• Tidak ada hasil yang ditemukan

Simpulan

Faktor-faktor risiko stunting anak 0-23 bulan yaitu umur anak, berat lahir anak, berat anak, densitas asupan protein anak, tinggi badan ibu, dan status ekonomi rumah tangga. Risiko stunting anak 6-11 bulan dan anak 12-23 bulan masing-masing 1.59 kali dan 2.18 kali lebih tinggi dibanding anak 0-5 bulan. Risiko stunting anak yang dilahirkan dengan berat bayi lahir rendah (BBLR) adalah 1.81 kali lebih tinggi dibanding anak lahir dengan berat badan normal. Anak yang underweight berpeluang stunting 3.07 kali. Risiko stunting anak yang lahir dari ibu yang pendek (<145 cm) 1.57 kali dibanding anak yang lahir dari ibu yang tidak pendek. Risiko stunting anak yang status ekonomi rumah tangganya rendah (kuintil 1 dan 2) 1.26 kali dibanding anak yang status ekonomi rumah tangganya menengah ke atas (kuintil 3, 4 dan 5). Risiko stunting

Tidak ada perbedaan pola konsumsi pangan anak stunting dan anak tidak

stunting 0-23 bulan. Namun demikian, pada anak 12-23 bulan ada perbedaan rata-rata jumlah jenis pangan yang dikonsumsi anak stunting dan anak tidak

stunting; tetapi tidak ada perbedaan rata-rata jumlah kelompok pangan yang dikonsumsi dan frekuensi makan anak stunting dan anak tidak stunting pada kelompok umur tersebut. Rata-rata jumlah jenis pangan yang dikonsumi anak

stunting dan anak tidak stunting 12-23 bulan berturut turut 4.4±1.9 dan 4.6±2.0 jenis pangan per hari.

anak yang densitas asupan proteinnya kurang dari 20 g per 1 000 kkal 1.32 kali anak yang densitas asupan proteinnya lebih dari 40 g per 1 000 kkal. Tidak ditemukan faktor risiko stunting anak 0-5 bulan dalam penelitian ini. Adapun faktor risiko stunting

anak 6-11 bulan yaitu berat lahir anak, berat badan anak, dan densitas asupan protein anak; dan faktor risiko stunting anak 12-23 bulan yaitu berat lahir anak, berat badan anak, tinggi badan ibu, dan status ekonomi rumah tangga.

Ada perbedaan rata-rata tingkat kecukupan dan/atau densitas asupan zat gizi mikro (kalsium, fosfor, zat besi, vitamin A, vitamin B1 & vitamin C) anak

stunting dan anak tidak stunting 0-23 bulan; namun demikian tidak ada perbedaan rata-rata tingkat kecukupan dan/atau densitas asupan zat gizi makro (energi & protein) anak stunting dan anak tidak stunting pada kelompok umur tersebut. Pada anak 0-5 bulan, tidak ada perbedaan tingkat kecukupan maupun densitas

asupan energi dan zat gizi anak stunting dan anak tidak stunting. Pada anak 6-11 bulan, ada perbedaan rata-rata tingkat kecukupan protein anak stunting dan anak tidak stunting, demikian pula densitas asupan protein mereka. Pada anak 12-23 bulan, ada perbedaan rata-rata tingkat kecukupan energi, tingkat kecukupan dan densitas asupan protein, tingkat kecukupan kalsium dan densitas asupan kalsium, tingkat kecukupan fosfor, tingkat kecukupan vitamin A, tingkat kecukupan vitamin C, mutu gizi konsumsi pangan anak stunting dan tidak stunting.

Saran

Mempertimbangkan faktor-faktor risiko stunting berdasarkan hasil penelitian ini, pencegahan stunting anak 0-23 bulan perlu dilakukan dengan meningkatkan kesehatan dan gizi ibu hamil, kualitas makanan anak, dan pendapatan rumah tangga berpenghasilan rendah. Memperhatikan rendahnya densitas asupan protein dan asupan zat gizi mikro pada anak 0-23 bulan, maka upaya meningkatkan kuantitas dan kualitas makanan anak dapat dilakukan melalui peningkatan konsumsi pangan hewani, sayur dan buah disertai dengan pendidikan gizi. Pada anak 0-5 bulan, pemberian ASI eksklusif perlu dilakukan dan tetap memeberikan ASI sampai anak berusia 2 tahun. Pada anak 6-11 bulan, kualitas MP-ASI perlu ditingkatkan terutama dengan meningkatkan pemberian pangan sumber protein. Pada anak 12-23 bulan, tidak hanya dengan meningkatkan pemberian pangan sumber protein, namun kualitas MP-ASI juga perlu ditingkatktan dengan meningkatkan pemberian pangan sumber energi, vitamin dan mineral.

