• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Pengenalan alat Insinerator

a. Tujuan

Tujuan pengenalan alat Insinerator adalah untuk mengetahui fungsi setiap bagian dari Insinerator agar tidak terjadi kecelakaan kerja saat melakukan pembakaran limbah padat medis.

b. Dasar teori

Insinerator adalah metode yang disarankan untuk memusnahkan limbah

padat medis yang dihasilkan kegiatan rumah sakit dengan suhu yang tinggi. Bila Insinerator akan digunakan maka perlu mempertimbangkan faktor ukuran, desain yang disesuaikan dengan peraturan pengendalian udara, penempatan lokasi yang berkaitan dengan jalur pengangkutan sampah dalam kompleks rumah sakit, dan sarana gedung untuk melindungi Insinerator dari bahaya kebakaran. (Aditama dan Hastuti, 2006)

c. Alat dan bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam pengenalan alat Insinerator adalah masker, alat tulis dan kamera.

d. Prosedur kerja

1) Observasi dan diskusi mengenai alat Insinerator

2) Pemahaman setiap bagian yang terdapat pada alat Insinerator e. Hasil yang dicapai

Hasil yang dicapai adalah memahami dan mendiskusikan fungsi setiap bagian pada alat Insinerator seperti tangki minyak, burner, blower, control panel dan cerobong. Semua bagian tersebut merupakan satu kesatuan dengan Insinerator.

f. Pembahasan

Incenerator yang berfungsi untuk membakar limbah medis, diantaranya

terdapat:

1) Tangki minyak yang terdapat didalam Insinerator akan disalurkan melalui burner.

2) Burner berfungsi untuk mengatur pembakaran pada Incenerator.

3) Blower berfungsi untuk meratakan api yang ada dalam Incenerator agar terjadi pembakaran secara merata.

4) Control Panel berfungsi untuk mengatur temperatur minimum dan maksimum didalam ruang pembakaran dan dapat dikontrol secara otomatis. 5) Cerobong berfungsi mengeluarkan asap hasil pembakaran pada Incenerator.

2. Pengangkutan, penimbangan dan pembakaran limbah padat medis a. Tujuan

Tujuan dilakukannya pengangkutan limbah medis adalah agar tidak terjadi penumpukan limbah padat medis pada setiap ruangan yang menghasilkan limbah padat medis. Penimbangan limbah medis dilakukan agar mengetahui jumlah limbah padat medis yang dihasilkan setiap hari. Sedangkan pembakaran limbah padat medis dilakukan untuk meminimalisir terjadinya pencemaran dari adanya limbah padat medis dengan golongan berbahaya dan beracun.

b. Dasar teori

Berdasarkan KEPMENKES Nomor 1204 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit Tahun 2004, limbah padat rumah sakit adalah semua limbah rumah sakit yang berbentuk padat sebagai akibat kegiatan rumah sakit yang terdiri dari limbah medis padat dan non medis. Sampah padat medis adalah

limbah yang langsung dihasilkan dari tindakan diagnosis dan tindakan medis terhadap pasien.

c. Alat dan bahan

Alat dan bahan yang digunakan adalah masker, handscoon, kereta sampah, plastik pengemas (kuning), solar, sekop, sepatu boot, alat tulis, timbangan dan kamera.

d. Prosedur kerja

1) Limbah padat medis diangkut menggunakan kereta sampah pada pukul 06.00 WITA.

2) Pada saat pengambilan limbah padat medis ditempatkan sesuai dengan golongannya.

3) Dilakukan penimbangan setelah semua limbah padat medis terkumpul.

