• Tidak ada hasil yang ditemukan

Komparasi Situs Web Perpustakaan Universitas Sumatera Utara dengan Situs Web Perpustakaan Universitas Gadjah Mada

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Komparasi Situs Web Perpustakaan Universitas Sumatera Utara dengan Situs Web Perpustakaan Universitas Gadjah Mada"

Copied!
180
0
0

Teks penuh

(1)

KOMPARASI SITUS WEB

PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DENGAN SITUS WEB

PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS GADJAH MADA

Skripsi

Diajukan sebagai salah satu prasyarat dalam menyelesaikan studi Untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

dalam bidang studi perpustakaan dan informasi

Oleh

SYAH RAHMAT 030709025

PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan pada Alah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul : “ Komparasi Situs Web Perpustakaan Universitas Sumatera Utara dengan Situs Web Perpustakaan Universitas Gadjah Mada”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelengkapan studi untuk menyelesaikan Program Sarjana Departemen Studi Perpustakaan dan Informasi pada Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada Ibunda Sofnidar tercinta yang telah membesarkan, mencurahkan kasih sayang, mendidik serta senantiasa mendoakan penulis hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Drs. Syaifuddin, M.A., Ph.D, selaku Dekan Fakultas Sastra

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Joner Hasugian, M.Si., selaku Ketua Departemen Studi Perpustakaan dan Informasi sekaligus Dosen Pembimbing I yang telah mengarahkan dan membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 3. Ibu Himma Dewiyana, ST, M.Hum, selaku Dosen Pembimbing II yang

telah membimbing dan memberi masukan pada penulis.

4. Seluruh staf Pengajar serta Pegawai Departemen Studi Perpustakaan dan Informasi Fakultas Sastra USU yang telah mendidik dan membantu penulis selama masa perkuliahan.

5. Saudara-saudara penulis, Husnatul Hasnah S.K.M dan Aviatul Hasanah yang sangat menyayangi penulis dan juga sangat penulis sayangi.

6. Seluruh keluarga yang berada di Bukittinggi dan di Perantauan, Makdang Kisaran, Makdang Pecong, Mak Angah, Etek Zar, Mak Uncu dan seluruh famili di Bukittinggi, Kisaran dan Perawang.

(3)

8. Rekan-rekan penulis dalam berorganisasi. Rekan-rekan di LPL (Afnel, Eko, Dede, Nandar, Rena, Rosi, Listi, Boy, Husein, Amy & Umy). Rekan-rekan di UKMI Ad-Dakwah USU (Harry, Aris, Andri serta Widi dengan seluruh kepengurusannya dan Khodri dengan kepengurusan LJ). Rekan-rekan di IMIB USU (Riki, I’i dan Rekan-rekan-Rekan-rekan seangkatan, Tosa dengan kepengurusannya serta Hafiz dan kepengurusannya). Rekan-rekan di IMPUS (Adi, Surya dan rekan-rekan seangkatan, Bang Darma dengan kepengurusannya serta Zainal dengan kepengurusannya). Rekan-rekan di FORKOMI SU, rekan rekan di DPP/DPW HMPII serta seluruh rekan-rekan lain di berbagai organisasi yang telah berjuang bersama penulis. 9. Rekan-rekan penulis di berbagai komunitas, Bang Izal, Bang Novan, Bang

Hafiz, Bang Iwan, Bang Dani, Bang Aidil, Bang Sandri, Kak Irna, Kak Dewi, Kak Fani, Kak Rita, Eko, Vijai, Ulfi, serta seluruh rekan-rekan lainnya yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu.

10. Tema-teman di Dipa-30, Bang Dian, Bang Faldi, Bang Bincar, Digo, Tomy, Dedy, Andry, Iman, Faisal, Sutan, Dwi dan Putra.

11. Seluruh sahabat dan teman-teman yang menjadikan hidup penulis penuh warna serta semua orang yang telah berbagi dengan penulis selama ini yang tidak mungkin disebutkan satu-persatu.

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat memberi manfaat bagi para pembacanya.

Medan, September 2008 Penulis,

(4)

ABSTRAK

Rahmat. Syah. 2008.

Komparasi situs web Perpustakaan Universitas Sumatera

Utara dengan situs web Perpustakaan Universitas Gadjah Mada.

Medan: Program Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Sastra

Universitas Sumatera Utara

Penelitian ini dilakukan pada situs web Perpustakaan Universitas Sumatera Utara (USU) dengan alamat Universitas Gadjah Mada (UGM) dengan alamat penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana perbandingan antara situs web Perpustakaan Universitas Sumatera Utara dengan situs web Perpustakaan Universitas Gadjah Mada.

Instrument penelitian ini adalah check list. Jumlah indikator check list yang diteliti adalah 191 item yang dikelompokkan dalam 7 kriteria evaluasi yakni aspek tinjauan umum, aspek kandungan umum, aspek desain, aspek navigasi, aspek teknis dan kemampuan, aspek pemeliharaan dan aspek kandungan situs web secara spesifik. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi untuk mendapatkan data primer dengan cara melakukan penelusuran (searching) di situs web yang diteliti kemudian membandingkannya dengan indikator daftar cheklis. Pengukuran variabel yang dilakukan adalah statistik deskriptif. Interpretasi data dilakukan berdasarkan besar presentase ketersediaan indikator.

Dari hasil perhitungan statistik deskriptif diperoleh hasil sebagai berikut. Dalam aspek tinjauan umum, situs web Perpustakaan USU mempunyai 64% indikator sedangkan situs web Perpustakaan UGM mempunyai 91% indikator. Dalam aspek kandungan umum, situs web Perpustakaan USU mempunyai 95% indikator sedangkan situs web Perpustakaan UGM mempunyai 79% indikator. Dalam aspek desain, situs web Perpustakaan USU mempunyai 96% indikator sedangkan situs web Perpustakaan UGM mempunyai 87% indikator. Dalam aspek navigasi, situs web Perpustakaan USU mempunyai 71% indikator sedangkan situs web Perpustakaan UGM mempunyai 57% indikator. Dalam aspek teknis dan kemampuan, situs web Perpustakaan USU mempunyai 100% indikator sedangkan situs web Perpustakaan UGM mempunyai 100% indikator. Dalam aspek pemeliharaan, situs web Perpustakaan USU mempunyai 85% indikator sedangkan situs web Perpustakaan UGM mempunyai 77% indikator. Dalam aspek kandungan secara spesifik, situs web Perpustakaan USU mempunyai 47% indikator sedangkan situs web Perpustakaan UGM mempunyai 46% indikator. Sedangkan dalam ketersediaan seluruh aspek indikator, situs web Perpustakaan USU mempunyai 71% indikator sedangkan situs web Perpustakaan UGM mempunyai 66% indikator.

(5)

DAFTAR ISI

Abstrak ... i

Kata Pengantar ... ii

Daftar isi ... iv

Daftar Tabel ... vi

Daftar Lampiran ... vii

BAB I Pendahuluan ... 1

1.1. Latar Belakang Penulisan ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.4. Mamfaat Penelitian ... 3

1.5. Ruang Lingkup Penelitian ... 4

BAB II Kajian Teoritis ... 5

2.1. Pengertian Informasi dan Teknologi Informasi ... 5

2.1.1. Pengertian Informasi ... 5

2.1.2. Pengertian Teknologi Informasi ... 6

2.2. Pengertian dan Sejarah Perkembangan Internet ... 8

2.2.1. Pengertian Internet ... 8

2.2.2. Sejarah Perkembangan Internet ... 10

2.3. Fasilitas Yang Terdapat Pada Internet ... 12

2.4. Pengertian Perpustakaan Digital ... 18

2.5. Aspek-aspek Yang Berkaitan Dengan Perpustakaan Digital .. 20

2.5.1. Pentingnya Penerapan Konsep Perpustakaan Digital .. 20

2.5.2. Keuntungan Penerapan Konsep Perpustakaan Digital 24

2.5.3. Infrastuktur Perpustakaan Digital ... 27

2.5.4. Pustakawan Digital ... 28

2.6. Situs Web Perpustakaan Digital ... 30

2.7. Kandungan Pada Situs Web Perpustakaan Digital ... 32

(6)

BAB III Metode Penelitian ... 37

3.1. Jenis Penelitian ... 37

3.2. Unit Analisis ... 37

3.3. Lokasi Penelitian ... 38

3.4. Instrumen Penelitian ... 38

3.4.1. Kisi-Kisi Cheeck List ... 38

3.5. Teknik Pengumpulan Data ... 40

3.6. Defenisi Operasional ... 40

3.7. Analisis Data ... 41

BAB IV Pembahasan ... 42

4.1. Latar Belakang Informasi ... 42

4.2. Kriteria Evaluasi Aspek Tinjauan Umum Situs Web ... 44

4.3. Kriteria Evaluasi Aspek Kandungan Umum Situs Web ... 51

4.4. Kriteria Evaluasi Aspek Desain Situs Web ... 73

4.5. Kriteria Evaluasi Aspek Navigasi Situs Web ... 85

4.6. Kriteria Evaluasi Aspek Teknis dan Kemampuan Situs Web .. 91

4.7. Kriteria Evaluasi Aspek Pemeliharaan Situs Web ... 98

4.8. Kriteria Evaluasi Aspek Kadungan Situs Web Secara Spesifik ... 105

4.9. Evaluasi Ketersediaan Seluruh Kriteria Indikator Evaluasi Situs Web ... 140

BAB V Kesimpulan dan Saran ... 141

5.1. Kesimpulan ... 141

5.2. Saran ... 143

5.2.1. Saran Bagi Situs Web Perpustakaan Universitas Sumatera Utara ... 143

5.2.2. Saran Bagi Situs Web Perpustakaan Universitas Gadjah Mada ... 143

Daftar Pustaka ... 196

(7)

DAFTAR TABEL

(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Information Architecture for the Web ... 152

Lampiran 2. Daftar Chek list ... 160

Lampiran 3. Hasil pengumpulan data untuk kriteria evaluasi

aspek tinjauan umum situs web ... 172

Lampiran 4. Hasil pengumpulan data untuk kriteria evaluasi

aspek kandungan umum situs web ... 173

Lampiran 5. Hasil pengumpulan data untuk kriteria evaluasi

aspek desain situs web ... 176

Lampiran 6. Hasil pengumpulan data untuk kriteria evaluasi

aspek navigasi situs web ... 178

Lampiran 7. Hasil pengumpulan data untuk kriteria evaluasi

aspek teknis dan kemampuan situs web ... 179

Lampiran 8. Hasil pengumpulan data untuk kriteria evaluasi

aspek pemeliharaan situs web ... 180

Lampiran 9. Hasil pengumpulan data untuk kriteria

kandungan situs web secara spesifik ... 181

Lampiran 10. Hasil pengumpulan data untuk seluruh kriteria

aspek evaluasi situs web ... 186

Lampiran 11. Tampilan situs web

Perpustakaan Universitas Sumatera Utara ... 197

Lampiran 12. Tampilan situs web

(9)

ABSTRAK

Rahmat. Syah. 2008.

