• Tidak ada hasil yang ditemukan

YA TIDAK 1 MENGENAL EMOS

E. Prosedur Penelitian

4. Pengolahan Data

Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data awal, maka data tersebut harus diolah. Untuk mempermudah pengolahan data ini, dilakukan prosedur pengolahan data. Berikut ini adalah pengolahan data awal penelitian sebagai tindak lanjut untuk mengembangkan kecerdasan emosional sebagai berikut:

a. Verifikasi Data

Verifikasi data dimaksudkan untuk penyeleksian data, dengan cara memeriksa kelengkapan jumlah kuesioner (angket) kecerdasan emosional, kelengkapan dan kesesuaian jawaban respons dengan petunjuk pengisian kuesioner kecerdasan emosional. Jawaban responden yang dapat diolah adalah jawaban yang lengkap sesuai dengan petunjuk pengisian kuesioner kecerdasan emosional.

b. Penyekoran Data

Setelah melakukan verifikasi terhadap data yang terkumpul, selanjutnya dilakukan penyekoran terhadap setiap lembar jawaban melalui tahapan sebagai berikut:

1) Menjumlahkan setiap item

2) Menyajikan data-data penelitian ke dalam tabel data serta mengelompokkannya. 3) Pengelompokan Data

Pengelompokan data dilakukan guna memperoleh gambaran mengenai kecerdasan emosional, dilakukan dengan cara mengelompokkan ke dalam kelompok

kegiatan selanjutnya adalah menguji dampak pembelajaran pendidikan jasmani untuk mengembangkan kecerdasan emosional.

c. Uji Asumsi

1) Melakukan uji normalitas untuk mengetahui kenormalan data skor pre-test, post- test kecerdasan emosional menggunakan uji statistik Kolmogorov-Smirnov. Adapun rumusan hipotesisnya adalah:

= Data distribusi normal

= Data tidak berdistribusi normal Dengan kriteria uji sebagai berikut:

Jika nilai Sig.(p-value) < α (α = 0.05), maka ditolak Jika nilai Sig.(p-value) ≥ α (α = 0.05), maka diterima.

Tetapi jika data tidak berdistribusi normal maka dilakukan uji statistik non parametrik yaitu Uji Mann-Whitney karena untuk menguji dua kelompok independen.

2) Menguji homogenitas varians skor pre-test, post-test kecerdasan emosional dengan menggunakan uji Levene. Adapun hipotesis yang akan diuji adalah : = kedua data bervariansi homogen

= kedua data tidak bervariansi homogen dengan kriteria uji sebagai berikut:

jika nilai Sig.(p-value) < α (α = 0.05), maka ditolak jika nilai Sig.(p-value) ≥ α (α = 0.05), maka diterima.

Jika data berdistribusi normal tetapi tidak bervariansi homogen maka dilakukan uji

statistik parametrik yaitu Uji t’. Setelah data memenuhi syarat normal dan homogen, selanjutnya dilakukan uji-t yaitu Independent sample t-test

Hipotesis 1

Terdapat pengaruh yang signifikan model Cooperative Learning tipe TGT dalam permainan bola besar terhadap pengembangan kecerdasan emosional siswa.

Untuk menguji hipotesis penelitian yang diajukan di atas, dirumuskan hipotesis statistik sebagai berikut.

H0 :

Tidak terdapat pengaruh yang signifikan model Cooperative Learning tipe TGT dalam permainan bola besar terhadap pengembangan kecerdasan emosional siswa

Ha :

Terdapat pengaruh yang signifikan model Cooperative Learning tipe TGT dalam permainan bola besar terhadap pengembangan kecerdasan emosional siswa .

Hipotesi 2

Terdapat pengaruh yang signifikan model Peer Teaching dalam permainan bola besar terhadap pengembangan kecerdasan emosional siswa

Untuk menguji hipotesis penelitian yang diajukan di atas, dirumuskan hipotesis statistik sebagai berikut.

H0 :

Tidak terdapat pengaruh yang signifikan model Peer Teaching dalam permainan bola besar terhadap pengembangan kecerdasan emosional siswa.

Ha :

Terdapat pengaruh yang signifikan model Peer Teaching dalam permainan bola besar terhadap pengembangan kecerdasan emosional siswa.

Hipotesi 3

Kecerdasan emosional siswa pada permainan bola besar melalui model

Cooperative Learning tipe TGT lebih berpengaruh secara signifikan

dibandingkan dengan Peer Teaching

Untuk menguji hipotesis penelitian yang diajukan di atas, dirumuskan hipotesis statistik sebagai berikut. Adapun H0 dan Ha nya adalah

H0 :

Skor postes kecerdasan emosional siswa pada permainan bola besar melalui model Cooperative Learning tipe TGT tidak lebih baik daripada siswa dengan model Peer Teaching.