4) Limbah padat medis yang telah terkumpul dilakukan pembakaran dengan

menggunakan alat Insinerator. e. Hasil yang dicapai

Memahami pentingnya pelabelan limbah padat medis sesuai dengan golongan limbah dan penempatan limbah padat medis yang tajam serta yang berbahaya dan beracun sesuai dengan tempat pengemas. Penimbangan limbah padat medis dilakukan agar mengetahui jumlah limbah medis yang dihasilkan setiap harinya sedangkan pembakaran yang limbah padat medis yang sesuai dengan standar operasional prosedur dimaksudkan untuk meminimalisir jumlah limbah padat medis.

Gambar 3. Alur Pengangkutan Limbah Medis

g. Pembahasan

Pengangkutan limbah medis dari ruangan perawatan, poliklinik, UGD, Kebidanan, ICU/ICCU dan OK ke tempat penyimpanan limbah B3 dilakukan setiap hari pada pukul 06.00 WITA dengan menggunakan kereta sampah yang tertutup.

Poli Klinik:

‐ Poli Umum

‐ Poli Penyakit Dalam ‐ Poli Gigi ‐ Poli Anak ‐ Poli OBGYN ‐ Poli Bedah ‐ Poli THT ‐ Poli Mata

‐ Poli Kulit dan Kelamin

UGD Kebidanan ICU/ICCU Ruang Operasi Incenerator Ruang Perawatan: ‐ Kelas 1 ‐ Kelas 2 ‐ Kelas 3 ‐ VIP ‐ Bangsal

Pengolahan yang dilaksanakan pada RSUD Inche Abdul Moeis yaitu berupa pembakaran limbah padat medis menggunakan alat Incenerator dimana alat tersebut ditempatkan pada sebuah bangunan. Didalam bangunan tersebut terdapat:

a) Tempat pembuangan sementara limbah medis, berupa bak tertutup. b) Incenerator yang berfungsi untuk membakar limbah medis

Tabel 3. Jenis Limbah Medis

Kegiatan Jenis Limbah Medis

Perawatan Alat suntik, tabung infus, kasa, kateter, sarung tangan, masker, bungkus/botol obat, dan sebagainya

Poliklinik Alat suntik, tabung infus, kasa, kateter, sarung tangan, masker, bungkus/botol obat, dan sebagainya

UGD Alat suntik, tabung infus, kasa, kateter, sarung tangan, masker, bungkus/botol obat, dan sebagainya

Kebidanan Alat suntik, tabung infuse, verban, masker, sarung tangan, pembalut, dan sebagainya

ICU/ICCU Alat suntik, sarung tangan, kain kasa, masker, dsb. OK/Operasi Alat suntik, masker, sarung tangan, tabung infus,

bungkus/botol obat, dan sebagainya

Limbah medis ditetapkan sebagai limbah yang dihasilkan dari kegiatan diagnosis pasien, pencegahan penyakit, penelitian dan perawatan serta limbah lainnya berasal dari kegiatan perawatan kesehatan, fasilitas dan laboratorium penelitian.Limbah padat medis yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit dapat dikategorikan sebagai limbah berbahaya dan beracun dimana limbah tersebut perlu penanganan khusus dan juga dalam pengemasan dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu plastik pengemas berwarna merah dan kuning.

Berdasarkan potensi bahaya yang dapat ditimbulkannya, oleh Departemen Kesehatan RI limbah medis dikategorikan sebagai berikut:

1. Limbah benda tajam, yaitu obyek atau alat yang memiliki sudut tajam, sisi, ujung atau bagian yang menonjol yang dapat memotong atau menusuk kulit, seperti jarum, pecahan gelas atau pisau bedah.

2. Limbah infeksius, yaitu limbah yang berkaitan dengan pasien yang memerlukan isolasi penyakit menular dan limbah laboratorium yang berkaitan dengan pemeriksaan mikrobiologi dari poliklinik dan ruang perawatan/isolasi penyakit menular.

3. Limbah jaringan tubuh, yang meliputi organ, anggota badan, darah dan cairan tubuh. Biasanya dihasilkan pada saat pembedahan atau autopsi. 4. Limbah sitotoksik, yaitu bahan yang terkontaminasi oleh obat sitotoksik

selama peracikan, pengangkutan atau tindakan terapi sitotoksik.

