• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengolahan horizontal untuk tingkat kepentingan aktor

BAB IV. METODE PENELITIAN

D. Elemen Strategi

6.2. Analisis Alternatif Strategi Pengembangan Bisnis Jahe Untuk Masa Yang Akan Datang Yang Akan Datang

6.2.1. Analisis Pengolahan Horizontal

6.2.1.2. Pengolahan horizontal untuk tingkat kepentingan aktor

keuntungan maka pihak petani maupun pengolah tidak akan menggeluti bisnis obat tradisional. Faktor informasi pasar menempati posisi kedua karena dengan adanya informasi pasar, semua pihak yang berkepentingan bisa dengan cepat merespon perubahan yang terjadi. Faktor kualitas menempati posisi ketiga dengan alasan bahwa kualitas obat tradisional merupakan faktor penting agar produk bisa diterima konsumen. Potensi lahan menempati posisi keempat dengan bobot nilai sebesar 0,139. Lahan dianggap penting karena saat ini banyak lahan jahe yang diubah menjadi tanaman lain misalnya sayuran, sehingga konsumen termasuk didalamnya pihak pengolah tanaman jahe menjadi kekurangan sumber bahan baku produk. Kemajuan teknologi menempati posisi 5 dengan bobot nilai sebesar 0,132. Penggunaan teknologi yang efektif dan efisien dapat memaksimalkan proses produksi yang dilakukan oleh petani dan pengolah. Pasokan input penting karena kualitas obat tradisional tergantung dari kualitas bahan bakunya.

6.2.1.2. Pengolahan horizontal untuk tingkat kepentingan aktor

Hasil pengolahan horizontal pada tingkat 3 menunjukkan penilaian para aktor mengenai seberapa besar tingkat kepentingan enam konteks faktor yang mempengaruhi pembuatan strategi pengembangan bisnis.

1. Pengolahan horizontal untuk membandingkan tingkat kepentingan aktor dalam konteks pasokan input produksi.

Aktor dalam pengembangan bisnis jahe di Indonesia yang terdiri dari petani jahe, lembaga penelitian, pengolah, dan pedagang memiliki kepentingan yang berbeda terhadap pasokan input, tergantung pada tujuannya. Tingkat kepentingan aktor dalam konteks pasokan input dapat dilihat pada Tabel 18.

Tabel 18. Hasil Pengolahan Horizontal Untuk Membandingkan Tingkat Kepentingan Aktor dalam Konteks Pasokan Input.

Aktor Bobot Prioritas

Petani jahe 0,306 1

Lembaga Penelitian 0,291 2

Pengolah 0,159 4

Pedagang 0,244 3

Rasio Inkonsistensi 0,00

Pasokan input merupakan faktor yang terpenting bagi petani, hal ini bisa dilihat dari bobot nilai sebesar 0,306. Pasokan input penting bagi petani karena jika pasokan inputnya tidak kontinyu dan tidak sesuai standar kualitas yang diinginkan konsumen, maka petani tidak mendapatkan keuntungan yang maksimal. Lembaga penelitian menempati posisi kedua yakni dengan bobot nilai sebesar 0,291. Lembaga penelitian merupakan suatu wadah yang dapat membantu petani dalam hal penyediaan bibit unggul sehingga dapat berproduksi secara efektif dan efisien. Pedagang juga memerlukan kelancaran pasokan input. Keterlambatan pasokan input bagi pedagang akan mendatangkan kerugian karena perusahaan pengolah lebih memilih untuk membeli bahan baku berupa jahe segar maupun jahe kering melalui pedagang pengumpul. Selain itu, mereka juga bisa kehilangan kepercayaan dari pihak perusahaan yang mungkin saja sudah melakukan ikatan kontrak ataupun telah memiliki perjanjian jual beli dengan mereka. Bobot nilai dari tingkat kepentingan pedagang ini adalah sebesar 0,244. Pengolah menempati prioritas keempat dengan bobot nilai 0,159 tidak terlalu mementingkan pasokan input karena pihak pengolah tidak hanya mendapatkan input dari satu petani saja namun dari beberapa petani ataupun dari pedagang

62

besar. Pengolah juga biasanya sudah memiliki petani mitra yang bisa menyediakan kebutuhan input produksinya. Hasil pengolahan AHP untuk membandingkan tingkat kepentingan aktor dalam konteks pasokan input dapat dilihat pada Lampiran 3.

