• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pemetaan Pengetahuan (Knowledge Mapping)Bidang Ilmu Perpustakaan Pada Kurikulum S-1 Program Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Pemetaan Pengetahuan (Knowledge Mapping)Bidang Ilmu Perpustakaan Pada Kurikulum S-1 Program Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara"

Copied!
131
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PEMETAAN PENGETAHUAN (KNOWLEDGE MAPPING) BIDANG ILMU PERPUSTAKAAN PADA KURIKULUMS-1

PROGRAMSTUDI ILMU PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU BUDAYA USU

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satupersyaratandalammenyelesaikan studi untukmemperolehgelarSarjana Sosial(S.Sos)

dalambidangstudiIlmu Perpustakaan

Oleh:

HUSNA ATHIYAH ASHOBA NIM: 100709077

DEPARTEMEN ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

LEMBARPERSETUJUAN

Judul Skripsi : Analisis Pemetaan Pengetahuan (Knowledge Mapping)Bidang Ilmu Perpustakaan Pada Kurikulum S-1 Program Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara

Oleh : Husna Athiyah Ashoba

NIM : 100709077

Pembimbing I : Himma Dewiyana S.T, M.Hum

Tanda Tangan : _________________________

Tanggal : _________________________

Pembimbing II : Drs. Belling Siregar, M.Lib

Tanda Tangan : _________________________

(3)

LEMBARPENGESAHAN

Judul Skripsi : Analisis Pemetaan Pengetahuan (Knowledge Mapping) Bidang Ilmu Perpustakaan Pada Kurikulum S-1 Program Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara

Oleh : Husna Athiyah Ashoba

NIM : 100709077

DEPARTEMEN STUDI ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI

Ketua : Dr. Irawaty A. Kahar, M.Pd

Tanda Tangan : _________________________

Tanggal : _________________________

FAKULTAS ILMU BUDAYA

Dekan : Dr. Syahron Lubis, M.A

Tanda Tangan : _________________________

(4)

PERNYATAAN ORISINALITAS

Karyainiadalahkaryaorisinildanbelum pernahdisajikansebagaisuatutulisan

untukmemperolehsuatukualifikasitertentuataudimuatpadamediapublikasi lain.

Penulismembedakandenganjelas antarapendapatpenulis ataugagasanpenulis

denganpendapatatau gagasanyangbukandaripenulisdenganmencantumkan tanda

kutipdan dicantumkan pada daftar pustaka.

Medan, Agustus 2014 Penulis

(5)
(6)

ABSTRAK

Husna Athiyah Ashoba. 2014. Analisis Pemetaan Pengetahuan (Knowledge Mapping) Bidang Ilmu Perpustakaan Pada Kurikulum S-1 Program Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya USU

Tujuanpenelitian iniadalah untukmenyusunpetailmupengetahuan (knowledgemapping)dengan menggunakanmetodepemetaankonseptualdan untukmenghasilkanpemetaanilmupengetahuandalam bidang ilmu perpustakaan pada Program Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya USU.

Metodeyangdigunakandalam penelitianiniadalahdeskriptif.Unitanalisis dalam penelitianadalahseluruh nama mata kuliah wajib bidang Ilmu Perpustakaan pada kurikulum S-1 (Sarjana) PSIP FIB USUyakni 63 mata kuliah (132 SKS) mencakup pembahasan materi kuliah sebanyak 54 mata kuliah, Praktikum sebanyak 6 mata kuliah, Praktik Kerja Lapangan, Perancangan atau seminar proposal skripsi, serta Skripsi.Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik dokumentasi dan analisis konten.

Hasilpenelitianpemetaanilmupengetahuanpadabidang ilmu perpustakaan pada PSIP FIB USU yaitu: (1) Penentuan subjek dilakukan dengan menggunakan alat bantu LCSH dan DDC berdasarkan pokok-pokok pembahasan pada setiap mata kuliah wajib PSIP. (2) Kelompok bidang ilmu yang diperoleh dari hasil analisis data mencakup 6 bidang ilmu pokok yakni Karya umum, Filsafat dan Psikologi, Ilmu Sosial, Bahasa, Matematika, serta Teknologi dan Ilmu terapan. (3) Penentuan konsep pada pemetaan pengetahuan bidang ilmu perpustakaan dilakukan dengan tiga cara, yakni berdasarkan kelompok kurikulum, tingkat semester, dan subdisiplin ilmu. (4)Penentuan konsep berdasarkan kelompok pada kurikulum wajib PSIP FIB USU mencakup 4 bagian kelompok kurikulum, yakni 1 mata kuliah kelompok MKK, 29 mata kuliah kelompok MPB, 26 mata kuliah kelompokMKB, dan 7 mata kuliah kelompok MBB. (5) Pembagian mata kuliah berdasarkan tingkat semester dibagi atas 8 tingkatan, mencakup 31 mata kuliah pada semester ganjil, dan 32 mata kuliah pada semester genap. (6) Penentuan konsep berdasarkan subdisiplin ilmu dikelompokkan ke dalam 6 disiplin ilmu, yakni Ilmu informasi, Ilmu perilaku, Kepustakawanan, Kearsipan, Teknologi komputer, dan Disiplin/Subjek lain yang berkaitan dengan bidang ilmu perpustakaan. (7) Pembahasan pada setiap mata kuliah wajib PSIP ditujukan untuk mengupayakan pengembangan dan peningkatan kualitas semua program dalam bidang studi perpustakaan dan informasi secara berkelanjutan.

(7)

KATAPENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin. Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT

atas limpahan nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan judul “Analisis Pemetaan Pengetahuan (Knowledge

Mapping)Bidang Ilmu Perpustakaan Pada Kurikulum S-1 Program Studi Ilmu

Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya USU”. Salawat dan salam juga penulis

ucapan untuk junjungan kitaNabi Muhammad SAW beserta keluarga dan

sahabat-sahabatnya. Skripsi ini disusun sebagai tugas akhir penulis untuk memenuhi

persyaratan dalam menyelesaikan studi dan memperoleh gelar sarjana sosial

(S.Sos) pada Program Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya

UniversitasSumateraUtara.

Penulisan skripsi ini dapat selesai karena adanya bantuan dari berbagai pihak.

Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada

orang tua penulis yang selama ini telah membesarkan penulis dengan penuh kasih

sayang dan selalu mendukung penulis. Terima kasih kepada Abah dan Ummi

"(Alm) Drs. M. Agus Sholeh Batubara dan Purnawati". Atas kerja keras dan doa

kalian lah penulis dapat menyelesaikan jenjang pendidikan sampai saat ini. Dan

kepada adik-adik penulis yakni Irham Hafidz, Azwan Syihab dan Fakhri Adly,

terima kasih karena telah menjadi adik-adik yang selalu mendukung penulis.

Pada kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih

yang setulus-tulusnya kepada orang-orang yang telah memberikan bantuan,

bimbingan dan dukungan, baik moril maupun materil pada penulis sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, yakni kepada:

1. Bapak Dr. Syahron Lubis, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya USU.

2. IbuHimmaDewiyanaS.T,M.Hum selaku dosen pembimbing I sekaligus

Sekretaris Program Studi Ilmu Perpustakaan yangtelah

meluangkanwaktunya untukmemberikanarahan,bimbingan,serta

memberikan saran dalampenulisan skripsiini.

3. Drs. Belling Siregar, M.Lib,selakudosenpembimbingIIyang telah

meluangkan waktunya untuk memberikan kritik, serta masukan-masukan

(8)

penulis yang telah membimbing penulis selama masa perkuliahan.

5. IbuDr.IrawatyA.Kahar,M.PdselakuKetuaProgramStudiPerpustakaan.

6. Seluruhstafpengajar Program Studi yang telah memberikan perkuliahan dan

ilmu pengetahuan kepadapenulis. Dan

staftatausahayakniBapakYudiPurnomoyangtelahmembantudanmemberikani

nformasimengenaiadministrasi, prosedur-prosedurdalam menyelesaikan

jenjang perkuliahan.

7. Ibu Sri wahyuni Larasati dan Om Mulyadi Syahputra yang telah menjadi

orang tua kedua penulis selama penulis menyelesaikan studi di Kota

‘perantauan’ ini. Terima kasih banyak atas masakan dan perhatian Ibu

selama ini. Dan makasih juga buat Om yang udah menyediakan wifi 24 jam.

8. Para sahabat yang selalu men-support penulis, bersama dalam suka dan

duka, selalu berbagi dalam setiap keadaan, dan bersaing untuk menjadi yang

terbaik. Terima kasih kepada My beloved friendsYayang H. Nst, Hadistya

Hafsari, Herlina ‘Ulin’, Wiji Khatimah, Yeni Trisapitri, Asista Bangun,Dika

Arista, Reza F. Rosadi, Arif Sugiman, Fitrianti Pohan, Fauziah Noor. Kalian

adalah teman terbaik yang pernah ada. Tanpa kalian, mungkin penulis tidak

akan pernah berusaha lebih keras dan lebih rajin agar menjadi lebih baik

dari kalian semua.

9. Keluarga besar penulis, terutama kepada kakek H. M. Paidjan, Bu’de Lilis

Suryani, Ibu Arum C.M., Kak Titin, Om Surya, Pakde Supriyanto, Bu’de

Winta, dan seluruh keluarga yang tak dapat penulis sebutkan satu per satu.

10. Seluruh teman-teman angkatan Tahun 2010. Terima kasih atas dukungan,

semangat, dan doanya.

