TINJAUAN PUSTAKA
3.4. Pengolahan Data 1. Perhitungan Diameter
Perhitungan diameter pohon ditentukan dengan persamaan berikut : d = K/π
Keterangan : d = diameter pohon (cm) K = keliling Pohon (cm) π (phi) = konstanta (3,14)
20
2. Perhitungan volume
a. Rumus umum yang digunakan untuk menaksir volume pohon berdiri adalah : V = ¼ π (d/100)2
t x f
Keterangan: V = volume pohon (m3) π (phi) = konstanta (3,14) d = diameter pohon (cm) t = tinggi pohon (m)
f = faktor angka bentuk (0,7)
b.Perhitungan volume sortimen kayu bulat yang dimanfaatkan dengan menggunakan rumus empiris Brereton (Direktorat Jenderal Bina Produksi Kehutanan 2009) : V = ¼ π [(1/2 (Dp+Du) / 100]2 x P Keterangan : V = volume (m3) Dp = diameter pangkal (cm) Du = diameter ujung (cm) P = panjang sortimen kayu (m)
π = konstanta (3,14)
3. Perhitungan persen limbah
Persen limbah penebangan dihitung berdasarkan persamaan berikut : Persen limbah = (Vl/Vp) x 100%
Keterangan : Vl = volume limbah (m3)
Vp = volume pohon yang ditebang
4.Faktor Eksploitasi
Perhitungan faktor eksploitasi dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu pendekatan perbandingan kayu yang dimanfaatkan dengan standing stock-nya dan pendekatan persen limbah. Persamaan yang digunakan adalah :
a. Pendekatan potensi pohon berdiri (Rachmatsjah 1992) :
b.Pendekatan persen limbah pemanenan kayu
BAB IV
KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1. Sejarah Pemanfaatan Hutan PT. MAM
PT. MAM merupakan perusahaan penanaman modal dalam negeri (PMDN) yang tergabung dalam KODECO GROUP. Didirikan pada tanggal 5 Desember 1991 dan memperoleh pengesahaan dari Menteri Kehakiman tanggal 20 April 1992. Lokasi areal IUPHHK PT MAM berada di Kabupaten Jayapura dan Yapen Waropen Provinsi Papua. Luas areal kerja IUPHHK PT. MAM sebesar 677.310 hektar (PT. MAM 2009).
Kegiatan produksi kayu di PT. MAM dimulai pada tahun 1994 sampai dengan tahun 1997 dilakukan pemenuhan pasokan bahan baku industri PT. Kodeco Batulicin Plywood (PMA) yang berlokasi di Kalimantan Selatan. Perkembangan selanjutnya atas pertimbangan pengembangan pembangunan daerah serta efisiensi biaya industri maka pada tahun 1998 didirikan industri pengolahan kayu atas nama PT. Kodeco Mamberamo (PMDN) di desa Kerenui, Distrik Waropen Timur Kabupaten Yapen Waropen. Kapasitas ijin industri
plywood adalah 100.000 m3/tahun dan sawmill 12.000 m3/tahun. PT. MAM
sebagai pemasok utama bahan baku kayu bagi industri baru tersebut.
Dalam kaitannya dengan kegiatan pengusahaan hutan, PT. MAM yang pada tahun-tahun sebelumnya dibagi menjadi 2 unit kelestarian (unit Aja dan unit Gesa), terhitung mulai tahun 2012 unit kerja tersebut digabung menjadi 1 unit kelestarian yang melakukan kegiatan operasional pengusahaan hutan secara bersama-sama.
4.2. Letak dan Luas PT. MAM
Areal kerja IUPHHK-HA PT. MAM termasuk ke dalam kelompok hutan Sungai Mamberamo – Sungai Gesa. Berdasarkan pembagian wilayah administrasi pemerintahan, areal kerja IUPHHK-HA terletak di dalam wilayah distrik Mamberamo Hulu, Mamberamo Tengah, dan Mamberamo Hilir, serta distrik Waropen Atas, Kabupaten Mamberamo Raya, Provinsi Papua.
