• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.2 Pengolahan Data

8 11 Agst Kaki kanan

menginjak pecahan botol

Urat besar pada kaki sobek

4

9 6 Sept Terpeleset jatuh diselokan timbangan

Kaki sebelah kanan kulitnya sobek

2 10 12 Nov Tangan kanan terjepit

diantara pertemuan antara stang dan squeegee

Tangan kanan bengkak dan memar ( dinyatakan oleh dokter RSUD Gresik) tidak ada keretakan pada tulang tangan

2

11 19 Des Pecahan beling terkena mata sebelah kiri

tersebut 3

(Sumber : Data Sekunder)

Berdasarkan data kecelakaan diatas dapat diketahui bahwa akibat yang ditimbulkan oleh kecelakaan kerja dapat membuat tugas pekerja terbengkalai, hal tersebut dapat dilihat dengan adanya hari kerja yang hilang. Terkena percikan beling cucian persis mengenai mata sebelah kanan hal tersebut diakibatkan yang bersangkutan tidak menggunakan alat pelindung diri (APD) sehingga mengakibatkan mata sebelah kanan terjadi pendarahan dan menyebabkan yang bersangkutan kehilangan hari kerja selama 4 hari.

4.2 Pengolahan Data

Pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi penggumpulan data kuisioner yang telah diisi oleh karyawan PT. IGLAS (Persero), Gresik sejumlah 75 responden yang ada di lampiran 4, uji validitas, uji reabilitas, perhitungan tingkat implementasi program kesehatan dan keselamatan

kerja, penentuan kategori kecelakaan kerja, penentuan level tingkat implementasi program kesehatan dan keselamatan kerja, klasifikasi hazard dengan metode risk assessment.

4.2.1. Uji Validitas

Setelah mengetahui jumlah sampel maka dilakukan penyebaran kuisioner kepada karyawan PT.IGLAS (Persero), Gresik. Dari hasil kuisioner yang disebar kemudian dilakukan pengujian validitas dengan menggunakan bantuan software SPSS, maka akan diperoleh angka r hitung yang akan dibandingkan dengan r tabel. Dimana kriteria validnya suatu data bilamana nilai r hitungnya lebih besar dari r tabel, Adapun pengujian validitas dapat dilihat pada tabel 4.3. dibawah ini :

Tabel 4.2. Uji Validitas

Kode R hitung R table Keterangan

A1 .714 .191 valid A2 .588 .191 valid A3 .486 .191 valid A4 .423 .191 valid A5 .364 .191 valid B1 .479 .191 valid B2 .257 .191 valid B3 .593 .191 valid B4 .524 .191 valid C1 .432 .191 valid C2 .391 .191 valid C3 .482 .191 valid D1 .532 .191 valid D2 .447 .191 valid D3 .584 .191 valid E1 .494 .191 valid E2 .447 .191 valid E3 .485 .191 valid F1 .562 .191 valid F2 .556 .191 valid F3 .557 .191 valid G1 .488 .191 valid G2 .525 .191 valid G3 .529 .191 valid G4 .608 .191 valid H1 .549 .191 valid

H2 .452 .191 valid H3 .654 .191 valid H4 .424 .191 valid H5 .463 .191 valid H6 .525 .191 valid I1 .361 .191 valid I2 .364 .191 valid I3 .311 .191 valid

Semua item sudah valid karena nilai r hitungnya lebih besar dari r tabel, contoh kode A1 r hitungnya 0.714 nilainya lebih besar dari r tabel yaitu 0.191 maka data valid, sehingga pengujian selanjutnya dapat dilakukan yaitu uji reliabilitas.

4.2.2. Uji Reliabilitas

Pengujian reliabilitas menggunakan bantuan software SPSS dan akan diperoleh angka  hitung yang akan dibandingkan dengan  tabel. Data dikatakan reliabel bila nilai  hitung lebih besar  tabel. Adapun pengujian reliabilitas dapat dilihat pada tabel 4.4. dibawah ini :

Tabel 4.3. Uji Reliabilitas

hitung table Keterangan

.922 0.191 Reliabel

 hitung >  tabel maka reliabel

Dapat dilihat pada tabel diatas bahwa penelitian dapat dilanjutkan karena data yang diambil sudah reliabel, dimana nilai  hitung >  table maka reliable 4.2.3. Perhitungan Tingkat Implementasi program K3

Penilaian tingkat implementasi program kesehatan dan keselamatan kerja diperoleh dengan membandingkan setiap pertanyaan dalam check list dengan

standart implementasi yang digunakan sebagai acuan oleh pihak manajemen untuk menerapkan program K3.