Akhirnya penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua

yang membacanya.

Medan, Agustus2014 Penulis,

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB IPENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian... 4

1.4. Manfaat Penelitian... 4

1.5. Ruang Lingkup ... 5

BAB IITINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1.Pemetaan Pengetahuan ... 6

2.1.1. Definisi Pemetaan Pengetahuan ... 7

2.1.2. Jenis Peta Ilmu Pengetahuan ... 8

2.1.3. Fungsi dan Manfaat Pemetaan ... 11

2.2. Metode Pemetaan Konseptual ... 13

2.2.1. Definisi Pemetaan Konseptual ... 14

2.2.2. Penggunaan Pemetaan Konseptual ... 18

2.2.3. Prosedur Pembuatan Peta Konsep ... 23

BAB IIIMETODE PENELITIAN... 27

3.1.Jenis Penelitian ... 27

3.2.Unit Analisis ... 27

3.3. Sumber Data ... 27

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 28

3.5.Instrumen Penelitian ... 28

3.6. Teknik Analisis Data ... 29

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 30

4.1. Pemetaan Pengetahuan ... 30

4.1.1. Pemilihan Topik (Cakupan Bidang Ilmu) ... 31

4.1.2. Identifikasi Subjek yang Berkaitan dengan Topik ... 32

4.1.3. Penentuan Konsep yang Relevan ... 55

4.1.4. Pengurutan Subjek pada setiap Konsep ... 56

4.1.5. Penyusunan Subjek pada setiap Konsep ... 57

4.1.6. Penghubungan Konsep dengan Kata Penghubung ... 63

4.1.7. Penggambaran Peta secara Konseptual ... 64

4.2. Gambaran Klasifikasi Subjek Disiplin Ilmu ... 65

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 81

5.1. Kesimpulan... 81

5.2. Saran ... 83

DAFTAR PUSTAKA ... 84

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1: Penentuan Subjek Berdasarkan LCSH dan DDC ... 33

Tabel 4.2: Pemetaan Konsep Berdasarkan Kelompok Kurikulum ... 57

Tabel 4.3: Pemetaan Konsep Berdasarkan Tingkat Semester ... 59

Tabel 4.4:Pemetaan Konsep Berdasarkan Subdisiplin Ilmu ... 61

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Contoh Peta Konsep ... 15

Gambar 2.2. Struktur elemen node-link dalam peta konsep ... 16

Gambar 2.3. Contoh pembuatan peta konsep... 16

Gambar 2.4. Peta kurikulum yang diciptakan oleh Edmondson ... 17

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Kurikulum Program Studi Ilmu Perpustakaan FIB USU ... 87

Lampiran IIGambaran Umum Program Studi Ilmu Perpustakaan FIB USU ... 89

Lampiran III Daftar Nama Mata Kuliah Beserta Pembahasannya ... 92

Lampiran IVGambaran Peta Ilmu Perpustakaan dan Informasi ... 104

Lampiran VPembagian Kelompok Bidang Ilmu pada Setiap Mata Kuliah ... 105

Lampiran VI Hasil Penggabungan Konsep ... 106

Lampiran VIIGambar Penghubungan Konsep-Konsep ... 108

Lampiran VIIIGambar Peta Konsep Berdasarkan Kurikulum ... 109

Lampiran IXGambar Peta Konsep Berdasarkan Tingkat Semester ... 110

Lampiran XGambar Peta Konsep Berdasarkan Disiplin Ilmu ... 111

Lampiran XIGambar Pemetaan Berdasarkan Kelompok Subdisiplin Ilmu ... 112

Lampiran XIIGambar Pemetaan Berdasarkan Klasifikasi DDC ... 113

Lampiran XIIIGambar Pemetaan Berdasarkan Kelompok Kurikulum MPB ... 114

Lampiran XIVGambar Pemetaan Berdasarkan Kelompok Kurikulum MKB .... 115

Lampiran XVGambar Pemetaan Berdasarkan Kelompok Kurikulum MBB ... 116

(13)

ABSTRAK

Husna Athiyah Ashoba. 2014. Analisis Pemetaan Pengetahuan (Knowledge Mapping) Bidang Ilmu Perpustakaan Pada Kurikulum S-1 Program Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya USU

Tujuanpenelitian iniadalah untukmenyusunpetailmupengetahuan (knowledgemapping)dengan menggunakanmetodepemetaankonseptualdan untukmenghasilkanpemetaanilmupengetahuandalam bidang ilmu perpustakaan pada Program Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya USU.

Metodeyangdigunakandalam penelitianiniadalahdeskriptif.Unitanalisis dalam penelitianadalahseluruh nama mata kuliah wajib bidang Ilmu Perpustakaan pada kurikulum S-1 (Sarjana) PSIP FIB USUyakni 63 mata kuliah (132 SKS) mencakup pembahasan materi kuliah sebanyak 54 mata kuliah, Praktikum sebanyak 6 mata kuliah, Praktik Kerja Lapangan, Perancangan atau seminar proposal skripsi, serta Skripsi.Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik dokumentasi dan analisis konten.

Hasilpenelitianpemetaanilmupengetahuanpadabidang ilmu perpustakaan pada PSIP FIB USU yaitu: (1) Penentuan subjek dilakukan dengan menggunakan alat bantu LCSH dan DDC berdasarkan pokok-pokok pembahasan pada setiap mata kuliah wajib PSIP. (2) Kelompok bidang ilmu yang diperoleh dari hasil analisis data mencakup 6 bidang ilmu pokok yakni Karya umum, Filsafat dan Psikologi, Ilmu Sosial, Bahasa, Matematika, serta Teknologi dan Ilmu terapan. (3) Penentuan konsep pada pemetaan pengetahuan bidang ilmu perpustakaan dilakukan dengan tiga cara, yakni berdasarkan kelompok kurikulum, tingkat semester, dan subdisiplin ilmu. (4)Penentuan konsep berdasarkan kelompok pada kurikulum wajib PSIP FIB USU mencakup 4 bagian kelompok kurikulum, yakni 1 mata kuliah kelompok MKK, 29 mata kuliah kelompok MPB, 26 mata kuliah kelompokMKB, dan 7 mata kuliah kelompok MBB. (5) Pembagian mata kuliah berdasarkan tingkat semester dibagi atas 8 tingkatan, mencakup 31 mata kuliah pada semester ganjil, dan 32 mata kuliah pada semester genap. (6) Penentuan konsep berdasarkan subdisiplin ilmu dikelompokkan ke dalam 6 disiplin ilmu, yakni Ilmu informasi, Ilmu perilaku, Kepustakawanan, Kearsipan, Teknologi komputer, dan Disiplin/Subjek lain yang berkaitan dengan bidang ilmu perpustakaan. (7) Pembahasan pada setiap mata kuliah wajib PSIP ditujukan untuk mengupayakan pengembangan dan peningkatan kualitas semua program dalam bidang studi perpustakaan dan informasi secara berkelanjutan.

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pada zaman modern sekarang, perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi informasitelahmaju dengan pesat. Perkembangannya membawa

perubahan mendasar serta dampak yang demikian luas dalam segala aspek

kehidupan manusia, terutama dibidang informasi. Sekarangtelah banyak

informasi yang beredar di dalam kehidupan masyarakat umum bahkan sampai

berlebihan. Akan tetapi berapa banyak informasi tersebut yang secara aktual

benar-benar dibutuhkan sangat sulit untuk diperoleh.

Perkembangan informasi dalam bidang ilmu pengetahuan selalu

menghasilkan pengetahuan baru, sehingga menyebabkan tingkat kebutuhan

seseorang menjadi lebih tinggi. Ada suatu keharusan seseorang untuk

mengikuti perkembangan informasi. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya

produk baru hasil dari pengembangan informasi yang sedang beredar di

masyarakat.

Seiring dengan kemajuan informasi, ilmu pendidikan juga berkembang

dari tahun ke tahun secara bertahap. Setiap tahapannya memiliki ciri khas

tertentu dalam perkembangannya. Pada bidang ilmu

perpustakaan,adapermasalahan dalam menganalisis perkembangan informasi

yaitu bagaimana memaparkan serta mendeskripsikan suatu bidang tertentu dari

disiplin ilmu pengetahuan. Sehingga munculnya bidang pemetaan pengetahuan

(knowledge mapping) dapat membantu melakukan visualisasi dalam bentuk

peta terhadap ilmu pengetahuan pada bidang ilmu perpustakaan.

Suatu peta merupakan alat relasi (penghubung) yang menyediakan

informasi antar hubungan entitas(dokumen). Peta ilmu pengetahuan merupakan

alat penghubung berisi informasi yang membahas tentang kegiatan bersifat

ilmiah sebagai suatu sistem yang terstruktur. Peta digunakan sebagai alat

praktis dan sebagai alat untuk membahas serta memahami kegiatan yang

(15)

Berdasarkan pembuatannya, peta ilmu pengetahuan akan

menghasilkansuatu pemetaan yang akan mengategorikan beberapa entitas

dalam kegiatan ilmiah berdasarkan kesamaan antara dokumen

tersebut.Pemetaan pengetahuan berfungsi untuk menggambarkan

perkembangan ilmu pengetahuan serta memvisualisasikan struktur ilmu

pengetahuan dengan pembuatan time-blok.

Pemetaan adalah proses pengidentifikasian suatu elemen pengetahuan

serta sebagai bentuk nyata, pergerakan, serta hubungan yang saling berkaitan

dan saling mempengaruhi antara entitas yang satu dengan yang lainnya.Ada

beberapa metode pemetaan pengetahuan, yaitu: pemetaan kronologis,

pemetaan kognitif, pemetaan konseptual dan pemetaan co-word.

