• Tidak ada hasil yang ditemukan

KERANGKA PEMIKIRAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

4.4 Pengolahan dan Analisis Data 1 Pengolahan Data

Penghitungan nilai z-skor PB/U anak memperhatikan posisi pengukuran, apabila diukur dalam posisi anak berdiri, maka PB=TB+0.7 cm (Blössner et al. 2009). Anak disebut stunting apabila z-skor PB/U<-2SD dan tidak stunting apabila z-skor PB/U≥-2SD (Jahari 2009). Anak berat lahir bayi rendah (BBLR) apabila BBL<2 500 g dan tidak BBLR apabila BBL≥2 500 g. Anak underweight apabila z-skor BB/U<-2SD dan tidak underweight apabila z-skor BB/U≥-2SD (Jahari 2009). TB ibu pendek apabila TB ibu <145 cm dan tidak pendek apabila TB ibu ≥145 cm. Status ekonomi keluarga bawah apabila termasuk kuintil 1 dan 2, dan menengah atas apabila termasuk kuintil 3, 4 dan 5. Densitas asupan protein anak (DP) rendah apabila DP<20 g per 1 000 kkal, cukup apabila 20-40 g per 1 000 kkal dan tinggi apabila DP>40 g per 1 000 kkal. Status pemberian ASI pada anak (anak pernah diberi ASI), status pemberian kapsul vitamin A pada anak, status immunisasi Hepatitis B-0, dan kualitas air minum keluarga memenuhi syarat masing-masing dikategorikan menjadi dua, yaitu tidak dan ya.

Berdasarkan data konsumsi pangan dihitung jumlah jenis konsumsi pangan, jumlah kelompok konsumsi pangan, frekuensi makan, asupan energi dan zat gizi (protein, kalsium, fosfor, zat besi, vitamin A, vitamin B1, dan vitamin C).

Berat ASI yang dikonsumsi anak menggunakan faktor konversi dari hasil studi pendahuluan (weighing method) dan analisis mendalam data konsumsi ASI Riskesdas 2010 sebagai berikut:

Data konsumsi makanan dan minuman (pangan) anak dikumpulkan dengan metode kuantitatif recall 24-hour. Zat gizi yang terkandung dalam pangan yang dikonsumsi dihitung sebagai berikut (Hardinsyah & Briawan (1994):

Kebutuhan energi anak usia 0-23 bulan dihitung berdasarkan rumus perhitungan kebutuhan energi oleh Mahan and Escott-Stump (2008). Kebutuhan energi anak dihitung menurut kelompok umur (Tabel 1).

Tabel 1 Perhitungan estimasi kebutuhan energi (EER) menurut umur

Umur (bulan) Formula EER

0-3 89 x BB – 100 + 175 kkal* 4-6 89 x BB – 100 + 56 kkal* 7-12 89 x BB – 100 + 22 kkal* 13-23 89 x BB – 100 + 20 kkal*

Kebutuhan energi anak dihitung sesuai dengan usia dan berat badan aktual berdasarkan Total Energy Expenditure (TEE) yang dikoreksi dengan Thermic Effect of Food (TEF). TEF adalah peningkatan pengeluaran energi yang berhubungan dengan asupan pangan. Besarnya nilai TEF dihitung dari total pengeluaran energi yaitu sebesar 10% dari TEE. Perhitungan kebutuhan energi

Keterangan:

Kgij = Energi dan zat gizi yang terkandung dalam pangan yang dikonsumsi Bj = Berat pangan yang dikonsumsi

Gij = Energi dan zat gizi per 100 g bagian pangan yang dapat dimakan BDD = Bagian pangan yang dapat dimakan (% BDD)

Keterangan:

EER = estimasi kebutuhan energi TEE = total pengeluaran energi EER = TEE + Energy deposition TEE = 89 x BB – 100

*Energy deposition BB = Berat badan (kg)

Kgij = (Bj/100) X Gij X (BDD/100)

Kebutuhan energi (kkal) = EER + 10% TEE

1 kali minum (1 kali masa mengisap ASI) = 50 g = 5 menit = 0.5 botol susu (dot) sedang = 0.5 gelas kecil

Botol susu (dot) Gelas

1 botol susu kecil = 50 g 1 gelas kecil = 100 g 1 botol susu sedang = 100 g 1 gelas sedang = 200 g 1 botol susu besar = 150 g 1 gelas besar = 300 g

pada anak juga termasuk kebutuhan Energy Deposition yang merupakan kalori tambahan untuk mendukung deposit jaringan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan bayi dan anak (Mahan and Escott-Stump 2008).

