BAB II JAMINAN DALAM PERJANJIAN KREDIT
C. Pengikatan Jaminan Kredit
Dalam praktik perbankan seharusnya suatu objek jaminan kredit diikat
melalui suatu lemabaga jaminan yang berlaku, kelihatannya banyak pula objek
jaminan kredit yang tidak diikat dengan lembaga jaminan atau melakukan
pengikatan yang tidak sepenuhnnya mengikuti ketentuan suatu lembaga
jaminan. Perbedaan perlakuan tersebut tidak hanya di antara bank sebagaimana
disebutkan diatas, tetapi juga terjadi di dalam intern masing-masing bank.17
16
Ibid, h. 17
17 M. Bahsan, Hukum Jaminan dan Jaminan Kredit Perbankan,(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
1. Pengikatan melalui Lembaga Jaminan
Cara pengikatan objek jaminan kredit yang secara umum akan
mengamankan kepentingan bank adalah bila dilakukan melalui suatu
lembaga jaminan. Sebagaimana dikemukakan terdapat 5 lembaga yang
dapat digunakan untuk mengikat jaminan utang yaitu gadai, hipotik, hak
tanggungan, jaminan fidusia dan resi gudang. Dalam praktiknya keharusan
untuk melakukan pengikatan objek jaminan kredit melalui suatu lembaga
jaminan sering kali hanya dilakukan untuk jenis tertentu karena
alasan-alasan tertentu dari masing-masing bank. Besarnya nilai kredit, jangka
waktu kredit, jenis atau bentuk jaminan kredit merupakan sebagian dari
hal-hal yang dipertimbangkan bank untuk mengikat atau tidak mengikat objek
jaminan kredit melalui suatu lembaga jaminan.18 Lembaga jaminan yang
dapat digunakan dalam rangka pengikatan jaminan kredit terdiri dari:
a. Lembaga Jaminan Kebendaan
Lembaga jaminan kebendaan terdiri dari lembaga jaminan
kebendaan tidak bergerak dan lembaga kebendaan bergerak. Lembaga
jaminan tidak bergerak terdiri dari hipotik dan hak tanggungan,
sedangkan lembaga jaminan barang bergerak terdiri dari gadai, jaminan
fidusia, dan resi gudang.
1) Gadai atau Pand
Dasar hukum dari Pand adalah terdapat di dalam Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata Buku II tentang Pasal 1150 sampai dengan
18
Pasal 1160 butir ke-20. Pengertian Pand sebagaimana dirumuskan di
dalam Pasal 1150 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata adalah
sebagi berikut:
“Gadai adalah suatu hak yang diperoleh seorang berpiutang
(kreditur) atas suatu benda bergerak yang diserahkan kepadanya oleh seorang berutang (debitur) atau oleh seorang lain atas namanya dan yang memberikan kekuasaan kepada si berpiutang untuk mengambil pelunasan barang-barang bergerak tersebut secara didahulukan dari ada orang-orang berpiutang lainnya dengan perkecualian biaya untuk melelang barang tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk memelihara barang itu (biaya-biaya mana yang harus didahulukan).”
2) Fidusia
Menurut Pasal 1 Undang-Undang No. 42 Tahun 1999 bahwa
Fidusia adalah pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar
kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang hak kepemilikannya
dialihkan tersebut tetap dalam penguasaan pemilik benda.
3) Hak Tanggungan
Dalam Pasal 1 Undang-undang No.4 Tahun 1996 tentang Hak
Tanggungan disebutkan pengertian dari Hak Tanggungan yaitu hak
jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah sebagaimana dimaksud
dalam Undang-undang No.5 Tahun1960 tentang Peraturan Dasar
Pokok-pokok Agraria, berikut atau tidak berikut benda-benda lain
yang merupakan kesatuan dengan tanah itu, untuk pelunasan utang
tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada
4) Hipotik
Hipotik adalah hak jaminan yang dibebankan pada benda tidak
bergerak untuk pekunasan utang tertentu yang memberikan
kedudukan yang diutamakan terhadap kreditur-kreditur lain. Sebelum
berlakunya UUHT, ketentuan hipotik berlaku untuk benda tidak
bergerak berupa hak atas tanah. Namun sejak berlakunya UUHT,
hipotik hanya berlaku untuk benda bergerak berupa kapal dan pesawat
terbang atau helikopter.