2. Pengolahan horizontal untuk membandingkan tingkat kepentingan aktor dalan konteks informasi pasar

Informasi pasar berguna dalam melancarkan proses distribusi baik itu dari petani kepada industri pengolah maupun dari industri pengolah kepada konsumennya. Informasi pasar bisa diperoleh melalui media elektronik ataupun media cetak yang ada. Khusus untuk industri pengolah, perusahaan bisa menggunakan strategi tertentu untuk mengetahui perilaku konsumen obat tradisional. Salah satu contohnya adalah dengan menggunakan kuisioner mengenai penilaian dan keinginan konsumen akan produk obat tradisional seperti apa yang diinginkannya. Hasil kuisioner tersebut bisa dijadikan acuan untuk proses produksi obat tadisional sebelumnya. Hasil pengolahan horizontal untuk membandingkan tingkat kepentingan aktor dalam konteks informasi pasar dapat dilihat pada Tabel 19.

Tabel 19. Hasil Pengolahan Horizontal Untuk Membandingkan Tingkat Kepentingan Aktor dalam Konteks Informasi Pasar.

Aktor Bobot Prioritas

Petani jahe 0,305 1 Pengolah 0,290 2 Lembaga penelitian 0,119 4 Pedagang 0,287 3 Rasio Inkonsistensi 0,02

Informasi pasar memiliki peranan yang penting bagi petani jahe karena selama ini petani sering mengalami kesulitan untuk memasarkan hasil produksinya. Selain itu, masih banyak petani tidak menerima harga yang pantas untuk hasil produksinya disebabkan ketidaktahuan mereka akan perkembangan harga dan kualitas yang diinginkan oleh konsumen. Petani jahe memperoleh bobot nilai sebesar 0,305. Informasi pasar dengan bobot nilai 0,290 juga penting bagi pengolah agar pihak pengolah bisa terus up to date terhadap keinginan dan kebutuhan konsumen. Adanya informasi pasar membuat pihak pengolah menjadi terus kreatif dalam memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen. Informasi pasar menguntungkan pengolah karena bisa dengan cepat memperoleh bahan baku sesuai standar yang ditetapkan dan kuantitas yang diinginkan. Pedagang memerlukan informasi pasar sehingga bisa dengan cepat menawarkan produknya. Pedagang memperoleh bobot nilai yakni 0,287.

Lembaga penelitian memiliki penilaian sebesar 0,119 terhadap konteks informasi pasar. Lembaga penelitian sudah banyak melakukan penelitian mengenai tanaman obat yang menyangkut budidaya, khasiat, dan toksisitas, namun karena banyak yang tidak dipublikasikan maka tindak lanjut dan pemanfaatan hasil penelitian tersebut oleh kalangan industri obat tradisional masih sangat terbatas. Output pengolahan AHP untuk membandingkan tingkat kepentingan aktor dalam konteks informasi pasar dapat dilihat pada Lampiran 4. 3. Hasil pengolahan horizontal untuk perbandingan tingkat kepentingan aktor

dalam konteks kualitas

Kualitas merupakan bagian terpenting untuk produk olahan jahe sebagai obat tradisional. Loyal tidaknya konsumen dalam menggunakan produk suatu

64

perusahaan tergantung dari kualitas yang diberikan oleh produknya. Produk yang berkualitas bisa meningkatkan jumlah dan keuntungan penjualan. Kualitas obat tradisional yang sesuai standar akan membuka peluang ekspor bagi obat tradisional indonesia.

