• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II : KETENTUAN UMTJM PENYIDIKAN

E. Pengobatan dan Rehabilitasi bagi Pengguna NARKOBA

Dalam pengobatan bagi pengguna NARKOBA, untuk kepentingan pengobatan atau perawatan seseorang yang kemungkinan dapat memiliki narkotika ataupun psikotropika namun dalam hal ini yang bersangkutan harus memiliki bukti yang sah atas penguasaan barang tersebut.23 Dalam undang-undang narkotika tidak diberikan penjelasan bukti apa yang harus diberikan oleh si pasien. Dibandingkan dalam undang-undang psikotropika, bukti yang harus dimiliki oleh pasien adalah berupa copy (salinan) resep atau surat keterangan dari dokter.24 penjelasan dari undang-undang psikotropika pasal 36 ayat (2).

Dalam undang-undang psikotropika tidak dikenal istilah pecandu psikotropika, tetapi dalam undang-undang narkotika ada istilah pecandu narkotika (pasal 45).25 Para pecandu harus mengikuti atau menjalani pengobatan atau perawatan. Arti pecandu memang tidak dijelaskan dalam undang-undang, namun secara umum dapat diartikan sebagai orang yang secara tidak sah mengkonsumsi narkoba secara terus menerus dan sulit untuk menghentikannya.26 Walaupun istilah pecandu psikotropika tidak dikenal dalam undang-undang, namun dalam pasal 37 ayat (1) yang menetapkan bahwa pengguna psikotropika yang menderita sindrom ketergantungan berkewajiban untuk ikut serta dalam pengobatan atau perawatan..

23

Andi Hamzah dan RM. Surahman, Kejahatan Narkotika dan Psikotropika, (Jakarta: Sinar Grafika, 1994), h. 17.

24Ibid

., h. 21.

25 Kompilasi Perundang-undangan tentang Narkoba,

h. 201.

26

B. A. Sitanggang, Pendidikan Pencegahan Penyalahgunaan Nrkotika, (Jakarta: Karya Utama, 1981) Cet. Ke-1, h. 7.

Hanya saja perbedaan dalam undang-undang narkotika pasal 45 sifatnya mutlak, bahwa pecandu narkotika tidak dapat menolak untuk menjalani pengobatan dan perawatan. Sedangkan dalam undang-undang psikotropika pasal 37 sifatnya relative, karena yang bersangkutan sifatnya ikut serta dalam pengobatan dan perawatan, bukan peran utamanya sipecandu tersebut.27

Sama halnya dalam undang-undang narkotika dan psikotropika dilakukan pengobatan dan perawatan melalui fasilitas rehabilitasi.

Untuk membantu pemerintah dalam hal menanggulangi masalah dan bahaya penyalahgunaan NARKOBA khususnya pecandu, diperlukan keikutsertaan orang tua/wali guna meningkatkan pengawasan dan bimbingan terhadap anak-anaknya. Oleh karena itu orang tua/wali dari anak yang menjadi pecandu yang belum cukup umur berkewajiban melaporkan kepada pejabat yang ditunjuk oleh pemerintah agar anak tersebut mendapatkan pengobatan dan perawatan. Sedangkan pecandu yang telah dewasa berkewajiban melaporkan diri,28 maksud dan tujuan yang dijelaskan dalam pasal 46 undang-undang narkotika ini bagus agar pecandu dapatdiobati dan sembuh kembali. Namun dilain pihak, memang para pecandu ini akan berhadapan dengan hukum namun lebih baik diikuti, karena memang hal ini demi kepentingan kesehatan kita semua agar tidak memiliki jiwa dan raga yang rusak.

27Kompilasi Perundang-undangan tentang Narkotika

, h. 223.

28

Pengawasan Serta Peran Aktif Orang Tua dan Aparat Dalam Penanggulangan dan Penyalahgunaan Narkoba, h. 55.

Namun dalam undang-undang psikotropika tidak ada ketentuan seperti dalam undang-undang narkotika pecandu atau orangtua pecandu tidak diwajib lapor.