5. Limbah farmasi, yaitu terdiri dari obat-obatan kadaluwarsa, obat yang terbuang karena batch yang tidak memenuhi spesifikasi atau kemasan yang terkontaminasi, obat yang tidak diperlukan lagi atau limbah dari proses produksi obat.

6. Limbah kimia, yaitu limbah yang dihasilkan dari penggunaan bahan kimia dalam tindakan medis, laboratorium, proses sterilisasi atau riset.

7. Limbah radioaktif, yaitu bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop yang berasal dari penggunaan medis atau riset radionuklida.

Untuk meminimalisir terjadinya pencemaran terhadap lingkungan, infeksi atau penyebaran penyakit dari limbah tersebut kepada manusia serta adanya penyalahgunaan limbah tersebut sehingga limbah padat medis yang dihasilkan dari kegiatan pelayanan kesehatan, diperlukan pengolahan seperti:

1) Penyimpanan dan pemilahan

a) Limbah medis padat dikumpulkan didalam tempat penampung sampah medis dengan warna kantong plastik pengemas sesuai dengan jenis limbah medis yaitu:

1. Limbah infeksius dengan kantong plastik pengemas warna merah 2. Limbah farmasi / kimiawi dengan kantong plastik pengemas warna

kuning

3. Limbah radiologi, fixer dan developer dikumpulkan dan disimpan didalam jerigen.

4. Limbah benda tajam dikumpulkan didalam wadah yang tahan benda tajam baik berupa botol plastik.

b) Jika terjadi kontaminasi diluar kantong, maka diperlukan kantong plastik baru yang bersih untuk membungkus kantong yang bocor tersebut beserta isinya (double bagging)

2) Pengangkutan limbah medis dari ruangan perawatan, poliklinik, UGD, Kebidanan, ICU/ICCU dan OK ke tempat penyimpanan limbah B3 dilakukan setiap hari pada pukul 06.00 WITA dengan menggunakan kereta sampah yang tertutup.

3) Jenis limbah yang dihasilkan seperti spuit, ampul, jarum suntik, sampah medis, handscoon dan botol infus.

Pengolahan yang dilaksanakan pada RSUD Inche Abdul Moeis yaitu berupa pembakaran limbah padat medis menggunakan alat Incenerator dimana alat tersebut ditempatkan pada sebuah bangunan. Didalam bangunan tersebut terdapat:

2) Incenerator yang berfungsi untuk membakar limbah medis, diantaranya terdapat:

a. Tangki minyak yang disalurkan melalui burner.

b. Burner berfungsi untuk mengatur pembakaran pada Incenerator.

c. Blower berfungsi untuk meratakan api yang ada dalam Incenerator agar terjadi pembakaran secara merata.

d. Control Panel berfungsi untuk mengatur temperatur minimum dan maksimum didalam ruang pembakaran dan dapat dikontrol secara otomatis.

e. Cerobong berfungsi mengeluarkan asap hasil pembakaran pada

Incenerator.

i. Tangki-tangki dan bak yang berfungsi untuk menampung sementara hasil dari pembakaran berupa abu yang akan diserahkan kepada pihak ketiga untuk pengelolaan lebih lanjut.

Pembakaran yang dilakukan pada Incenerator dilaksanakan setiap hari kerja dengan kuantitas maksimal limbah medis yang dibakar adalah 25 kg dengan bahan bakar yang digunakan adalah 15 liter solar dan suhu maksimal yang digunakan adalah 1.2000C. Pembakaran secara manual dilakukan selama 330 menit hingga api mati dengan suhu di bawah 1.0000C dan sisa pembakaran didinginkan selama ± 15 menit sedangkan jika pembakaran secara otomatis dilakukan selama ± 45 menit.