Mengingat data konsumsi pangan anak 0-23 bulan dalam Riskesdas 2010 banyak yang tidak dapat dipakai dalam analisis (2 448 dari 6 634 data anak dikeluarkan) yang dikumpulkan dan dientri oleh minimal lulusan D3 Kesehatan, maka pada Riskesdas tahun yang akan datang disarankan agar data dikumpulkan dan dientri oleh minimal lulusan D3 Gizi. Karena biaya pengumpulan dan entri Alternatif lain untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas makanan anak 0-23 bulan yaitu melalui fortifikasi multivitaminmineral. Terkait dengan fortifikasi, saat ini sudah ada MP-ASI yang difortifikasi dan bubuk tabur gizi (Taburia), namun belum ditujukan untuk mengatasi stunting. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian formulasi dan uji klinis fortifikan untuk mencegah dan mengurangi prevalensi stunting.

data menggunakan tenaga ahli tersebut relatif mahal, maka disarankan pengambilan data dilakukan secara sub sampel. Selain itu, pengawasan terhadap tenaga pengumpul dan pengentri data perlu ditingkatkan agar data yang dikumpulkan dan dientri lengkap.

Appropriate Complementary Feeding of Breastfed Children 6–24 Months of Age. Washington DC: Bureau for Global Health of the United States Agency for International Development (USAID).

Alive and Thrive. 2010. Why stunting matters. Insight (Issue 2nd: September). USA: Aliveandthrive. http:

Almatsier S. 2005. Penun

tun Diet. Gramedia Pustaka

Amilia L. 2011. Analisis asupan air dan mutu gizi asupan pangan pada anak di Indonesia [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Utama. Jakarta.

Anderson JJB. 2004. Mineral. In Mahan K and Stump SE (Eds.), Food, Nutrition and Diet Therapy 11th

Angeles IT, WJ Schultink, P Matulessi, R Gross, and S Sastroamidjojo. 1993. Decreased rate of stunting among anemic Indonesian preschool children through iron supplementation. Am J Clin Nutr 2:58:339-42.

eds. Pennsilvania: Saunders.

Anton H, Castro T and Paramastri I. 2005. The Relationship between Complementary Breastfeeding Pattern and the Growth and Development of Gross Motoric Movement of Infants Aging 6-12 Months at Bermani Ulu Sub-district, Rejang Lebong District. Health Sains 4:18:467-77. Anwar F. 2002. Model pengasuhan anak bawah dua tahun dalam meningkatkan

status gizi dan perkembangan psikososial [disertasi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Attwood CR. 2003. Milk, calcium and bone density. http://www.msu. edu/~mikevh/mvhhome/milk.htm [17 Oktober 2011].

[Bappenas] Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2012. Kerangkan Kebijakan Gerakan Sadar Gizi Dalam Rangka Seribu Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK). Jakarta: Bappenas.

Bhadam J, Sweet L. 2010. Stunting: An overview. Sight and Life Magazine: 3:40-47

Bhandari N, Bahl R, Nayyar B, Khokhar P, Rohde JE, Bhan MK. 2001. Food supplementation with encouragement to feed it to infants from 4 to 12 months of age has a small impact on weight gain. Am. J. Nut 1:1946- 1961.

Bhutta ZA, Ahmed TA, Black RE, Cousens S, Dewey K, Giugliani E, Haider BA, Kirkwood B, Morris SS, Sachdev HPS, Shekar M. 2008. What works? Interventions for maternal and child undernutrition and survival. Lancet. Vol 371: 371: 417–40.

Blössner M, Siyam A, Borghi E, Onyango A, Onis M. 2009. WHO AnthroPlus for Personal Computers Manual. Geneva: WHO.

[BPS] Biro Pusat Statistik. 2006. Poverty Level in Indonesia in 2005-2006.

[BPS] Biro Pusat Statistik. 2010. Analisis dan Perhitungan Tingkat Kemiskinan Tahun 2009. Jakarta: BPS.

Broto R. 2004. Clinical Manifestations and Management of Osteoporosis. Dexa Media 2(17):47-57.

Cowin SC, Raton B. 2001. Bone Mechanics Handbook (2nd edition). Boca Raton

Departemen Kesehatan RI. 2001. Buku Panduan Manajemen Laktasi. Jakarta: Direktorat Bina Gizi Masyarakat.

: CRC Press.

Departemen Kesehatan. 2009. Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta: Departemen Kesehatan dan Japan International Cooperation Agency (JICA).

Drewnowski A. 2005. Concept of a nutritious food: toward a nutrient density score. Am J Clin Nutr 79:6-16.

Eastwood M. 2003. Principles of Human Nutrition. (2nd edition) Ehrlich SD

. Malden UK: Blackwell Publishing.

Fahmida U, Wibowo Y, Ariawan I. 2008. Biostatistics 2: Intermediate Biostatistics for Nutrition and Health Research. Jakarta: South East Asian Ministers of Education Organization, Tropical Medicine and Public Health Regional Center for Community Nutrition (SEAMEO-TROPMED RCCN) University of Indonesia.

. 2010. Vitamin D. Baltimore: University of Maryland Medical Center (UMMC).

