• Tidak ada hasil yang ditemukan

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.3 Metode Penelitian

3.3.3 Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dilakukan dengan metode AHP. Berdasarkan kerangka kerja AHP, penelitian diawali dengan pembuatan hirarki yang disusun berdasarkan studi literatur, data dokumenter perusahaan, observasi, hasil wawancara dan dengan konfirmasi dari pihak perusahaan. Struktur hirarki yang telah disusun akan menjadi dasar dalam pembuatan kuisioner yang akan disebarkan kepada respoden. Kuisioner diberikan untuk mengetahui pembobotan setiap elemen pada seluruh tingkat pada struktur hirarki. Validitas kuisioner untuk pemilihan strategi pengembangan ekspor dilihat melalui konsistensi setiap matriks baik itu individu maupun gabungan dan juga konfirmasi yang dilakukan oleh pakar.

Hasil pengolahan data primer ini dimulai dengan memeriksa terlebih dahulu kekonsistenan pembobotan yang diberikan kepada responden. Pengolahan kekonsistenan pembobotan dilakukan dengan menggunakan

Expert Choice 2000. Dimana dalam penelitian ini batas tingkat

inkonsistensi ditetapkan sebesar 10%. Kemudian setelah masing-masing pembobotan per individu terbukti konsisten, keseluruhan pembobotan oleh masing-masing individu akan digabungkan dalam satu matriks gabungan.

Setelah itu matriks gabungan inilah yang akan diukur kembali pembobotannya melalui mekanisme perhitungan AHP dengan menggunakan Microsoft Excel 2003 yang akan menghasilkan pengolahan data vertikal dan pengolahan data horisontal. Hasil pengolahan vertikal yang menjadi dasar pemilihan alternatif strategi pengembangan ekspor, sedangkan hasil pengolahan data horisontal memperlihatkan keterkaitan dan tingkat pengaruh antara satu faktor dengan elemen lain dalam satu tingkat hirarki dengan elemen lain dalam tingkat hirarki di bawahnya.

Menurut Saaty (1993), terdapat beberapa langkah dalam penggunaan metode AHP sebagai suatu alat untuk memecahakan masalah. Langkah- langkah yang dimaksud adalah :

1. Mendefinisikan persoalan dan merinci pemecahan yang diinginkan. Hal pertama yang harus dilakukan yaitu mengidentifikasi persoalan dengan melakukan analisa atau pemahaman yang mendalam terhadap persoalan yang dihadapi dan ingin dipecahkan. Setelah itu dapat dilakukan pengidentifikasian dan pemilihan elemen-elemen yang akan masuk komponen sistem, seperti focus, forces, actors, objectives, dan

scenario dalam struktur AHP nantinya. Dalam AHP sendiri tidak terdapat prosedur yang pasti dalam mengindentifikasi komponen- komponen sistem. Komponen-komponen sistem dapat diidentifikasikan berdasarkan kemampuan pada analisa untuk menemukan unsur-unsur yang dapat dilibatkan dalam suatu sistem. 2. Membuat struktur hirarki dari sudut pandang manajerial secara

menyeluruh.

Hirarki merupakan suatu abstraksi struktur suatu sistem yang mempelajari fungsi interaksi antar komponen dan dampaknya terhadap sistem. Abstraksi ini mempunyai bentuk yang saling berkaitan. Struktur hirarki disusun berdasarkan jenis keputusan yang akan diambil berdasarkan sudut pandang dari tingkat puncak sampai ke tingkat dimana memungkinkan campur tangan dalam memecahkan masalah tersebut. Hirarki yang dapat terbentuk dalam metode AHP sendiri dapat berupa hirarki lengkap dan hirarki tidak lengkap. Dalam struktur hirarki lengkap, semua elemen pada satu elemen di satu tingkat memiliki hubungan dengan semua elemen yang ada pada tingkat

berikutnya. Jika tidak demikian, hirarki yang terbentuk adalah hirarki tidak lengkap. Pada struktur hirarki lengkap, jumlah tingkatan komponen sistem yang terdapat dalam hirarki tergantung pada pilihan peneliti.

3. Menyusun matriks banding pasangan.

Matriks perbandingan berpasangan ini berfungsi untuk mengetahui kontribusi dan pengaruh setiap elemen yang relevan atas setiap kriteria yang berpengaruh yang berada setingkat di atasnya. Pada matriks ini, pasangan-pasangan elemen dibandingkan berkenaan dengan suatu kriteria di tingkat lebih tinggi. Dalam membandingkan dua elemen, biasanya memberi suatu pertimbangan yang menunjukan dominasi suatu bilangan bulat. Matriks ini memiliki satu tempat untuk memasukkan bilangan itu dan satu tempat lain untuk memasukkan nilai respirokalnya.