3. Pengontrolan limbah padat medis a. Tujuan

Tujuan dilakukan pengontrolan limbah padat medis disetiap ruangan penghasil limbah medis adalah agar tidak terjadi pencampuran antara limbah medis dan limbah non medis.

b. Dasar teori

Limbah medis ditetapkan sebagai limbah yang dihasilkan dari kegiatan diagnosis pasien, pencegahan penyakit, penelitian dan perawatan serta limbah lainnya berasal dari kegiatan perawatan kesehatan, fasilitas dan laboratorium penelitian.

c. Alat dan bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam pengontrolan limbah padat medis yang dilaksanakan pada setiap ruangan adalah kamera dan kamera.

d. Prosedur kerja

1) Mengontrol setiap ruangan penghasil limbah medis. 2) Melakukan pelaporan dan mendokumentasikan jika terjadi

pencampuran limbah medis dan non medis. e. Hasil yang dicapai

Pentingnya dilakukan peninjauan terhadap limbah medis yang dihasilkan di setiap ruangan di rumah sakit agar tidak terjadi pencampuran limbah medis dan non medis. Jika terjadi pencampuran dan kesalahan dalam penanganan maka akan menyebabkan pencemaran lingkungan serta penggunaan yang tidak bertanggung jawab oleh pihak lain.

f. Pembahasan

Rumah sakit bertanggung jawab terhadap pengelolaan limbah medis yang dihasilkannya. Rumah sakit seharusnya menetapkan kebijaksanaan yang jelas untuk penanganan, penampungan, pengangkutan dan pembuangan limbah medis. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan limbah medis yaitu pemisahan jenis limbah, pengemasan, pemberian label, penyimpanan, pengangkutan, pengolahan dan pembuangan. Hal ini perlu dilakukan agar limbah medis tidak mencemari lingkungan. (Aditama dan Hastuti, 2006).

4. Pengumpulan dan penjemuran daun/serasah a. Tujuan

Tujuan dilakukannya pengumpulan daun/serasah adalah untuk dipergunakan sebagai bahan pupuk kompos. Penjemuran daun/serasah adalah mengurangi kandungan air pada daun/serasah agar mempercepat proses pembuatan pupuk kompos.

b. Dasar teori

Serasah adalah tumpukan dedaunan, ranting dan berbagai sisa vegetasi lainnya diatas permukaan tanah. Serasah yang telah membusuk berubah menjadi humus dan akhirnya menjadi tanah.

c. Alat dan bahan

Alat dan bahan yang digunakan adalah daun, plastik, handscoon dan kamera.

d. Prosedur kerja

1) Mengumpulkan daun/serasah di sekitar areal rumah sakit.

2) Penjemuran daun/serasah menggunakan plastik sebagai alas dan dilakukan dibawah sinar matahari.

3) Pengontrolan daun/serasah agar mengering secara merata. e. Hasil yang dicapai

Hasil yang dicapai dari kegiatan pengumpulan dan pengeringan daun/serasah yaitu memanfaatkan bahan-bahan organik yang ada disekitar rumah sakit sebagai bahan baku pembuatan pupuk kompos serta penjemuran yang dilakukan untuk mengurangi kadar air pada daun/serasah untuk mempercepat proses pelapukan menjadi pupuk kompos.

f. Pembahasan

Daun/serasah yang berguguran di sekitar areal rumah sakit sangat minim pemanfaatannya sedangkan daun/serasah tersebut sangatlah banyak jumlahnya. Setiap hari sekitar 1 bak daun/serasah tersebut dihasilkan. Sehingga perlu pemanfaatan agar sampah organik tersebut dapat berguna, misalnya saja adalah dengan digunakan sebagai bahan baku pembuatan pupuk kompos.

5. Pembuatan pupuk kompos 1. Tujuan

Tujuan dilakukan pembuatan kompos adalah memanfaatkan sampah organik yang ada diareal rumah sakit.