Berdasarkan status fungsi hutan, areal kerja IUPHHK PT. MAM seluas 677.310 Ha yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor 910/Kpts-IV/1999 terdiri atas Hutan Produksi (HP), Hutan Prduksi Terbatas (HPT) dan Hutan produksi yang dapat dikonversi (HPK). Luas masing-masing fungsi hutan disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Luas masing – masing fungsi hutan di PT. MAM
Fungsi Hutan Luas (Ha) Persentase (%)
Hutan Produksi (HP) 117.010 17,30
Hutan Produksi Terbatas (HPT) 513.570 75,80
Hutan Produksi yang dapat
dikonversi (HPK) 46.730 6,90
Jumlah 677.310 100,00
4.3. Topografi dan Kemiringan
Menggunakan kelas kemiringan sesuai dengan ketentuan dalam keputusan dalam Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 dan keputusan Menteri Pertanian Nomor 837/Kpts/Um/II/1980 kelas lereng di areal kerja IUPHHK-HA PT. MAM terdiri atas kelas lereng A (<8%) sampai kelas lereng E (>40%), dengan luas masing-masing dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Klasifikasi kelas kemiringan lapangan di PT. MAM
No. Kemiringan (%) Kelas Kemiringan Luas daerah (Ha)
1 < 8 A 202.658 2 8 - 15 B 185.784 3 15 - 25 C 215.920 4 25 - 40 D 60.106 5 > 40 E 12.843 Jumlah 677.310 4.4. Tanah
Berdasarkan Peta Tanah Provinsi Irian Jaya, 1 : 1.000.000 (Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 1993), area kerja IUPHHK-HA PT. MAM terdiri atas 5 jenis tanah. Jenis tanah tersebut
24
adalah aluvial (tidak peka), latosol (agak peka), podsolik (peka), litosol (sangat peka), dan regosol (sangat peka).
4.5. Geologi
Struktur geologi khususnya diareal kerja IUPHHK PT. MAM didominasi oleh sesar (sesar naik dan geser) dan lipatan. Sesar naik utama pada bagian tersebut membatasi Cekungan Wapoga dan Cekungan Mamberamo. Struktur lipatan terdiri dari antikilin dan sinklin. Antikilin yang dikenal adalah antiklin Gesa yang memotong aliran Sungai Gesa yang mengalir ke utara. Perkembangan struktur tersebut adalah dampak kompresi pemekaran lempeng Samudera Pasifik (PT MAM 2009).
4.6. Iklim dan Intensitas Hujan
Berdasarkan klasifikasi iklim secara umum menurut Schmidt & Ferguson, areal IUPHHK PT. MAM memiliki tipe iklim A, yaitu daerah sangat basah dengan vegetasi hutan hujan tropis dengan curah hujan tanpa bulan kering ( < 60 mm) merata sepanjang tahun. Dari data yang diperoleh dari stasiun Pencatat Curah Hujan Camp Gesa (tahun 1994-2001) diperoleh nilai Q sebesar 0 % dan IH (Intensitas Hujan) sebesar 17,4 mm/ha, dengan curah hujan rata-rata adalah sebesar 286 mm per bulan di mana curah hujan minimum terjadi pada bulan November (209 mm perbulan) dan maksimum pada bulan Oktober (354 mm per bulan).
4.7. Penutupan Lahan dan Fungsi Hutan
Penutupan lahan areal kerja IUPHHK-HA PT. MAM didasarkan pada penafsiran Citra Landsat LS-7 ETM+US pada tanggal 19 November 2005. Sementara berdasarkan status fungsi hutan, areal kerja dengan luas 677.310 Ha ditetapkan dengan Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan (PT. MAM 2009). Untuk penutupan lahan/vegetasi di areal kerja IUPHHK-HA PT. MAM menurut fungsi hutannya disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3 Penutupan vegetasi di PT. MAM berdasarkan fungsi hutan
Penutupan Lahan Fungsi Hutan (Ha) BZ Jumlah
(Ha)
HPT HP HPK
1. Hutan primer 287.203 66.966 6.176 12.230 372.575
2. Hutan bekas tebangan 105.825 40.100 30.651 1.948 178.524
3. Non hutan 6.209 5.169 592 127 12.097
4. Hutan rawa primer - 1.890 10.951 - 12.841
5.
Hutan rawa bekas
tebangan 8.268 783 - - 9.051
6. Non hutan rawa - 71 1.111 - 1.182
7. Tubuh air / danau - 636 - 12 648
8. Tertutup awan 74.295 10.511 - 5.586 90.392
Jumlah 481.800 126.126 49.481 19.903 677.310 Sumber : Pengesahan Citra Landsat Nomor S.35/VII/Pusin-1/2006 tanggal 22 Januari 2007
(PT MAM 2009)
4.8. Sosial dan Ekonomi Masyarakat
Penduduk asli disekitar kelompok hutan Sungai Mamberamo dan Sungai Gesa adalah suku Baudi Bira, Kerema, Obogui Dai, Kapso Apawer, Birara Noso, Bodo dan suku Haya. Hubungan suku-suku yang berbeda wilayah masih bersifat tradisional dan masing-masing suku masih memegang kuat adat istiadatnya. Hal ini ditunjukkan oleh adanya bahasa yang cukup mencolok diantara suku-suku asli yang ada dan masing-masing suku berkembang sendiri-sendiri tanpa saling mengganggu (PT. MAM 2009).