Komparasi situs web Perpustakaan Universitas Sumatera

Utara dengan situs web Perpustakaan Universitas Gadjah Mada

.

Medan: Program Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Sastra

Universitas Sumatera Utara

Penelitian ini dilakukan pada situs web Perpustakaan Universitas Sumatera Utara (USU) dengan alamat Universitas Gadjah Mada (UGM) dengan alamat penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana perbandingan antara situs web Perpustakaan Universitas Sumatera Utara dengan situs web Perpustakaan Universitas Gadjah Mada.

Instrument penelitian ini adalah check list. Jumlah indikator check list yang diteliti adalah 191 item yang dikelompokkan dalam 7 kriteria evaluasi yakni aspek tinjauan umum, aspek kandungan umum, aspek desain, aspek navigasi, aspek teknis dan kemampuan, aspek pemeliharaan dan aspek kandungan situs web secara spesifik. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi untuk mendapatkan data primer dengan cara melakukan penelusuran (searching) di situs web yang diteliti kemudian membandingkannya dengan indikator daftar cheklis. Pengukuran variabel yang dilakukan adalah statistik deskriptif. Interpretasi data dilakukan berdasarkan besar presentase ketersediaan indikator.

Dari hasil perhitungan statistik deskriptif diperoleh hasil sebagai berikut. Dalam aspek tinjauan umum, situs web Perpustakaan USU mempunyai 64% indikator sedangkan situs web Perpustakaan UGM mempunyai 91% indikator. Dalam aspek kandungan umum, situs web Perpustakaan USU mempunyai 95% indikator sedangkan situs web Perpustakaan UGM mempunyai 79% indikator. Dalam aspek desain, situs web Perpustakaan USU mempunyai 96% indikator sedangkan situs web Perpustakaan UGM mempunyai 87% indikator. Dalam aspek navigasi, situs web Perpustakaan USU mempunyai 71% indikator sedangkan situs web Perpustakaan UGM mempunyai 57% indikator. Dalam aspek teknis dan kemampuan, situs web Perpustakaan USU mempunyai 100% indikator sedangkan situs web Perpustakaan UGM mempunyai 100% indikator. Dalam aspek pemeliharaan, situs web Perpustakaan USU mempunyai 85% indikator sedangkan situs web Perpustakaan UGM mempunyai 77% indikator. Dalam aspek kandungan secara spesifik, situs web Perpustakaan USU mempunyai 47% indikator sedangkan situs web Perpustakaan UGM mempunyai 46% indikator. Sedangkan dalam ketersediaan seluruh aspek indikator, situs web Perpustakaan USU mempunyai 71% indikator sedangkan situs web Perpustakaan UGM mempunyai 66% indikator.

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penulisan

Kemajuan pesat dalam teknologi informasi dan komunikasi khususnya teknologi komputer dan internet membawa dampak sangat besar terhadap dunia perpustakaan, komunikasi dan informasi (pusdokinfo). Dengan perkembangan yang pesat ini, lembaga informasi khususnya perpustakaan yang bertugas mengumpulkan, mengolah dan menyebarluaskan informasi juga mengalami kemajuan.

Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan makin beragamnya kejadian yang terjadi membuat banjir informasi di dalam kehidupan yang dikenal dalam istilah ledakan informasi. Ledakan informasi membuat tugas perpustakaan semakin berat. Perpustakaan dituntut senantiasa mampu mengumpulkan, mengolah dan melayankan informasi secara cepat dan dapat menjangkau area pelayanan yang luas. Bahkan perpustakaan dituntut untuk memberikan pelayanan informasi bagi siapa saja tanpa terhalang batasan ruang.

(11)

Melihat fenomena ini, diperlukan suatu konsep pelayanan yang bisa menjawab tantangan tersebut. Konsep perpustakaan digital yang dinilai sanggup untuk menjawab tantangan tersebut. Dengan menerapkan konsep perpustakaan digital maka perpustakaan dapat memberikan akses informasi pada penggunanya secara cepat tanpa terkendala batasan ruang.

Perpustakaan digital atau digital library adalah suatu lingkungan perpustakaan dimana berbagai objek informasi (dokumen, images, suara dan video-clips) disimpan dan diakses dalam bentuk digital (Siregar, 2004 : 33) Kemudian informasi yang ada dilayankan dan disebarluaskan dalam media elektronik maupun melalui internet dalam bentuk situs web perpustakaan. Adanya situs web perpustakaan memberikan peluang baru bagi perpustakaan dimana dengan metode pelayanan ini, perpustakaan bisa menyebarluaskan informasi yang dikoleksinya, mempublikasikan berbagai informasi tentang perpustakaan dan kegiatannya seperti brosur promosi perpustakaan, panduan perpustakaan, daftar perolehan baru dan lain-lain. Di dalam situs web, perpustakaan juga bisa menyediakan alat temu balik informasi katalog dan bisa mempublikasikan bahan yang tidak diterbitkan seperti koleksi deposit perguruan tinggi. Selain itu, melalui situs web dimungkinkan pelayanan perpanjangan peminjaman, konsultasi antara pengguna dengan pustakawan, penyediaaan hubungan dengan situs web terkait, dan lain sebagainya.

Di Indonesia, perpustakan digital dalam bentuk situs web telah cukup banyak diterapkan. Dalam bidang pendidikan, penerapan konsep perpustakaan digital dalam bentuk situs web perpustakaan dapat ditemui pada perpustakaan perguruan tinggi. Dalam dekade ini telah banyak perpustakaan perguruan tinggi yang menyediakan situs web resmi dengan tujuan meningkatkan kemampuannya dalam pelayanan dan penyebarluasan informasi.

(12)

Di sisi lain, penulis tertarik meneliti situs web Perpustakaan Universitas Sumatera Utara karena penulis adalah civitas akademika Universitas Sumatera Utara dan penulis mengharapkan hasil penelitian ini lebih bermanfaaat bagi almamater penulis.

Dilihat dari segi aspek tinjauan umum situs web, aspek kandungan umum dari situs web, aspek desain situs web, aspek nagivasi situs web, aspek teknis dan kemampuan situs web, aspek pemeliharaan situs web dan aspek kandungan situs web secara spesifik, penulis tertarik untuk melakukan analisis situs web untuk mengetahui situs web mana yang lebih unggul dengan melakukan komparasi (perbandingan) antara situs web Perpustakaan USU dengan situs web Perpustakaan UGM.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah, “Bagaimana perbandingan antara situs web Perpustakaan Universitas Sumatera Utara dengan situs web Perpustakaan Universitas Gadjah Mada dilihat dari aspek tinjauan umum situs web, aspek kandungan umum dari situs web, aspek desain situs web, aspek nagivasi situs web, aspek teknis dan kemampuan situs web, aspek pemeliharaan situs web dan aspek kandungan situs web secara spesifik”.

1.3. Tujuan Penelitian

(13)

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang bisa diambil dari penelitian ini adalah :

1. Bagi Perpustakaan Universitas Sumatera Utara sebagai bahan masukan bagi pengembangan dan penyempurnaan situs web Perpustakaan Universitas Sumatera Utara.

2. Bagi Perpustakaan Universitas Gadjah Mada sebagai bahan masukan bagi pengembangan dan penyempurnaan situs web Perpustakaan Universitas Gadjah Mada

3. Bagi praktisi ilmu perpustakaan dan informasi sebagai bahan penambah wacana dan pengetahuan.

4. Sebagai bahan rujukan bagi penelitian tentang ilmu perpustakaan dan informasi selanjutnya.

5. Bagi penulis sendiri untuk lebih mendalami dan memahami ilmu perpustakaan dan informasi.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian.

Pada penelitian ini, pembahasan topik dikhususkan pada perpustakaan digital. Lebih khusus lagi, ruang lingkup perpustakaan digital yang jadi pokok bahasan adalah situs web perpustakaan yang membahas segi aspek tinjauan umum situs web, aspek kandungan umum dari situs web, aspek desain situs web, aspek nagivasi situs web, aspek teknis dan kemampuan situs web, aspek pemeliharaan situs web, dan aspek kandungan situs web secara spesifik dari situs web perpustakaan Universitas Sumatera Utara dan situs web Perpustakaan Universitas Gadjah Mada.

(14)

BAB II

KAJIAN TEORITIS

Perpustakaan dewasa ini telah berkembang demikian pesat. Perkembangan perpustakaan dalam beberapa dasawarsa ini banyak dipengaruhi oleh perkembangan TI (Teknologi Informasi). Perpustakaan sebagai lembaga yang berperan dalam pengumpulan, pengolahan dan pendistribusian informasi, mau tidak mau harus berhadapan dengan TI. Tidak sedikit orang yang beranggapan bahwa tanpa sentuhan TI, perpustakaan sebagai sebuah instutisi tidak akan berkembang dan tidak akan mampu melayani kebutuhan pemakainya.