Fatmah. 2008. Model Prediksi Tinggi Badan Lansia Etnis Jawa berdasarkan Tinggi Lutut, Panjang Depa, dan Tinggi Duduk [disertasi]. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Frongillo EA. 1999. Symposium: causes and etiology of stunting. Nutr 129: 529S–530S.

Groff J.L. and Gropper S.S. 2000. Advanced Nutrition and Human Metabolism. United State: Wadsworth Thomson Leaming: 526 - 53 1.

Guldan GS, HC Fan, X Ma, ZZ Ni and MZ Tang. 2000. Culturally Appropriate Nutrition Education Improves Infant Feeding and Growth in Rural Sichuan, China. J. Nutr. 130: 1204-1211.

Guyton AC, Hall JE. 1997. Medical Physiology. Setiawan I, Tengadi, dan Santoso A (translator)

Hansen RG, Wyse BW. 1980. Expression of nutrient allowances per 1000 kilocalories. J Am Diet Assoc 76:223-7.

. Jakarta:.EGC.

Hardinsyah dan Martianto D. 1989. Menaksir Kecukupan Energi dan Protein serta Penilaian Mutu Gizi Makanan. Jakarta: Wirasari.

Hardinsyah dan Martianto D. 1992. Gizi Terapan. Dirjen Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Pagan dan Gizi. IPB.

Hardinsyah dan Briawan D. 1994. Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan. Bogor: Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Hardinsyah. 2001. Mutu gizi dan konsumsi pangan. Di dalam: Hardinsyah, Atmojo SM, editor. Pengendalian Mutu dan Keamanan Pangan. Jakarta: Pergizi Pangan.

Hardinsyah, Damayanti E dan Zulianti W. 2008. Hubungan Konsumsi Susu dan Kalsium dengan Densitas Tulang dan Tinggi Badan Remaja. Jurnal Gizi dan Pangan: 3(1):43-48.

Hayati AW, Hardinsyah, Jalal F, Madanijah S, Briawan D (in press). Determinan Stunting Anak Baduta: Analisis Data Riskesdas 2010. Di dalam:

Ketahanan pangan dan gizi di era otonomi daerah dan globalisasi Pemantapan Ketahanan Pangan dan Perbaikan Gizi Berbasis Kemandirian dan Kearifan Lokal. Prosiding Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi X. 2012. Jakarta, 20-21 Nopember 2012. Jakarta: LIPI, Bappenas, Kementan, Kemenkes, Badan POM, Ristek.

Hayati, AW. 2009. Buku Saku Gizi Bayi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Hoppe C, Mølgaard C, and Michaelsen KF. 2006. Cow's Milk and Linear Growth in Industrialized and Developing Countries. Annual Review of Nutrition 26: 131-173.

[IOM] Institute of Medicine. 1997. Dieatary Reference Intakes for Calcium, Phosphorus, Magnesium, Vitamin D, Fluoride. National Academy Press. Washington.

Jahari AB, I Sumarmo, A Irawati and TS Hidayat. 2008. The effectiveness of multiple micronutrients fortificant (MMF) on growth and haemoglobin concentration among underfives of poor families in North Jakarta. Center for Research and Development in Food and Nutrition National Institute for Health Research and Development Ministry of Health. Ministry of Health. Bogor.

Jahari AB. 2009. Growth Curve of Healthy Children from Wealthy Families: How Close to WHO Child Growth Standard 2005? Bogor: Center for Research and Development in Food and Nutrition National Institute for Health Research and Development, Ministry of Health of RI.

Jahari AB, Santi D. 2009. Penggunaan Standar Antropometri WHO-2005 untuk Pemantauan Pertumbuhan dan Konseling. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi dan Makanan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI.

Jalil F, J Kalberg, LA Hanson, SR Kahn, M Yaqoob. 1993. Early child health in Lahore, Pakistan. I Study design Acta Paediatr Scand 390 Supl: 44-45.

[Kemenkes] Kementerian Kesehatan. 2008. Survey Kesehatan Nasional. Jakarta: Kemenkes.

[Kemenkes] Kementerian Kesehatan. 2010. Survey Kesehatan Nasional. Jakarta: Kemenkes.

Kosnayani AS. 2007. Hubungan Asupan Kalsium, Aktivitas Fisik, Paritas, Indeks Massa Tubuh dan Kepadatan Tulang pada Wanita Pascamenopause [Tesis]. Program Studi Gizi Masyarakat, Program Pascasarjana Universitas Diponegoro. Semarang.

Kusharisupeni. 2006. Peran status kelahiran terhadap stunting pada bayi: sebuah studi prospektif. J Kedokter Trisakti 23(3):73-80.

Lartey A, A Manu, KH Brown, JM Peerson, KG Dewey. 1999. A randomized community based trial of the effect of improved centrally processed complementary food on growth and micronutrient status of Ghananian infants from 6 to 12 month of age. Am J Clin Nutr 70: 391-404.

Lutter CK, Dewey KG. Proposed nutrient composition for complementary foods. Nutrient composition for fortified complementary foods. American Society for Nutritional Sciences. 2003: 3011S-3020S.