Untuk mengetahui tingkat implementasi dapat diketahui dengan menghitung rata-rata dari nilai yang diberikan oleh responden, kemudian menghitung rata-rata nilai dari masing-masing kategori penilaian. Untuk mengetahui suatu kategori penilaian termasuk dalam criteria pencapaian merah, kuning atau hijau maka nilai rata-rata tersebut dinormalisasikan dengan rumus normalisasi De Boer.

Hasil normalisasi dari semua kategori kamudian di rata-rata sehingga diperoleh satu nilai secara keseluruhan, yaitu nilai akhir yang menunjukan tingkat implementasi program kecelakaan dan keselamatan kerja. Contoh penghitungan manualnya dapat dilihat seperti dibawah ini :

1. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)

Rata-rata peralatan keselamatan kerja sudah terpenuhi dan dalam kondisi baik (A1) = 2+1+1+3+1+2+1+2+1+2+3+3+3+3+2+3+3+3+3+3+3+2+3+3+3+2+2+2+2+3+3+ 3+3+3+3+3+2+2+2+3+2+2+2+2+2+2+3+2+3+2+2+3+3+3+3+3+3+3+3+3+3+3+ 3+3+3+3+3+3+3+2+3+3+3+3+3 75 = 2,56

Rata-rata APD telah tersedia untuk setiap jenis pekerjaan yang berbahaya dan sesuai standar (A2) =

2+1+1+3+1+2+1+2+1+2+3+3+3+3+3+3+3+3+3+2+2+2+3+3+3+2+2+3+2+3+3+ 3+3+3+3+3+2+3+3+3+2+3+2+2+2+3+2+3+3+2+2+3+3+3+3+3+3+3+3+3+3+3+ 3+3+3+3+3+3+3+2+3+3+3+3+3

75 = 2,61

Untuk perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada lembar lampiran 6

Total rata-rata penggunaan APD = n x

 = 5 56 , 2 36 , 2 6 , 2 61 , 2 56 , 2     = 2,53

Tabel 4.4. Data Kuisioner

Atribut Program K3 Rata –

rata

1. Penggunaan APD 2.53

2. Upaya pencegahan 2.717

3. Penyelidikan 2.74

4. Koordinasi sekuriti 2.7

5. Koordinasi bidang teknik 2.64

6. Pelatihan 2.72

7. Inspeksi 2.727

8. Limbah dan polusi 2.716

9. Akses jalan 2.61

Sumber : Data Kuisioner diolah

Achivement kategori penilaian =

minimum) skala -maksimum (skala minimum) skala -aktual nilai ( x100% = 1) -(3 1) -53 , 2 ( x100% = 76,5 %

Untuk nilai normalisasi diatas jika nilainya berada pada range 85 – 100% maka pencapaian implementasi K3 berada pada kategori hijau (baik), jika nilainya berada di range 60 – 84% maka pencapainya implementasi K3 berada pada

kategori kuning (sedang), dan jika nilainya berada pada range 0 – 59% maka pencapainya implementasi K3 berada pada kategori merah (parah). nilai Achivement dapat dilihat pada tabel 4.5. di bawah ini :

Tabel 4.5. Kisaran Range Achivement

Kategori Range Achivement Hijau 85 % - 100 % Kuning 60 % - 84 %

Merah 0 % - 59 %

Hasil perhitungan implementasi program kesehatan dan keselamatan kerja, serta kategori normalisasi De Boer. Dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.6. Tingkat Implementasi Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja

