menghafal
fragmentasi, serta fakta-fakta yang tidak terintegrasi.
Selanjutnya Canas, Coffey, et al.(2003, 23),menyatakan bahwa ada
berbagai penggunaan peta konsep yang telah di indentifikasi, yaitu:
Numerous educational applications of Concept Mapping can be identified. Including as: 1) a scaffold for understanding, 2) a tool for the consolidation of educational experiences, 3) a tool for improvement of affective conditions for learning, 4) an aid or alternative to traditional writing assignments, 5) a tool to teach critical thinking, 6) a mediating representation for supporting interaction among learners, and 7) an aid to the process of learning by teaching.
Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa penggunaan peta
konsep dapat dinyatakan dalam beberapa poin yang termasuk:1) sebagai
perancah untuk memahami, 2)untuk konsolidasi pengalaman pendidikan, 3)
untuk memperbaiki kondisi afektif untuk belajar, 4) sebagai bantuan atau
alternatif untuk menulis tradisional, 5) untuk mengajarkan berpikir kritis,6)
sebagai representasi mediasi, dan7) sebagai alat bantu proses belajar
Penggunaan peta konsep juga dapat dilakukan dalam perencanaan
kurikulum yang membahas suatu topik tertentu. Penjelasan mengenai hal
tersebut dapat diketahui dari pendapat Novak dan Canas (2006, 28)yakni:
In curriculum planning, concept maps can be enormously useful. They present in a highly concise manner the key concepts and principles to be taught. The hierarchical organization of concept maps suggests more optimal sequencing of instructional material.
Dari penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa dalam perencanaan
kurikulum, peta konsep dapat sangat berguna untuk menyajikan suatu topik
dengan cara singkat berisi konsep-konsep kunci dan prinsip yang harus
diajarkan.Dilihat dari organisasi hirarkis suatu peta konsep yang
menunjukkan urutan secara lebih optimal sehingga menghasilkan
pembelajaran yang lebih bermakna.
2.2.3. Prosedur Pembuatan Peta Konsep
Pembuatan peta konsep dilakukan dengan membuat suatu sajian visual
atau suatu diagram tentang bagaimana ide penting atau suatu topik tertentu
dihubungkan satu sama lain. Peta konsep sebaiknyadisusun secara hirarki,
artinya konsep yang lebih inklusif diletakkan pada puncak peta, sehingga
makin ke bawah konsep akandiurutkan menjadi konsep yang kurang inklusif.
Karena peta konsep bukan hanya menggambarkan konsep-konsep yang
penting, tetapi juga menghubungkan antara konsep-konsep itu.
Metode pemetaan konseptual pertama kalidikemukakan oleh Novak dan
Gowin (1986) dengan melibatkan serangkaian langkah-langkah sebagai
berikut:(Canas, Coffey, et al. 2003, 16)
1. Define the topic or focus question. Concept Maps that attempt to cover more than one question may become difficult to manage and read.
2. Once the key topic has been defined, the next step is to identify and list the most important or “general” concepts that are associated with that topic.
3. Next, those concepts are ordered top to bottom in the mapping field, going from most general and inclusive to the most specific, an action that fosters the explicit representation of subsumption relationships (i.e., a hierarchical arrangement or morphology). 4. Once the key concepts have been identified and ordered, links are
5. Linking phrases are added to describe the relationships among concepts.
6. Once the preliminary Concept Map has been built, a next step is to look for cross- links, which link together concepts that are in different areas or sub-domains on the map. Cross-links help to elaborate how concepts are interrelated.