Peneliti memilih Kurikulum Sarjana (S-1)Program StudiIlmu Perpustakaan

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara (PSIP FIB USU) sebagai

objek penelitian karenabidang ilmu tersebut merupakan bidang ilmu

pengetahuan peneliti yakni bidang Ilmu Perpustakaan. Sehingga peneliti

merasa perlu melakukan penelitian untuk mengetahui hasil evaluasi terhadap

Kurikulum Sarjana tahun 2006mahasiswa Program Studi Ilmu Perpustakaan,

serta mengukur pemahaman peneliti terhadap bidang ilmu perpustakaan.

Di Indonesia, bidang ilmu perpustakaan merupakan bidang yang masih

jarang diketahui oleh banyak orang namun sangat dibutuhkan baik secara

langsung maupun tidak langsung oleh masyarakat umum. Ketika mendengar

kata perpustakaan, dalam benak masyarakat akan terbayang pada suatu ruangan

berisi sederetan buku-buku yang tersusun di dalam rak sehingga dapat

disamakan dengan gudang buku. Hal ini memang benar, namun belum tepat

jika perpustakaan digambarkan sebagai gudang buku saja. Demikian halnya

dengan bidang ilmu perpustakaan yang bukan hanya membahas tentang

perpustakaan tetapi juga bidang lain yang berkaitan dengan hal tersebut seperti

ilmu informasi, ilmu perilaku, komunikasi,teknologi komputer dan kearsipan.

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007

tentang Perpustakaan pada Bab I Pasal 1 dinyatakan bahwaPerpustakaan

(16)

rekam secara profesional dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan

pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi para pengguna.

Ilmu Perpustakaan (library science) merupakan bidang interdisipliner yang

mempelajari dan mengkaji hal-hal yang berkaitan dengan perpustakaan baik

dari segi pengumpulan, pengorganisasian, pengawetan, dan penyebarluasan

sumber informasi, serta berkaitan dengan nilai ekonomi dan politis dari

informasi pada umumnya.

Kurikulum merupakan seperangkat mata pelajaran dan program

pendidikan yang diberikan oleh suatu lembaga pendidikan berisi rancangan

pelajaran yang akan diberikan kepada peserta dalam satu periode jenjang

pendidikan. Kurikulum program studi merupakan penentu kualitas lulusan.

Dengan demikian, pengembangan kurikulum wajib dilakukan untuk

meningkatkan standar kompetensi lulusan yang diharapkan serta mendukung

kebutuhan peserta didik.

Kurikulum Program S-1 Tahun 2006pada PSIP FIB USU dikelompokkan

ke dalam 5 (lima) kategori yaitu Matakuliah Pengembangan Kepribadian

(MPK), Matakuliah Keahlian Berkarya (MKB), Matakuliah Keilmuan dan

Keterampilan (MKK), Matakuliah Perilaku Berkarya (MPB), dan Matakuliah

Berkehidupan Bersama (MBB). Adapun cakupan kurikulum PSIP FIB USU

selama 8 (delapan) semestermemiliki jumlah total sebanyak 71 mata kuliah

(148 SKS). Ada 63 mata kuliah(132 SKS)bidang ilmu perpustakaan dan 8 mata

kuliah (16 SKS) bidang ilmu umum.

Permasalahan yang ada saat ini adalah kurangnya pemahaman pengguna

terhadap bidang ilmu perpustakaan dan informasi dalam menentukan

klasifikasi dari setiap cakupan mata kuliah wajib yang dimuat pada kurikulum

Program S-1 Tahun 2006 pada PSIP FIB USU. Karena hal tersebut, sehingga

peneliti ingin mengetahui lebih jauh bagaimana gambaran perkembangan ilmu

yang lebih spesifik terhadap cakupan bidang ilmu perpustakaan untuk

memudahkan pemahaman para pengguna.

Penulisan penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode pemetaan

konseptual dalam menciptakan peta ilmu pengetahuan. Metode ini digunakan

(17)

bagian-bagian yang terkait pada bidang ilmu perpustakaan. Sedangkan jenis

peta yang akan digunakan adalah analisis co-classification. Hal ini dilakukan

karena peneliti ingin menghasilkan peta konsep yang disusun berdasarkan

notasi klasifikasi dari masing-masing elemen pengetahuan.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk menganalisis cakupan

bidang ilmu perpustakaan padakurikulum PSIP di FIB USU menjadi suatu peta

ilmu pengetahuan dalam bentuk peta konsep. Oleh karena itu, peneliti

menetapkan judul penelitian:“Analisis Pemetaan Pengetahuan (Knowledge

Mapping) Bidang Ilmu Perpustakaan Pada Kurikulum S-1 Program Studi Ilmu

Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya USU”

1.2. Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu:

1. Bagaimana pemetaan pengetahuan yang dihasilkan dengan

menggunakan jenis peta Ko-klasifikasi?

2. Bagaimana peta yang dihasilkan dalam menyusun pemetaan

pengetahuan dengan menggunakan metode konseptual?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah:

1. Untuk menghasilkan pemetaan pengetahuan secara lebih spesifik

berdasarkan notasi klasifikasi dari masing-masing elemen

pengetahuan dengan menggunakan jenis peta Ko-klasifikasi.

2. Untuk menghasilkan peta konsep dengan menyusun pemetaan

pengetahuan bidang ilmu perpustakaan menggunakan metode

pemetaan konseptual.

1.4.

Manfaat Penelitian

Peneliti berharap penelitian ini dapat bermanfaat:

1. Bagi mahasiswa ilmu perpustakaan, untuk mendapatkan suatu bentuk

(18)

diharapkandapat memberi kemudahan bagi mahasiswa dalam

menentukanklasifikasi subjek ilmu pengetahuan yang lebih spesifik.

2. Bagi program studi, untuk menjadikan hasil pemetaan sebagai bahan

evaluasi dalam pembuatan peta Kurikulum Sarjanapada PSIP FIB

Universitas Sumatera Utara

3. Bagi pengembang ilmu, penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah

satu rujukan untuk melakukan penelitian lanjutan dengan topik yang

sama atau berhubungan.

4. Bagi peneliti lain, penelitian ini dapat dijadikan sebagai pembelajaran

dalam menambah pengetahuan dan wawasan serta pemahaman

mengenai pemetaan pengetahuan(knowledge mapping) secara

konseptual.

1.5. Ruang Lingkup

Penelitian ini merupakan salah satu kajian dalam bidang ilmu

bibliometrika yang membahas tentang pemetaan pengetahuan(knowledge

mapping)dengan menggunakan peta jenis ko-klasifikasi (co-classification)yang

mencakup pemilihan topik, identifikasi subjek, serta penentuan konsep yang

relevan. Dan secara khusus dilakukanmelalui metode pemetaan konseptual

yang mencakup pengurutan subjek dalam konsep, penyusunan subjek pada

konsep ke dalam bagan, penghubungan konsep dengan kata hubung, serta

penggambaran peta secara konseptual.

Objek yang dikaji pada penelitian ini adalah bidang ilmu perpustakaan

pada Kurikulum Sarjana (S-1)Program Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Ilmu

Budaya Universitas Sumatera Utara. Cakupan dalam objek pada penelitian ini

meliputi seluruh mata kuliah wajib PSIP yang berkaitan dengan bidang

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Pemetaan Pengetahuan

Pemetaan pengetahuan merupakan cakupan dari bidang bibliometrika yang

membahas mengenai visualisasi suatu bidang ilmu pengetahuan. Yoganingrum,

SRR dan Hartina (2006, 110), menyatakan bahwa “Bibliometrics is new

terminology here in Indonesia.” Berdasarkan pernyataan tersebut, diketahui

bahwa bibliometrika merupakan istilah baru di Indonesia.Dalam

penggunaannya, bibliometrika bertujuan menjelaskan proses komunikasi tertulis

dan sifat serta arah pengembangan sarana deskriptif penghitungan dan analisis

berbagai faset komunikasi.

Tandukar (2005, 2), menyatakan bahwa “Knowledge maps are created by

transferring tacit and explicit knowledge into graphical formats that are easy to

understand and interpret by the end users, who may be managers, experts,

system developers, or anybody.” Dari uraian tersebut, dapat diketahui bahwa

peta pengetahuan diciptakan dengan mentransfer pengetahuan tacit dan explicit

ke dalam format grafis yang mudah untuk dipahami dan ditafsirkan oleh

pengguna akhir, yang mungkin saja menjadi manajer, seorang ahli,

pengembangan sistem, atau siapa pun.

Sedangkan Bahr dan Dansereau yang dikutip oleh Ahlberg (2007, 2),

menyatakan bahwa “Knowledge mapping was created in the research group of

Dansereau in 1970s. In the 1970’s it was however called network map. It is

related to concept maps, but it has rigidly labelled links.” Pernyataan

tersebutdapat diartikan bahwapemetaan pengetahuan pertama kali diciptakan

dalam kelompok penelitian Dansereau di tahun 1970-an. Namun, pada saat itu

lebih dikenal dengan nama peta jaringan.

Di Indonesia, pemetaan jarang dilakukan, padahal fungsinya sangat

penting terutama di dunia pendidikan.Para peserta didik seharusnya dapat

mengetahui dasar-dasar cakupan bidang ilmu sehingga dapat memahami suatu

(20)

2.1.1. Definisi Pemetaan Pengetahuan

Beberapa definisi pemetaan telah banyak dikemukakan oleh para ahli.