Mahan K, Escott-Stump. 2008. Food, Nutrition, and Diet Therapy. USA: W.B. Saunders Company.

Mahmud MK, Hermana, Zulfianto NA, Apriyantotono RR, Ngadiarti I, Hartati B, Bernadus, Tinexcelly. 2009. Tabel Komposisi Pangan Indonesia (TKPI). Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Martini, FH. 2006. Fundamentals of Anatomy and Physiology. 7th Medes

ed. San Francisco: Pearson Education Inc.

th

Nasution A. 2003. Influence of multinutrient supplementation on pregnant moman on breast milk quality with special interest on zinc (Zn) [dissertation]. Bogor: Postgraduate Program, Bogor Agriculture University.

October 2010].

Neilson J. 1995. Cara Menyusui yang Baik. Jakarta: Arcan.

Nestle Indonesia. 2005. Biskuit Bayi. Arnott”s Indonesia. Jakarta

Nielsen SP. 2000. The Fallacy of BMD: ACritical Review of the Diagnostic Use of Dal X-Ray Absorptiometry. Clin Rheumatol: 19;174-183.

Nurlinda A. 2010. Optimalisasi konsumsi pangan bagi rumahtangga miskin berdasarkan kecukupan gizi, kebiasaan pangan dan pendapatan. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Rack B, Lochmüller E-M, Janni W, Lipowsky G, Engelsberger I, Friese K and Küster H. 2011. Ultrasound for the assessment of bone quality in preterm and term infants. Journal of Perinatology.

Rahayu. 2012. Hubungan tinggi badan orang tua dengan perubahan status

stunting dari usia 6-12 bulan ke usia 3-4 tahun [tesis]. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Remans R, Pronyk PM, Fanzo JC, Chen J, Palm CA, Nemser B, Muniz M, Radunsky A, Abay AH, Coulibaly M, Mensah-Homiah J, Wagah M, An X, Mwaura C, Quintana E, Somers MA, Sanchez PA, Sachs SE, McArthur JW, and Sach JD. 2011. Multisector intervention to accelerate reductions in child stunting: an observational study from 9 sub-Saharan African countries. Am J Clin Nutr doi: 10.3945/ajcn.111.020099: 1-11. Robins SP. 1994. Biochemical markers for assessing skeletal growth. European

Journal of Clinical Nutrition. 48:S199-S209.

Ruel MT. 2008. Addressing the underlying determinants of undernutrition: Examples of successful integration of nutrition in poverty-reduction and agriculture strategies. SCN News 36:21-29.

Satoto. 1990. Infant growth and development [dissertation]. Semarang: Posgraduate Porgram, Diponegoro University.

Schmidt MK, Muslimatun S, West CE, Schultink W, Gross R, Hautvast JGAJ. 2002. Nutritional status and linear growth of Indonesian infants in West Java are determined more by prenatal environment than by postnatal factors. J Nut 132:2202-2207.

Shekar M. 2011. Repositioning Nutrition as Central to Development: A Strategy for Large-Scale Action. Washington D.C: World Bank.

Shroff M and Pai B. 2000. Osteoporosis, the Battle againts Brittel Bones.

Jewings Magazine India: 78 – 82.

Simondon KB, Gartner A, Berger J, Cornii A, Massamba J, Miguel JS, Ly C, Missotte I, Sisimondon F, Traissac P, Delpeuch F, Maire B. 1996. Effect of early, short-term supplementation on weight and linear growth of 4-7- mo-old infants in developing countries: a four-country randomized trial.

Am J Clin Nutr 64:537-45.

Specker BL, Lichtenstein P, Mimouni F, Gormley C. 1986. Calcium regulating hormones and minerals from birth to 18 months of age: A cross-sectional study. II. effects of sex, race, age, season, and diet on serum minerals, parathyroid hormone, and calcitonin. Pediatrics 77(6): 891-896.

Specker BL. 2004. Nutrition influences bone development from infancy through toddler years. Am Nutr 134:691S-695S.

Soekirman. 27 Juni 2012. Kurang gizi, anak bertubuh pendek. Suara Pembaharuan: 1 (kolom 1-3).

Supariasa IDN, Bakri B, Fajar I. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Suryono. 2007. Pengaruh Pemberian Susu Berkalsium Tinggi terhadap Kadar Kalsium Darah dan Kepadatan Tulang Remaja Pria [disertasi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Thaha R. 14 Januari 2012. RI to face ’lost generation’. The Jakarta Post: 1 (colomn 1-2).

The National Academy Science. 2002. Dietary Reference Intakes. Institute of Medicine of The National Academies. Washington, D.C.

Thu BD, Schulthink W, Dillon D, Gross R, Leswara ND, and Khoi HH. 1999. Effect of daily and weekly micronutrient supplementation on micronutrient deficiencies and growth in young Vietnamese children. American Journal of Clinical Nutrition 69: 80-86.