2. Dasar teori

Pupuk kompos adalah merupakan pupuk organik yang terbuat dari bahan-bahan organik seperti jerami, dedaunan dan sebagainya.

3. Alat dan bahan

Alat dan bahan yang digunakan adalah handscoon, pisau, EM4+gula, wadah, pengaduk, tanah dan kamera.

4. Prosedur kerja

2) Dilakukan pencampuran dengan tanah dan diaduk hingga tercampur. 3) Penambahan EM4 aktif sebanyak 0,5 liter dan diaduk kembali. 4) Wadah yang digunakan, ditutup rapat.

5. Hasil yang dicapai

Pembuatan pupuk kompos yang berbahan dasar dedaunan dan ditambahkan tanah serta EM4 yang telah diaktifkan dengan penambahan gula yang didiamkan selama 6 hari adalah pentingnya pemanfaatan bahan organik yang ada disekitar rumah sakit agar tidak mengurangi nilai estetika karena banyaknya penumpukan dedaunan.

6. Pembahasan

Pupuk kompos yang dibuat akan diaplikasikan pada tanaman yang ada di sekitar rumah sakit sebagai salah satu bentuk perawatan terhadap tumbuhan-tumbuhan tersebut. Hal ini dikarenakan lambatnya pertumbuhan-tumbuhan tanaman yang disebabkan oleh tanah disekitar areal rumah sakit yang asam.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. Pengolahan air limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit yang ditampung pada septic tank I berasal dari ruang perawatan, poliklinik, laboratorium dan radiologi, septic tank II yang berasal dari ruang TU (lantai II), VIP, bangsal, mushola, farmasi, fisioterapi, apotek, UGD dan toilet umumserta septic tank III yang berasal dari kebidanan, ICU/ICCU, OK, laundry, unit gizi, unit bengkel/maintenance dan unit kamar jenazah kemudian dialirkan pada Instalasi Pengolahan Air Limbah yang meliputi Inlet/Bar Screen, Bak Equalisasi, Bak Aerasi, Bak Sedimentasi, Bak

Chlorinasi, Aerasi, Filter dan Outlet/Saluran Drainase.

2. Pencucian filter dan bak aerasi dimaksudkan untuk meminimalisir penyumbatan yang dikarenakan penumpukan lumpur di dalam bak aerasi yang akan menyebabkan terbawanya lumpur ke aliran filter dan menyumbat aliran filter, sehingga perlu dilakukan pembersihan minimal sebulan sekali. 3. Untuk meminimalisir terjadinya pencemaran terhadap lingkungan, infeksi atau

penyebaran penyakit dari limbah tersebut kepada manusia serta adanya penyalahgunaan limbah tersebut sehingga limbah padat medis yang dihasilkan dari kegiatan pelayanan kesehatan, diperlukan pengolahan seperti penyimpanan dan pemilahan limbah medis serta pengangkutan limbah medis. Limbah padat medis yang dihasilkan dilakukan pembakaran dengan menggunakan Incenerator secara manual selama 330 menit dengan suhu dibawah 1.0000C sedangkan pembakaran secara otomatis dilakukan selama ±45 menit dengan solar 15 liter.

B. SARAN

1. Perlunya penggantian atau perbaikan alat-alat IPAL yang telah rusak seperti

bar screen, communitor, dan dosing pam agar proses pengolahan berjalan

dengan lancar.

2. Perlunya penambahan blower yang berfungsi untuk mengatur sirkulasi udara di dalam IPAL, agar bakteri pada bak aerasi dapat berkembang.

3. Perlunya penggantian Incenerator agar pembakaran dapat dilakukan secara

sempurna.

4. Mahasiswa perlu pemahaman secara umum tentang Instalasi Pengolahan Air Limbah dan fungsi-fungsi bak yang terdapat pada IPAL.

5. Mahasiswa harus mengetahui tentang Insinerator secara umum dan

Dokumen terkait