Tabel 20. Hasil Pengolahan Horizontal Untuk Membandingkan Tingkat Kepentingan Aktor dalam Konteks Kualitas

Aktor Bobot Prioritas

Petani jahe 0,263 3 Pengolah 0,291 1 Lembaga penelitian 0,179 4 Pedagang 0,267 2 Rasio Inkonsistensi 0,00

Pihak pengolah menempatkan kualitas sebagai faktor terpenting dengan bobot nilai sebesar 0,291 karena untuk mendapatkan produk dengan kualitas dan kuantitas yang diinginkan maka proses produksi yang dilakukan sebaiknya sesuai dengan Good Manufacturing Practices (GMP). Kualitas juga penting bagi pedagang karena semakin baik kualitas jahe yang dijual maka keuntungan yang mereka peroleh akan semakin besar. Pedagang memperoleh nilai sebesar 0.267.

Petani dengan nilai 0,263 diartikan bahwa kualitas hasil produksi bagi petani itu penting agar mereka bisa menetapkan harga yang tinggi yang pada akhirnya dapat memberikan keuntungan yang optimal bagi petani. Lembaga penelitian menempati posisi akhir dengan nilai sebesar 0,179. Lembaga penelitian berperan dalam penetapan standar mutu dan keamanan simplisia maupun khasiat obat tradisional. Lampiran 5 menunjukkan output pengolahan Expert Choice untuk membandingkan tingkat kepentingan aktor dalam konteks kualitas.

4. Hasil pengolahan horizontal untuk perbandingan tingkat kepentingan aktor dalam konteks kemajuan teknologi

Kemajuan teknologi dapat digunakan oleh berbagai pihak sesuai dengan kepentingannya masing-masing. Sumberdaya manusia yang berkualitas diperlukan untuk mengaplikasikan teknologi yang digunakan. Teknologi maju, terutama untuk proses budidaya biasanya difasilitasi oleh beberapa lembaga penelitian seperti, BALITRO dan Badan Pusat Teknologi Produksi Pertanian (BPPT).

Tabel 21. Hasil Pengolahan Horizontal Untuk Membandingkan Tingkat Kepentingan Aktor dalam Konteks Kemajuan Teknologi.

Aktor Bobot Prioritas

Petani jahe 0,269 2

Pengolah 0,349 1

Lembaga penelitian 0,219 3

Pedagang 0,163 4

Rasio Inkonsistensi 0,01

Pengolah dan petani jahe secara berturut-turut menempati posisi terpenting dengan bobot nilai sebesar 0,349 dan 0,269 dalam hal kepentingan kemajuan teknologi. Teknologi maju disini bukan hanya digunakan untuk proses pengolahan saja namun juga untuk proses budidaya yang dilakukan oleh petani. Pihak pengolah membutuhkan teknologi untuk bisa melakukan diversifikasi produk dari tanaman jahe. Teknologi yang maju membantu pengolah untuk dapat menghasilkan produk olahan akhir yang berkualitas dan lebih aman karena proses produksinya bisa lebih higienis. Industri pengolah juga diwajibkan untuk melakukan proses produksi dengan cara yang ramah lingkungan.

66

Lembaga penelitian membutuhkan teknologi maju untuk terus melakukan penelitian dan pengembangan baik itu untuk kepentingan petani maupun kepentingan perusahaan pengolah dan konsumen akhir. Lembaga penelitian memperoleh bobot nilai sebesar 0,219. Pedagang menempati posisi akhir dengan perolehan bobot nilai yaitu 0,163. Output hasil olahan Expert Choice untuk membandingkan tingkat kepentingan aktor dalam konteks kemajuan teknologi dapat dilihat pada Lampiran 6.

5. Hasil pengolahan horizontal untuk perbandingan tingkat kepentingan aktor dalam konteks potensi lahan

Lahan di Indonesia potensial untuk mengembangkan tanaman obat tradisional, namun banyak yang telah beralih fungsi. Hasil pengolahan horizontal untuk membandingkan tingkat kepentingan aktor dalam konteks potensi lahan dapat dilihat pada Tabel 22.