No Kode Implementasi Program K3 Rata – rata Kategori

1. A Penggunaan APD

A1 Peralatan keselamatan kerja sudah terpenuhi dan

dalam kondisi baik 2.52

A2 APD telah tersedia untuk setiap jenis pekerjaan

yang berbahaya dan sesuai standar 2,61 A3 Semua peralatan APD telah digunakan dengan

benar 2,6

A4 Pekerja mentaati penggunaan APD dilokasi kerja 2,36 A5 Petugas K3 selalu mengontrol distribusi

dan penggunaan APD 2,56

Rata - Rata 2,53

Normalisasi 76,5 %

Kuning

2. B Upaya pencegahan terjadi keadaan darurat B1

Pihak PT. Iglas (Persero) Gresik Memiliki prosedur dalam menghadapi keadaan darurat dengan baik

2,56 B2 Pekerja memahami respon yang harus diambil

dalam keadaan darurat sebelum tim bantuan tiba 2,72 B3 Latihan mengatasi keadaan bahaya sudah disusun

dan dilaksanakan dengan baik dan rutin 2,77 B4 Ada tim khusus yang membantu proses

pengendalian darurat 2,82

Rata – Rata 2,717

Normalisasi 85,8 % 3. C Penyelidikan Kecelakaan

C1 Data kecelakaan kerja tercatat dengan lengkap 2,77 C2 Pengawas melaporkan tentang semua jenis

kecelakaan yang terjadi dalam 24 jam 2,68 C3 Petugas HS (Healthy Safety) menindaklanjuti

semua laporan yang berkaitan dengan aspek K3 2,77

Rata - Rata 2,74

Normalisasi 87 %

Hijau

4. D Hubungan koordinasi dengan pihak security D1 Pihak security mengontrol benda yang dibawa

pekerja saat memasuki area operasi 2,7 D2 Security selalu siaga dalam menjaga keamanan

lingkungan sekitar pabrik 2,68 D3 Security selalu siaga dalam mengawasi

keluar-masuknya orang atau kendaraan 2,72

Rata - Rata 2,7

Normalisasi 85 %

Hijau

5. E Hubungan koordinasi dengan pihak teknik E1

Semua mesin berbahaya dalam keadaan

terlindungi dan bisa digunakan sesuai fungsi dengan baik

2,58

E2 Program pemeliharaan mesin secara preventive

sudah terjadwal 2,65

E3 Adanya pemberitahuan dini tentang cara, beban,

dan peringatan penggunaan 2,69

Rata - Rata 2,64

Normalisasi 82 %

Kuning

6. F Training

F1 Pelatihan dan pembinaan operasional telah diikuti

oleh pekerja 2,72

F2 Pelatihan dan pembinaan operasional telah dilaksanakan secara berkelanjutan (continue)

2,74 F3 Pelatihan dan pembinaan operasional telah berjalan

efektif 2,70

Rata - Rata 2,72

Normalisasi 86 %

Hijau

7. G Inspeksi

G1 Pihak HS (Healthy Safety) telah melakukan

inspeksi didaerah kerja secara rutin 2,7 G2 Dukungan dan keikutsertaan manajemen puncak

dalam kegiatan inspeksi 2,72

G3 Adanya peringatan dan sanksi yang jelas setiap

kelalaian pekerja dalam bekerja 2,72 G4 Adanya buku keterangan dan dokumentasi yang

dijadikan sebagai bahan monitoring 2,77

Rata - Rata 2,727

Normalisasi 86.35 %

Hijau

8. H Pengendalian limbah dan polusi

H2 Sistem pembuangan tertutup dengan baik dan

sesuai fungsi 2,72

H3 Telah terprogram sistem pengolahan limbah yang

masih bisa diolah dengan baik 2,65 H4 Sistem pengolahan limbah telah dilaksanakan

secara efektif 2,74

H5 Telah terprogram sistem pencegahan meluasnya

efek kecelakaan terhadap lingkungan sekitar 2,73 H6 Adanya tim khusus yang berpengalaman guna

mengatasi meluasnya efek kecelakaan 2,69

Rata - Rata 2,716

Normalisasi 85.8 %

Hijau

9. I Akses jalan masuk dan evakuasi

I1 Jalan masuk dan evakuasi yang dilalui pekerja

dalam kondisi baik 2,65

I2 Seluruh jalan dalam kondisi bersih dari partikel

berbahaya (kerikil, minyak, limbah, air, dll) 2,56 I3 Kondisi jalan berada dalam kondisi aman saat

musim kering dan musim hujan 2,62

Rata - Rata 2,61

Normalisasi 80.5 %

Kuning

Total rata-rata 2.67

Nilai rata-rata Normalisasi / Nilai Tingkat implementasi

program K3 83.88 %

Kuning

Dari tabel 4.6. diatas, dapat diringkas dari nilai rata – rata dan pencapaian implementasi K3 pada tabel 4.7. dibawah ini :

