• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

SABTU Kantor

3. Pengisian lori ( Loading ramp )

Loading ramp kegunaannya adalah:

a. Tempat penampungan TBS sebelum diisi ke lori

b. Mengisi TBS kedalam lori secara teratur, buah yang lebih awal masuk ke loading ramp lebih dahulu masuk kedalam lori (First in-First out). Loading ramp dilengkapi dengan kisi-kisi dan hydrolic pump dimana setiap kisi-kisi memiliki jarak minimal 5 mm dan maksimal 10 mm. Kegunaan kisi-kisi adalah:

1) Agar sampah, pasir terikut buah turun melalui kisi-kisi

2) Jika terlalu kecil maka sampah, pasir dari buah tidak efektif turun

3) Jika terlalu besar dapat menyebabkan brondolan dari buah ikut turun bersama sampah

Sedangkan kegunaan hydrolic pump adalah:

1) Untuk mengatur buka dan tutup pintu loading ramp pada saat mengisi TBS ke dalam lori

Beberapa jenis lori berdasarkan kapasitasnya antara lain:

1) 2.500 kg/lori 2) 5.000 kg/lori 3) 7.000 kg/lori

Kapasitas lori TBS di Perkebunan Kelapa Sawit (PKS) di PT. Asam Jawa sebesar 2.500 kg/lori.

Gambar 2.3. Lori

4. Perebusan (Sterilizer)

Proses perebusan buah merupakan faktor yang paling vital dalam pengolahan TBS karena sangat menentukan hasil olah pada tahapan proses selanjutnya baik losses (kerugian) yang timbul dan juga kualitas produksinya. Perebusan terlalu lama dapat mengakibatkan losses minyak dalam kondensat meningkat dan kualitas CPO dihasilkan memberikan warna lebih gelap (tua). Bila perebusan terlalu singkat, maka akan mengakibatkan jumlah berondolan dalam tandan kosong serta jumlah katekopen meningkat, proses pelumatan di unit digester kurang sempurna dan proses pemecahan biji kurang sempurna.

Adapun tujuan dari perebusan adalah:

a. Memudahkan berondolan lepas dari janjangan.

b. Melunakkan buah sehingga mudah diaduk dalam digester. c. Mematikan enzim yang dapat menaikkan ALB.

Perebusan (sterilizer) yang ada pada PT. Asam Jawa dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 2.4. Sterilizer

Pengoperasian rebusan (sterilizer) diatas sesuai kebutuhan dengan memperhitungkan:

a. Kualitas kematangann TBS yang akan diolah, makin tinggi derajat kematangan TBS maka waktu merebus dioperasikan lebih singkat dan sebaliknya.

b. Kapasitas screw press yang dioperasikan.

c. Kebutuhan bahan bakar boiler yang dioperasikan.

Tahapan perebusan TBS di PT. Asam Jawa terdiri dari 3 puncak, dan untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 2.4.

Tabel 2.4.Tahapan Proses Perebusan 3 Puncak

TAHAP PROSES WAKTU TEKANAN

(menit) Kg/cm²

I Deaerasi (Menguras udara) 6 0 - 0,5

II Menaikkan tekanan uap I (pertama) 5 1,5 - 2,0 III Menurunkan takanan uap I (pertama) 3 0

(buang udara dan kondensat) : Afblas I IV Menaikkan tekanan uap II (dua) 7 2 - 2,5

V Menurunkan takanan uap II (dua) 3 0,5 – 0 (buang udara dan kondensat) : Afblas II VI Menaikkan tekanan uap III (tiga) 8 2,8

VII Penahanan tekanan uap 50 2,8 - 3,0

VIII Buang uap dan kondensat : 8 0

Afblas terakhir :

Siklus merebus : 90

Mengeluarkan dan memasukkan lori buah 7

Total waktu proses merebus 97

Sumber :PKS PT. Asam Jawa

5. Pemipilan (Thresher)

Sebelum TBS sampai ke bagian pemipilan (Thresher) dari perebusan, alat yang membantu pemindahan TBS adalah Kapstan, Hosting Crane dan Auto Feeder. Kegunaan dari masing-masing alat-alat tersebut adalah:

a. Kapstan untuk menarik lori berisi TBS masak yang sudah keluar dari rebusan hingga ke posisi Hosting Crane.

b. Hosting Crane untuk mengangkat dan menuangkan lori TBS yang sudah direbus

kedalam hoper thresher.

c. Auto Feeder untuk mengatur masuknya buah yang sudah direbus ke thresher secara kontinu dan merata sehingga proses perontokan brondolan dapat berlangsung

maksimal. Kecepatan auto feeder diatur sedemikian rupa sehingga sesuai dengan kapasitas olah.