Bahasa yang digunakan sehari-hari oleh penduduk di sekitar kelompok hutan ini adalah bahasa dari suku masing-masing, sementara bahasa Indonesia hanya dimengerti oleh sebagian kecil penduduk. Agama dan kepercayaan yang dianut adalah Kristen Protestan, Katolik dan Islam. Dari total 20.494 jiwa penduduk dalam empat distrik di sekitar areal kerja IUPHHK-HA PT. MAM, tercatat sebanyak 19.449 jiwa (94,90%) penganut agama resmi dengan rincian 7.795 jiwa (38,03%) beragama Kristen Protestan, 361 jiwa (1,76%) beragama Islam, dan 11.293 jiwa (55,10%) beragama Kristen Katolik.
Budaya masyarakat di dalam dan di sekitar areal IUPHHK-HA PT. MAM merupakan gambaran kecil dari budaya Papua. Kebudayaan di Papua menunjukan
26
gejala aneka warna yang ekstrim. Hal ini disebabkan oleh suku-suku/bangsa-bangsa yang berdatangan dari berbagai daerah menduduki pulau-pulau yang ada secara terpisah satu dari yang lainnya (isolasi geografis).
Proses sosial yang ada di kawasan areal kerja IUPHHK berupa proses asosiatif (keserasian) dan proses disosiatif (pertentangan). Proses asosiatif dapat dikaji dari proses akomodasi diawali dengan kegiatan kerjasama, gotong royong, dalam kegiatan perkawinan, membangun rumah ibadah, dan lain-lain. Kegiatan akomodasi juga terlihat dalam kegiatan meramu, di mana masyarakat saling membantu dalam mencari sumber sagu dan hewan buruan.
Mata pencaharian penduduk yang berada di sekitar areal kerja IUPHHK-HA PT. MAM dapat diklasifikasikan menurut keadaaan alam dimana mereka menetap. Umumnya penduduk yang tinggal di sepanjang Sungai Mamberamo dan Danau Bira memiliki mata pencaharian sebagai pencari ikan untuk memenuhi kebutuhan protein hewani sehari-hari dan jika ada kelebihan dari hasil tangkapan, maka akan ditukarkan (barter) dengan bahan makanan seperti umbi-umbian, jagung dan talas. Bahan makanan ini dihasilkan oleh penduduk yang tinggal di pedalaman yang umumnya hidup dari ladang berpindah. Sistem barter dilakukan pada setiap kesempatan karena di kawasan ini belum berkembang sistem pasar dan perekonomian uang. Disamping mencari ikan dan bercocok tanam dengan berladang berpindah, ada sebagian masyarakat yang melakukan kegiatan yang dikenal dengan istilah meramu (mencari sagu, umbi dan berburu). Sementara masyarakat yang tinggal di pusat-pusat pemerintah (distrik dan kabupaten), yang umumnya terdiri atas pendatang berprofesi sebagai pegawai negeri dan buruh harian.
Pendapatan masyarakat di sekitar areal kerja IUPHHK-HA PT. MAM umumnya tidak menentu. Cara hidup bertani subsistem menunjukkan bahwa pendapatan penduduk hanya dapat memenuhi kebutuhan hidup keluarga sehari-hari. Keadaan ekonomi masyarakat setempat, pola bekerja yang tidak menentu, serta pola konsumsi yang sederhana, juga menunjukkan bahwa pendapatan masyarakat umumnya masih rendah dan sangat tergantung pada sumber daya alam.
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Pelaksanaan Pemanenan Hutan di PT. MAM
PT. MAM menerapkan sistem pemanenan mekanis, yaitu kegiatan pemanenan kayu dilakukan dengan menggunakan bantuan mesin. Sistem silvikultur yang diterapkan adalah Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI). Penebangan pohon di PT. MAM dilakukan oleh regu tebang yang terdiri atas satu orang chainsawman dan dibantu oleh seorang helper. Chainsaw yang digunakan dalam penebangan pohon merupakan milik pribadi penebang. Sistem kerja yang diterapkan adalah sistem borongan. Satu petak tebang seluas 100 ha dibagi menjadi dua bagian yang dibatasi oleh jalan sarad maupun jalan cabang. Pembagian ini dilakukan untuk mengefisienkan kegiatan penebangan dan penyaradan, sehingga dalam satu petak tebang terdapat dua regu tebang.