Tabel 4.7. Nilai Total Rata- rata dan Pencapaian Program Implementasi Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)

Program K3 Total Rata – rata Pencapaian dalam % 1. Penggunaan APD 2.53 76.5 2. Upaya pencegahan 2.717 85.8 3. Penyelidikan 2.74 87 4. Koordinasi sekuriti 2.7 85

5. Koordinasi bidang teknik 2.64 82

6. Pelatihan 2.72 86

7. Inspeksi 2.727 86.35

8. Limbah dan polusi 2.716 85.8

9. Akses jalan 2.61 80.5

Total 754.95 Rata-rata 83,88

Kategori Kuning

Setelah kategori dari kinerja implementasi program K3 diketahui, dimana berkategori Kuning dan diketahuinya kategori kecelakaan kerja yang berkategori kuning,

Berdasarkan tingkat implementasi K3 diatas, berikut adalah rekap data yang telah diolah ke dalam grafik yang terlihat pada gamba 4.1. berdasarkan nilai normalisasi K3.

Gambar 4.1. Grafik tingkat implementasi program K3 Keterangan :

1. Penggunaan APD.

2. Upaya pencegahan terjadi keadaan darurat 3. Penyelidikan Kecelakaan

4. Hubungan koordinasi dengan pihak security 5. Hubungan koordinasi dengan pihak teknik 6. Training

8. Pengendalian limbah dan polusi 9. Akses jalan masuk dan evakuasi

4.2.4. Penentuan Kategori Kecelakaan Kerja

Untuk menentukan kategori kecelakaan kerja, digunakan acuan table 4.8. dibawah ini :

Tabel 4.8. Kategori Kecelakaan Kerja

Kategori Parameter Penilaian Keterangan Hijau Terjadi kecelakaan ringan

(injuries)

Luka ringan atau sakit ringan (tidak kehilangan hari kerja) Kuning Terjadi kecelakaan sedang

(illness)

Luka berat atau parah atau sakit dengan perawatan intensif

(kehilangan hari kerja) Merah Terjadi kecelakaan berat

(fatalities)

Meninggal atau cacat seumur hidup (tidak mampu bekerja)

Dari tabel 4.9. diatas dapat ditentukan termasuk kedalam kategori mana kecelakaan yang terjadi di PT. IGLAS (Persero) Gresik, pada tahun 2009. Seperti dalam tabel 4.9. dibawah ini:

Tabel 4.9. Kategori Kecelakaan Kerja Tahun 2009

Keterangan No. Tanggal

Kejadian

Uraian tentang terjadinya

kecelakaan Luka / Cedera Hari kerja hilang

Kategori kecelakaan

kerja 1.

2 Jan Terkena percikan beling cucian persis mengenai mata sebelah kanan

Mata sebelah kanan terjadi pendarahan 3 Sedang (Kuning) 2.

10 Jan tangan tertarik impeller blower Jari tangan kanan terkelupas 2 Sedang (Kuning) 3. 9 Feb Tangan kiri terjepit stang screen Kulit jari tangan kiri terluka 2 Sedang

(Kuning) 4.

5 Maret Jari tangan terjepit gerakan paffis down dan funnel

Kuku jari manis

terkelupas 2 Sedang

(Kuning) 5. 17 april Kaki sebelah kiri

menginjak pecahan botol

Urat beser pada kaki sobek

4 Sedang (Kuning) 6. 25 Juli Terkena percikan

pecahan beling cucian

Mata sebelah

kiri luka bagian 3 Sedang (Kuning)

persis mengenai mata sebelah kiri

retina 7. 9 Agst Kaki kanan menginjak

pecahan botol

Urat beser pada

kaki sobek 4 Sedang (Kuning) 8. 11 Agst Kaki kanan menginjak

pecahan botol

Urat besar pada kaki sobek 4 Sedang (Kuning) 9. 6 Sept Terpeleset jatuh diselokan timbangan Kaki sebelah kanan kulitnya sobek 2 Sedang (Kuning) 10.