2.1. Pengertian Informasi dan Teknologi Informasi.

2.1.1. Pengertian Informasi

Informasi adalah hasil pemrosesan, manipulasi dan pengorganisasian /penataan dari sekelompok data yang mempunyai nilai pengetahuan (knowledge) bagi penggunanya. Namun demikian istilah ini memiliki banyak arti bergantung pada konteksnya, dan secara umum berhubungan erat dengan konsep seperti

informasi adalah data yang mempunyai nilai pengetahuan.

Sejalan dengan hal tersebut, dalam modul bahan ajar (UPN Jatim, 2006 : 1), ada beberapa pengertian/definisi dari informasi antara lain :

1. Gordon B. Davis mengemukakan bahwa informasi adalah data yang mengalami proses pengolahan sehingga menjadi bentuk yang berguna bagi pengguna (user) dan bersifat nyata.

2. Barry E. Cushing menjelaskan bahwa informasi merupakan sesuatu yang menunjukkan hasil pengolahan data yang terorganisir dan berguna bagi orang yang menerimanya.

(15)

4. Stephen A. Moscove dan Mark G. Simkin menyatakan bahwa informasi merupakan suatu kenyataan atau bentuk-bentuk yang berguna dan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan bisnis.

Maka dari beberapa pengertian di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa informasi merupakan hasil dari pengolahan data yang mempunyai nilai pengetahuan, teroganisir sehingga menjadi bentuk yang berguna bagi penggunanya yang menggambarkan kejadian-kejadian bersifat nyata serta dapat digunakan sebagai alat bantu untuk pengambilan suatu keputusan.

2.1.2. Pengertian Teknologi Informasi.

Teknologi informasi biasanya diartikan sebagai perpaduan antara : a. Komputer, mencakup perangkat lunak dan perangkat keras.

b. Komunikasi data yang memungkinkan komputer yang berdiri sendiri terintegrasi pada jaringan komputer, baik yang bersifat lokal maupun internasional.

c. Media penyimpanan dan metode untuk merepresentasikan data, dengan tujuan untuk memperoleh, mengolah, menyimpan serta menyampaikan informasi (Keen,1995 : 1-2).

(16)

segala bentuk teknologi yang diterapkan untuk memproses dan mengirimkan informasi dalam bentuk elektronis.

Jadi dapat dilihat bahwa teknologi informasi tidak terlepas dari komputer sebagai media pengolahan, penyimpanan, penyebarluasan dan penemukembali informasi. Dewasa ini, teknologi informasi memadukan informasi yang disimpan dalam bentuk dokumen dengan informasi yang dapat dilihat pada layar monitor yang terdiri dari kata, angka, diagram dan gambar. Model komunikasi dapat dilakukan melalui sambungan langsung (menggunakan berbagai jenis kabel) atau melalui penyiaran (broadcast). Informasi yang disajikan tidak saja dalam bentuk statis tetapi juga dinamis. Pengguna dapat berinteraksi dengan informasi tersebut dan dapat mengubahnya atau memberikan respon atau jawaban.

Menurut Arif (2003 : 1), Penerapan teknologi informasi di perpustakaan dapat difungsikan dalam berbagai bentuk, antara lain:

1. Penerapan teknologi informasi digunakan sebagai Sistem informasi Manajemen Perpustakaan. Bidang pekerjaan yang dapat diintegrasikan dengan sistem informasi perpustakaan adalah pengadaan, inventarisasi, katalogisasi, sirkulasi bahan pustaka, pengelolaan anggota, statistik dan lain sebagainya. Fungsi ini sering diistilahkan sebagai bentuk Automasi Perpustakaan.

2. Penerapan teknologi informasi sebagai sarana untuk menyimpan, mendapatkan dan menyebarluaskan informasi ilmu pengetahuan dalam format digital. Bentuk penerapan TI dalam perpustakaan ini sering dikenal dengan Perpustakaan Digital.

(17)

2.2. Pengertian dan Sejarah Perkembangan Internet.

2.2.1. Pengertian Internet.

Internet atau interconnected network adalah sebuah sistem komunikasi global yang menghubungkan sejumlah komputer dan berbagai jaringan komputer di seluruh dunia. Tiap komputer dan jaringan terhubung secara langsung maupun tidak langsung ke jalur utama yang disebut backbone dan dibedakan satu dengan yang lain menggunakan nama yang unik yang biasa disebut dengan alamat internet protokol. Ibrahim (2004 : 9) menyatakan bahwa “untuk dapat menghubungkan berbagai mesin komputer dengan platform yang berbeda-beda (unix, linux, windows, mac dan lain-lain) sehingga dapat saling bertukar informasi diperlukan standar protokol yang dikenal dengan nama TCP/IP (transmission control protocol / internet protocol)”.

Dengan adanya teknologi internet, berbagai komputer yang ada dapat saling berhubungan untuk saling berbagi informasi tanpa terkendala lagi oleh jarak maupun perbedaan dalam platform komputer tersebut.

(18)

Jadi pengertian internet secara umum adalah kumpulan dari jaringan komputer yang terhubung dan bekerja sebagai suatu sistem. Sedangkan pengertian internet secara khusus adalah suatu jaringan komputer yang menghubungkan jaringan komputer yang ada baik dalam lingkup kecil ataupun dalam lingkup global.

Laquey (1997 : 24), menyatakan bahwa “internet adalah jaringan dari sebuah jaringan. Internet tersusun dari sejumlah Local Area Network (LAN), jaringan lokal yang terbatas daerah cakupannya, Metropolitan Area Network (MAN), jaringan kota metropolitan yang mencakup kota metropolitan yang luas, dan Wide Area Network (WAN), jaringan luas yang lebih luas lagi, dan yang menghubungkan berbagai komputer untuk berbagai informasi di seluruh dunia ”.

Maka dapat dilihat bahwa jaringan komputer terdiri dari berbagai format, namun ada dua jenis yang utama yaitu Local Area Network (LAN) dan Wide Area Network (WAN). Local Area Network biasanya terbentuk dengan menghubungkan beberapa komputer yang berdekatan, yang berada pada suatu ruangan atau gedung dengan menggunakan kabel sebagai penghubung. Sedangkan Wide Area Network adalah format jaringan dimana suatu komputer dihubungkan dengan yang lainnya melalui sambungan telepon. Data dikirim dan diterima oleh atau dari suatu komputer ke komputer lainnya lewat sambungan telepon. Konektor komputer dengan telepon adalah menggunakan modem (Modulator, Demodulator). Jaringan dengan format Wide Area Network inilah yang berlaku di Internet.

Menurut Sidharta (1996 : 3)

Apa dan bagaimana internet itu walaupun secara fisik internet adalah interkoneksi antar jaringan komputer namun secara umum internet harus dipandang sebagai sumber daya informasi. Isi internet adalah informasi, dapat dibayangkan sebagai suatu database atau perpustakaan multimedia yang sangat besar dan lengkap. Bahkan internet dipandang sebagai dunia dalam bentuk lain (maya) karena hampir seluruh aspek kehidupan di dunia nyata ada di internet seperti bisnis, hiburan, olah raga, politik dan lain sebagainya.

(19)

2.2.2. Sejarah Perkembangan Internet.

Internet merupakan jaringan komputer terbesar di dunia yang dapat menyatukan suatu network komputer dengan network komputer lainnya atau komunikasi antar komputer sehingga dengan internet kita bisa berhubungan antar jaringan komputer.

Cikal bakal internet dikembangkan oleh kalangan akademisi untuk kalangan akademisi dikembangkan menghubungkan antar jaringan komputer 4 kampus universitas di Amerika Serikat, yaitu UCLA, Stanford Research Institute, UCSB, dan University of Utah. Projek ini dinamai ARPANet. (Advanced Research Project Agency-Network) Percobaan pertama dilakukan oleh Charley Kline dengan mengirimkan paket data LOGIN dari UCLA ke Stanford Research Institute pada tanggal 29 Oktober 1969. (Azhari, 2007 : 1)

Sejarah intenet dimulai pada 1969 ketika Departemen Pertahanan Amerika, U.S. Defense Advanced Research Projects Agency (DARPA) memutuskan untuk mengadakan riset tentang bagaimana caranya menghubungkan sejumlah komputer sehingga membentuk jaringan organik. Program riset ini dikenal dengan nama ARPANet. Pada 1970, sudah lebih dari 10 komputer yang berhasil dihubungkan satu sama lain sehingga mereka bisa saling berkomunikasi dan membentuk sebuah jaringan.

Tahun 1972, Roy Tomlinson berhasil menyempurnakan program e-mail yang ia ciptakan untuk ARPANet. Program e-mail ini begitu mudah sehingga langsung menjadi populer. Pada tahun yang sama, icon @juga diperkenalkan sebagai lambang penting yang menunjukkan "at" atau "pada". Tahun 1973, jaringan komputer ARPANet mulai dikembangkan ke luar Amerika Serikat. Komputer University College di London merupakan komputer pertama yang ada di luar Amerika yang menjadi anggota jaringan ARPANet. Pada tahun yang sama, dua orang ahli komputer yakni Vinton Cerf dan Bob Kahn mempresentasikan sebuah gagasan yang lebih besar, yang menjadi cikal bakal pemikiran internet. Ide ini dipresentasikan untuk pertama kalinya di Universitas Sussex.

(20)

Karena komputer yang membentuk jaringan semakin hari semakin banyak, maka dibutuhkan sebuah protokol resmi yang diakui oleh semua jaringan. Pada tahun 1982 dibentuk Transmission Control Protocol atau TCP dan Internet Protocol atau IP yang kita kenal semua. Sementara itu di Eropa muncul jaringan komputer tandingan yang dikenal dengan Eunet, yang menyediakan jasa jaringan komputer di negara-negara Belanda, Inggris, Denmark dan Swedia. Jaringan Eunet menyediakan jasa e-mail dan newsgroup USENet.