Trumbo P, Yates A, Schlicker S, Poos M, 2001. Dietary reference intakes: vitamin A, vitamin K, arsenic, boron, chromium, cooper, iodine, iron, manganese, molybdenum, nickel, silicon, vanadium, and zinc. J Am Diet Assoc 101:294-301.

Trumbo P, Schlicker S, Yates A. 2002. Dietary reference intakes for energy, carbohydrate, fiber, fat, fatty acids, cholesterol, protein, and amino acids.

J Am Diet Assoc 102:1621-30.

[UN] United Nation. 2010. The UK's Position Paper on Undernutrition. London: UN.

[UNICEF] United Nations Children‘s Fund. 1990. Strategy for Improved Nutrition of Children and Women in Developing Countries. New York: UNICEF.

[UNICEF] United Nations Children‘s Fund, [WFP] World Food Programme, [WHO] World Health Organization. Asia-Pacific Regional Workshop on The Reduction of Stunting through Improvement of Complementary Feeding and Maternal Nutrition. Bangkok, 25-27 March 2010.

Ulfani DH, Martianto D, Baliwati YF. 2011. Faktor-faktor sosial ekonomi dan kesehatan masyarakat kaitannya dengan masalah gizi underweight, stunted, dan wasted di Indonesia: Pendekatan ekologi gizi. Jurnal gizi dan pangan 6(1):59–65.

Vaughan, Zumrawi, Waterlow and Kirkwood. 1981. An evaluation of dried skimmed milk on children’s growth in Khartoum Province, Sudan. Nutrition Research 3(3): 243-252.

Victora CG, Adair L, Fall C, Hallal PC, Martorell R, Richter RL, Sachdev HS, The Maternal and Child Undernutrition Study Group. 2008. Maternal and child undernutrition: consequences for adult health and human

capital. http:

Volek JS. 2003. Increasing fluid milk favorably affect bone mineral density responses to resistance training in adolescent boys. J Am Diet Assoc 103:1353-1356.

Wahdah S. 2012. Faktor risiko kejadian stunting pada anak umur 6-36 bulan di wilayah pedalaman Kecamatan Silat Hulu, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimmantan Barat [tesis]. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.

Walker SP, CA Powell, SM Grantham-McGregor, JH Himes and SM Chang. 1991. Nutritional supplementation, psychosocial stimulation, and growth of stunted children: the Jamaican study. American Journal of

Waterlow JC and Schürch B. 1994. Causes and mechanisms of linear growth retardation. European journal of clinical nutrition 48:S1-S216.

Winarno FG. 1990. Gizi dan Makanan bagi Bayi dan Anak Sapihan. Jakarta: Sinar Harapan.

[WHO] World Health Organization. 1991. Energy and protein requirements. Geneva: WHO.

[WHO] World Health Organization. 1998. Preparation and Use of Food Based Dietary Guidelines. Geneva: WHO.

[WHO] World Health Organization. 2001. Improving Child Growth. Geneva: WHO page 23-41.

[WHO] World Health Organization. 2005. Guiding Principles for Feeding Non- breastfed Children 6-24 Month of Age. Geneva, Switzerland: Department of Child and Adolescent Health and Development (CAH) World Health Organization.

[WHO] World Health Organization. 2006. Clinical Nutrition 54, 642-648.

Waterlow JC. 1994. Summary of causes and mechanisms of linear growth retardation. European journal of clinical nutrition 48:S210.

Table of standard anthropometry WHO-2005. Geneva: WHO.

[WHO] World Health Organization. 2010. Child Growth Indicators and Their Interpretation. Geneva: WHO.

WHO

[WHOSIS]

, Food and Agriculture Organization of the United Nation. 2004. Vitamin and Mineral Requirements and Human Nutrition. Rome, Italy: United Nation.

WHO Statistical Information System. 2006. Includes data from World Health Statistics 2006’ and ‘The World Health Report 2006 Edition’. World Health Organizati [WNPG] Widyakarya Pangan dan Gizi VIII. 2004. Ketahanan pangan dan gizi di

era otonomi daerah dan globalisasi. Jakarta, 17-19 Mei 2004.

Wiryo, H. 2000. Peningkatan Gizi Bayi, Anak, Ibu Hamil dan Menyusui dengan Bahan Makanan Lokal. Sagung Seto. Jakarta.