Ha :

Skor postes kecerdasan emosional siswa pada permainan bola besar melalui model Cooperative Learning tipe TGT lebih lebih baik daripada siswa dengan model Peer Teaching.

G Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tahun ajaran 2013/2014 semester genap di tempat penulis bekerja yakni SMP Negeri 1 Kecamatan Minas Kabupaten Siak Propinsi Riau. Penentuan lokasi ini diharapkan mampu memberi kemudahan khususnya menyangkut pengenalan lingkungan yang berhubungan dengan siswa sebagai responden penelitian atau menyangkut personel yang akan membantu kelancaran dalam kegiatan penelitian ini.

Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan bulan Mei tahun 2014, serta penelitian dilaksanakan 3 kali pertemuan dalam seminggu. Adapun untuk pelaksanaan pembelajaran pada kelas eksperimen model Cooperative Learning tipe TGT dilakukan setiap hari Senin, Rabu dan Jumat. Sedangkan untuk kelas eksperimen model Peer Teaching dilaksanakan setiap hari selasa, Jumat dan Sabtu.

Pelaksanaan penelitian dilakukan sebanyak 16 kali pertemuan, dasar yang penulis jadikan sebagai bahan acuan dalam penelitian ini adalah pendapat dari

Goleman (1999: 439-440), bahwa “kecakapan emosi tidak dapat ditingkatkan hanya dalam semalam, karena bagian otak emosi memerlukan waktu berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan untuk mengubah kebiasaan, tidak dalam ukuran jam dan hari”. Dari pendapat inilah penulis berkeyakinan bahwa orang yang mempelajari keterampilan yang baru secara lebih efektif jika mereka mempunyai kesempatan berulang-ulang untuk mempraktekkannya selama jangka waktu yang cukup panjang.

Selanjutnya hasil penelitian yang dilakukan oleh Groves, et al. (Nicola S. Schutte, 2013: 59) yang mengatakan bahwa “Program pelatihan untuk karyawan sebanyak 11 Minggu yang menyediakan informasi mengenai kecerdasan emosional dan mencontoh keterampilan kecerdasan emosional ditemukan adanya peningkatan secara signifikan setelah pelatihan dibandingkan kelompok kontrol”. Hal ini diperkuat lagi dengan penelitian yang dilakukan oleh Crombie et al. (Nicola S. Schutte, 2013: 60) bahwa “Dalam studi ilmu olahraga dengan pemain kriket, telah menemukan bahwa pelatihan interaktif kecerdasan emosional terhadap atlet secara acak melalui 10 lokakarya selama tiga jam, mencetak secara signifikan lebih tinggi pada ukuran kinerja tes kecerdasan emosional atlet dibandingkan kelompok kontrol”.

Berikutnya dalam penelitian, penulis melakukan pembelajaran pendidikan jasmani sebanyak 3 kali pertemuan dalam seminggu. Hal ini mengacu pada pendapat beberapa ahli, di antaranya yang disampaikan oleh Harsono (1988: 194), bahwa

“Weight training sebaiknya dilakukan tiga kali dalam seminggu, misalnya Senin, Rabu, Jumat, dan diselingi dengan satu hari istirahat untuk memberikan kesempatan bagi otot untuk berkembang dan mengadaptasikan diri pada hari istirahat tersebut”. Kemudian pendapat Tarigan (2012: 18) yang menyatakan bahwa “Agar pendidikan jasmani dan olahraga memberikan dampak yang positif pada anak sekolah dapat menggunakan rumusan FITT yang berarti: F= Frekuensi latihan 3-5 kali/perminggu; I= Intensitas; T= Time, Type= Tipe yaitu jenis olahraga yang dilakukan.

Dari uraian beberapa pendapat ahli di atas dapat menjadi pendukung bagi peneliti dalam menentukan frekuensi dan intensitas tatap muka dalam proses pembelajaran

pendidikan jasmani selama penelitian berlangsung, sekaligus menjadi landasan teoritis atau titik tolak pemikiran yang digunakan dalam penelitian.

Berikutnya pada saat penelitian di lapangan, penulis mempunyai kendala dalam waktu pembelajaran yang tadinya hanya satu kali pertemuan dalam seminggu akan tetapi berkenaan kepentingan penelitian harus 3 kali dalam seminggu, maka upaya dari peneliti adalah meminta izin kepada kepala sekolah dan guru bidang studi. Hal ini disiasati dengan cara pendistribusian waktu pembelajaran tanpa mengganggu mata pelajaran yang lain karena hanya menggeser jadwal mata pelajaran yang terpakai oleh pelajaran pendidikan jasmani.

BAB V

Dokumen terkait