Untuk menyeragamkan alamat di jaringan komputer yang ada, maka pada tahun 1984 diperkenalkan sistem nama domain, yang kini kita kenal dengan DNS atau Domain Name System. Komputer yang tersambung dengan jaringan yang ada sudah melebihi 1000 komputer lebih. Pada 1987 jumlah komputer yang tersambung ke jaringan melonjak 10 kali lipat manjadi 10.000 lebih.

Tahun 1988, Jarko Oikarinen dari Finland menemukan dan sekaligus memperkenalkan IRC atau Internet Relay Chat. Setahun kemudian, jumlah komputer yang saling berhubungan kembali melonjak 10 kali lipat dalam setahun. Tak kurang dari 100.000 komputer kini membentuk sebuah jaringan. Tahun 1990 adalah tahun yang paling bersejarah, ketika Tim Berners Lee menemukan program editor dan browser yang bisa menjelajah antara satu komputer dengan komputer yang lainnya, yang membentuk jaringan itu. Program inilah yang disebut WWW, atau Worl Wide Web.

Tahun 1992, komputer yang saling tersambung membentuk jaringan sudah melampaui satu juta komputer, dan di tahun yang sama muncul istilah surfing the internet. Tahun 1994, situs internet telah tumbuh menjadi 3000 alamat halaman, dan untuk pertama kalinya virtual-shopping atau e-retail muncul di internet. Dunia langsung berubah. Di tahun yang sama Yahoo didirikan, yang juga sekaligus kelahiran Netscape Navigator 1.0 (Haris, 1996 : 1-2).

Dari perkembang di atas, internet semakin diminati oleh banyak kalangan baik perorangan maupun instansi, termasuk diantaranya perpustakaan. Di sisi lain, internet sebagai media dimana bahan digital tersedia, standar dan teknologinya akan terus mengalami pertumbuhan dan perkembangan.

Menurut Robert B. Palmer, dalam Siregar (1998 : 6)

(21)

ledakan informasi yang tersedia pada internet, akan memberikan pendekatan baru untuk mendapatkan dan mengindeks informasi tersebut”.

Jadi dapat dilihat bahwa internet yang pada hakikatnya adalah jaringan komputer senantiasa mengalami perkembangan yang pesat. Bahkan dapat dilihat, kecenderungan perkembangan teknologi internet semakin lama semakin cepat baik itu perkembangan perangkat lunak maupun perkembangan perangkat keras. Realita di lapangan menunjukkan saat ini setiap institusi cenderung untuk mengarahkan platform bisnisnya dalam jaringan internet yang mempunyai berbagai kelebihan di bandingkan platform konvensional. Di sisi lain, pengguna pengguna akan beralih pada layanan ber platform internet dengan berbagai keunggulan dan fleksibilitasnya.

2.3. Fasilitas Yang Terdapat Pada Internet.

Beberapa fasilitas yang terdapat dalam intenet adalah : 1. Telnet (Remote Login).

Telnet adalah fasilitas yang digunakan untuk melakukan login dan bekerja pada komputer dari jarak jauh. Fasilitas ini digunakan untuk menghubungi atau memasukkan salah satu server (pusat komputer) yang disambungkan ke jaringan internet. Untuk dapat melakukan hal ini kita harus tahu alamat servernya, punya username dan password, tetapi setiap server biasanya memberikan kesempatan kepada semua orang login dengan menggunakan account atau username public agar dapat memasuki/login ke suatu server. (Petra, 2000 : 1).

Dalam kata lain, Telnet berfungsi mengakses komputer (host/server) dari jauh. Remote login Telnet adalah program yang memungkinkan komputer kita menjadi terminal dari komputer lain di internet. Telnet memungkinkan kita untuk masuk (log in) sebagai pemakai komputer jarak jauh dan menjalankan program komputer layanan yang ada dikomputer tersebut.

2. Electronic Mail.

(22)

komputer, misalnya program, gambar atau majalah elektronik. (Petra, 2000 : 1).

Surat menyurat di internet dilakukan dengan menggunakan program surat elektronik. Cara penggunaannya sangat mudah bila program dijalankan dibawah user interface grafis seperti Windows. Saat pengiriman hanya perlu diisikan alamat penerima dan subjek (topik) surat, kemudian isi surat langsung dapat diketik untuk dikirim. Jika perlu Anda dapat menyertakan file tertentu untuk dikirim bersama-sama dengan surat tersebut (Attachments) (Perpustakaan USU, 1996 : 1)

Untuk dapat memamfaatkan fasilitas e-mail ini, seseorang harus terlebih dahulu mempunyai alamat e-mail (e-mail Address) dari salah satu host atau profider internet. Agar pengiriman e-mail dapat dilakukan, orang yang dituju juga harus memiliki alamat e-mail. Untuk dapat menerima surat elektronik, Anda harus memiliki kotak pos (mailbox) untuk menampung surat-surat yang masuk sebelum Anda sempat menbacanya. Sebuah kotak pos elektronik (electronic mailbox) sama dengan kotak pos dikantor pos. Siapapun bisa mengirim surat ke kotak pos, tetapi hanya pemiliknya yang bisa meneliti dan membuang isi kotak surat tersebut. Contoh alamat e-mail adalah

3. UseNet.

UseNet adalah suatu sistem diskusi kelompok pada jaringan internet, dimana artikel-artikel atau makalahnya didistribusikan ke seluruh pemakai internet di seluruh dunia. Karena begitu banyaknya peminat UseNet ini, maka

di internet dibagi-bagi sesuai dengan bidang permasalahan diskusinya. (Petra, 2000 : 1).

(23)

4. Finger Service.

Finger Service merupakan fasilitas yang memberikan kesempatan kita untuk menanyakan informasi tentang seorang pemakai (Petra, 2000 : 1). 5. Anonymous FTP.

Anonymous FTP memberikan kesempatan kita untuk men-transfer atau mengirim file dari satu komputer ke komputer yang lain (Petra, 2000 : 1).

FTP memungkinkan pengaksesan ke server FTP dengan login anonymous tanpa memerlukan password. Anonymous FTP adalah salah satu dari pelayanan dalam internet yang cukup penting. Dengan akses ke berbagai anonymous FTP, anda dapat memperoleh file -file secara grafis. Anda dapat menemukan program-program, gambar-gambar, majalah elektronik, artikel-artikel dalam kelompok diskusi tertentu, (Perpustakaan USU, 1996 : 2). 6. Talk Facility.

Talk Facility untuk menghubungi pemakai lain dalam jaringan internet baik dalam sistem yang sama ataupun sistem yang berbeda. Selanjutnya kita dapat menerima dan mengirim pesan kepada pemakai yang kita hubungi. (Petra, 2000 : 1).

Talk Facility fasilitas untuk melakukan percakapan jarak jauh via internet. Untuk itu diperlukan aplikasi khusus dan dukungan hardware multi media (Perpustakaan USU, 1996 : 2).

7. Internet Relay Chat (IRC).

Internet Relay Chat mirip dengan fasilitas talk, tetapi melibatkan sekelompok orang, kita akan dapat ambil bagian dalam komunikasi publik dengan sekelompok orang. (Petra, 2000 : 2).

(24)

8. Gopher.

Gopher penyedia menu di mana kita bisa mendapatkan segala informasi termasuk fasilitas-fasilitas internet lainnya. Setiap gopher ini berisi informasi-informasi dimana sistem administrator lokal dipakai bersama. (Petra, 2000 : 2).

Internet menyediakan banyak informasi yang dapat diakses penggunanya lewat sistem menu. Seorang pengguna internet dihadapkan pada sebuah menu yang bercabang-cabang. Untuk menuju ke informasi atau data yang dituju, seorang pengguna menyeleksi pilihan-pilihan yang disediakan hingga masuk ke topik yang diinginkan. Fasilitas demikian disebut gopher (Perpustakaan USU, 1996 : 2).

9. Veronica dan Junghead.

Veronica dan Junghead fasilitas yang dapat menelusuri menu-menu gopher di seluruh dunia (Petra, 2000 : 2).

10.WAIS Server (Wide Area Information Service).

WAIS Server menyediakan cara untuk menemukan informasi yang tersebar dalam internet dengan cara menggunakan fasilitas database dan pencarian dilakukan dengan menggunakan kata kunci. Untuk melakukan proses pencarian ini kita harus menentukan dulu tempat atau alamat kita akan melakukan pencarian informasi (Petra, 2000 : 2).

WAIS (Wide Area Information Service) menyediakan cara lain untuk menemukan informasi yang tersebar dalam internet. WAIS mampu mengakses segala database yang besar (seperti dokumen, file berisi gambar, video dan suara) (Perpustakaan USU, 1996 : 3).

11.World Wide Web (WWW).

World Wide Web merupakan fasilitas hypertext yang memberikan kesempatan kepada kita untuk untuk mencari dan menampilkan informasi dengan mengetikkan alamat elektronik tujuan. Hypertext adalah data yang memiliki hubungan ke data yang lainnya, inilah yang menyebabkan fasilitas web ini merupakan fasilitas yang paling handal di internet (Petra, 2000 : 2).

(25)

bagian tersebut mempunyai tanda garis bawah. Ketika pengguna memilih salah satu kata atau frase, maka pengguna akan ditrasfer ke situs atau halaman web yang relevan.

Kadangkala di halaman web terdapat tombol, gambar maupun bagian dari gambar yang dapat dipilih. Bila pointer diarahkan pada suatu titik pada halaman web dan pointer tersebut berubah menjadi simbol tangan, maka hal ini menunjukkan pengguna dapat memilihnya dan ditransfer ke halaman web yang lain.