7. Finally, the map is reviewed and any necessary changes to structure or content are made.
Berdasarkan pendapat di atas, ada beberapa langkah sebagai berikut:
1) Menetapkan topik atau pertanyaan utama yang lebih spesifik;
2) Selanjutnya, lakukan identifikasi dan urutkan konsep paling penting
atau umum yang berkaitan dengan topik tersebut;
3) Kemudian mengurutkan konsep-konsep dari atas ke bawah pada bidang
pemetaan, dengan penyusunan yang di mulai dari yang paling umum
dan inklusif ke yang paling spesifik atau khusus;
4) Setelah itu menambahkan link atau hubungan untuk membentuk
persiapan peta konsep;
5) Lalu frase penghubung ditambahkan untuk menggambarkan hubungan
antara konsep-konsep;
6) Kemudian mencari cross-link, yang menghubungkan konsep secara
bersama-sama yang berada di daerah berbeda atau sub-domain pada
peta. Cross-link membantu menguraikan bagaimana konsep-konsep
dapat saling terkait;
7) Langkah terakhir adalah melakukan peninjauan terhadap peta dan
perubahan yang diperlukan untuk struktur atau konten yang dibuat.
Beberapa ahli juga menyatakan bahwa ada beberapa metode yang harus
diikuti dalam menyusun peta konsep. Dahar (1989,
126-128)menyatakanbahwa ada beberapa metode pembuatan peta konsep sebagai
berikut:
1. Pilihlah suatu bacaan dari buku pelajaran 2. Tentukan konsep-konsep yang relevan
3. Urutkan konsep-konsep itu dari yang paling inklusif ke yang paling tidak inklusif
5. Hubungkanlah konsep-konsep itu dengan kata atau kata-kata penghubung
Sejalan dengan pendapat di atas, Erniwaty (2011)pada artikelnya
berjudul “Pembelajaran Kooperatif Tipe Concept Mapping (Peta Konsep)”
menyatakan bahwa prosedurpembuatan peta konsep sebagai berikut:
1. Memilih suatu bahan bacaan
2. Menentukan konsep-konsep yang relevan
3. Mengelompokkan (mengurutkan) konsep-konsep dari yang paling inklusif ke yang paling tidak inklusif
4. Menyusun konsep tersebut dalam suatu bagan, konsep-konsep yang paling inklusif diletakkan di bagian atas atau di pusat bagan tersebut
5. Dalam menghubungkan konsep-konsep tersebut dihubungkan dengan kata hubung. Misalnya “merupakan”, “dengan”, “diperoleh”, dan lain-lain
Sedangkan menurut Sulistyo-Basuki (2002, 4) bahwa untuk membuat
peta konseptual, ada enam langkah yang harus dilakukan.
1. Masing-masing subdisiplin ilmu atau spesialisasi dianggap sebagai elemen pengetahuan dari domain tertentu, dinyatakan di peta dalam bentuk kotak/ kerangka tunggal.
2. Besaran isi pengetahuan dalam sebuah elemen, misalnya diukur dengan jumlah publikasi, paten, pengarang aktif dan lain-lain. Dinyatakan berdasarkan besaran (atau ketebalan kotak) elemen di peta. Dengan demikian besaran tersebut bersifat relatif.
3. Tingkat pengetahuan diungkapkan berdasarkan ketebalan atas warna masing-masing elemen. Tingkat pengetahuan ini terbagi atas 5 tingkatan yaitu: (1) tingkat 1: realita-data empiris mengenai realita, persepsi, deskripsi; (2) tingkat 2: realita ke model-syarat dan kondisi persamaan, perkiraan, asumsi dan pemodelan; (3) tingkat 3: Model, merupakan representasi realita diwujudkan dalam model; (4) tingkat 4: Model ke pernyataan-teknik verifikasi, algoritma, dan ketentuan penalaran; (5) tingkat 5: pernyataan berupa teori, inferensi, penjelasan dan penilaian. 4. Kedekatan elemen pengetahuan, dinilai oleh pakar atau diukur
berdasarkan indeks kedekatan bibliometrika. Teknik ini digunakan untuk menentukan lokasi relatif masing-masing elemen.