Mereka memiliki bahasa yang berbeda dalam mengungkapkan pemahaman

mengenai pemetaan.

Definisi pemetaan menurut Sulistyo-Basuki(2002, 1), “Pemetaan

merupakan suatu proses yang memungkinkan seseorang mengenali elemen

pengetahuan serta konfigurasi, dinamika, ketergantungan timbal balik dan

interaksinya.”Berdasarkan pendapat tersebut,dapat diketahui bahwa pemetaan

sangat berguna dalam membahas atau memahami kaitan antara suatu subjek

dengan subjek lainnya terhadap suatu kajian bidang ilmu. Kegiatan pemetaan

dapat dilakukan oleh berbagai subjek bidang ilmu yang berbeda.

Wexler(2001, 250)menyatakan bahwa:

Knowledge mapping is a consciously designed communication medium using graphical presentation of text, stories, mode", numbers or abstract svrnbols between map makers and map users. Knowledge maps are excellent ways to capture and share explicit knowledge in organizational contexts.

Dari uraian di atas, Wexler mendefinisikan pemetaan pengetahuan

sebagai media komunikasi yang sengaja dirancang dengan menggunakan

presentasi grafik dari teks, cerita, bentuk-bentuk, angka atau simbol abstrak

antara pembuat peta dan pengguna peta. Peta pengetahuan merupakan cara

terbaik untuk menangkap dan berbagi pengetahuan eksplisit dalam konteks

organisasi.

Menurut Wright yang dikutip oleh Liebowitz (2002, 25-26), “A

knowledge map is an interactive, open system for dialogue that defines,

organizes, and builds on the intuitive, structured and procedural knowledge

used to explore and solve problems.” Berdasarkan kutipan tersebut, dapat

diketahui bahwasuatupeta pengetahuan merupakan sistem terbuka untuk

dialog interaktif yang mendefinisikan, mengatur, dan dibangun di atas

pengetahuan intuitif, terstruktur dan prosedural digunakan untuk

mengeksplorasi dan memecahkan masalah.

Sedangkan Tandukar(2005, 1)menyatakan bahwa “Knowledge Mapping

(21)

where you can get it from, who holds it, whose expertise is it, and so

on.”Pernyataan tersebut dapat diartikan bahwapemetaan pengetahuan

berfungsi untuk menyatukan rekod informasi dan pengetahuan yang

dibutuhkan ke dalam suatu wadah, seperti dimana sumber informasi dapat

diperoleh, siapa yang memiliki informasi tersebut, dan lain sebagainya.

Pendapat lain dikemukakan olehJackson(2005, 1)bahwa “Knowledge

mapping is a fundamental step in any knowledge management initiative and

seeks to identify ‘what an organization knows’ in order to leverage it to

greater advantage.” Pendapat tersebut menyatakan bahwapemetaan

pengetahuan merupakan langkah awal dalam setiap perencanaan manajemen

pengetahuan dan berusaha untuk mengidentifikasi ‘apa yang diketahui

organisasi’ dalam rangka untuk meningkatkan keuntungan yang lebih besar.

Pada pelaksanaannya perlu disertai dengan wawasan dan instrumen

penyelidikan seperti alat bantu dalam menentukan kategori pengetahuan.

Selain pendapat di atas, menurut pendapat Ding yang dikutip oleh

Yoganingrum, SRR dan Hartinah(2006, 110)menyatakan bahwa “Knowledge

Mapping by bibliometrics technique could be a tool to look the direction and

the stress of research interest on behalf on evaluating research program and

drafting new program.” Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat diketahui

bahwapemetaan pengetahuanmenggunakan teknik bibliometrika bisa menjadi

alat untuk melihat arah dan pemikiran dari kepentingan kegiatan penelitian

dan penyusunan program baru.

Daribeberapa pendapat diatas, dapat dikemukakan bahwa pemetaan

pengetahuanmerujuk pada teknik visualisasi (gambaran) struktur ilmu

pengetahuan atau disiplin ilmu yang memberi makna dari beberapa hubungan

dalam menyampaikan informasi. Dengan kata lain,pemetaan pengetahuan

akan memberikan gambaran langsung secara sistematik dari isi sebenarnya.

2.1.2. Jenis Peta Ilmu Pengetahuan

Ada beberapa jenis peta yang dikembangkan dalam pemetaan

pengetahuanpada bidang bibliometrika, antara lain: Peta jurnal intercitation,

journal co-citation, document co-citation, author co-citation, co-word

(22)

1) Jurnal intercitation(jurnal antar-sitasi)

Berdasarkan pendapatJones, Cambrosio dan

Mogoutov(2011)menyatakan bahwa “Journal inter-citation only

shows links between journals without providing information about

actual content of those journals.” Pernyataan tersebut diartikan

sebagai jurnal antar-kutipan yang hanya menunjukkan hubungan

antara jurnal tanpa memberikan informasi tentang isi sebenarnya dari

jurnal-jurnal tersebut.

Definisi journal inter-citationmenurut Jones, Cambrosio dan

Mogoutov(2011) yaitu:

Journal inter-citation is the relation established when an article in Journal A cites an article in Journal B. Analysis of inter-citation patterns reveals how closely journals are related based on the journals cited by articles that they publish.

Pendapat di atas mengemukakan bahwa jurnal antar-kutipan

adalah hubungan dibuat bila suatu artikel di Journal A mengutip suatu

artikel di Journal B. Analisis pola inter-kutipan mengungkapkan

seberapa dekat jurnal terkait berdasarkan jurnal yang dikutip oleh

artikel yang mereka terbitkan.

2) Co-citation (Ko-sitasi)

Menurut Mustangimah (2002, 2)Ko-sitasiadalah “dua dokumen

yang disitir secara bersama-sama oleh paling sedikit satu dokumen

yang terbit kemudian.” Sehingga apabila ada dua dokumen yang

disitir secara bersama-sama oleh suatu dokumen maka kedua

dokumen yang disitir tersebut dinamakan ko-sitasi.

a) Journal co-citation (ko-sitasi jurnal) menghubungkan dua dokumenatau lebih yang diterbitkan sebelumnya dalam hubungannya dengan dokumen yang terbit kemudian.

b) Document co-citation (ko-sitasi dokumen)menghubungkan artikelatau buku berdasarkan sitiran bersama oleh penulis kemudian.

(23)

yang satu dengan yang lainnya melalui pengarangnya.(Budiman 2011)

3) Co-word (ko-kata) disebut juga sebagai deskriptor (kata kunci).

Menurut Qin pada artikel jurnal berjudul “Knowledge Discovery

Through Co-word Analysis” dinyatakan bahwa:

Co-word analysis is a content analysis technique that uses patterns of co-occurrence of pairs of items (i.e., words or noun phrases) in a corpus of texts to identify the relationships between ideas within the subject areas presented in these texts. Indexes based on the co-occurrence frequency of items, such as an inclusion index and a proximity index, are used to measure the strength of relationships between items. (Qin 1999, 134)

Pendapat Qin di atas, dapat diartikan bahwa analisis ko-kata

merupakan teknik analisis isi yang menggunakan pola-pola terjadinya

pasang item (yaitu, kata atau frasa kata benda) dalam corpus teks

untuk mengidentifikasi hubungan antara ide-ide dalam bidang studi

yang disajikan dalam teks-teks tersebut. Indeks berdasarkan frekuensi

co-occurrence item, seperti indeks inklusi dan indeks kedekatan,

digunakan untuk mengukur kekuatan hubungan antara item.

4) Co-classification (ko-klasifikasi)

Menurut Budiman (2011) Ko-klasifikasi adalah situasi dua

dokumen atau lebih tergabung dalam satu gugus karena notasi

klasifikasi yang sama. Ko-klasifikasi digunakan untuk mengumpulkan

dokumen yang sama serta menunjukkan bahwa bibliografi secara

kuantitatif menunjukkan subjek yang sama dengan judul dokumen.

Untuk klasifikasi dapat digunakan sistem klasifikasi UDC dan/atau

DDC. Hasil analisis ko-klasifikasi dituangkan dalam bentuk grafik.

Sedangkan Weiss dan Grajewski(2006, 245)pada artikel jurnal berjudul

“Use of Knowledge Maps to Recognize Different Research Capabilities”

menyatakan bahwa ada 3 (tiga) jenis peta pengetahuan yang terdiri atas:

1. Procedural Knowledge Maps can reflect knowledge mapped to a specified production process forexample.

(24)

3. Competency Knowledge Maps can support the process of creation a competency profile of a researcher and his research capabilities.

Pendapat di atas mengemukakan bahwa ada tiga jenis peta pengetahuan,

yaitu: peta pengetahuan prosedural, peta pengetahuan konseptual, sertapeta

pengetahuan kompetensi. Penjabaran dari ketiga jenis peta tersebut di uraikan

sebagai berikut: Peta pengetahuan prosedural dapat mencerminkan

pengetahuan yang dipetakan ke dalam proses produksi tertentu misalnya. Peta

pengetahuan konseptual merupakan klasifikasi hirarkis dari hal yang menurut

para ahli manajemen pengetahuan juga dapat disebut taksonomi. Peta

pengetahuan kompetensi dapat mendukung proses penciptaan profil

kompetensi seorang peneliti dan kemampuan penelitiannya.

