• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penggunaan kompos sebagai amelioran tanaman caisin Respon tanaman caisin terhadap penggunaan kompos pelepah daun kelapa

HASIL DAN PEMBAHASAN

Percobaan 3 Penggunaan kompos sebagai amelioran tanaman caisin Respon tanaman caisin terhadap penggunaan kompos pelepah daun kelapa

sawit dengan menggunaan biodekomposer berbeda memperlihatkan hasil beragam pada peubah tinggi tanaman, jumlah daun, dan luas daun (Tabel 8). Pada peubah tinggi tanaman tidak terdapat perbedaan nyata antar perlakuan. Penggunaan kompos dengan biodekomposer indigenous memperlihatkan hasil lebih baik dibanding kompos tanpa biodekomposer dan media tanpa kompos (kontrol) pada peubah jumlah daun. Meskipun demikian, antara kompos biodekomposer indigenous dan kompos

22

biodekomposer komersil tidak menunjukkan perbedaan nyata. Sebaliknya pada peubah luas daun perlakuan kompos biodekomposer komersil hasilnya tidak berbeda nyata dengan kompos tanpa biodekomposer dan kontrol. Namun media kompos biodekomposer indigenous tetap menunjukkan hasil yang berbeda nyata dengan media kompos biodekomposer komersil dan media tanpa kompos (kontrol) seperti yang tersaji pada Tabel 8.

Tabel 8 Tinggi tanaman, jumlah daun, dan luas daun tanaman caisin pada 5 minggu setelah tanam

Perlakuan Tinggi tanaman (cm)

Jumlah daun (helai)

Luas daun (cm2)

Tanpa kompos (kontrol) 23.01 8.8c 59.39b

Kompos tanpa biodekomposer 24.09 9.9b 64.98ab

Kompos biodekomposer komersil 25.05 10.3ab 52.78b Kompos biodekomposer indigenous 32.38 10.8a 90.40a

a

) angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata dengan Uji BNJ pada taraf uji 5 %

Hasil pengamatan jumlah daun caisin menunjukkan bahwa penambahan kompos dengan biodekomposer indigenous dan biodekomposer komersil berbeda nyata dengan kontrol (tanpa kompos). Namun kontrol tidak berbeda nyata dengan kompos yang tanpa biodekomposer (Tabel 8). Hal ini diduga disebabkan oleh kondisi tanah dengan menggunakan kompos lebih mampu menyediakan air di daerah perakaran sedangkan pada perlakuan kontrol yang tidak menggunakan kompos air akan terus bergerak ke bawah mengisi pori-pori tanah sehingga hal ini menyebabkan perbedaan pertambahan jumlah daun caisin.

Luas daun 5 MST pada perlakuan kompos biodekomposer indigenous berbeda nyata dengan kompos biodekomposer komersil dan kontrol tetapi tidak berbeda nyata dengan kompos tanpa biodekomposer (Tabel 8). Permukaan daun caisin yang luas diharapkan proses fotosintesis tanaman juga lebih maksimal karena jumlah stomata daun yang juga lebih banyak (Gardner et al. 1991).

Adanya perbedaan nyata luas daun yang terdapat pada perlakuan kompos biodekomposer indigenous dengan kompos biodekomposer komersil 5 MST menunjukkan bahwa dengan penggunaan kompos biodekomposer indigenous mampu menggantikan dan memberikan hasil lebih baik dibanding kompos biodekomposer komersil. Hal ini disebabkan oleh hasil yang sama antara perlakuan kompos biodekomposer komersil dengan kontrol (Tabel 8). Kandungan klorofil daun yang merupakan faktor internal, turut mempengaruhi laju fotosintesis daun (Tabel 9).

Mikroba yang terdapat dalam biodekomposer yang digunakan dalam proses pengomposan diduga sudah mengalami proses mineralisasi yaitu suatu proses ketika mikroorganisme mulai melepaskan unsur hara sehingga menjadi tersedia bagi tanaman. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi pelepasan N dari bahan organik yang telah melapuk tersebut ke dalam tanah. Rendahnya C/N pada kompos dengan biodekomposer indigenous juga menyebabkan N lebih cepat tersedia. C/N yang

23

masih tinggi mengakibatkan immobilisasi yaitu suatu proses dimana mikroorganisme pengurai bahan organik masih memanfaatkan unsur hara untuk aktivitas hidupnya.

Hasil analisis kandungan klorofil memperlihatkan hasil yang tidak berbeda nyata antar perlakuan (Tabel 9 dan Gambar 6). Demikian pula halnya hasil pengamatan jumlah stomata dan kerapatan stomata daun (Tabel 9).