12 Nov Tangan kanan terjepit diantara pertemuan antara stang dan squeegee

Tangan kanan bengkak dan memar

2 Sedang

(Kuning) 11. 19 Des Pecahan beling terkena

mata sebelah kiri

Mata sebelah kiri terluka

3 Sedang (Kuning) Sumber : Data Internal PT. Iglas (Persero),Gresik.

Berdasarkan data kecelakaan diatas, berikut adalah rekap data yang telah diolah ke dalam bentuk kolom chart yang terlihat pada gamba 4.2. berdasarkan kategori kecelakaan kerja.

Gambar 4.2. Data Kecelakaan Kategori Sedang Keterangan :

1. Mata terkena percikan beling 2. tangan tertarik impeller blower 3. Tangan kiri terjepit stang screen

4. Jari tangan terjepit gerakan paffis down dan funnel 5. Kaki menginjak pecahan botol

6. Terpeleset jatuh diselokan timbangan

7. Tangan kanan terjepit diantara pertemuan antara stang dan squeegee Dari tabel 4.9. diatas terdapat 11 penyebab terjadinya kecelakaan kerja di PT. IGLAS (Persero) Gresik. Seluruh kecelakaan kerja berada pada kategori kuning yaitu luka berat atau sakit parah dengan perawatan insentif (yang mengharuskan pekerja istirahat dirumah) atau kehilangan hari kerja.

Kecelakaan yang terjadi rata-rata akibat kelalaian pekerja dalam menggunakan APD (alat pelindung diri) dan tidak mematuhi SOP (standart operasional pekerja), hal tersebut terjadi karena kurangnya pengawasan terhadap penggunaan APD. Sehingga jika terjadi kecelakaan akan langsung berdampak serius seperti hilangnya hari kerja. Kecelakaan kerja tersebut dapat dikurangi dengan mematuhi penggunaan APD dan mematuhi SOP, agar tidak terulang dikemudian hari.

Dari ketegori kecelakaan kerja diatas dapat diketahui tingkat kecelakaan kerja secara keseluruhan berada dalam kategori kuning yang artinya masih banyaknya terjadi kecelakaan kerja yang mengakibatkan hilang hari kerja.

4.2.5. Penentuan Level / Tingkat Implementasi Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Dari kategori kecelakaan kerja diatas dapat diketahui tingkat kecelakaan kerja secara keseluruhan berada dalam kategori kuning yang artinya masih banyaknya terjadi kecelakaan kerja yang mengakibatkan hilang hari kerja.

Sedangkan untuk kategori implementasi program kesehatan dan keselamatan kerja berada pada kategori kuning yang artinya kinerja belum tercapai, meskipun nilainya sudah mendekati target.

Dari ketegori kecelakaan dan tingkat implementasi program kesehatan dan keselamatan kerja tersebut, dapat diketahui level implementasi program kesehtan dan keselamatan kerja, yang dapat dilihat pada table berikut ini:

Table 4.10. Level Implementasi Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)

TINGKAT IMPLEMENTASI

Pada table diatas dapat diketahui bahwa level implementasi program kesehatan dan keselamata kerja di PT.IGLAS (Persero) Gresik berada pada level 3 yaitu hati-hati. Hal ini menandakan bahwa ada beberapa aspek (seperti kelengkapan APD dan kepatuhan terhadap penggunaan APD, serta adanya papan rambu peringatan yang permanen) yang perlu diperbaiki.