Jadi, dalam penelitian ini peneliti menggunakan teori Budiman

mengenai jenis Ko-klasifikasi untuk menentukan jenis peta ilmu pengetahuan

yang akan digunakan dalam menganalisis subjek. Hasil yang akan diperoleh

dari pemilihan jenis ko-klasifikasi sebagai jenis peta ilmu pengetahuan yang

dipilih adalah untuk menentukan subjek sesuai dengan sistem klasifikasi yang

digunakan dan menggambarkannya secara konseptual dalam bentuk grafis.

2.1.3. Fungsi dan Manfaat Pemetaan

Suatu peta hanya dapat dimanfaatkan oleh satu kajian bidang ilmu saja

karena peta diciptakan sesuai dengan tujuan dan fungsi dari kegunaan peta

tersebut dalam suatu aktivitas ilmiah. Secara umum, pemetaan pengetahuan

berperan penting dalam berbagai aspek kehidupan.

Sulistyo-Basuki(2002, 1)menyatakan manfaat pemetaan pengetahuan

sebagai berikut:

Pemetaan pengetahuan digunakan untuk keperluan manajemen teknologi, mencakup definisi program penelitian, keputusan menyangkut aktivitas yang berkaitan dengan teknologi, desain struktur berbasis pengetahuan serta pemograman pendidikan dan pelatihan.

Dari uraian di atas, dapatdiketahui bahwa pemetaan pengetahuan

digunakan dalam manajemen teknologi bertujuan untuk memaparkan

(25)

teknologi. Sehingga hasil akhirnya akan diperoleh dalam bentuk yang

sistematis dari bidang teknologi.

Sedangkan Zins(2007, 526)menyatakan bahwa “Knowledge mapping

plays an important role in the construction, learning, and dissemination of

knowledge.” Secara praktis dinyatakan bahwa pemetaan pengetahuan

memainkan peranan penting dalam pembangunan, pembelajaran, dan

penyebaran pengetahuan.Sehingga dapat dijadikan sebagai pedoman dalam

beberapa cakupan bidang ilmu untuk memperoleh berbagai

informasi.Tujuannya adalah merancang rangka untuk membangun suatu

konsep, melakukan pembelajaran dengan efektif dan efisien, serta

menyebarluaskan pengetahuan.

Berdasarkan jenis pengetahuannya, ada beberapa objek yang dapat

dipetakan menurut Tandukar (2005, 2-3), yakni:

1. Explicit knowledge, mencakup: Subject, purpose, location, format, ownership, users, and access right.

2. Tacit knowledge, mencakup: expertise, skill, experience, location, accessibility, contact address, and relationships or networks.

3. Tacit organisational process knowledge, mencakup: the people with the internal processing knowledge.

4. Explicit organisational process knowledge, mencakup: codified organisational process knowledge.

Pendapat Tandukar di atas mengemukakan bahwa Explicit

Knowledgemerupakan pengetahuan yang terdokumentasi dalam berbagai

bentuk.Contohnya yaitu naskah, laporan penelitian, buku, software,

manuskrip, dan lain sebagainya. Sedangkan Tacit Knowledge merupakan

pengetahuan yang berada dalam pikiran manusia yang bisa diserap oleh orang

lain melalui kolaborasi atau kerjasama dan sharing(berbagi). Tacit knowledge

bersifat subjektif, intuisi, terikat erat dengan aktivitas dan pengalaman

individu serta idealisme, values, dan emosi.

Selanjutnya Tandukar (2005, 4)menyatakan bahwa “The map also

serves as the continuously evolving organisational memory, capturing and

integrating the key knowledge of an organisation.” Pendapat di atas

menguraikanbahwapeta dapat berfungsi sebagai memori organisasi yang terus

berkembang, menangkap dan mengintegrasikan pengetahuan inti dari suatu

(26)

diharapkan dapat membantu para pengguna untuk lebih memahami isu-isu

dan perkembangan teknologi yang sedang berlangsung saat ini. Hal ini dapat

dijadikan sebagai bahan rujukan di masa yang akan datang dalam hal

meningkatkan mutu teknologi yang lebih baik.

2.2.Metode Pemetaan Konseptual

Jenis metode pemetaan konseptual dapat di bagi berdasarkan beberapa

kategori. Metode digunakan untuk melaksanakan suatu kegiatan dengan cara

tertentu dalam mencapai tujuan yang diinginkan.

Ada 4 (empat) metode yang digunakan untuk membuat peta ilmu

pengetahuan, yaitu pemetaan kronologis, pemetaan berbasis co-kata, pemetaan

kognitif dan pemetaan konseptual. (Sulistyo-Basuki 2002, 1)

Salah satu metode pemetaan yang sering digunakan dalam memetakan

ilmu pengetahuan adalah metode pemetaan konseptual. Menurut Canas, Novak

dan Gonzales(2004, 1) menyatakan pemetaan konseptual sebagai berikut:

A conceptual map can assist the discussion about the concepts being taught since it is a concrete representation, a visualization of the network of related ideas. As an aid that represents the structure of students’ ideas with emphasis on the relations between concepts, the maps can also help them relate their previous ideas with the ones they are processing. Concept mapping is also important for the planning process.

Pendapat di atas, dapat diartikan bahwasuatu peta konseptual dapat

membantu pembahasan tentang konsep-konsep yang diajarkan karena

merupakan gambaran secara nyata, sebuah visualisasi dari jaringan ide-ide

terkait.Sebagai alat bantu yang mewakili struktur ide-ide siswa dengan

penekanan pada hubungan antara konsep-konsep, peta juga dapat membantu

agar berhubungan dengan ide-ide yang akan diproses. Pemetaan konsep juga

penting dalam proses perencanaan.

Sedangkan Brinkmann (1999, 2)menyatakan bahwa “Concept maps were

first introduced by Novak as a research tool, showing in a special graphical way

the concepts related to a given topic together with their interrelations.” Dari

pendapat Brinkmann di atas mengemukakan bahwapeta konsep pertama kali

(27)

konsep-konsep terkait dengan memberikan topik bersama dengan keterkaitan

antara satu dengan yang lainnya.

Sehubungan dengan hal di atas Nur yang dikutip oleh

Erniwaty(2011)“Peta konsep dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu

pohon jaringan (network tree), rantai kejadian (events chain), peta konsep siklus

(cycle concept map), dan Peta konsep laba-laba (cyber concept map).”

2.2.1. Definisi Pemetaan Konseptual

Peta konsep merupakan hasil dari pemetaan konsep yang tersusun atas

konsep-konsep yang saling berkaitan.Peta konsep digunakan untuk

menyatakan hubungan yang bermakna antara konsep-konsep dalam bentuk

proposisi-proposisi. Peta konsep juga dipergunakan untuk mempermudah

konsep sulit dalam pembelajaran.Selain itu, peta konsep digunakan sebagai

alat ukur alternatif yaitu salah satu bentuk penilaian kinerja.

Definisi peta konsep menurut Williams(1998, 1), bahwa

“Conceptmapsareadirectmethodoflookingattheorganizationand structure of

an individual’s knowledge within a particular domain and at the fluencyand

efficiencywithwhichtheknowledgecanbeused.”Pendapat tersebut

mengemukakan bahwa peta konsep merupakan metode langsung untuk

melihat organisasi dan struktur pengetahuan individu dalam domain tertentu

serta pada kelancaran dan efisiensi dimana pengetahuan dapat digunakan.

Pengertian pemetaan konsep menurut Tergan(2005, 187), bahwa

“Concept mapping is a visualization technique with a long tradition in the

educational context. It is an activity derived from psychological research

meant to depict one’s knowledge, ideas, convictions and beliefs.”Pernyataan

tersebutmenyatakan bahwa pemetaan konsep adalah teknik visualisasi dalam

konteks pendidikan. Hal ini merupakan kegiatan yang berasal dari penelitian

psikologis yang dimaksudkan untuk menggambarkan pengetahuan seseorang,

ide-ide, keyakinan dan kepercayaan.

Menurut Novak dan Canas(2006, 1), bahwa:

(28)

Pendapat di atas menyatakanbahwa peta konsep adalah sebagai alat

grafis yang digunakan untuk mengatur dan mewakili pengetahuan.Hal

tersebut termasuk konsep-konsep atau ide dasar suatu topik,yang biasanya

beradadalam lingkaran atau kotak dari berbagai jenis, serta hubungan antara

konsep-konsep yang ditandaidengan garis yang menghubungkan dua konsep.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dinyatakan bahwa ada beberapa

pengertian pemetaan konseptual yaitu sebagai metode langsung untuk melihat

organisasi dan struktur pengetahuan individu dalam domain tertentu,

pemetaan konseptual juga merupakan teknik visualisasi dalam konteks

pendidikan yang dimaksudkan untuk menggambarkan pengetahuan

seseorang, ide-ide, keyakinan dan kepercayaan. Ada juga yang menyatakan

pemetaan konseptual sebagai alat grafis untuk mengatur dan mewakili

pengetahuan, serta proses terstruktur yang menghasilkan ide dan konsep.

Berikut ini adalah beberapa contoh gambar peta konsep yang di ambil

dari berbagai sumber:

Gambar 2.1.Contoh Peta Konsep

Sumber: Novak and Canas (2006, 2)

Gambar di atas menerangkan bahwa suatu peta konsep menunjukkan fitur

kunci dari peta konsep seperti yang dikemukakan oleh Novak dan Canas pada

artikel jurnal berjudul The Theory Underlying Concept Maps and How to

(29)

Gambar 2.2. Struktur elemen node-link dalam peta konsep Sumber: Tergan (2005, 188)

Gambar di atas merupakan gambaran hubungan antara konsep-konsep peta,

peta konsep, simpul, dan tautan yang dapat diwakili oleh proposisi. "Suatu peta

konsep merupakan jenis peta" dan "peta konsep memiliki gambaran karakteristik

sebagai nodes (simpul) dan links (tautan)". Hubungan nodes-linksini dapat

direpresentasikan secara spasial.