Yuliana. 2002. Pengaruh Penyuluhan Gizi dan Stimulasi Psikososial terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Prasekolah [disertasi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Lampiran 1 Rencana intervensi spesifik Gerakan 1 000 HPK

No. Kegiatan No. Kegiatan

1 Meningkatkan konsumsi pangan sehari-hari melalui perbaikan pendapatan keluarga dan pendidikan gizi seimbang

7 Peningkatan Pemberantasan malaria di daerah endemik harus menjadi prioritas

2 Melanjutkan suplemen tablet besi- folat dengan perencanaan dan pengawasan yang lebih baik

8 Sosialisasi yang luas kepada masyarakat tentang PP 33, 2012 sehingga masyarakat dapat ikut berperan dalam pelaksanaannya 3 Bagi ibu hamil yang kurus (diukur

dengan lingkar lengan) diberikan bantuan suplemen pangan sumber energi, dan protein, yang diusahakan menggunakan bahan pangan yang sudah difortifikasi seperti garam (yodium), tepung terigu (zat besi, seng, asam folat dan vitamin B1 dan B2), dan minyak goreng (vitamin A)

9 Melakukan evaluasi efektivitas atas berbagai MP-ASI yang beredar di masyarakat baik yang dilaksanakan oleh pemerintah, LSM, maupun oleh industri pangan

4 Intensifkan pendidikan atau KIE gizi sehingga setiap ibu hamil memahami pentingnya tablet besi-folat dan merasa membutuhkan untuk kesehatannya

10 Memberi prioritas pada

pengembangan MP-ASI lokal untuk anak-anak masyarakat miskin

5 Menerbitkan Peraturan Daerah tentang peredaran garam beryodium agar sasaran cakupan rumah tangga yang mengonsumsi garam beryodium yang memenuhi syarat dapat

meningkat

11 Pendidikan gizi tentang ASI Eksklusif perlu disertai pendidikan tentang MP-ASI

6 Pemberian pil besi pada ibu hamil di daerah endemik malaria harus dilakukan secara berhati-hati

12 Melakukan penelitian pengetahuan, sikap dan perilaku (KAP) tentang MP-ASI di berbagai kelompok sosial masyarakat

Jenis Pangan Jumlah anak yang mengkonsumsi (n,%) Jumlah yang dikonsumsi (g per kali makan)* Frekeunsi konsumsi (kali per hari) *

Stunting Tidak stunting Total Stunting Tidak stunting Total Stunting Tidak stunting Total Susu ibu (ASI) 51 (24.4) 158 (75.6) 209 (100.0) 127.9±157.2 150.5±180.1 144.3±174.3 4.6±3.5 3.9±3.5 4.1±3.5 Tepung susu 7 (35.0) 13 (65.0) 20 (100.0) 17.5±7.5 17.5±9.4 17.5±29.3 1.4±0.5 1.6±0.9 1.6±0.8 Susu kental manis 2 (100.0) 2 (100.0) 45.0±0.0 45.0±0.0 2.0±1.4 2.0±1.4

Keterangan: *

Jenis Pangan

rata-rata ± standar deviasi (SD)

Lampiran 5 Jumlah anak, jumlah pangan hewani, dan frekuensi konsumsi pangan hewani harian anak 6-11 bulan

Jumlah anak yang mengkonsumsi (n,%) Jumlah yang dikonsumsi (g per kali makan)* Frekeunsi konsumsi (kali per hari) *

Stunting Tidak stunting Total Stunting Tidak stunting Total Stunting Tidak stunting Total Susu ibu (ASI) 87 (34.8) 163 (65.2) 250 (100.0) 143.7±148.0 141.7±155.1 142.4±152.6 3.4±2.2 3.5±2.2 3.5±2.2 Tepung susu 70 (31.4) 153 (68.6) 223 (100.0) 18.5±7.6 19.7±8.4 19.3±8.2 2.6±1.0 2.6±1.1 2.6±1.1 Telur ayam 9 (31.0) 20 (69.0) 29 (100.0) 37.3±18.4 50.4±18.6 46.0±19.4 1.6±0.7 1.4±0.6 1.4±0.6 Telur ayam, ceplok 8 (28.6) 20 (71.4) 28 (100.0) 43.9±13.2 44.2±16.9 44.1±25.0 1.1±0.4 1.3±0.6 1.2±0.5 Ikan asin, gabus goreng 4 (16.0) 21 (84.0) 25 (100.0) 29.2±13.1 35.5±16.3 34.6±29.6 1.3±0.5 1.5±0.7 1.4±0.9 Ayam 5 (22.7) 17 (77.3) 22 (100.0) 57.8±15.3 51.5±24.6 52.9±22.8 1.6±0.5 1.6±0.7 1.6±0.7 Bakso 8 (44.4) 10 (55.6) 18 (100.0) 37.8±19.2 40.0±14.1 39.0±16.1 1.1±0.4 1.2±0.4 1.2±0.4 Susu kental manis 7 (41.2) 10 (58.8) 17 (100.0) 45.0±0.0 36.9±12.4 40.9±9.7 2.4±1.3 1.8±1.3 2.1±1.3 Telur ayam, dadar 2 (16.7) 10 (83.3) 12 (100.0) 50.0±0.0 40.5±13.3 42.5±12.4 1.5±0.7 1.1±0.3 1.2±0.4 Ikan segar 1 (12.5) 7 (87.5) 8 (100.0) 25.0±0.0 35.8±18.7 34.0±17.4 3.0±0.0 2.1±0.9 2.3±0.9 Abon 3 (60.0) 2 (40.0) 5 (100.0) 15.0±5.8 20.0±14.1 16.7±8.2 1.3±0.6 1.0±0.0 1.2±0.4 Kembung 2 (40.0) 3 (60.0) 5 (100.0) 31.3±12.5 62.5±22.4 50.0±35.8 2.0±1.4 2.0±0.0 2.0±0.7 Mujair, segar 1 (20.0) 4 (80.0) 5 (100.0) 25.0±0.0 46.5±15.3 44.4±16.0 1.0±0.0 2.3±1.0 2.0±1.0 Susu sapi 2 (40.0) 3 (60.0) 5 (100.0) 150±127.3 52.5±36.9 85±81.2 1.0±0.0 1.3±0.6 1.2±0.4 Ikan asin, kering 3 (100.0) 3 (100.0) 22.0±6.2 22.0±6.2 2.0±1.0 2.0±1.0 Udang, segar 1 933.3) 2 (66.7) 3 (100.0) 14.7±0.0 23.9±3.7 20.0±5.6 3.0±0.0 2.0±1.4 2.3±1.2