Energi metabolisme basal (EMB) anak usia 0-23 bulan dihitung berdasarkan formula berikut (WHO 1991):

Keterangan: BB = berat badan (kg), PB = panjang badan (cm), U = umur (tahun)

Sebelum menghitung EMB, status gizi anak perlu diketahui melalui IMT/U (Blössner et al. 2009). Klasifikasi status gizi berdasarkan z-skor IMT/U dikelompokkan menjadi 5 yaitu sangat kurus, kurus, normal, gemuk, dan obes (Tabel 2). Apabila status gizi anak tidak normal, maka BB yang digunakan yaitu median BB menurut umur dan jenis kelamin Standar Antropometri WHO-2005.

Tabel 2 Klasifikasi status gizi berdasarkan z-skor IMT/U

Z-skor IMT/U Status Gizi

IMT/U < -3SD Sangat kurus -3SD ≥ IMT/U < -2SD Kurus -2SD ≥ IMT/U ≤ 2SD Normal 2SD > IMT/U ≤ 3SD Gemuk IMT/U > 3SD Obese

Sumber: Jahari (2009)

Perhitungan kebutuhan protein didasarkan pada formula Angka Kecukupan Protein (AKP) dalam WNPG (2004) sesuai dengan kelompok usia. Perhitungan kebutuhan protein disesuaikan dengan berat badan sampel1

Keterangan: AKP = Angka kecukupan protein (g/kgBB/hari), Faktor koreksi mutu protein = 1.2

, serta dikoreksi dengan faktor koreksi mutu protein sebesar 1.2. Faktor koreksi mutu tersebut didasarkan pada rendahnya mutu protein makanan penduduk Indonesia. Formula angka kecukupan protein (AKP) dapat dilihat pada Tabel 3.

1

Penggunaan berat badan dalam menaksir angka kecukupan protein yaitu berat badan yang dianggap sehat. Oleh karena itu perlu dicek sebelumnya apakah berat badan seseorang yang akan ditentukan kecukupan protein atau dinilai konsumsi pangannya berada dalam selang berat badan orang yang sehat (Hardinsyah & Martianto 1989).

AKP = Kebutuhan protein x faktor koreksi mutu protein EMB (Perempuan) = 655 + (9.6 x BB) + (1.7 x PB) – (4.7 x U) EMB (Laki-laki) = 66 + (13.7 x BB) + (5 x PB) – (6.8 x U)

Tabel 3 Perhitungan angka kecukupan protein berdasarkan kelompok umur

Umur (bulan) Formula kecukupan protein

0-6 10 g (AKP dikoreksi mutu) 7-11 1.5 g/kg BB/hr x 1.2 12-23 1.2 g/kg BB/hr x 1.2

Sumber: WNPG (2004)

Perhitungan angka kecukukupan Ca, P, Fe, vitamin A, vitamin B1, dan vitamin C berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) sesuai umur (WNPG 2004). Berdasarkan data asupan zat gizi anak, diperoleh data tingkat kecukupan zat gizi. Tingkat kecukupan energi, protein, serta vitamin dan mineral masing- masing dikategorikan kurang apabila berturut-turut < 70, 80, dan 50% dan cukup apabila ≥ 70, 80, dan 50% (Tabel 4).