Mencari informasi pada WWW disebut dengan surfing. Tentu saja, kandungan dari masing-masing situs berbeda satu sama lain. Ada situs yang menyajikan informasi ilmiah, informasi populer, berita, gaya hidup, pendidikan, hiburan, informasi instansi, informasi lembaga dan lain-lain. Contoh alamat www adalah http://www.library. usu.ac.id dan lain sebagainya.

12.White Pages Directory.

White Pages Directory adalah server yang menampilkan daftar referensi, kita dapat mencari informasi yang kita perlukan sama seperti membuka buku yellow pages. (Petra, 2000 : 2).

13.Electronic Magazine.

Electronic Magazine adalah majalah elektronik berupa artikel-artikel yang disimpan dalam file -file yang diakses oleh semua orang, baik dengan topik ilmiah ataupun hiburan (Petra, 2000 : 3).

14.Mailing List.

Mailing List adalah sistem yang mengirim pesan-pesan berupa artikel, berita atau apa saja sesuai dengan topik yang ditentukan ke sekelompok orang. (Petra, 2000 : 3).

(26)

diperoleh akan jauh lebih efektif daripada penyelenggaraan seminar/konferensi konvesional (Perpustakaan USU, 1996 : 2).

Dengan mailing-list sekelompok orang dapat digabungkan untuk mediskusikan sesuatu dengan ciri atau warna dari suatu mailing-list. Berita yang dikirim oleh satu anggota akan disebar ke seluruh anggota miling-list. Administrator dari miling-list yang akan mengatur jalannya program tersebut, memberikan pertolongan atau bantuan kepada anggota dalam hal berlangganan, berhenti berlangganan, berhenti sementara, mengakses arsip e-mail dan lain-lain.

Kelemahan dari mailing-list ini adalah apabila ada diskusi suatu topik yang hanya diikuti sebagian saja anggota yang berminat, maka seluruh anggota Mailing List yang lain tetap akan menerima surat tersebut pada kotak suratnya (mailbox). Contoh Mailing List adalah Mailing List komunitas aktifis yang berasal dari Sumatera Barat ataupun yang berdarah Minangkabau.

15.Bulletin Board System (BBS).

Bulletin Board System adalah tempat untuk menyimpan pesan-pesan dan file yang sesuai dengan topik yang ditentukan. (Petra, 2000 : 3).

16.Whois.

Whois adalah salah satu aplikasi yang bisa digunakan untuk mencari user yang ada pada sistem komputer yang terhubung dengan jaringan internet. (Petra, 2000 : 3).

17.Multiple User Dimention (MUD).

Multiple User Dimention program komputer yang menyediakan fasilitas untuk berinteraksi, berfantasi dan beraksi dengan user-user lain dimana masing-masing memainkan perannya (Petra, 2000 : 3).

18.Search Engine.

(27)

19.Online Game.

Online Game dapat menghubungkan beberapa user yang berada di

lokasi yang berbeda untuk menjalankan program game secara bersamaan (Petra, 2000 : 3).

20.VOIP (Voice Over Internet Protokol).

VOIP merupakan fasilitas yang mirip dengan fasilitas telepon namun menggunakan jalur internet sebagai pengantar data (voice) (Petra, 2000 : 3).

2.4. Pengertian Perpustakaan Digital.

Sebetulnya ketika berbicara mengenai penerapan Teknologi Informasi (TI) dalam perpustakaan atau khususnya layanan perpustakaan akan berbicara juga mengenai transformasi perpustakaan tradisional menuju perpustakaan digital, perpustakaan elektronik, atau perpustakaan virtual. Namun berdasarkan pengamatan penulis dari sekian banyak konsep yang berkembang tersebut sebetulnya saat ini konsep yang berkembang cukup pas dan mungkin dalam beberapa dasawarsa ke depan masih relevan adalah apa yang dinamakan dengan Perpustakaan Hybrid. Pengertian Perpustakaan Hybrid ini sendiri adalah seperti yang dikemukakan oleh Hutton (2001 : 4)

“A hybrid library is a library where 'new' electronic information resources and 'traditional' hardcopy resources co-exist and are brought together in an integrated information service, accessed via electronic gateways available both on-site, like a traditional library, and remotely via the Internet or local komputer networks”.

Atau seperti yang disampaikan Pinfield (1998 : 2) :

“A hybrid library is not just a traditional library (only containing paper-based resources) or just a virtual library (only containing electronic resources), but somewhere between the two. It is a library which brings together a range of different information sources, printed and electronic, local and remote, in a seamless way”.

(28)

Menurut Siregar dalam Hairani (2007 : 5) :

Pengertian perpustakaan digital dapat dilihat dari beberapa sisi. Dari perspektif database atau temu-balik informasi, perpustakaan digital dapat diartikan sebagai federasi atau kumpulan dari berbagai database. Dari perspektif hypertext, perpustakaan digital dapat dipandang sebagai aplikasi khusus dari teknologi hypertext. Dari perspektif layanan informasi wide-area, perpustakaan digital dapat dilihat sebagai penggunaan World Wide Web. Dari perspektif ilmu perpustakaan, perpustakaan digital bisa dipandang sebagai kelanjutan dari trend automasi perpustakaan.

Dalam perspektif organisasi, Digital Library Federation di Amerika Serikat memberikan definisi perpustakaan digital sebagai organisasi-organisasi yang menyediakan sumber-sumber, termasuk staf dengan keahlian khusus, untuk menyeleksi, menyusun, menginterpretasi, memberikan akses intelektual, mendistribusikan, melestarikan, dan menjamin keberadaan koleksi karya-karya digital sepanjang waktu sehingga koleksi tersebut dapat digunakan oleh komunitas masyarakat tertentu atau masyarakat terpilih, secara ekonomis dan mudah (UPN Jatim, 2007 : 2).

Sedangkan dalam perspektif informasi, perpustakaan elektronik atau digital adalah suatu lingkungan perpustakaan dimana berbagai objek informasi (dokumen, images, suara dan video-clips) disimpan dan diakses dalam bentuk elektronik. Objek tersebut terekam dalam berbagai jenis media komputer termasuk CD. Bahan-bahan jenis ini sebagian besar tersedia untuk diakses melalui internet atau dimuat pada komputer stand-alone atau jaringan lokal (Siregar, 1998 : 3).

Dari pengertian di atas dapat dilihat bahwa ruang lingkup perpustakaan digital cukup luas dan dapat dilihat dari berbagai sisi, baik itu dari perspektif database, perspektif hypertext maupun dari perspektif layanan informasi wide-area, perspektif organisasi maupun dari perspektif informasi. Hal ini dapat dimengerti karena sebagai penerapan teknologi informasi perpustakaan digital senantiasa mengalami perkembangan sejalan dengan perkembangan teknologi informasi.

(29)

This is an electronic Internet based collection of information that is normally found in hard copy, but converted to a komputer compatible format. Digital books seemed somewhat slow to gain popularity, possible because of the quality of many komputer screens and the relatively short 'life' of the Internet. ...”

Hal ini sejalan dengan yang tercantum pada Wikipedia (ensiklopedi digital berbasis situs web). Perpustakaan digital (Digital Library atau Electronic Library atau Virtual Library) adalah besar dalam bentuk format digital dan yang bisa diakses dengan perpustakaan ini berbeda dengan jenis perpustakaan konvensional yang berupa kumpulan buku tercetak, film mikro (microform dan microfiche), ataupun kumpulan kaset audio, video, dan lain-lain. Isi dari perpustakaan digital berada

dalam suatu komputer

lokasi yang jauh, namun dapat diakses dengan cepat dan mudah lewat

Jadi dari beberapa pengetian di atas dapat dilihat bahwa perpustakakaan digital pada dasarnya adalah perpustakakaan yang menerapkan teknologi informasi dalam menjalankan sistem kerumahtanggaannya, kemudian menyediakan informasi digital atau informasi dalam dalam media digital.

2.5. Aspek-aspek yang berkaitan dengan Perpustakaan Digital.

2.5.1. Pentingnya Penerapan Konsep Perpustakaan Digital.

(30)

Perkembangan teknologi informasi terutama komputer dan perangkat terkait lainnya membawa dampak yang sangat positif dalam kegiatan di perpustakaan. Menurut Abdul Rahman Saleh dalam Syamsudin (2007 : 5), kehadiran teknologi informasi mau tidak mau harus diterima dan dimanfaatkan di perpustakaan, karena :

1. Tuntutan terhadap mutu dan jumlah layanan.

2. Tuntutan terhadap penggunaan koleksi bersama (resource sharing). 3. Kebutuhan untuk mengefektifkan SDM.

4. Tuntutan terhadap efisiensi waktu. 5. Keragaman informasi yang dikelola.

6. Kebutuhan akan ketepatan layanan informasi.

Kebutuhan akan penerapan teknologi informasi di perpustakaan sudah lama dirasakan sangat penting oleh perpustakaan di berbagai negara maju, negara berkembang, maupun negara terbelakang. Hasil survei yang dilakukan oleh Zhou Zhou, J.Z. “The Development of Library and Information Technologies in Southeast Asia”. Information Technology and Libraries, 1997 dalam Hasugian (2006 : 6) terhadap perkembangan perpustakaan dan teknologi informasi di Asia Tenggara menunjukkan bahwa 60% perpustakaan-perpustakaan besar di Asia Tenggara (China, Malaysia, Singapura, Hongkong dan Vietnam) telah memiliki homepages, dan 50% katalog perpustakaan tersebut telah dapat diakses di internet, dan semua negara-negara di Asia Tenggara mempunyai respek terhadap teknologi informasi, serta telah siap untuk memulai dan melakukan investasi.