5. Lokasi elemen di peta hendaknya mencerminkan asal usul dan daya tarik menarik dengan disiplin eksternal (sumber pengetahuan)
dilakukan dengan menggunakan data sitasi, pengulangan kata dan/ atau pendapat pakar dalam bidang tersebut.
Dari pendapat Sulistyo di atas diketahui bahwa terdapat enam langkah
untuk membuat peta konsep.Langkah pertama yaitu memilih elemen
pengetahuan yang dapat diperoleh dari masing-masing subdisiplin ilmu atau
bidang spesialisasi. Langkah kedua yaitu menentukan besaran isi pengetahuan
dalam suatu elemen supaya bersifat relatif. Langkah ketiga yaitu menentukan
tingkat pengetahuan yang terbagi atas 5 (lima) tingkatan. Langkah keempat
yaitu menilai kedekatan elemen pengetahuan. Langkah kelima yaitu
menyusun elemen berdasarkan lokasi yang menjelaskan mengenai sumber
pengetahuan. Langkah keenam yaitu memberi koneksi antara elemen
pengetahuandengan mencerminkan arah dan arus pengetahuan yang
ditunjukkan menggunakan panah dan garis.
Berdasarkan keseluruhan pendapat di atas, dapat diketahui bahwa
prosedur pembuatan peta konsep dapat diuraikan menjadi beberapa langkah
seperti: (1) Memilih dan mempelajari suatu topik yang akan dibahas,
misalnya kurikulum bidang Ilmu Perpustakaan. (2)Mengidentifikasi subjek
yang berkaitan dengan topik utama, seperti subjek-subjek atau kata kunci
pada setiap mata kuliah wajib PSIP.(3) Menentukan konsep-konsep yang
relevan sesuai dengan topik terkait, contohnya pembagian konsep
berdasarkan kelompok kurikulum, tingkat semester, serta subdisiplin ilmu.(4)
Mengurutkan subjek-subjek pada setiap konsep dari topik pembahasan secara
hierarkis, mulai dari konsep paling umum sampai konsep paling khusus.(5)
Menyusunsubjek-subjek pada setiap konsep yang sudah diurutkan ke dalam
suatu bagan, dengan cara menempatkan konsep paling inklusif di bagian
paling atas.(6) Menghubungkan konsep-konsep tersebut dengan kata
penghubung, seperti kata ‘berdasarkan’ dan sebagainya. (7) Sertameninjau
peta serta perubahan untuk struktur atau konten yang dibuat menggunakan
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif,
yang artinya penelitian dilakukan hanya sampai tahap deskripsi, yaitu
menganalisis dan menyajikan fakta dengan sistematis supaya lebih mudah untuk
disimpulkan.
Metode penelitian deskriptif merupakan bentuk penelitian yang berfungsi
untuk mendeskripsikan dan menginterpretasikan sesuatu, seperti halnya
fenomena-fenomena berupa bentuk, aktivitas, karakteristik, proses, perubahan,
hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena yang ada.
3.2.Unit Analisis
Unit analisis adalah pada level mana data ingin kita kumpulkan. Penentuan
unit analisis ini penting agar kita tidak salah dalam pengumpulan data dan
pengambilan simpulan nantinya.(Febrianto 2008)
Berdasarkan pendapat di atas, dapat diketahui bahwa unit analisis
merupakan objek yang akan diteliti dan menjadi sasaran penelitian. Objek
tersebut dapat berupa benda, kegiatan atau aktivitas, keadaan lingkungan, alam,
serta manusia yang dapat diklasifikasikan.
Unit analisis dalam penelitian ini adalah kurikulum PSIPFIB USU. Daftar
kurikulum diperoleh berdasarkan semester perkuliahan berisi nomor, kode, nama
mata kuliah dan jumlah kredit beserta kelompok mata kuliah pada kurikulum.