4. Mendapatkan semua pertimbangan yang diperlukan untuk mengembangkan perangakat matriks dilangkah 3.

Setelah matriks pembanding berpasangan antar elemen dibuat, dilakukan perbandingan berpasangan antar setiap elemen pada kolom ke-i dengan setiap elemen pada baris ke-j. Perbandingan berpasangan antar elemen tersebut dilakukan dengan pertanyaan ”seberapa kuat

Gambar 4.Struktur hirarki lengkap F F1 F2 F3 F4 K1 K2 K3 K4 Kn K11 K12 K1 3 K14 Kn 1 Foku Faktor Aktor Alternatif

elemen baris ke-i didominasi atau dipengaruhi, dipenuhi, diuntungkan oleh fokus di puncak hirarki, dibandingkan dengan kolom ke-j?”. Apabila elemen-elemen yang dipertimbangkan merupakan sebuah peluang atau waktu, maka pertanyaannya adalah ”seberapa lebih mungkin suatu elemen baris ke-i dibandingkan dengan elemen di puncak hirarki?”. Untuk mengisi matriks banding berpasangan, digunakan skala banding yang tertera pada Tabel 6. Angka-angka yang tertera menggambarkan relatif pentingnya suatu elemen dibandingkan dengan elemen lainnya sehubungan dengan sifat kriteria tertentu. Pengisian matriks hanya dilakukan untuk bagian di atas garis diagonal dari kiri ke kanan bawah.

Tabel 6. Nilai dan skala banding berpasangan

Intensitas Pentingnya

Definisi Penjelasan

1 Kedua elemen sama pentingnya

Dua elemen menyumbang sama besar pada sifat itu 3 Elemen yang satu sedikit

lebih penting daripada elemen yang lainnya

Pengalaman dan pertimbangan sedikit menyokong satu elemen atas elemen lainnya 5 Elemen yang satu sangat

penting daripada elemen lainnya

Pengalaman dan pertimbangan kuat menyokong satu elemen atas elemen lainnya 7 Satu elemen jelas lebih

penting daripada elemen yang lainnya

Bukti yang menyokong elemen yang satu atas yang lainnya memiliki tingkat penegasan yang tertinggi yang mungkin menguatkan 9 Satu elemen mutlak lebih

penting daripada elemen lainnya

Bukti yang menyokong elemen yang satu atas yang lainnya memiliki tingkat penegasan yang tertinggi yang mungkin menguatkan 2,4,6,8 Nilai-nilai diantara dua

pertimbangan yang berdekatan

Kompromi diperhatikan di antara dua pertimbangan

Kebalikan Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka bila dibandingkan dengan aktivitas j, maka j memiliki nilai kebalikannya bila dibandingkan dengan i.

5. Memasukkan nilai-nilai kebalikannya beserta bilangan 1 sepanjang diagonal utama. Angka 1 sampai 9 digunakan bila Fi lebih mendominasi atau mempengaruhi sifat fokus puncak hirarki (x) dibandingkan dengan Fj , namun bila Fi kurang mendominasi atau kurang mempengaruhi sifat X dibandingkan Fj , maka digunakan angka kebalikannya. Matriks di bawah garis diagonal utama diisi dengan nilai-nilai kebalikannya. Contoh, bila elemen F24 memiliki nilai 7 maka nilai elemen F42 adalah 1/7.

6. Melaksanakan langkah 3, 4 dan 5 untuk semua tingkat dan gugusan dalam hirarki tersebut. Pembandingan dilanjutkan untuk semua elemen pada setiap tingkat keputusan yang terdapat pada hirarki, berkenaan dengan kriteria elemen di atasnya. Matriks perbandingan dalam AHP dibedakan menjadi dua yaitu : Matriks Pendapat Individu (MPI) dan Matriks Pendapat Gabungan (MPG).

1. Matriks Pendapat Individu (MPI)

Matriks Pendapat Individu (MPI) adalah matriks hasil pembandingan yang dilakukan oleh individu. MPI memiliki elemen yang disimbolkan dengan aij, yaitu elemen matriks pada baris ke-i dan kolom ke-j. MPI dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Matriks pendapat individu

X A1 A2 A3 ... An

A1 a11 a12 a13 ... a1n

A2 a21 a22 a23 ... a2n

A3 a31 a32 a33 ... a3n

... ... ... ... ... ...