Penentuan arah rebah pohon dilakukan oleh penebang. Pohon yang ditebang adalah pohon dalam keadaan baik dengan diameter ≥ 40 cm untuk hutan produksi tetap dan ≥ 50 cm untuk hutan produksi terbatas. Penentuan arah rebah dilakukan dengan melihat kecondongan tajuk pohon. Pembersihan tumbuhan bawah atau semak-semak tidak dilakukan oleh penebang. Setelah pohon rebah, tidak dilakukan pembagian batang (bucking), melainkan pemotongan banir
(trimming). Pembagian batang tidak dilakukan karena industri terkait yang
bekerjasama dengan PT. MAM tidak menghendaki sortimen kayu pendek.
Penyaradan dilakukan menggunakan traktor sarad. Penyaradan dilakukan oleh regu sarad yang terdiri atas seorang operator traktor sarad dan seorang
helper. Sebelum regu sarad melakukan penyaradan, terlebih dahulu dilakukan
koordinasi dengan regu tebang yang bekerja pada petak tersebut, sehingga tim sarad telah mengetahui terlebih dahulu posisi atau letak kayu yang akan disarad. Kegiatan penyaradan bergantung pada kondisi cuaca. Pada kondisi cuaca yang buruk, tidak dilakukan kegiatan penyaradan. Hal ini untuk menghindari pemadatan tanah, efisiensi waktu kerja dan sedikitnya jumlah kayu yang disarad.
Pemuatan dan pembongkaran kayu di PT. MAM dilakukan di TPn dan log pond menggunakan loader dan excavator. Pengangkutan dilakukan setelah
28
kegiatan penyaradan dan pemuatan. Alat angkut yang digunakan adalah logging
truck. Pengangkutan juga bergantung pada cuaca.
5.2 Pohon Contoh
5.2.1 Kelompok Jenis Pohon Contoh
Penebangan pohon yang sedang berlangsung di PT. MAM dilakukan pada areal RKT 2012. Penelitian ini dilakukan di petak 37QQ Blok RKT 2012 dengan fungsi hutan produksi terbatas (HPT), sehingga penebangan pohon hanya dilakukan pada pohon dengan diameter ≥ 50 cm, sehat, bernilai komersil dan berlabel merah. Berdasarkan LHC petak tebang terpilih terdapat 1060 pohon layak tebang dimana 40,8% merupakan pohon kelompok meranti dan 59,8% kelompok non meranti. Pohon contoh yang diamati terdiri atas kelompok meranti dan non meranti. Pohon contoh yang diamati sebanyak 29 pohon yang terdiri atas 69% kelompok meranti dan 31% dari kelompok non meranti. Sebaran kelompok jenis pohon contoh disajikan pada Gambar 4.
Gambar 4 Sebaran kelompok jenis pohon contoh. 5.2.2 Diameter Pohon Contoh
Diameter rata-rata pohon – pohon contoh sebesar 87,7 cm dengan diameter terkecil 52,4 cm dan diameter terbesar 197 cm. Sementara berdasarkan kelompok jenis, kelompok jenis meranti memiliki rata-rata diameter paling besar, yaitu 100,2 cm dan diameter rata-rata terkecil dari kelompok jenis meranti, yaitu 59,7 cm. Pohon berdiameter besar didominasi oleh jenis merbau dan mersawa. Gambar 5 menyajikan sebaran diameter pohon contoh.
69 31 0 20 40 60 80
Meranti Non Meranti
P e rs en ta se ( % )
Gambar 5 Sebaran diameter pohon contoh.
Rata – rata tinggi total pohon contoh sebesar 31,58 meter dengan sebaran 25,2 meter – 39,26 meter, sementara rata – rata tinggi bebas cabang adalah 25,82 meter dengan sebaran 16,4 meter – 33,9 meter. Tinggi tajuk rata-rata sebesar 5,73 meter. Pohon tertinggi adalah jenis mersawa dengan tinggi 39,26 meter. Sebaran tinggi pohon contoh disajikan pada Gambar 6.
Gambar 6 Persentase sebaran tinggi pohon contoh ( Tinggi bebas cabang, Tinggi total).
5.3. Kuantifikasi Hasil Penebangan