Penerbitan elektronik akan menjadi suatu hal yang umum terutama di lembaga-lembaga yang banyak menghasilkan karya tulis seperti universitas. Berbagai jurnal diterbitkan dalam edisi elektronik disamping edisi cetak, dan beberapa produser terus mencari cara-cara untuk melahirkan publikasi elektronik yang baru dan kompetitif.

Disamping itu, menurut Siregar (1999 : 7) :

(31)

mempublikasikan berbagai jenis pelayanan yang tersedia dan kebijakan perpustakaan yang berkaitan dengan pelayanan, dan manajemen perpustakaan memerlukannya untuk mempublikasikan perkembangan, rencana dan program, dan dokumen-dokumen lainnya yang dipandang perlu untuk diketahui oleh publik dalam rangka meningkatkan partisipasi dan dukungan mereka dalam pengembangan perpustakaan.

Pemanfaatan internet sebagai salah satu sumberdaya media informasi bagi perpustakaan di Indonesia khususnya perpustakaan perguruan tinggi, merupakan kebutuhan mendesak karena berbagai alasan. Perpustakaan perguruan tinggi yang berkembang dengan pesat dan dinamis, telah merasakan bahwa jika hanya mengandalkan sumberdaya informasi berbasis cetak yang dimilikinya belum mencukupi untuk kebutuhan penggunanya

Palmer dalam Siregar (1999 : 5) menyebutkan ada empat hal yang akan terjadi yang membuat internet semakin dominan sebagai platform bisnis. Pertama, infrastruktur internet akan terus diperkuat dan ditingkatkan untuk menyediakan tulang punggung yang berkapasitas tinggi dan aman. Kedua, internet akan menghubungkan dan mengintegrasikan sistem non-internet seperti pertukaran data elektronik dan pemrosesan transaksi. Ketiga, internet akan memungkinkan pengguna mengakses informasi dan pelayanan dari mana saja pada waktu kapan saja menggunakan peralatan pilihan mereka. Keempat, dengan terjadinya ledakan informasi yang tersedia melalui internet akan tersedia berbagai pendekatan baru untuk menemukan dan mengindeks informasi.

(32)

pelanggannya. Sebab, sumberdaya informasi digital telah terdapat dalam berbagai media dan situs web, yang dapat dengan mudah di akses dengan memamfaatkan infrastruktur informasi global.

Kehadiran publikasi elektronik, khususnya publikasi ilmiah, tidak dapat dihindari. Hal ini antara lain dapat dilihat dari rekomendasi tentang publikasi elektronik yang dihasilkan dalam ICSU UNESCO Conference of Experts Electronic Publishing in Science, Paris, 19-23 February 1996 (1996 : 5-6). Beberapa diantaranya yang perlu disampaikan di sini ialah:

1. Perlunya mitra bestari (peer review) dan aturan pelaksanaan. Praktek mitra bestari hendaknya tetap dilakukan untuk publikasi elektronik seperti halnya publikasi tercetak.

2. Salah satu fungsi publikasi ilmiah adalah juga sebagai upaya pelestarian ide ilmiah. Fungsi ini hendaknya tetap dipenuhi oleh publikasi elektronik. Konferensi tersebut merekomendasikan pula agar komunitas ilmiah, penerbit, dan pustakawan serta ahli informasi hendaknya bersama-sama menciptakan prinsip dan pedoman dalam pelestarian elektronik, termasuk di dalamnya pemeliharaan, isi kandungan, struktur, pendanaan, keterjangkauan dan kompatibelitasnya. Dalam kaitan ini, diharapkan juga adanya kerjasama dengan ISO dalam hal standar internasional.

3. Hendaknya anggaran untuk akses informasi bagi keperluan penelitian dan publikasi hasil penelitian menjadi bagian dari anggaran penelitian itu sendiri. Selain itu, ditekankan bahwa ketersediaan informasi dalam bentuk sistem temu kembali informasi menjadi sangat penting sebagai upaya pengembangan efektifitas penelitian maupun pendidikan. Hendaknya sistem informasi ilmiah ini mendapat pendanaan yang cukup. Perlu pula dilakukan studi biaya dan manfaat publikasi elektronik yang melibatkan wakil dari perpustakaan, kalangan ilmuwan dan penerbit.

(33)

ilmuwan hendaknya diberikan sarana komunikasi internasional dan diprioritaskan untuk pertukaran informasi ilmiah. Dengan meningkatnya peran ilmuwan dalam publikasi elektronik, hendaknya juga diberikan fasilitas pertukaran pengalaman dan keahlian di bidang ini. Sebagai langkah pertama ialah penyediaan akses bagi para ilmuwan kepada jaringan global (internet).

5. Kerjasama internasional hendaknya terus dikembangkan, terutama karena pada saat ini partisipasi masyarakat ilmiah di negara berkembang semakin meningkat. Diharapkan, ICSU dan UNESCO tetap menjadi pelopor dalam kerjasama ini. Namun demikian, salah satu kendala dalam hal ini terletak pada pendanaan. Oleh karena itu, dukungan lembaga internasional memang sangat diharapkan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa dengan semakin berkembangnya sumberdaya informasi dan semakin besarnya tuntutan pengguna terhadap layanan informasi maka konsep perpustakaan harus berubah. Perpustakaan akan sulit untuk memenuhi kebutuhan informasi penggunanya jika masih tetap dilakukan dengan cara-cara tradisonal yang hanya mengandalkan pada pekerjaan manual. Untuk itu, pengaplikasian teknologi informasi merupakan syarat mutlak bagi perpustakaan agar bisa memasuki jaringan informasi global dengan menggunakan berbagai teknologi informasi global.

2.5.2. Keuntungan Pemakaian Konsep Perpustakaan Digital.

Perpustakaan digital secara ekonomis lebih menguntungkan dibandingkan dengan perpustakaan tradisional. Chapman dan Kenney dalam Siregar (1999 : 7) mengemukakan empat alasan yaitu institusi dapat berbagi koleksi digital, koleksi digital dapat mengurangi kebutuhan terhadap bahan cetak pada tingkat lokal, penggunaannya akan meningkatkan akses elektronik, dan nilai jangka panjang koleksi digital akan mengurangi biaya berkaitan dengan pemeliharaan dan penyampaiannya.

(34)

mempunyai potensi untuk menyimpan lebih banyak koleksi, disebabkan koleksi digital memerlukan ruang penyimpanan yang sedikit. Dengan itu, biaya penyelenggaraan perpustakaan digital adalah jauh lebih rendah berbanding perpustakaan tradisional. Perpustakaan tradisional perlu mengeluarkan biaya yang tinggi untuk menggaji karyawan, mengelola koleksi, peminjaman, dan perpanjangan, sedangkan perpustakaan digital tidak memerlukan hal tersebut.

Selanjutnya disebutkan Wikipedia (2007 : 1), bahwa dalam Perpustakaan digital dapat menggunakan teknologi yang memberikan pengguna kenyamanan sebagai berikut :

a. Tidak perlu lagi kontak fisik.

Pengguna perpustakaan digital tidak perlu lagi pergi ke perpustakaan. Setiap orang di seluruh dunia bisa memperoleh informasi yang sama, selagi sambungan internet tersedia.

b. Tersedia sepanjang waktu.

Kelebihan perpustakaan digital adalah orang seluruh dunia bisa memperoleh informasi sepanjang waktu, selagi sambungan internet tersedia.

c. Dapat digunakan bersamaan.

Sumber yang sama bisa digunakan pada waktu yang sama oleh sejumlah pengguna.

d. Temu balik yang lebih sistematis.

Perpustakaan digital memberikan fasilitas temu balik yang lebih sistematis, contohnya kita bisa menemu balik bahan tertentu khusus pada bab tertentu dan sebagainya.

e. Kemudahan penelusuran.

Pengguna bisa menggunakan berbagai istilah pencarian yang berkaitan dengan kalimat atau kata pada keseluruhan perpustakaan. Perpustakaan digital dapat memberikan penelusuran yang mudah, dan memberikan temuan yang dapat dikembangkan.

f. Penduplukasian dan penyimpanan.

(35)

g. Ruang.

Perpustakaan digital mempunyai potensi untuk menyimpan lebih banyak koleksi, disebabkan koleksi digital memerlukan sedikit ruang menyimpan. Apabila perpustakaan kehabisan ruang, pendigitalan merupakan satu-satunya solusi.

h. Jaringan.

Perpustakaan digital dapat menyediakan akses kepada sumber perpustakaan digital lain dengan mudah, dengan membuat jaringan perpustakaan.

i. Biaya.

Secara teori, biaya penyimpanan perpustakaan digital adalah lebih rendah berbanding perpustakaan tradisional. Perpustakaan tradisional perlu mengeluarkan biaya yang tinggi bagi mengelola koleksi, peminjaman dan perpanjangan. Walaupun perpustakaan digital tidak memerlukan hal diatas, perpustakaan digital membutuhkan biaya untuk mengubah bahan tercetak ke format digital dan untuk menggaji karyawan profesional untuk melakukannya dan biaya pembuatan fasilitasnya, contohnya pelayanan, pembuatan jaringan, dan lain-lain, juga untuk memperbaharui koleksi.

Dalam perpustakaan konvensional, pemakai harus datang ke perpustakaan untuk mendapatkan sumber informasi yang dibutuhkan. Tetapi dalam perpustakaan digital, justru perpustakaan yang datang ke pemakai melalui jaringan internet. Selain itu, dengan adanya jaringan perpustakaan (secara maya) maka lebih banyak sumberdaya perpustakaan yang dapat dimanfaatkan.

(36)

time. Selain itu, format-format baru sumber informasi juga dapat diwadahi dalam perpustakaan digital ini.

Penelusuran yang dilakukan dengan katalog online memungkinkan orang untuk menelusur informasi dari jarak jauh dan tidak harus datang ke perpustakaan, sehingga bisa menghemat waktu pemakai. Dengan perpustakaan digital maka layanan tidak pernah tutup (kecuali aliran listriknya mati) karena semua sumber informasi dapat diakses dalam 24 jam 7 hari seminggu tanpa harus ditunggui oleh petugas perpustakaan.