Pada thresher, dilakukan pelepasan/perontokan brondolan dari janjangan. Proses perontokan brondolan berlangsung akibat adanya bantingan tandan buah didalam alat thresher yang berputar dengan kecepatan ± 23 rpm, semakin berat janjang rata-rata (BJR) semakin besar rpm nya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengoperasian thresher adalah :

a. Saat tandan buah berputar dalam thresher harus dapat mencapai ketinggian maksimal, baru jatuh dan terbanting pada As Thresher.

b. Pengaturan buah yang masuk dari auto feeder ke thresher disesuaikan dengan kapasitas thresher, sehingga buah tidak terlalu banyak menumpuk dalam thresher

yang dapat mengakibatkan proses perontokan tidak sempurna dan juga sebaliknya tidak sempat kosong sama sekali.

Penuangan buah dengan hosting crane ke thresher dengan interal waktu yang tetap. Brondolan hasil dari thresher diangkut dengan timba-timba buah (fruit elevator) ke ularan (conveyor) digester. Apabila jumlah brondolan kontinu, akibat pemasangan dengan interval tetap maka yang diterima timba buah (fruit elevator) relatif sama dan hal ini akan memperpanjang umur teknis rantai (chain) timba buah.

Gambar 2.5. Stasiun Penebahan

6. Pengadukan (Digester)

Fungsi dari digester adalah untuk melepas daging buah dari biji (notten) dan melumatkannya dengan cara meremas, menggesek dan menekan brondolan menggunakan pisau pengaduk yang berputar sambil dipanaskan. Proses pengadukan berlangsung sebagai berikut:

a. Akibat adanya gesekan antara pisau dengan brondolan b. Tekanan gaya berat dari brondolan itu sendiri

Oleh karena itu bila isian digester kurang dari ¾ bagian, gaya tekan dan brondolan menjadi kecil, retention time dalam digester lebih singkat dan hasil adukan masih kasar. Sebaiknya bila isian digester penuh, gaya tekan brondolan akan menjadi lebih besar, retention time brondolan di digester lebih lama dan hasil adukan menjadi lebih sempurna.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mendapatkan hasil adukan yang sempurna dalam pengoperasian digester antara lain adalah:

a. Sebelum brondolan masuk ke digester, pintu sekat digester yang menuju ke pressan ditutup dahulu agar brondolan sempat diaduk selama ± 20 menit (dihitung sejak brondolan masuk ke digester).

b. Proses pengadukan dapat berjalan sempurna apabila : 1) Ketel adukan dalam keadaan penuh, minimal ¾ bagian

2) Waktu pengadukan ± 20 menit. Semakin pendek retention time, semakin kasar hasil adukan

3) Pisau aduk tidak aus (jarak antara ujung pisau yang baru dengan dinding digester ± 12 mm)

4) Temperatur operasi > 92º C

c. Jika kondisi ini tidak terpenuhi, maka ampas pressan masih kasar dan kehilangan minyak dalam ampas pressan tinggi (> 5 % terhadap contoh).

d. Pada bagian bawah alat pengadukan (bottom plat) dibuat lobang berdiameter 5 mm sebanyak ±1200 buah untuk mengalirkan minyak selama pengadukan. Aliran minyak dari bottom plat harus lancar karena bila tidak lancar maka hasil adukan masih banyak mengandung minyak dan menyulitakan dalam proses di pressan.

e. Pembersihan bagian dalam digester dilakukan setiap minggu

f. Pada saat membersihkan digester, dicatat atau dikontrol keausan pisau digester dan keausan sekat pada dinding digester

g. Digester dilengkapi dengan:

1) Ularan balik (return conveyor) untuk mengembalikan kelebihan brondolan masuk ke digester secara otomatis agar isian digester tetap penuh atau minimal ¾ ketinggian, sehingga operator tidak perlu kuatir brondolan tumpah ke lantai

Gambar 2.6.Digester

7. Pengempaan (Screw press)

Fungsi pengempaan adalah untuk memisahkan minyak dari massa adukan dengan cara mengepress pada tekanan 35-45 ampere. Tekanan yang terlalu tinggi akan meningkatkan pengutipan minyak tetapi biji banyak yang hancur, sedangkan tekanan yang rendah akan menurunkan pengutipan minyak dan biji tidak hancur. Sebagai indikator pengaturan tekanan sudah tetap atau belum adalah kandungan minyak dalam ampas pres yaitu 5-6 % terhadap contoh (0,55 – 0,66 % TBS).

Dokumen terkait