Jenis Pangan Jumlah anak yang mengkonsumsi (n,%) Jumlah yang dikonsumsi (g per kali makan)* Frekeunsi konsumsi (kali per hari) *

Stunting Tidak stunting Total Stunting Tidak stunting Total Stunting Tidak stunting Total Bandeng 2 (100.0) 2 (100.0) 37.5±0.0 37.5±0.0 1.5±0.7 1.5±0.7 Daging sapi 2 (100.0) 2 (100.0) 27.5±5.0 27.5±5.8 2.0±1.4 2.0±1.4 Layang 2 (100.0) 2 (100.0) 37.5±0.0 37.5±0.0 2.0±0.0 2.0±0.0 Soto dengan daging 1 (50.0) 1 (50.0) 2 (100.0) 25.0±0.0 150.0±0.0 108.3±72.2 1.0±0.0 2.0±0.0 1.5±0.7 Telur ayam, bagian kuning 1 (50.0) 1 (50.0) 2 (100.0) 25.0±0.0 25.0±0.0 25±0.0 1.0±0.0 2.0±0.0 1.5±0.7 Bawal 1 (100.0) 1 (100.0) 25.0±0.0 25.0±0.0 1.0±0.0 1.0±0.0 Cue selar kuning 1 (100.0) 1 (100.0) 33.3±0.0 33.3±0.0 1.0±0.0 1.0±0.0 Daging babi gemuk 1 (100.0) 1 (100.0) 20.0±0.0 20.0±0.0 2.0±0.0 2.0±0.0 Daging kerbau 1 (100.0) 1 (100.0) 25.0±0.0 25.0±0.0 1.0±0.0 1.0±0.0

Es cream (coconut milk) 1 (100.0) 1 (100.0) 30.0±0.0 30.0±0.0 1.0±0.0 1.0±0.0 Es mambo 1 (100.0) 1 (100.0) 30.0±0.0 30.0±0.0 1.0±0.0 1.0±0.0 Ikan asin teri goreng 1 (100.0) 1 (100.0) 10.0±0.0 10.0±0.0 2.0±0.0 2.0±0.0 Ikan mas 1 (100.0) 1 (100.0) 37.5±0.0 37.5±0.0 1.0±0.0 1.0±0.0 Ikan mas, goring 1 (100.0) 1 (100.0) 25.0±0.0 25.0±0.0 1.0±0.0 1.0±0.0 Kakap 1 (100.0) 1 (100.0) 75.0±0.0 75.0±0.0 2.0±0.0 2.0±0.0 Mujair, goring 1 (100.0) 1 (100.0) 83.3±0.0 83.3±0.0 1.0±0.0 1.0±0.0 Pindang selar kecil 1 (100.0) 1 (100.0) 33.3±0.0 33.3±0.0 1.0±0.0 1.0±0.0 Selar, segar 1 (100.0) 1 (100.0) 62.5±0.0 62.5±0.0 1.0±0.0 1.0±0.0 Telur bebek (itik) 1 (100.0) 1 (100.0) 27.8±0.0 27.8±0.0 2.0±0.0 2.0±0.0 Telur bebek, bagian

kuning 1 (100.0) 1 (100.0) 50.0±0.0 50.0±0.0 2.0±0.0 2.0±0.0

Jenis Pangan Persentase anak yang mengkonsumsi (n,%) Jumlah yang dikonsumsi (g per kali makan)* Frekeunsi konsumsi (kali per hari)*