2.5.3. Infrastruktur Perpustakaan Digital.

Menurut Siregar (1997 : 1) infrastruktur adalah sarana yang menyediakan cara untuk mengangkut barang dan informasi. Infrastruktur mempunyai peranan yang besar untuk memajukan pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan daya saing. Infrastuktur perpustakaan digital antara lain adalah jaringan Local Area Network (LAN) dan Wide Area Network.

Selain hal itu, menurut Siregar (1997 : 3), sebagai suatu infrastruktur, jaringan ini memiliki peranan yang besar dalam penyebaran arus informasi. Dengan kata lain prasarana ini merupakan suatu jalanraya informasi (information highway) yang digunakan untuk mengangkut berbagai muatan informasi dan menghubungkan banyak manusia di bumi. Sebenarnya jaringan ini adalah jaringan telekomunikasi digital biasa yang digunakan untuk menghubungkan berbagai komputer, yang diatur oleh suatu perangkat lunak protokol komunikasi standar yang dikenal dengan nama TCP/IP (Transfer Communication Protocol/Internet Protocol).

Santoso (2004 : 4) menyatakan bahwa :

(37)

informasi dan pengguna. Komponen-komponen tersebut memiliki kualifikasi dan fokus yang berbeda dalam sebuah lingkungan kolaboratif. Misalnya, pustakawan memiliki spesialisasi tradisional dalam organisasi dan koleksi informasi berbasis kertas bagi pengguna ke akses secara fisik, sementara profesional komputer memiliki fokus pada pengembangan pengetahuan tertentu masalah teknologi.

Jadi infrastuktur perpustakaan digital adalah sarana dan fasilitas yang digunakan dalam operasional perpustakaan digital. Infrastrukur perpustakaan digital ini dapat berupa fasilitas jaringan terintrgrasi yang tersusun dari perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software). Dengan adanya infrastuktur perpustakaan yang baik maka pengelolaan perpustakaan digital akan berlangsung baik. karena tanpa adanya infrastruktur perpustakaan digital perpustakaan akan sulit memenuhi kebutuhan informasi penggunanya pengelolaan informasi. Untuk itu, pengaplikasian teknologi informasi merupakan syarat mutlak bagi perpustakaan agar bisa memasuki jaringan informasi global dengan menggunakan berbagai teknologi komunikasi global.

2.5.4. Pustakawan Digital.

Berhadapan dengan fenomena perubahan yang terjadi, pustakawan harus memiliki kemampuan untuk melihat dengan jelas apa sesungguhnya yang berubah dan apa yang tetap sama. Nilai-nilai yang menjadi dasar profesi pustakawan kelihatannya akan tetap sama, tetapi cara nilai-nilai tersebut diterjemahkan kedalam kegiatan dan operasi akan mengalami perubahan secara mendasar. Misi perpustakaan untuk mengumpulkan, mengorganisasikan dan menyediakan akses terhadap sumberdaya informasi tetap relevan, tetapi teknologi dan cara untuk melakukannya mengalami perubahan. Penyediaan sumberdaya informasi berbasis cetak tidak lagi memadai, tetapi harus dilengkapi dengan sumberdaya berbasis elektronik yang yang jumlah dan kecepatan penyebarannya terus meningkat.

Menurut Siregar (1997 : 7) :

(38)

mengakses lebih baik apa yang terdapat atau yang dapat diperoleh melalui internet. Katalog online harus dikembangkan dan selanjutnya dimuat dalam jaringan lokal dan Internet. Layanan referens interaktif dan pengiriman dokumen secara elektronik juga sudah saatnya untuk dikembangkan. Sebagai contoh, Perpustakaan Nasional Singapura menawarkan pelayanan online melalui Internet, dimana masyarakat dapat mengakses katalog, memperpanjang pinjaman buku, mengirimkan pertanyaan kepada pustakawan referens dan mengusulkan pengadaan bahan-bahan baru. Pada tahap selanjutnya, pustakawan harus melibatkan diri dalam pengembangan bahan-bahan elektronik, jika perlu bekerjasama dengan pihak lain.

Berkaitan dengan pengembangan perpustakaan digital virtual, England dan Shaffer (2004) dalam Siregar (1998 : 8) menyebutkan bahwa :

Pustakawan mempunyai peluang untuk meluncur dari stereotip masa lalu dan menetapkan mereka dalam lingkungan informasi dan pelayanan masa depan. Peran pustakawan akan beralih dari penekanan pada pengadaan, preservasi dan penyimpanan ke penekanan pada pengajaran, konsultasi, penelitian, preservasi akses demokratis terhadap informasi, dan kolaborasi dengan profesional komputer dan informasi dalam perancangan dan pemeliharaan sistem akses informasi.

Berbagai tantangan yang cukup berat yang dihadapi oleh pustakawan dewasa ini dan mendatang, sehubungan dengan adanya suatu evolusi dari perpustakaan klasik menuju suatu perpustakaan yang berfungsi sebagian sebagai perpustakaan digital disebut dengan “hybrid libraries” (HL). HL sebagai konsekuensinya adanya percepatan evolusi di ICT (Information Technology and Telecommunications), dimana aplikasi ICT lebih menonjol tidak hanya mengelola perpustakaan klasik, tapi juga kreasi baru, penyebaran dan akses sumber informasi dalam bentuk digital melalui jaringan komputer.

Lebih jauh Rader (1999 : 10) menyatakan bahwa :

(39)

komputer, ruang belajar kelompok, studio belajar kolaboratif dan studio telekonferens interaktif.

Masih berkaitan dengan peran pustakawan, Rader (1999 : 12) memperkirakan di masa depan, kualitas Pustakawan Perguruan Tinggi akan diukur dengan basis bagaimana mereka menghubungkan pelanggan dengan informasi dan pengetahuan yang mereka butuhkan, tanpa memperdulikan dimana muatan (contents) dapat ditemukan. Pustakawan akan diukur dalam hal bagaimana mereka memenuhi kebutuhan informasi dan kebutuhan belajar mahasiswa. Pustakawan akan dilihat sebagai mitra pengajar dengan dosen untuk membantu mahasiswa berkembang ke arah konsumen informasi yang efektif.

Selanjutnya disebutkan Siregar (1999 : 3) :

Bahwa lingkungan dimana pustakawan bekerja akan berubah, dengan ciri-ciri seperti berikut : akses yang lebih besar terhadap jajaran informasi, kecepatan yang meningkat dalam pemerolehan informasi, kompeleksitas yang lebih besar dalam penelusuran, analisis dan mata rantai informasi, perubahan teknologi yang cepat, lemahnya standarisasi perangkat keras dan lunak, belajar terus bagi pengguna dan staf, dan investasi finansial yang lebih besar untuk teknologi.

Pustakawan harus menerima tanggung jawab dan berintegrasi dengan lingkungan jaringan informasi. Internet yang menawarkan suatu cara baru untuk berkomunikasi dan untuk memperoleh akses terhadap berbagai jenis informasi, membuka tantangan baru bagi pustakawan untuk mengeksplorasi dan memanfaatkannya untuk kepentingan pengguna. Pustakawan harus mengambil inisiatif untuk mengorganisasikan dan mengakses lebih baik apa yang terdapat atau yang dapat diperoleh melalui Internet. Katalog online harus dikembangkan dan selanjutnya dimuat dalam jaringan lokal dan Internet. Layanan referens interaktif dan pengiriman dokumen secara elektronik juga sudah saatnya untuk dikembangkan.

2.6. Situs Web Perpustakaan Digital.

(40)

dilakukan oleh sebuah perpustakaan, serta kegiatan publikasi lainnya. Dalam kaitan ini, perpustakaan bertindak sebagai penerbit.

Pemanfaatan teknologi informasi dapat mengatasi bahan pustaka berbasis cetak dari kerentanan terhadap resiko rusak karena usia, penanganan yang keliru, metode dan ruang penyimpanan yang tidak tepat, vandalisme, dan kelembaban. Alih bentuk melalui tranformasi digital dapat menyelamatkan isi (contents) informasi yang dikandung bahan pustaka tersebut. Alih media juga membuat diversifikasi bentuk dan layanan bahan pustaka karena kemampuannya dalam menampilkan secara lebih menarik, spacious, handy, interaktif dan tahan lama. Dengan demikian typology perpustakaan yang dipandang sebagai ruangan dipenuhi rak menjulang yang dijejali buku, berganti menjadi sebuah perpustakaan kecil dengan berbagai sarana akses terpasang dan koleksi digital, serta cabang perpustakaan di dunia cyber (Santoso, 2004 : 5).

Situs perpustakaan memberi peluang baru bagi pustakawan untuk melakukan sesuatu yang sebelumnya tergolong sulit untuk dilakukan. Peluang tersebut diantaranya adalah menerbitkan karya khas perguruan tinggi (PT) yang tidak diterbitkan tetapi didokumentasikan di perpustakaan sebagai deposit PT. Karya tersebut antara lain adalah bahan-bahan oleh dan tentang PT, termasuk diantaranya laporan penelitian, karya tulis, makalah seminar, simposium, bahan-bahan kuliah dan publikasi PT lainnya. Kegiatan lainnya yang dimungkinkan adalah pelayanan perpanjangan pinjaman sebagai alternatif perpanjangan melalui telepon, konsultasi antara pengguna dengan pustakawan referens, penyediaan hubungan ke sumberdaya web lain, penerbitan buletin, dan sebagainya.