Tabel 4 Kategori tingkat kecukupan zat gizi

Gizi Kurang Cukup

Energi < 70% ≥ 70%

Protein < 80% ≥ 80%

Mineral & vitamin < 50% ≥ 50%

Sumber: Kemenkes (2010)

Mutu gizi asupan pangan (MGP) dihitung berdasarkan formula Hardinsyah (2001). MGP dikategorikan kurang apabila MGP < 70% dan cukup apabila MGP ≥ 70%.

Densitas asupan zat gizi (DG) dihitung berdasarkan Drewnowski (2005). DG dikategorikan kurang apabila DG < standar FAO dan cukup apabila DG ≥ standar FAO kecuali protein (Tabel 5).

Keterangan :

TKGi = Tingkat kecukupan zat gizi ke-i (truncated at 100)

n = Jumlah zat gizi yang dipertimbangan dalam penilaian MGP (energi, protein, Ca, P, Fe, vit A, vit B1, vit C)

Asupan zat gizi

Tingkat kecukupan zat gizi = --- x 100% Angka kecukupan zat gizi yang dianjurkan

Asupan zat gizi

DG = --- x 1 000 kkal Asupan energi (kkal)

∑(TKGi) Mutu gizi konsumsi pangan (%) = --- n

Tabel 5 Standar densitas asupan zat gizi

Zat Gizi FAO

Protein*, g - rendah < 20 - cukup 20-40 - tinggi > 40 Kalsium, mg 500-800 Zat besi, mg 7-40 Vitamin A, µg RE 700-1 000 Vitamin B1, mg 1.0-1.6 Vitamin C, mg 50-60

Sumber: Drewnowski (2005); Keterangan: *Diadaptasi berdasarkan WHO (1998) dan Drewnowski (2005)

4.4.2 Analisis Data

Status gizi diolah menggunakan WHO AnthroPlus 2007, pengolahan data lainnya menggunakan program Excel 2007 dan SPSS 16.0 for windows. Analisis hubungan antara peubah anak stunting dan anak tidak stunting menggunakan Uji Chi-square. Adapun analisis pola konsumsi pangan, asupan energi dan gizi gizi antara anak stunting dan anak tidak tidak stunting menerapkan Uji Man-Whitney U. Analisis faktor-faktor risiko stunting anak menerapkan Regresi Logistik. Peubah terikat yaitu z-skor PB/U anak, sedangkan peubah bebas disaring dari 39 peubah yang terkait dengan pertumbuhan linier anak 0-23 bulan pada data Riskesdas 2010 menggunakan Korelasi Spearman dengan cut off koefisien korelasi 0.3 (Lampiran 3). Peubah-peubah yang berkorelasi tidak lemah (koefisien korelasi >0.3) dikeluarkan dari analisis Regresi Logistik. Berikut ini adalah persamaan Regresi Logistik (Fahmida et al. 2008):

Keterangan: a = konstanta b1, b2, …, bk

y = tinggi badan anak menurut umur (TB/U) (1=pendek; 0=tidak pendek) = koefisien regresi

x1

x

= jenis kelamin anak (0=laki-laki; 1=perempuan)

2

x

= umur anak (0=0 s/d 5 bulan; 2=6 s/d 11 bulan; 1=12-23 bulan)

3

x

= berat badan lahir anak (1=BB kurang; 0=BB tidak kurang)

4

x

= berat badan anak menurut umur (BB/U) (1=BB kurang; 0=BB tidak kurang)

5

x

= status ekonomi (0=kuintil 3, 4 & 5; 1=kuintil 1 & 2)

6

x

= densitas asupan protein anak (2= rendah; 1=cukup; 0=tinggi)

7

x

= anak pernah diberi ASI (0=ya; 1=tidak)

8

x

= anak mendapat kapsul vitamin A dalam 6 bulan terakhir (0=ya; 1=tidak)

9

x

= anak diimunisasi Hepatitis B-0 (0=ya; 1=tidak)

10 = kualitas fisik air minum (0=memenuhi syarat kesehatan; 1=tidak memenuhi syarat

kesehatan).

1

p (y=1|x) = --- 1+e-(a + b1x1 + b2x2 + …..+ bkxk)

BAB 5

KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI DAN