Tabel 22. Hasil Pengolahan Horizontal Untuk Membandingkan Tingkat Kepentingan Aktor dalam Konteks Potensi Lahan.

Aktor Bobot Prioritas

Petani jahe 0,408 1

Pengolah 0,207 3

Lembaga penelitian 0,219 2

Pedagang 0,167 4

Rasio Inkonsistensi 0,01

Petani sebagai pihak yang berperan langsung dalam membudidayakan jahe menempati prioritas pertama dalam konteks potensi lahan dengan perolehan bobot nilai sebesar 0,408. Petani membutuhkan lahan yang sesuai untuk membudidayakan jahe agar hasil produksinya bisa maksimal.

Lembaga penelitian dengan bobot nilai sebesar 0,219 membutuhkan lahan yang potensial sebagai media untuk melakukan penelitian dan percobaan guna membantu pengembangan bisnis jahe ini. Pengolah juga memiliki lahan sendiri untuk memenuhi kebutuhan bahan bakunya. Namun, hasil produksinya belum mencukupi untuk memenuhi target produksi, sehingga membutuhkan bahan baku dari luar perusahaan. Pengolah memperoleh bobot nilai sebesar 0,207.

Pedagang tidak membutuhkan lahan karena mereka hanya mengumpulkan jahe dari petani-petani yang berskala kecil dan belum memiliki pasar sendiri. Pedagang memperoleh bobot nilai sebesar 0,167. Output pengolahan Expert Choice untuk membandingkan tingkat kepentingan aktor dalam konteks potensi lahan dapat dilihat pada Lampiran 7.

6. Hasil pengolahan horizontal untuk perbandingan tingkat kepentingan aktor dalam konteks perkembangan pasar

Tabel 23. Hasil Pengolahan Horizontal Untuk Membandingkan Tingkat Kepentingan Aktor dalam Konteks Perkembangan Pasar.

Aktor Bobot Prioritas

Petani jahe 0,252 3 Pengolah 0,310 2 Lembaga penelitian 0,121 4 Pedagang 0,317 1 Rasio Inkonsistensi 0,03

Pihak pedagang memiliki tingkat kepentingan yang utama dalam hal perkembangan pasar yakni dengan bobot nilai sebesar 0,317. Pihak pengolah memperoleh bobot nilai 0,310. Pengolah dan pedagang harus bisa merespon dengan cepat tuntutan pasar atau konsumen terhadap produk yang bermutu, aman

68

dikonsumsi dan diproduksi dengan cara yang ramah lingkungan. Pihak pengolah merespon perkembangan pasar dengan selalu berusaha menciptakan produk-produk baru yang sesuai keinginan konsumen. Pedagang merespon perkembangan pasar dengan cara berusaha menyediakan tanaman jahe yang sesuai dengan keinginan konsumen baik itu dalam hal kualitas maupun kuantitas. Petani jahe mendapatkan perolehan bobot nilai sebesar 0,252.

Petani menanggapi perkembangan pasar dengan cara memproduksi tanaman jahe yang berkualitas sehingga memiliki daya saing dan nilai jual yang tinggi. Bobot nilai yang diperoleh lembaga penelitian dalam konteks perkembangan pasar adalah 0,121. Lembaga penelitian membantu pihak petani untuk memperoleh hasil panen yang berkualitas dengan cara menyediakan bibit unggul tanaman obat khususnya jahe, memberi binaan kepada petani mengenai tata cara menggunakan teknologi budidaya yang efisien dan ramah lingkungan sehingga dapat meningkatkan produktivitas dan kualitas produk yang sesuai sebagai bahan baku industri obat. Hasil pengolahan horizontal dengan menggunakan Expert Choice untuk membandingkan tingkat kepentingan aktor dalam konteks perkembangan pasar dapat dilihat pada Lampiran 8.

6.2.1.3.Pengolahan horizontal untuk tingkat kepentingan aktor terhadap

Dokumen terkait