3.3.Sumber Data
Sumber data yang diperolehdalam melakukan penelitian ini berasal dari:
1. Data primer merupakan sumber data yang langsung memberikan data
kepada pengumpul data, yaitu hasil dari observasi dan wawancara,
pengamatan penulis seperti sikap dan pemahaman dari subjek yang
diteliti sebagai dasar utama melakukan interpretasi data. Data primer
2. Data sekunder merupakan sumber data yang tidak langsung
memberikan data kepada pengumpul melainkan diperoleh melalui
studi kepustakaan (dokumentasi). Data sekunder dalam penelitian ini
mencakup Silabus perkuliahan, GBPP (Garis-garis Besar Program
Pengajaran), Website USU, dan Mesin penelusur (search engine).
3.4.Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini
adalah teknik dokumentasi dan analisis konten(content analysis).Teknik
dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan seluruh data yang diperlukan dari
berbagai sumber tercetak maupun elektronik. Sedangkan analisis konten
digunakan untuk membahas secara mendalam terhadap isi suatu informasi untuk
menghasilkan suatu subjek yang akan menjadi data dalam penelitian.
Adapun prosedur pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan
tahapan sebagai berikut:
1) Mencari informasi mengenai kurikulum kepada bagian Tata Usaha PSIP FIB
USU. Data berupa kurikulum kemudian disusun berdasarkan tingkat
semester mulai dari semester 1 (satu) sampai dengan semester 8 (delapan).
2) Berdasarkan data yang dihasilkan, kemudian dilakukan analisiskonten
dengan menggunakan alat bantu (instrumen) dalam pegolahan data untuk
menghasilkan subjek yang akan digunakan dalam melakukan pemetaan.
3.5.Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah semua alat yang digunakan untuk
mengumpulkan, memeriksa, menyelidiki suatu masalah, atau mengumpulkan,
mengolah, menganalisa dan menyajikan data-data secara sistematis serta objektif
dengan tujuan memecahkan suatu persoalan atau menguji suatu
hipotesis.(Ristiawan 2010)
Instrumen disebut juga sebagai alat bantu yang memegang peranan penting
dalam menentukan mutu suatu penelitian. Fungsinya mengungkapkan fakta
penelitian ini adalah dokumentasi, dokumen tersebut berupa nomor, kode, mata
kuliah, jumlah SKS dan kelompok mata kuliah pada kurikulum PSIP FIB USU.
Instrumen dalam pengolahan data yang digunakan adalah LCSH (Library
Congres of Subject Heading) dan DDC(Dewey Decimal Clasification).Data yang
akan dikumpulkan adalah seluruh subjek yang berkaitan dengan nama mata
kuliahwajib bidang ilmu perpustakaan pada PSIP FIB USU. Data diolah dengan
menggunakan program aplikasiCmap Tools dan Microsoft Visio.
3.6.Teknik Analisis Data
Analisis data bertujuan untuk menata, menyusun dan memberi makna
terhadap kumpulan data.Hal penting yang berhubungan dengan pengumpulan
data yaitu rasionalitas, deskripsi, ilustrasi dan pendukung.
Langkah-langkah dalam melakukan analisis data berdasarkan prosedur
pemetaan pengetahuan secara konseptual, yaitu:
1) Memilih dan mempelajari suatu topik yang akan dibahas;
2) Mengidentifikasi subjek yang berkaitan dengan topik utama;
3) Menentukan konsep-konsep yang relevan sesuai dengan topik
terkait;
4) Mengurutkan subjek-subjek pada setiap konsep dari topik
pembahasan secara hierarkis, mulai dari subjekyang paling umum
sampai subjek yang paling khusus;
5) Menyusunsubjek-subjek pada setiap konsep yang sudah diurutkan ke
dalam suatu bagan, dengan cara menempatkan konsep paling inklusif
di bagian paling atas;
6) Menghubungkan konseptersebut dengan kata penghubung;
7) Meninjau peta serta perubahan untuk struktur atau konten yang
dibuat, dengan menggambarkan konsep-konsep menggunakan