Gambar 2.3. Contoh pembuatan peta konsep Sumber: Wals (2010)

Gambar di atas merupakan contoh peta konsep untuk urutan yang

disarankan dalam membangun peta konsep. Setiap orang memiliki gaya mereka

(30)

serangkaian konsep, yang lain langsung menempatkan konsep akar dan mulai

menghubungkan konsep-konsep lain dari konsep akar.

Gambar 2.4. Peta kurikulum yang diciptakan oleh Edmondson

Sumber: Canas, Coffey, et al. (2003, 33)

Gambar di atas menjelaskan mengenai peta kurikulum yang diciptakan

oleh Edmondson (1994, 1995). Berdasarkan pendapat Edmonson,peta konsep

digunakan untuk menggambarkan struktur program dalam kurikulum

interdisipliner hewan. Peta Konsep yang digunakan pada beberapa tingkatan,

termasuk kurikulum, kursus dasar, kuliah, laboratorium dan studi kasus

perorangan. Pengerjaan ulang kurikulum yang diperlukan fakultas untuk

"reconceptualize" materi pelajaran dengan cara yang menghindari redundansi

(31)

mengembangkan representasi dari seluruh kurikulum kedokteran hewan,

kursus direncanakan dalam kurikulum, dan latihan berbasis kasus dalam

kursus. Proses pengembangan kurikulum melibatkan kolaborasi dosen dan

mahasiswa. Awalnya tujuan dan tema besar tersebut dikembangkan oleh

seluruh fakultas.

Dari beberapa contoh gambar di atas, dapat diketahui bahwa ada

beberapa bentuk peta konsep yang telah diciptakan dengan tujuan berbeda

untuk setiap gambar pada peta konsep yang dihasilkan. Hal ini membuktikan

bahwa, peta konsep diciptakan berdasarkan tujuan pembuatannya.

Salah satu aplikasi yang digunakan untuk menciptakan peta konsep

adalah CmapTools. Aplikasi CmapTools merupakan alat pembuat peta

konsep yang sangat praktis dan sudah banyak digunakan untuk menciptakan

berbagai jenis peta konsep, seperti peta kurikulum secara konseptual.

CmapTools digunakan untuk menggambarkan struktur program dalam

kurikulum berbagai ilmu pengetahuan. Hal ini dilakukan untuk menghindari

redudansi (pengulangan) di berbagai bidang ilmu.

2.2.2. Penggunaan Pemetaan Konseptual

Pemetaan konseptual memiliki banyak manfaat, terutama dalam sistem

pembelajaran. Penggunaan pemetaan konseptual biasanya dilakukan untuk

menggambarkan keadaan secara jelas, mengatur pembelajaran atau seluruh

kurikulum, sebagai alat perencanaan yang baik, serta dapat dijadikan sebagai

alat penghubung antara tema dan topik yang berbeda.

Berdasarkan tulisan Sulistyo-Basuki(2002, 3) berjudul ‘Pemetaan

pengetahuan’, dinyatakan bahwa “Pemetaan konseptual digunakan untuk

memaparkan seluruh domain pengetahuan guna mengidentifikasi kesenjangan

dan bidang yang menarik.Objeknya dapat berupa disiplin ilmiah atau

teknologi atau domain interdisipliner.”

Berdasarkan penggunaannya, Canas, Novak dan Gonzales(2004, 1),

menyatakan bahwa:

(32)

Pendapat di atasmenyatakan bahwapeta konsep telah banyak digunakan

untuk mempromosikan pembelajaran bermakna dalam berbagai disiplin ilmu

dan dalam konteks yang berbeda. Penggunaan peta konsep sangat berguna

dalam melakukan pembelajaran pada berbagai disiplin ilmu.

Masih dalam pembahasan mengenai penggunaan peta konsep,

Gomez(2005, 2)menyatakan bahwa:

Concept maps are usually employed to represent the response, analysis or solution to a particular question, situation, or event that the knowledge producer is trying to understand. Awareness of concept acquisition, knowledge organization and self-regulation are the developmental skills that enable learners to create and classify known and new concepts, as well as to select linking phrases to make propositions.

Dari uraian di atas, dapat diketahui bahwa penggunaan peta konsep

selain untuk menggambarkan keadaan dari pengamat pengetahuan, juga

digunakan sebagai alat pengembangan dalam penciptaan dan penggolongan

pengetahuan sehingga menghasilkan konsep baru. Hal lain yang digunakan

peta konsep adalah memilih kata penghubung untuk membuat proposisi.

Dimana proposisi merupakan hubungan suatu konsep (informasi) dengan

konsep lain. Satu proposisi mengandung dua konsep dan kata penghubung.

Gambar 2.5. Proposisi sebagai unit dasar

Sumber: Walsh (2010)

Pernyataan yang sama mengenai penggunaan peta konsep sebagai alat

representasi dinyatakan oleh Coffey yang dikutip oleh Tergan(2005, 191)

sebagai berikut:

(33)

Pendapat di atas dapat diartikan bahwa peta konsep dapat digunakan

untuk menggambarkan dengan jelas dalam ringkasan keadaan nyata

pengetahuan konseptual, pengetahuan konten, dan informasi terkait. Hal ini

dapat bermanfaat dalam melengkapi visualisasi informasi yang didasarkan

pada semantik visual saja, serta dapat membantu dalam hal memahami

hubungan semantik antara pengetahuan dan informasi.

Pada kegiatan pembelajaran, peta konsep juga dapat digunakan sebagai

alat perencanaan sebagaimana dinyatakan oleh Birbiibahwa:

Concept maps can also be used to organize teaching or the entire curriculum. As a planning tool, they can help teachers plan, structure, and sequence the content of their teaching. As they create a map of what they want to teach, teachers can see how different themes and topics are linked, so continuity of experience is ensured, and develop units and activities that integrate different subjects.(Birbii 2006, 4)

Pendapat di atas dapat diartikan bahwa peta konsep juga dapat

digunakan untuk mengatur pembelajaran atau seluruh kurikulum.Sebagai alat

perencanaan, peta konsep dapat digunakan untuk membantu pengajar dalam

membuat perencanaan, struktur, serta rangkaian isi pengajaran. Ketika ingin

membuat suatu peta dengan tujuan untuk mengajar, pengajar dapat melihat

bagaimana tema dan topik yang berbeda dapat dihubungkan, sehingga dapat

menambah pengalaman dan wawasan, dan mengembangkan unit dan kegiatan

yang mengintegrasikan subjek yang berbeda.

Dariuraian di atas, dapat diketahui bahwa ada beberapa kegunaan peta

konsep yakni sebagai alat perencanaan untuk mengatur pembelajaran atau

kurikulum, sebagai alat penghubung antara tema dan topik yang berbeda,

sebagai alat pengembangan unit dan aktivitas dari subjek yang berbeda.

Sedangkan Wexler(2001, 257), menyatakan bahwa “The contents of a

knowledge map are thus problem-focussed and alter through use, reuse and

experimentation.” Pendapat tersebut dapat diartikan bahwa isi peta

pengetahuan berfokus pada suatu masalah dan setelah digunakan, penggunaan

kembali dan eksperimen.

Pendapat lain yang berhubungan dengan peta konsep membahas tentang

(34)

The structureof a concept map is dependenton its context. Consequently,maps having similar concepts can vary from one context to another and are highly idiosyncratic. The strength of concept maps lies in their ability to measure a particular person’s knowledgeabout a given topic in a specific context. (Canas, Carff, et al. 2005, 3)

Berdasarkan pendapat Canas, et al. (2005, 3)dapat diketahui bahwa

struktur peta konsep tergantung pada konteksnya. Akibatnya, peta yang

memiliki konsep serupa dapat bervariasi dari satu konteks ke konteks yang

lain dan memiliki keistimewaaan tersendiri. Kekuatan peta konsep tergantung

pada kemampuan mereka untuk mengukur pengetahuan seseorang mengenai

suatu topik dalam konteks tertentu.

Kedua pendapat di atas (Wexler dan Canas, Carff, et al.) saling

melengkapi, sehingga dapat dinyatakan bahwa suatu topik permasalahan

dapat mempengaruhi struktur peta konsep yang akan diciptakan. Dengan kata

lain, struktur suatu peta konsep tergantung kepada topik yang akan dikaji.

Sehingga, untuk mengetahui beberapa topik yang berbeda diperlukan peta

konsep yang berbeda pula. Karena satu peta konsep hanya dapat membahas

satu topik saja.

Menurut Liebowitz (2002, 26) mengenai hubungan antara pemetaan

pengetahuan dengan pemetaan konseptual adalah sebagai berikut:

In knowledge management terms, knowledge mapping relates to conceptual mapping in a very direct way. Specifically, the objective of knowledge mapping is to develop a network structure that represents concepts and their associated relationships in order to identify existing knowledge in the organization (in a well-defined area) and determine where the gaps are in the organization’s knowledge base as it evolves into a learning organization.