Adapun dalam permasalahan rehabilitasi sama saja dalam undang-undang narkotika pasal 48 dan pasal 49 serta dalam undang-undang psikotropika pasal 38 dan pasal 39.29

Pengobatan dan perawatan bagi pecandudilakukan melalui fasilitas rehabilitasi. Rehabilitasi dilakukan guna memulihkan dan mengembangkan kemampuan fisik, mental dan social penderita yang bersangkutan yang mungkin telah berkurang ataupun hilang setelah ia menjadi pecandu.30

Ada dua macam rehabilitasi, yaitu rehabilitasi medis dan rehabilitasi social. Rehabilitasi medis dilakukan di rumah sakit baik diselenggarakan oleh pemerintah taupun oleh pihak swasta yang ditunjuk oleh menteri kesehatan. Selain pengobatan dan perawatan melalui rehabilitasi medis, adapula yang disebut rehabilitasi social yaitu yang diselenggarakan oleh masyarakat melalui pendekatan keagamaan, dan tradisional.31 Dan walaupun sipecandu telah sembuh dari ketergantungan, secara fisik dan psikis, namun rehabilitasi sosial tetap saja dilakukan oleh pemerintah ataupun masyarakat yang diberi wewenang. Dalam pasal 50 undang-undang narkotika rehabilitasi social harus ditunjuk oleh menteri sosial.

29Ibid

., h. 101.

30Sumarno Ma’sum, Penanggulangan Bahaya Narkotika dan Ketergantungan Obat, (Jakarta: CV. Haji Mas Agung, tth), Cet. Ke-1, h. 5.

31

Rahman Hermawans, Penyalahgunaan Narkotika Oleh Para Remaja, (Bandung: PT. Eresco, 1986), h. 67.

Dalam peraturan undang-undang narkotika dan psikotropika permasalahan peembinaan dan pengawasan sama saja apa saja yang harus dilakukan, dan yang melakukan pembinaan dan pengawasan adalah pemerintah, karena pemerintah mempunyai aparat, fasilitas ataupun dana yang cukup dibandingkan swasta, sehingga lebih mampu untuk melaksanakan pembinaan dan pengawasan.32

Dan mengenai hal-hal mengenai pembinaan, dalam undang-undang psikotropika pasal 46 adalah tentang arah-arah pembinaan sedangkan dalam undang-undang narkotika pasal 52 ayat (2) berupa langkah-langkah pembinaan terhadap kegiatan yang berhubungan dengan narkotika, adalah sebagai berikut: 1. Memenuhi kesediaan narkotika untuk kepentingan pelayanan dan

pengembangan ilmu pengetahuan.

2. Mencegah dan memberantas segala bentuk penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika.

3. Mencegah pelibatan anak di bawah umur dalam penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba.

4. Mendorong dan menunjang kegiatan penelitian dan pengembangan teknologi dibidang narkotikaguna kepentingan dibidang pelayanan kesehatan.

5. Meningkatkan kemampuan lembaga rehabilitasi pecandu narkotika baik yang diselenggarakan oleh pemerintah ataupun masyarakat.33

32M. Ridho Ma’ruf, Narkotika Masalah dan Bahayanya, (Jakarta: CV Marga Jaya, 1976), h. 34.

33Pendidikan Pencegahan Penyaalahgunaaan Narkotika

Dalam rangka pembinaan tersebut, pemerintah mengupayakan kerjasama bilatelar, regional dan multilateral dengan Negara lain, dan badan internasional guna meencegah penyalahgunaan dan peredaran gelap NARKOBA sesuai dengan kepentingan nasional.34

Selain itu pemerintah juga berwenang untuk membentuk suatu badan koordinasi narkotika tingkat nasional yang bertanggungjawab langsung terhadap presiden. Badan tersebut mempunyai tugas melakukan koordinasi dalam rangka ketersediaan, pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika. Berbeda dengan undang-undang psikotropika tidak terdapat ketentuan untuk membentuk badan koordinasi psikotropika, padahal badan ini juga diperlukan karena tidak kalah penting deengan narkotika.35

Dalam undang-undang psikotropika pasal 50 ayat (1) pengawasan dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat. Sedangkan dalam pasal 55 ayat (1) undang-undang narkotika pengawasan hanya dilakukan oleh pemerintah saja.

Dan dalam hal ini Menteri Kesehatan bertanggung jawab penuh atas semua kegiatan dalam mengawasi dan mengendalikan masalah ekspor dan impor obat, medis, farmasi dan lembaga rehabilitasi medis (pasal 56 ayat (1) undang-undang narkotika).36

34 Narkoba Bahaya dan Upaya Pencegahannya

, 35.

35 Ibid

., h. 56.

36Kompilasi Perundang-undangan tentang Narkoba

47

Dokumen terkait