HIJAU KUNING MERAH

HIJAU Level 1 (aman & nyaman) Level 2 (cukup aman) Level 4 (rawan) KUNING Level 2 (cukup aman) Level 3 (hati-hati) Level 5 (berbahaya) TINGKAT KECEL A KAAN MERAH Level 4 (rawan) Level 5 (berbahaya) Level 6 (sangat berbahaya)

4.2.6. Identifikasi dan Klasifikasi Hazard dengan Pendekatan Risk Assessment

Identifikasi sumber bahaya (hazards) dilakukan dengan cara pengamatan langsung (observasi) terhadap sumber – sumber bahaya yang tampak (bahaya fisik, mekanis, kimia, ergonomi, dan lingkungan sekitar) maupun bahaya yang tidak tampak (bahaya tingkah laku) di PT. IGLAS (persero) Gresik. dan melakukan wawancara dengan beberapa karyawan. Hazard yang teridentifikasi adalah sebagai berikut:

Tabel 4.11. Penggelompokan Kejadian Kecelakaan Kerja Tahun 2009

No. Jenis Bahaya Sumber Bahaya

Tanggal Kejadian

Uraian tentang terjadinya kecelakaan 2 Jan 2009 Terkena percikan

beling cucian persis mengenai mata sebelah kanan 25 Juli 2009 Terkena percikan

pecahan beling cucian persis mengenai mata sebelah kiri 1. Bahaya ergonomi dan lingkungan sekitar Proses pencucian beling

19 Des 2009 Pecahan beling terkena mata sebelah kiri

2. Bahaya

mekanis Impeller Blower

10 Jan 2009 tangan tertarik impeller blower 9 Feb 2009 Tangan kiri terjepit

stang screen 5 Maret 2009 Jari tangan terjepit

gerakan paffis down dan funnel

3. Bahaya mekanis

Pengoperasian mesin pencetak

botol 12 Nov 2009 Tangan kanan terjepit diantara pertemuan antara stang dan squeegee

17 april 2009 Kaki sebelah kiri menginjak pecahan botol

9 Agst 2009 Kaki kanan

menginjak pecahan botol 4. Bahaya lingkungan sekitar Pecahan botol berserakan

11 Agst 2009 Kaki kanan

menginjak pecahan botol 5. Bahaya lingkungan sekitar

Permukan licin 6 Sept 2009 Terpeleset jatuh diselokan timbangan

Tabel 4.12. Risk Assessment Code untuk Setiap Sumber Bahaya No Jenis Bahaya Sumber Bahaya Identifikasi Bahaya (Resiko Yang

Mungkin Terjadi) Penyebab S P RAC

1. Bahaya ergonomi dan lingkungan sekitar Proses pencucian

beling Terkena percikan beling

Tidak Menggunakan APD (kacamata), tidak mematuhi SOP, keahlian kurang.

III B 3

2.

Bahaya mekanis

Impeller Blower Resiko tangan tertarik Tidak menggunakan APD (glove),tidak mematuhi SOP, kurang keahlian/penggalaman III D 5 3. Bahaya mekanis Pengoperasian mesin pencetak botol

Resiko pekerja terjepit

Tidak mentaati SOP, kurang keahlian/pengalaman, kurangnya rambu-rambu peringatan III B 3 4. Bahaya lingkungan sekitar Pecahan botol

berserakan Resiko pekerja menginjak

Tidak mentaati SOP,kurangnya

rambu2 peringatan III B 3

5.

Bahaya lingkungan sekitar

Permukan licin Resiko pekerja terpeleset

Kurang keahlian/pengalaman, kurangnya rambu-rambu peringatan

Contoh Perhitungan RAC

A. Pada lingkungan sekitar terdapat gangguan kerja yang diakibatkan berserakannya pecahan botol yang mengakibatkan cidera kaki karena mengijak. Dalam hal ini yang perlu dilakukan adalah perawatan medis sederhana yang memiliki tingkat Severity “ IV ”. Akan tetapi mungkin terjadi dengan segera atau dalam jangka waktu yang singkat, sehingga pada probability berada pada kategori “ A ”. Sehingga akan didapat nilai RAC dari tabel di bawah ini :

Tabel 4.13. Matriks Risk Assessment

MISHAB PROBABILITY A B C D I 1 1 2 3 II 1 2 3 4 III 2 3 4 5 SEVERITY  IV 3 4 5 5

(Sumber : Industrial and Health Management, Asfahl, Ray. C, 1999)

Keterangan Mishap severity :

I. Kematian atau ketidakmampuan total yang permanen, kerugian sumber daya atau kerusakan akibat kecelakaan lebih dari Rp. 100.000.000,-