Pendapat di atas memiliki arti bahwa dalam istilah manajemen

pengetahuan, pemetaan pengetahuan berkaitan secara langsungdengan

pemetaan konseptual.Secara khusus, objek dari pemetaan pengetahuanadalah

untuk mengembangkan struktur jaringan yang mewakili konsep dan

hubungan yang terkait untuk mengidentifikasikan pengetahuan yang ada

dalam organisasi dan menentukan di mana kesenjangan dalam basis

pengetahuan organisasi berevolusi menjadi suatu organisasi pembelajaran.

Penggunaan pemetaan konsep di dalam dunia pendidikandapat

(35)

ConceptMappinghasbeenputtomanyusesineducation, businessand government.Oneoftheoriginalusesineducationwasfortheassessmentofwh ata

learnerknows.ConceptMapscanbeusedtoexternalizeandmakeexplicitthec onceptual knowledge (bothcorrectanderroneous)thatstudentsholdinaknowledge domain.The processofConceptMappingforeducational

purposescanfosterthelearningofwell

integratedstructuralknowledgeasopposedtothememorization offragmentary, unintegratedfacts. (Canas, Coffey, et al. 2003, 7)

Pendapat di atas dapat diartikan bahwa pemetaan konsep memiliki

banyak manfaat pada berbagai bidang termasuk pendidikan, bisnis, maupun

pemerintahan. Salah satu manfaat dalam pendidikan yaitu untuk melakukan

penilaian mengenai apa yang diketahui oleh pelajar. Peta konsep dapat

digunakan untuk mengeksternalisasi dan membuat pengetahuan konseptual

secara eksplisit (keduanya benar dan salah) bahwa pelajar berada pada

domain pengetahuan. Proses pemetaan konsep untuk tujuan pendidikan dapat

mendorong perkembangan pembelajaran menjadi pengetahuan struktural

yang terintegrasi dengan baik dan bertentangan dengan menghafal

fragmentasi, serta fakta-fakta yang tidak terintegrasi.

Selanjutnya Canas, Coffey, et al.(2003, 23),menyatakan bahwa ada

berbagai penggunaan peta konsep yang telah di indentifikasi, yaitu:

Numerous educational applications of Concept Mapping can be identified. Including as: 1) a scaffold for understanding, 2) a tool for the consolidation of educational experiences, 3) a tool for improvement of affective conditions for learning, 4) an aid or alternative to traditional writing assignments, 5) a tool to teach critical thinking, 6) a mediating representation for supporting interaction among learners, and 7) an aid to the process of learning by teaching.

Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa penggunaan peta

konsep dapat dinyatakan dalam beberapa poin yang termasuk:1) sebagai

perancah untuk memahami, 2)untuk konsolidasi pengalaman pendidikan, 3)

untuk memperbaiki kondisi afektif untuk belajar, 4) sebagai bantuan atau

alternatif untuk menulis tradisional, 5) untuk mengajarkan berpikir kritis,6)

sebagai representasi mediasi, dan7) sebagai alat bantu proses belajar

(36)

Penggunaan peta konsep juga dapat dilakukan dalam perencanaan

kurikulum yang membahas suatu topik tertentu. Penjelasan mengenai hal

tersebut dapat diketahui dari pendapat Novak dan Canas (2006, 28)yakni:

In curriculum planning, concept maps can be enormously useful. They present in a highly concise manner the key concepts and principles to be taught. The hierarchical organization of concept maps suggests more optimal sequencing of instructional material.

Dari penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa dalam perencanaan

kurikulum, peta konsep dapat sangat berguna untuk menyajikan suatu topik

dengan cara singkat berisi konsep-konsep kunci dan prinsip yang harus

diajarkan.Dilihat dari organisasi hirarkis suatu peta konsep yang

menunjukkan urutan secara lebih optimal sehingga menghasilkan

pembelajaran yang lebih bermakna.

2.2.3. Prosedur Pembuatan Peta Konsep

Pembuatan peta konsep dilakukan dengan membuat suatu sajian visual

atau suatu diagram tentang bagaimana ide penting atau suatu topik tertentu

dihubungkan satu sama lain. Peta konsep sebaiknyadisusun secara hirarki,

artinya konsep yang lebih inklusif diletakkan pada puncak peta, sehingga

makin ke bawah konsep akandiurutkan menjadi konsep yang kurang inklusif.

Karena peta konsep bukan hanya menggambarkan konsep-konsep yang

penting, tetapi juga menghubungkan antara konsep-konsep itu.

Metode pemetaan konseptual pertama kalidikemukakan oleh Novak dan

Gowin (1986) dengan melibatkan serangkaian langkah-langkah sebagai

berikut:(Canas, Coffey, et al. 2003, 16)

1. Define the topic or focus question. Concept Maps that attempt to cover more than one question may become difficult to manage and read.

2. Once the key topic has been defined, the next step is to identify and list the most important or “general” concepts that are associated with that topic.

3. Next, those concepts are ordered top to bottom in the mapping field, going from most general and inclusive to the most specific, an action that fosters the explicit representation of subsumption relationships (i.e., a hierarchical arrangement or morphology). 4. Once the key concepts have been identified and ordered, links are

(37)

5. Linking phrases are added to describe the relationships among concepts.

6. Once the preliminary Concept Map has been built, a next step is to look for cross- links, which link together concepts that are in different areas or sub-domains on the map. Cross-links help to elaborate how concepts are interrelated.

7. Finally, the map is reviewed and any necessary changes to structure or content are made.

Berdasarkan pendapat di atas, ada beberapa langkah sebagai berikut:

1) Menetapkan topik atau pertanyaan utama yang lebih spesifik;

2) Selanjutnya, lakukan identifikasi dan urutkan konsep paling penting

atau umum yang berkaitan dengan topik tersebut;

3) Kemudian mengurutkan konsep-konsep dari atas ke bawah pada bidang

pemetaan, dengan penyusunan yang di mulai dari yang paling umum

dan inklusif ke yang paling spesifik atau khusus;

4) Setelah itu menambahkan link atau hubungan untuk membentuk

persiapan peta konsep;

5) Lalu frase penghubung ditambahkan untuk menggambarkan hubungan

antara konsep-konsep;

6) Kemudian mencari cross-link, yang menghubungkan konsep secara

bersama-sama yang berada di daerah berbeda atau sub-domain pada

peta. Cross-link membantu menguraikan bagaimana konsep-konsep

dapat saling terkait;

7) Langkah terakhir adalah melakukan peninjauan terhadap peta dan

perubahan yang diperlukan untuk struktur atau konten yang dibuat.

Beberapa ahli juga menyatakan bahwa ada beberapa metode yang harus

diikuti dalam menyusun peta konsep. Dahar (1989,

126-128)menyatakanbahwa ada beberapa metode pembuatan peta konsep sebagai

berikut:

1. Pilihlah suatu bacaan dari buku pelajaran 2. Tentukan konsep-konsep yang relevan

3. Urutkan konsep-konsep itu dari yang paling inklusif ke yang paling tidak inklusif

(38)

5. Hubungkanlah konsep-konsep itu dengan kata atau kata-kata penghubung

Sejalan dengan pendapat di atas, Erniwaty (2011)pada artikelnya

berjudul “Pembelajaran Kooperatif Tipe Concept Mapping (Peta Konsep)”

menyatakan bahwa prosedurpembuatan peta konsep sebagai berikut:

1. Memilih suatu bahan bacaan

2. Menentukan konsep-konsep yang relevan

3. Mengelompokkan (mengurutkan) konsep-konsep dari yang paling inklusif ke yang paling tidak inklusif

4. Menyusun konsep tersebut dalam suatu bagan, konsep-konsep yang paling inklusif diletakkan di bagian atas atau di pusat bagan tersebut

5. Dalam menghubungkan konsep-konsep tersebut dihubungkan dengan kata hubung. Misalnya “merupakan”, “dengan”, “diperoleh”, dan lain-lain

Sedangkan menurut Sulistyo-Basuki (2002, 4) bahwa untuk membuat

peta konseptual, ada enam langkah yang harus dilakukan.

1. Masing-masing subdisiplin ilmu atau spesialisasi dianggap sebagai elemen pengetahuan dari domain tertentu, dinyatakan di peta dalam bentuk kotak/ kerangka tunggal.

2. Besaran isi pengetahuan dalam sebuah elemen, misalnya diukur dengan jumlah publikasi, paten, pengarang aktif dan lain-lain. Dinyatakan berdasarkan besaran (atau ketebalan kotak) elemen di peta. Dengan demikian besaran tersebut bersifat relatif.

3. Tingkat pengetahuan diungkapkan berdasarkan ketebalan atas warna masing-masing elemen. Tingkat pengetahuan ini terbagi atas 5 tingkatan yaitu: (1) tingkat 1: realita-data empiris mengenai realita, persepsi, deskripsi; (2) tingkat 2: realita ke model-syarat dan kondisi persamaan, perkiraan, asumsi dan pemodelan; (3) tingkat 3: Model, merupakan representasi realita diwujudkan dalam model; (4) tingkat 4: Model ke pernyataan-teknik verifikasi, algoritma, dan ketentuan penalaran; (5) tingkat 5: pernyataan berupa teori, inferensi, penjelasan dan penilaian. 4. Kedekatan elemen pengetahuan, dinilai oleh pakar atau diukur

berdasarkan indeks kedekatan bibliometrika. Teknik ini digunakan untuk menentukan lokasi relatif masing-masing elemen.

5. Lokasi elemen di peta hendaknya mencerminkan asal usul dan daya tarik menarik dengan disiplin eksternal (sumber pengetahuan)

(39)

dilakukan dengan menggunakan data sitasi, pengulangan kata dan/ atau pendapat pakar dalam bidang tersebut.