5) Resi Gudang
Resi gudang adalah dokumen bukti kepemilikan (surat berharga)
atas barang yang disimpan di gudang yang diterbitkan oleh Pengelola
Gudang. Hak jamina atas resi gudang adalah hak jaminan yang
dibebankan pada resi gudang untuk pelunasan suatu hutang yang
memberikan kedudukan diutamakan bagi penerima hak jaminan
terhadap kreditur lain. Objek jaminan resi gudang adalah setiap benda
bergerak yang dapat disimpan dalam jangka waktu tertentu dan
diperdagangkan secara umum yang disimpan dalam gudang. Setiap
resi gudang yang diterbitkan hannya dapat dibebani satu jaminan
utang.19
b. Lembaga Jaminan Perorangan
Jaminan perorangan atau di kenal juga penanggungan merupakan
suatu persetujuan dimana seorang pihak ketiga, guna kepentingan si
19 Resi Gudang beserta penjaminannya diatur dalam UU No.9 Tahun 2006 tentang Sistem Resi
berpiutang, mengikatkan diri untuk memenuhi perikatannya si berhutang
apabila si berhutang tidak memenuhinya. Dalam praktik penanggungan,
dikenal istilah personal guarantee untuk penanggungan oleh orang
perorangan, corporate guarantee untuk penanggungan oleh perusahaan
atau badan hukum, dan bank garansi untuk penanggungan oleh bank.
Jaminan perorangan hanya memberikan kedudukan konkuren bagi para
pemegangnya.
2. Pengikatan yang tidak Memenuhi Ketentuan Lembaga Jaminan
Dalam praktik perbankan banyak ditemukan mengenai penerimaan
objek jaminan kredit yang pengikatannya oleh bank melalui suatu lembaga
jaminan, tetapi tidak sepenuhnya memenuhi ketentuan-ketentuannya.
Pengikatan yang demikian dapat dikatankan sebagai pengikatan yang tidak
sempurna dan dapat menimbulkan permasalahn pada saat pencairan objek
jaminan yang bersangkutan.20 Pertimbangan bank untuk tidak mematuhi
sepenuhnya ketentuan-ketentuan lembaga jaminan yang digunakannya
tersebut dapat beraneka ragam. Akan tetapi secara umum pertimbangan
yang sering dikemukakan bank untuk mengikat objek jaminan kredit yang
diterimanya secara tidak sempurna adalah sebagi berikut:21
a. Terdapatnya pengecualian oleh peraturan perundang-undangan.
b. Terdapatnya kebijaksanaan bank untuk melakukan pengecualian.
20
M. Bahsan, Hukum Jaminan dan Jaminan Kredit Perbankan,(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), h. 139
21
3. Pengikatan yang tidak Menggunakan Lembaga Jaminan
Dari praktik perbankan dapat diketahui mengenai adanya objek
jaminan kredit yang sama sekali tidak diikat dengan melalui suatu lembaga
jaminan. Bank tetap mensyaratkan adanya penyerahan objek jaminan kredit
dari debitur dan menerimanya, tetapi tidak melakukan pengikatan melalui
lembaga jaminan yang berkaitan dengan objek jaminan tersebut. Bank tidak
melakukan pengikatan objek jaminan berdasarkan pertimbangan tertentu
antara lain karena berkaitan dengan pemberian kredit mikro dan kecil yang
nilai kreditnya relatif kecil, jangka waktu kredit pendek, dokumen jaminan
kredit tidak memenuhi persyaratan, beban biaya pengikatan yang tidak
seimbang dengan jumlah kredit yang disetujui dan sebagainya.22 Terhadap
objek jaminan yang tidak diikat melalui suatu lembaga jaminan, bank
bisanya menempuh kebijaksanaan antara llain berupa tindakan sebagai
berikut:23
a. Pencantuman klausula jaminan kredit dalam perjanjian kredit;
b. Penguasaan dokumen objek jaminan kredit oleh bank;
c. Penyerahan surat kuasa menjual oleh debitur kepada bank;
d. Penyerahan surat pernyataan dari pihak ketiga;
e. Penyerahan surat pernyataan dari pihak debitur kepada bank;
f. Pembuatan cessie dan standing indtruction; g. Penerimaan aksep (surat berharga).
22
Ibid, h.142
23