(41)

2.7. Kandungan Pada Situs Web Perpustakaan Digital.

Menurut Suprihadi (2005 : 4), beberapa istilah koleksi yang utama dalam sebuah digital Libary adalah sebagai berikut :

1. Skripsi, tesis maupun disertasi ataupun jurnal yang telah dirubah formatnya menjadi format digital.

2. Gray Literature (literatur kelabu), adalah bahan-bahan perpustakaan yang tidak dipublikasikan pada jalur formal atau tidak tersedia secara komersial. Sebagai contoh : laporan penelitian karya ilmiah, hasil seminar, majalah ilmiah, ataupun tulisan staf akademika yang terpublikasi secara lokal. 3. Video, Clip dan sejenisnya yang biasanya digunakan pada proses belajar

mengajar. Seperti koleksi dari Discovery-Channel, History-Channel dan lainnya.

4. Electronic-Book (E-Book), yaitu buku-buku yang memang sudah dalam format elektronik saat diproduksi.

5. Electronic-Journal (E-Journal), yaitu jurnal-jurnal yang bertaraf nasional dan internasional yang sudah tersedia dalam bentuk elektronik.

6. Lain-lain seperti : brosur-brosur, foto-foto, kliping koran atau majalah serta dokumen-dokumen sebagai arsip lembaga yang memungkinkan untuk dipublikasikan secara digital.

Sejalan dengan hal di atas, menurut Surachman (2007 : 2-3), penerapan TI dalam bidang layanan perpustakaan ini dapat dilihat dari beberapa hal seperti :

1. Layanan Sirkulasi.

Penerapan TI dalam bidang layanan sirkulasi dapat meliputi banyak hal diantaranya adalah layanan peminjaman dan pengembalian, statistik pengguna, administrasi keanggotaan, dan lain-lain. Selain itu dapat juga dilakukan silang layan antar perpustakaan yang lebih mudah dilakukan apabila teknologi informasi sudah menjadi bagian dari layanan sirkulasi ini. Teknologi saat ini sudah memungkinkan adanya self-services dalam layanan sirkulasi melalui fasilitas barcoding dan RFID (Radio Frequency Identification). Penerapan teknologi komunikasipun sudah mulai digunakan seperti penggunaan SMS, Faksimili dan Internet.

2. Layanan Referensi & Hasil-hasil Penelitian.

Penerapan TI dalam layanan referensi dan hasil-hasil penelitian dapat dilihat dari tersedianya akses untuk menelusuri sumber-sumber referensi elektronik/digital dan bahan pustaka lainnya melalui kamus elektronik, direktori elektronik, peta elektronik, hasil penelitian dalam bentuk digital, dan lain-lain.

3. Layanan Journal/Majalah/Berkala.

(42)

dimanfaatkan oleh pengguna dengan bantuan teknologi informasi seperti internet.

4. Layanan Multimedia/Audio-Visual.

Layanan multimedia/audio-visual yang dulu lebih dikenal sebagai layanan “non book material” adalah layanan yang secara langsung bersentuhan dengan TI. Pada layanan ini pengguna dapat memanfaatkan teknologi informasi dalam bentuk kaset video, kaset audio, microfilm, microfische, compact disk, laser disk, dvd, home movie, home theatre, dan lain-lain. Layanan ini juga memungkinkan adanya media interaktif yang dapat dimanfaatkan pengguna untuk melakukan pembelajaran, dan sebagainya. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam layanan perpustakaan adalah pengguna yang mempunyai keterbatasan, seperti penglihatan yang kurang, buta, pendengaran yang kurang dan ketidakmampuan lainnya. Layanan Multimedia/Audio-Visual memungkinkan perpustakaan dapat memberikan pelayanan kepada para pengguna dengan kriteria ini. Sebagai contoh dari bentuk penerapan teknologi untuk itu adalah audible e-books, digital audio books, infoeyes (virtual reference), braille, dan lain sebagainya.

5. Web Confrecing dan Online Catalog.

Pustakawan dan perpustakaan juga bisa menggunakan fasilitas web-conferencing untuk memberikan layanan secara online kepada pengguna perpustakaan. Web-Conferencing ini dapat juga dimanfaatkan oleh bagian layanan informasi dan referensi. OPAC atau Online Catalog merupakan bagian penting dalam sebuah perpustakaan, untuk itu perpustakaan perlu menyediakan akses yang lebih luas baik itu melalui jaringan lokal, intranet maupun internet.

6. Keamanan.

Teknologi informasi juga dapat digunakan sebagai alat untuk memberikan kenyamanan dan keamanan dalam perpustakaan. Melalui fasilitas semacam gate keeper, security gate, CCTV dan lain sebagainya, perpustakaan dapat meningkatkan keamanan dalam perpustakaan dari tangan-tangan jahil.

7. Pengadaan.

Bagian Pengadaan juga sangat terbantu dengan adanya teknologi informasi ini. Selain dapat menggunakan TI untuk melakukan penelusuran koleksi-koleksi perpustakaan yang dibutuhkan, bagian ini juga dapat memanfaatkannya untuk menampung berbagai ide dan usulan kebutuhan perpustakaan oleh pengguna. Kerjasama pengadaan juga lebih mudah dilakukan dengan adanya TI. Implementasi TI dalam layanan perpustakaan dari waktu ke waktu akan terus berkembang baik itu untuk keperluan automasi perpustakaan maupun penyediaan media/bahan pustaka berbasis TI ini.

Sedangkan menurut Supriantono (2007 : 5), khusus mengenai koleksi elektronik yang di layankan dalam website perpustakaan digital antara lain :

(43)

- tugas akhir mahasiswa - hasil penelitian dosen - skripsi/tesis/disertasi dosen

- makalah presentasi sivitas akademika - prosiding

- jurnal

Jadi halaman situs web perpustakaan pada umumnya terdiri dari gabungan beberapa hal. Yang pertama adalah informasi tentang perpustakaan meliputi visi dan misi perpustakaan,sejarah perpustakaan, jam layan perpustakaan, denah perpustakaan, informasi mengenai pegawai dan pustakawan pada perpustakaan, program perpustakaan, peraturan perpustakaan, dan lain-lain. Kemudian fasilitas peminjaman, perpanjangan pinjaman maupun fasilitas temu balik koleksi perpustakaan berupa katalog online. Fasilitas interaksi perpustakaan dengan pengguna meliputi sarana konsultasi melalui e-mail, buku panduan, nomor kontak perpustakaan dan lain-lain. Kemudian fasilitas koleksi digital yang dimiliki perpustakaan baik berupa jurnal elektronik maupun koleksi deposit perpustakaan. Berikutnya fasilitas link ke situs web lain yang mempunyai hubungan dengan tujuan dan instutusi perpustakaan.

2.8. Evaluasi Situs Web.

Melakukan evaluasi terhadap situs web adalah penting untuk memastikan bahwa informasi yang didapat benar dan berasal dari sumber yang terpercaya. Jika informasi yang digunakan tidak benar, maka informasi yang diolah dan disajikan tidak benar juga dan itu akan membawa kepada masalah penyebaran informasi yang salah.

Tidak selamanya dokomen digital yang bisa diakses melalui situs web perpustakaan dapat dianggap sebagai koleksi digital perpustakaan. Menurut Anjani (2007 : 5), sebuah koleksi digital yang dilayankan oleh perpustakaan dalam situs webnya memiliki karakteristik :

(44)

intranet atau internet seandainya mereka tidak sedang berada di Perpustakaan Nasional. Informasi yang dikatagorikan umum ini dapat dimiliki secara gratis melalui download file atau cetak dokumen.

2. Yang kedua, dokumen yang mempunyai sifat rahasia dan memiliki nilai ekonomi. Secara teknik pada proses akses dokumen agak berbeda, sekalipun pengguna tetap dapat mengakses dokumen yang ingin dibaca yaitu melalui jaringan intranet atau internet, tetapi jika mereka menginginkan dokumen tersebut untuk dicetak atau di download , maka pengguna harus mengisi identitas diri dengan menggunakan kode PIN yang telah disediakan di Perpustakaan.

Jadi dapat dilihat bahwa dokumen sumberdaya digital perpustakaan adalah dokumen yang telah dikelola dan telah disimpan pada server web data perpustakaan bisa juga diartikan perpustakaan telah mempunyai akses resmi ke server dokumen tersebut. Artinya, apabila situs web perpustakaan mempunyai link ke situs web lain yang mempunyai dokomen digital, maka dokumen digital di situs lain tersebut tidak bisa dianggap sebagai bagian dari dokumen perpustakaan.

Menurut Proboyekti (2008 : 4), dalam melakukan evaluasi terhadap informasi yang disajikan dalam situs web faktor-faktor yang diperhatikan adalah :

1. Accuracy/Akurasi : siapa yang menulis? Apakah ada alamat kontak untuk menghubungi? Apa tujuan dari dokumen jelas? Apakah penulis kompeten di bidangnya?

Gambar

Tabel 3.1. Kisi-Kisi Check List.

Referensi

Dokumen terkait

Adik mempunyai 32 kelereng, kakak memberinya 10 kelereng, berapa jumlah kelereng adik seluruhnya ….. Dikolam ada 75 ekor ikan, diambil sebanyak

Untuk melihat kebersambungan antara Ahmad bin Amr sebagai murid dari Sufyan bin Uyainah maka bisa ditelusuri melalui tahun wafat Sufyan bin Uyainah yang dalam

Universitas Negeri

[r]

Menurut Imam Musthofa, pembatalan keberlakuan Pasal 43 ayat (1) Undang-Undang No. Tahun 1974 tentang perkawinanbertujuan: 1) Memberi legalitas hukum hubungan darah antara anak dengan

yang digunakan oleh guru agar penerapan metode tersebut dapat berjalan.. dengan

Penangguhan 69.1 PPK dapat menangguhkan pembayar an setiap angsur an pr estasi peker jaan penyedia jika penyedia gagal atau lalai memenuhi kew ajiban kontr aktualnya,

(Ijtihad). Metode pendekatan masalah yuridis-normatif, jenis penelitian normative, dan tipe penelitian deskriptif analitis, dengan analisis secara kualitatif. Hasil temuan