Dari pendapat Sulistyo di atas diketahui bahwa terdapat enam langkah

untuk membuat peta konsep.Langkah pertama yaitu memilih elemen

pengetahuan yang dapat diperoleh dari masing-masing subdisiplin ilmu atau

bidang spesialisasi. Langkah kedua yaitu menentukan besaran isi pengetahuan

dalam suatu elemen supaya bersifat relatif. Langkah ketiga yaitu menentukan

tingkat pengetahuan yang terbagi atas 5 (lima) tingkatan. Langkah keempat

yaitu menilai kedekatan elemen pengetahuan. Langkah kelima yaitu

menyusun elemen berdasarkan lokasi yang menjelaskan mengenai sumber

pengetahuan. Langkah keenam yaitu memberi koneksi antara elemen

pengetahuandengan mencerminkan arah dan arus pengetahuan yang

ditunjukkan menggunakan panah dan garis.

Berdasarkan keseluruhan pendapat di atas, dapat diketahui bahwa

prosedur pembuatan peta konsep dapat diuraikan menjadi beberapa langkah

seperti: (1) Memilih dan mempelajari suatu topik yang akan dibahas,

misalnya kurikulum bidang Ilmu Perpustakaan. (2)Mengidentifikasi subjek

yang berkaitan dengan topik utama, seperti subjek-subjek atau kata kunci

pada setiap mata kuliah wajib PSIP.(3) Menentukan konsep-konsep yang

relevan sesuai dengan topik terkait, contohnya pembagian konsep

berdasarkan kelompok kurikulum, tingkat semester, serta subdisiplin ilmu.(4)

Mengurutkan subjek-subjek pada setiap konsep dari topik pembahasan secara

hierarkis, mulai dari konsep paling umum sampai konsep paling khusus.(5)

Menyusunsubjek-subjek pada setiap konsep yang sudah diurutkan ke dalam

suatu bagan, dengan cara menempatkan konsep paling inklusif di bagian

paling atas.(6) Menghubungkan konsep-konsep tersebut dengan kata

penghubung, seperti kata ‘berdasarkan’ dan sebagainya. (7) Sertameninjau

peta serta perubahan untuk struktur atau konten yang dibuat menggunakan

(40)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1.Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif,

yang artinya penelitian dilakukan hanya sampai tahap deskripsi, yaitu

menganalisis dan menyajikan fakta dengan sistematis supaya lebih mudah untuk

disimpulkan.

Metode penelitian deskriptif merupakan bentuk penelitian yang berfungsi

untuk mendeskripsikan dan menginterpretasikan sesuatu, seperti halnya

fenomena-fenomena berupa bentuk, aktivitas, karakteristik, proses, perubahan,

hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena yang ada.

3.2.Unit Analisis

Unit analisis adalah pada level mana data ingin kita kumpulkan. Penentuan

unit analisis ini penting agar kita tidak salah dalam pengumpulan data dan

pengambilan simpulan nantinya.(Febrianto 2008)

Berdasarkan pendapat di atas, dapat diketahui bahwa unit analisis

merupakan objek yang akan diteliti dan menjadi sasaran penelitian. Objek

tersebut dapat berupa benda, kegiatan atau aktivitas, keadaan lingkungan, alam,

serta manusia yang dapat diklasifikasikan.

Unit analisis dalam penelitian ini adalah kurikulum PSIPFIB USU. Daftar

kurikulum diperoleh berdasarkan semester perkuliahan berisi nomor, kode, nama

mata kuliah dan jumlah kredit beserta kelompok mata kuliah pada kurikulum.

3.3.Sumber Data

Sumber data yang diperolehdalam melakukan penelitian ini berasal dari:

1. Data primer merupakan sumber data yang langsung memberikan data

kepada pengumpul data, yaitu hasil dari observasi dan wawancara,

pengamatan penulis seperti sikap dan pemahaman dari subjek yang

diteliti sebagai dasar utama melakukan interpretasi data. Data primer

(41)

2. Data sekunder merupakan sumber data yang tidak langsung

memberikan data kepada pengumpul melainkan diperoleh melalui

studi kepustakaan (dokumentasi). Data sekunder dalam penelitian ini

mencakup Silabus perkuliahan, GBPP (Garis-garis Besar Program

Pengajaran), Website USU, dan Mesin penelusur (search engine).

3.4.Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini

adalah teknik dokumentasi dan analisis konten(content analysis).Teknik

dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan seluruh data yang diperlukan dari

berbagai sumber tercetak maupun elektronik. Sedangkan analisis konten

digunakan untuk membahas secara mendalam terhadap isi suatu informasi untuk

menghasilkan suatu subjek yang akan menjadi data dalam penelitian.

Adapun prosedur pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan

tahapan sebagai berikut:

1) Mencari informasi mengenai kurikulum kepada bagian Tata Usaha PSIP FIB

USU. Data berupa kurikulum kemudian disusun berdasarkan tingkat

semester mulai dari semester 1 (satu) sampai dengan semester 8 (delapan).

2) Berdasarkan data yang dihasilkan, kemudian dilakukan analisiskonten

dengan menggunakan alat bantu (instrumen) dalam pegolahan data untuk

menghasilkan subjek yang akan digunakan dalam melakukan pemetaan.

3.5.Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah semua alat yang digunakan untuk

mengumpulkan, memeriksa, menyelidiki suatu masalah, atau mengumpulkan,

mengolah, menganalisa dan menyajikan data-data secara sistematis serta objektif

dengan tujuan memecahkan suatu persoalan atau menguji suatu

hipotesis.(Ristiawan 2010)

Instrumen disebut juga sebagai alat bantu yang memegang peranan penting

dalam menentukan mutu suatu penelitian. Fungsinya mengungkapkan fakta

(42)

penelitian ini adalah dokumentasi, dokumen tersebut berupa nomor, kode, mata

kuliah, jumlah SKS dan kelompok mata kuliah pada kurikulum PSIP FIB USU.

Instrumen dalam pengolahan data yang digunakan adalah LCSH (Library

Congres of Subject Heading) dan DDC(Dewey Decimal Clasification).Data yang

akan dikumpulkan adalah seluruh subjek yang berkaitan dengan nama mata

kuliahwajib bidang ilmu perpustakaan pada PSIP FIB USU. Data diolah dengan

menggunakan program aplikasiCmap Tools dan Microsoft Visio.

3.6.Teknik Analisis Data

Analisis data bertujuan untuk menata, menyusun dan memberi makna

terhadap kumpulan data.Hal penting yang berhubungan dengan pengumpulan

data yaitu rasionalitas, deskripsi, ilustrasi dan pendukung.

Langkah-langkah dalam melakukan analisis data berdasarkan prosedur

pemetaan pengetahuan secara konseptual, yaitu:

1) Memilih dan mempelajari suatu topik yang akan dibahas;

2) Mengidentifikasi subjek yang berkaitan dengan topik utama;

3) Menentukan konsep-konsep yang relevan sesuai dengan topik

terkait;

4) Mengurutkan subjek-subjek pada setiap konsep dari topik

pembahasan secara hierarkis, mulai dari subjekyang paling umum

sampai subjek yang paling khusus;

5) Menyusunsubjek-subjek pada setiap konsep yang sudah diurutkan ke

dalam suatu bagan, dengan cara menempatkan konsep paling inklusif

di bagian paling atas;

6) Menghubungkan konseptersebut dengan kata penghubung;

7) Meninjau peta serta perubahan untuk struktur atau konten yang

dibuat, dengan menggambarkan konsep-konsep menggunakan

Gambar

Gambar 2.1.Contoh Peta Konsep
Gambar 2.3. Contoh pembuatan peta konsep
Gambar 2.4. Peta kurikulum yang diciptakan oleh Edmondson
Gambar 2.5. Proposisi sebagai unit dasar
+7

Referensi

Dokumen terkait

Nurbeti Sinulingga : Pelayanan Pengguna Pada Perpustakaan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sumatera Utara, 2006... Nurbeti Sinulingga : Pelayanan Pengguna

Mata Kuliah ini membahas tentang berbagai sumber informasi literatur yaitu perkakas penelusuran (searching tools) yang inti digunakan pada bidang IPTEK, dengan pokok-pokok

Mata kuliah ini membahas beberapa konsep dasar dalam perbankan terutama yang terkait dengan manajemen pengelolaan dana bank (treasury).. Ada beberapa pokok bahasan

MATA KULIAH Mata ajar Konsep Keperawatan membahas 5 pokok bahasan yang meliputi (1) konsep caring; (2) standar profesional dalam pelayanan keperawatan; (3) prinsip legal etis

Mata kuliah ini membahas konsep-konsep dasar katalogisasi dan klasifikasi yang meliputi pokok bahasan sebagai berikut: tugas-tugas pokok perpustakaan secara umum;

Menurut tabel di atas dapat dilihat bahwa ketersediaan koleksi perpustakaan berdasarkan RPS untuk mata kuliah wajib jurusan Sastra Melayu yaitu terdapat 56 judul

Berdasarkan hasil pengumpulan data dalam rangka penelitian mengenai evaluasi keterpakaian koleksi buku yang dilakukan pada Perpustakaan Bank Indonesia Medan,

Hal ini dapat diintrepretasikan bahwasanya sub indikator sense of perzonalition terhadap situs web Perpustakaan USU sudah baik, dan juga dapat dinyatakan sebagai