II. Ketidakmampuan parsial yang permanen, ketidakmampuan total sementara yang lebih dari 3 bulan, kerugain sumber daya atau kerusakan akibat kecelakaan Rp. 20.000.000,- atau lebih, tetapi kurang dari Rp. 100.000.000,- III.Kecelakaan dengan hilangnya hari kerja, kerugian sumber daya atau kerusakan

akibat kecelakaan Rp. 10.000.000,- atau lebih tetapi kurang dari Rp. 20.000.000,-

IV.Pertolongan pertama atau perawatan medis sederhana, kerugian sumber daya atau kerusakan akibat kecelakaan kurang dari Rp. 10.000.000,- atau pelanggaran terhadap persyaratan dalam waktu standar.

Mishap Probability :

A. Mungkin terjadi dengan segera atau dalam jangka waktu yang singkat B. Kemungkinan besar ( Probability ) akan terjadi

C. Kemungkinan kecil terjadi D. Mungkin tidak terjadi

Definisi RAC (Risk Assesment Code)

1. “Imminent danger” : Bahaya yang mengancam 2. “Serious” : Bahaya serius

3. “Moderate” : Bahaya Sedang

4. “Minor” : Bahaya Kecil

5. “negligible” : Tidak perlu diperhatikan

4.2.6.1. Penentuan Prioritas Penanggulangan Resiko

Penentuan prioritas penanggulangan resiko ini dilakukan bedasarkan hazard yang berada pada prioritas teratas (RAC = 3). Dengan mengacu pada table, hazard yang memiliki nilai RAC 3 adalah sebagai berikut :

Tabel 4.14. Hazard yang menempati prioritas teratas (RAC = 3) No Jenis Bahaya Sumber

Bahaya Identifikasi Bahaya (Resiko Yang Mungkin Terjadi) Penyebab 1. Bahaya ergonomi dan lingkungan Proses pencucian beling Terkena percikan beling Tempat proses pencucian kurangnya sirkulasi udara. Tidak

sekitar Menggunakan APD (kacamata), tidak mematuhi SOP, keahlian kurang. 2. Bahaya mekanis Pengoperasian mesin pencetak botol Resiko pekerja terjepit kurang keahlian/pengalaman, Tidak mentaati SOP, kurangnya rambu-rambu peringatan 3. Bahaya lingkungan sekitar Pecahan botol berserakan Resiko pekerja menginjak Tempat pembuanggan botol tidak memadai Tidak mentaati

SOP,kurangnya rambu2 peringatan

4.3. Perancangan Pencegahan

4.3.1. Usulan Pencegahan Untuk Mengatasi Bahaya ergonomi dan lingkungan sekitar

Berdasarkan RAC yang mendapatkan klasifikasi untuk bahaya sedang dengan nilai 3 yaitu jenis bahaya ergonomi dan lingkungan sekitar. Untuk jenis bahaya ergonomi dan lingkungan sekitar sumber bahayanya adalah proses pencucian beling, akibat yang ditimbulkan adalah terkena percikan beling sehingga menyebabkan pekerja luka di bagian mata. Oleh karena itu tindakan pencegahan yang diperlukan adalah sirkulasi udara di tempat proses pencucian beling harus baik atau diberi pendinggin ruangan seperti kipas angin agar suasana dalam proses pencucian beling tersebut tidak menimbulkan kegerahan pekerja sehingga kecelakaan yang menggakibatkan mata cidera dikarenakan pekerja melepas kacamata untuk mengelap keringat tidak terjadi lagi. Selain itu pelanggaran dalam

menggunakan APD (alat pelindung diri) seperti kacamata tidak terpakai harus diberi sanksi tegas agar kecelakaan yang sama tidak terulang kembali.