An an1 an2 an3 ... ann

2. Matriks Pendapat Gabungan (MPG)

Matriks Pendapat Gabungan (MPG) adalah susunan matriks baru yang elemen (gij) berasal dari rata-rata geometrik pendapat-

pendapat individu yang rasio inkonsistensinya lebih kecil atau sama dengan 10% dan setiap elemen pada baris dan kolom yang sama dari MPI yang satu dengan MPI yang lain tidak terjadi konflik. MPG dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Matriks pendapat gabungan

X G1 G2 G3 ... Gn G1 g11 g12 g13 ... g1n G2 g21 g22 g23 ... g2n G3 g31 g32 g33 ... g3n ... ... ... ... ... ... Gn gn1 gn2 gn3 ... gnn

Rumus rataan geometrik adalah sebagai berikut :

...(1)

dengan : n = jumlah responden (pakar) aij(k) = sel penilian setiap pakar

7. Menggunakan komposisi secara hirarki untuk membobotkan vektor- vektor prioritas itu dengan bobot kriteria-kriteria dan menjumlahkan semua nilai prioritas terbobot yang bersangkutan dengan nilai prioritas dari tingkat bawah berikutnya dan seterusnya. Adapun vektor pritoritas dapat dihitung dengan rumus :

VP (Vektor Prioritas) = ...(2)

Dimana :

VE (Vektor Eigen) = ...(3)

Dengan : aij = elemen MPB pada baris ke-i dan kolom ke-j n = jumlah elemen yang diperbandingkan 8. Mengevaluasi inkonsistensi untuk seluruh hirarki.

Pengukuran konsistensi ini diperlukan untuk mengetahui konsistensi jawaban yang berpengaruh terhadap kesahihan hasil. Langkah yang digunakan yaitu dengan mengalikan setiap indeks konsistensi dengan prioritas kriteria bersangkutan dan menjumlahkan hasil kalinya. Hasil ini dibagi dengan pernyataan sejenis yang menggunakan indeks konsistensi acak, yang sesuai dengan dimensi masing-masing matriks. Dengan cara yang sama setiap indeks konsistensi acak juga dibobot berdasarkan prioritas kriteria yang bersangkutan dan hasilnya dijumlahkan. Rasio konsistensi hirarki harus 10 % atau kurang. Jika tidak, mutu informasi harus diperbaiki, antara lain dengan memperbaiki cara menggunakan pertanyaannya ketika melakukan pengisian ulang kuisioner atau lebih baik dalam mengarahkan responden yang mengisi kuisioner. Namun batasan diterima atau tidaknya konsistensi suatu matriks sebenarnya tidak ada yang baku, seperti Fewidarto (1996) menjelaskan bahwa jika tingkat inkonsistensi sebesar 10 % ke bawah tidak dicapai maka dapat digunakan batas yang lebih besar atau bahkan rataan CR penilaian pakar.

Rumus untuk perhitungan uji konsistensi adalah sebagai berikut :

CI (Indeks Konsistensi)

Dengan : CI = Indeks Konsistensi λmax = eigen value maksimum

n = jumlah elemen yang diperbandingkan dimana :

...(5)  ...(6)  VA = x VP ...(7) Lebih lanjut ingin diketahui apakah CI dengan besaran cukup baik atau tidak, maka perlu diketahui rasio konsistensinya (CR) dengan rumus yaitu :

CR (Rasio Konsistensi)

...(8)

RI adalah indeks acak yang dikeluarkan oleh OAK RIDGE LABORATORY, dari matriks berorde 1 sampai 15 dengan menggunakan sample berukuran 100. Tabel RI tersebut adalah sebagai berikut :

Tabel 9 : Indeks acak

n 1 2 3 4 5 6 7

RI 0,00 0,00 0,58 0,90 1,12 1,24 1,32

n 8 9 10 11 12 13 14

RI 1,41 1,45 1,49 1,51 1,49 1,56 1,57 Sumber : Fewidarto (1996)

Gambar 5. Model struktur proses hirarki analitik

Fokus

F1 F2 F3 F4 F5

A1 A2 A3

T1 T2 T3

AL1 AL2 AL3 AL4

Fokus

Faktor

Aktor

Tujuan

Dokumen terkait