Tabel 9 Kandungan klorofil, jumlah stomata dan kerapatan stomata daun Perlakuan Kandungan klorofil (mg/g) Jumlah Stomata (u/mm2) Kerapatan stomata (u/mm2)

Tanpa kompos (Kontrol) 1.90 102.33 521.44

Kompos tanpa biodekomposer 1.77 102.00 519.75

Kompos biodekomposer komersil 2.00 106.67 543.52 Kompos biodekomposer indigenous 2.05 110.33 562.21

Hasil pengamatan dengan menggunakan mikroskop pada pembesaran 10 x 40 dengan luas bidang pandang yang sudah diketahui yaitu 0.19625 mm2 menunjukkan bahwa jumlah dan kerapatan stomata yang diamati dari keempat perlakuan tidak berbeda nyata pada taraf uji 5 % (uji BNJ). Begitu juga dengan kandungan klorofilnya (Tabel 9).

Gambar 6 Kandungan klorofil yang terdapat pada daun caisin untuk masing- masing perlakuan

Daun yang memiliki kandungan klorofil tinggi diharapkan lebih efisien dalam menangkap cahaya matahari untuk fotosintesis (Gardner et al. 1991, Sulistyaningsih

0.000 0.500 1.000 1.500 2.000 2.500 Klorofil a (mg/g) Klorofil b (mg/g) Antosianin (µmol/g) Karoten (mg/g) Total klorofil (mg/g)

Tanpa kompos (kontrol) Kompos tanpa biodekomposer

24

2005). Walaupun tidak memperlihatkan perbedaan nyata tetapi dari luas daun bisa menunjukkan total kandungan klorofil pada tanaman caisin antar perlakuan.

Pada Gambar 6 menunjukkan adanya perbedaan kandungan klrorofil yang lebih tinggi pada perlakuan kompos dengan biodekomposer indigenous dibandingkan dengan perlakuan lain. Walaupun secara sidik ragam tidak berbeda nyata dimungkinkan karena umur panen tanaman caisin yang cukup singkat. Diduga hal ini bisa memberi peran pada peningkatan kandungan klorofil pada tanaman yang masa panennya lebih lama dibanding caisin.

Bobot Tajuk, Bobot Akar dan Panjang Akar

Hasil pengamatan bobot tajuk menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nyata antara kompos yang menggunakan biodekomposer indigenous dan kompos tanpa biodekomposer terhadap kontrol pada pengamatan bobot basah tajuk. Pada pengamatan bobot kering tajuk, perbedaan nyata terjadi pada kompos yang menggunakan biodekomposer indigenous terhadap kontrol sedangkan terhadap perlakuan lainnya tidak berbeda nyata. Pada peubah bobot basah akar, bobot kering akar dan panjang akar tidak menunjukkan perbedaan nyata antar perlakuan (Tabel 10).

Tabel 10 Bobot basah tajuk, bobot kering tajuk, bobot basah akar, bobot kering akar dan panjang akar tanaman caisin umur 5 minggu setelah tanam

Perlakuan bobot basah tajuk (g) bobot kering tajuk (g) bobot basah akar (g) bobot kering akar (g) panjang akar (cm) Tanpa kompos (kontrol) 10.76b 0.87b a 0.30 0.07 9.64

Kompos tanpa biodekomposer 18.65a 1.38ab 0.32 0.09 11.71 Kompos biodekomposer komersil 16.49ab 1.10ab 0.34 0.10 9.89 Kompos biodekomposer indigenous 19.80a 1.90a 0.35 0.12 13.04

a

) angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5 % (Uji BNJ), MST = minggu setelah tanam

Hasil pengamatan bobot tajuk, bobot akar dan panjang akar menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nyata antara kompos yang menggunakan biodekomposer indigenous dan kompos tanpa biodekomposer terhadap kontrol pada pengamatan bobot basah tajuk. Pada pengamatan bobot kering tajuk, perbedaan nyata terjadi pada kompos yang menggunakan biodekomposer indigenous terhadap kontrol sedangkan terhadap perlakuan lainnya tidak berbeda nyata (Tabel 10). Hal ini diduga bahwa serapan hara tanaman yang terjadi pada kompos dengan biodekomposer indigenous lebih efisien dibanding perlakuan lainnya. Seperti dinyatakan Purwani (2011) bahwa efisiensi pemanfaatan unsur hara oleh tanaman ditentukan oleh gabungan antara tanggap tanah dan tanaman terhadap serapan hara.

25

Dokumen terkait