Stunting Tidak stunting Total Stunting Tidak stunting Total Stunting Tidak stunting Total Tepung susu 280 (36.6) 484 (63.4) 764 (100.0) 23.5±10.8 23.5±10.5 23.5±10.6 2.5±1.2 2.6±1.2 2.5±1.2 Susu ibu (ASI) 178 (44.3) 224 (55.7) 402 (100.0) 142.0±138.1 158.1±152.6 150.4±146.0 3.4±2.1 3.0±1.9 3.1±2.0 Ikan asin, gabus goreng 83 (36.6) 144 (63.4) 227 (100.0) 32.3±15.0 33.2±14.8 32.8±14.9 1.7±0.8 1.7±0.7 1.7±0.8 Ayam 78 (35.8) 140 (64.2) 218 (100.0) 58.5±24.8 54.9±25.2 56.2±25.1 1.6±0.7 1.6±0.8 1.6±0.8 Telur ayam, dadar 88 (39.6) 134 (60.4) 222 (100.0) 42.1±13.1 43.2±12.9 42.7±13.0 1.5±0.7 1.4±0.7 1.5±0.7 Telur ayam, ceplok 90 (40.4) 133 (59.6) 223 (100.0) 45.7±13.0 46.6±14.6 46.2±14.0 1.3±0.6 1.4±0.6 1.4±0.6 Susu kental manis 55 (39.9) 83 (60.1) 138 (100.0) 41.4±11.1 41.9±16.7 41.8±15.1 1.5±1.7 2.1±1.0 1.9±0.9 Bakso 63 (39.4) 97 (60.6) 160 (100.0) 43.1±21.2 40.4±20.2 41.5±20.6 1.1±0.4 1.1±0.2 1.1±0.3 Telur ayam 45 (42.5) 61 (57.5) 106 (100.0) 49.7±15.7 50.7±18.4 50.3±17.2 1.4±0.7 1.4±0.6 1.4±0.6 Kembung 36 (43.4) 47 (56.6) 83 (100.0) 38.3±15.5 46.9±24.8 42.9±21.4 1.9±0.9 1.8±0.8 1.8±0.8 Susu sapi 31 (37.8) 51 (62.2) 82 (100.0) 42.9±55.6 43.5±65.6 43.3±61.8 1.5±0.7 1.5±0.7 1.5±0.7 Ikan asin, kering 20 (35.1) 37 (64.9) 57 (100.0) 27.9±17.0 27.1±15.3 27.3±15.8 1.8±0.9 1.8±0.8 1.8±0.8 Ikan segar 16 (36.4) 28 (63.6) 44 (100.0) 43.8±16.6 39.1±18.2 40.8±17.6 1.9±0.8 1.8±0.7 1.8±0.7 Bandeng 15 (40.5) 22 (59.5) 37 (100.0) 40.3±17.4 42.0±16.5 41.2±16.8 1.8±0.7 1.6±0.7 1.7±0.7 Daging sapi 7 (21.9) 25 (78.1) 32 (100.0) 40.8±14.8 36.5±15.8 37.6±15.8 1.9±0.9 1.6±0.7 1.6±1.0 Teri, kering 9 (37.5) 15 (62.5) 24 (100.0) 12.1±4.7 16.3±9.8 14.7±8.3 1.9±0.9 1.7±0.9 1.8±0.9 Lele, goring 9 (50.0) 9 (50.0) 18 (100.0) 47.9±16.0 44.8±22.0 46.4±19.0 2.0±0.9 2.0±0.9 2.0±0.8 Es cream (coconut milk) 3 (18.8) 13 (81.3) 16 (100.0) 75.0±43.3 64.6±61.9 66.6±57.7 1.0±0.0 1.0±0.0 1.0±0.0 Layang 5 (33.3) 10 (66.7) 15 (100.0) 28.1±15.7 42.3±19.0 38.3±19.0 1.6±0.9 2.0±0.8 1.9±1.2 Peda banjar 6 (42.9) 8 (57.1) 14 (100.0) 61.1±23.4 27.4±17.5 42.1±26.1 1.7±0.8 1.6±0.7 1.6±0.7 Ikan mas, goreng 4 (30.8) 9 (69.2) 13 (100.0) 39.6±20.0 40.6±20.3 40.3±19.7 1.5±0.6 1.6±0.7 1.5±0.7 Es mambo 5 (41.7) 7 (58.3) 12 (100.0) 33.3±13.7 32.2±23.7 32.7±19.7 1.2±0.4 1.3±0.5 1.3±0.5 Worst (sosis daging) 3 (25.0) 9 (75.0) 12 (100.0) 24.7±17.5 21.3±21.8 21.9±20.4 1.0±0.0 1.3±0.5 1.3±0.5 Ikan asin teri goreng 5 (45.5) 6 (54.5) 11 (100.0) 25.5±10.4 11.8±5.4 18.0±10.5 2.0±1.0 2.0±0.9 2.0±0.9 Soto dengan daging 4 (36.4) 7 (63.6) 11 (100.0) 74.2±55.7 73.3±31.9 73.7±41.1 1.5±0.6 1.3±0.5 1.4±0.5 Mujair, segar 2 (20.0) 8 (80.0) 10 (100.0) 59.4±6.3 59.4±18.3 59.4±16.2 2.0±0.0 1.8±0.7 1.8±0.6 Daging babi gemuk 4 (44.4) 5 (55.6) 9 (100.0) 41.4±11.8 28.8±10.9 34.7±19.8 1.8±1.0 1.6±0.5 1.7±0.8 Keterangan: *rata-rata ± standar deviasi (SD)