4.3.2. Usulan Pencegahan Untuk Mengatasi Bahaya Mekanis

Berdasarkan RAC yang mendapatkan klasifikasi untuk bahaya sedang dengan nilai 3 yaitu jenis bahaya mekanis. Untuk jenis bahaya mekanis sumber bahayanya adalah pengoperasian mesin pencetak botol, akibat yang ditimbulkan resiko pekerja jari terkelupas, tangan tergores maupun patah. Oleh karena itu tindakan pencegahan yang diperlukan adalah memberikan pelatihan (training) yang cukup untuk penggoperasian alat pencetak botol sehingga kecelakaan yang mengakibatkan tangan terjepit mesin karena kesalahan pekerja tidak lagi terjadi. Selain itu penggunakan APD (alat pelindung diri) seperti sarung tangan harus tersedia dan memasang rambu-rambu agar pekerja lebih hati-hati pada saat melakukan pekerjaan.

4.3.3. Usulan Pencegahan Untuk Mengatasi Bahaya Lingkungan Sekitar Berdasarkan RAC yang mendapatkan klasifikasi untuk bahaya sedang dengan nilai 3 yaitu jenis bahaya lingkungan sekitar. Untuk jenis bahaya lingkungan sekitar sumber bahayanya adalah pecahan botol berserakan, akibat yang ditimbulkan adalah kaki luka sobek. Oleh karena itu tindakan pencegahan yang diperlukan adalah menggunakan APD (alat pelindung diri) seperti tempat untuk pembuanggan pecahan botol harus diperbaiki dengan cara memperlebarnya sehingga pecahan botol tidak berserahkan dimana- mana agar tidak menyebabkan pekerja menginjaknya. Pemberian sepatu boot untuk alas pelindung kaki harus ada.

dan juga memasang rambu-rambu agar pekerja lebih hati-hati pada saat melangkah untuk melakukan pekerjaan.

Dari beberapa jenis bahaya dapat diidentifikasi sumber bahaya yang ada di perusahaan, serta resiko yang diakibatkan oleh setiap sumber bahaya tersebut. Agar sumber bahaya dapat diminimalkan maka perusahaan dapat melengkapi ketersediaan APD serta pemberian sosialisasi tentang pentingnya penggunaan APD, serta pemberian sanksi terhadap kelalaian setiap pekerja dalam mematuhi SOP. Selain hal tersebut diatas perusahaan juga dapat menggunakan papan peringatan yang permanen disetiap mesin maupun tempat-tempat yang menjadi sumber bahaya, agar dikemudian hari angka kecelakaan dapat berkurang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.13. di bawah ini :

Tabel 4.15. Usulan Pencegahan Terhadap Sumber Bahaya

No Jenis bahaya Penyebab Resiko Yang Mungkin Terjadi Usulan Pencegahan 1 Bahaya ergonomi dan lingkungan sekitar Tidak Menggunakan APD (kacamata), tidak mematuhi SOP, keahlian kurang. Terkena percikan beling Pasang pendinggin udara (kipas angin), penggunaan APD (kacamata), Pasang rambu agar lebih hati-hati. 2 Bahaya mekanis Tidak mentaati SOP, kurang keahlian/pengal aman, kurangnya rambu-rambu peringatan Resiko pekerja terjepit Menggadakan pelatihan (training) yang cukup (3 bulan sekali) memakai APD, Pasang rambu agar lebih hati-hati. 3 Bahaya lingkungan sekitar Tidak mentaati SOP,kurangnya rambu2 peringatan Resiko pekerja menginjak Memperbaiki tempat pembuanggan pecahan gelas.

Pemberian sepatu boot. Pasang rambu agar lebih hati-hati.

4.4. Pembahasan

4.4.1. Analisis Perhitungan Tingkat Implementasi Program K3

Bedasarkan penilaian terhadap tingkat Implementasi K3 yang melalui kuisioner yang telah dihitung pencapaian tingkat implementasi program K3 di PT. IGLAS (Persero) diperoleh angka 83.88% dengan cara merata-rata dari angka pencapaian satu persatu program K3. Nilai pencapaian ini termasuk kategori KUNING karena berada pada range 60 % - 84 % yang berarti bahwa pencapaian dari suatu indicator kinerja belum mencapai target yang maksimal.

Namun apabila diperinci perprogram K3 masih terdapat tiga ketegori penilaian yang belum memenuhi pencapaian yang maksimal, ini terdapat pada program penggunaan APD berkategori KUNING yang nilainya sebesar 76.5%

Dokumen terkait