LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN
PRAKTIK KERJA LAPANG (PKL) DI RSUD INCHE ABDOEL MOEIS SAMARINDA
KALIMANTAN TIMUR
Oleh: Rita Simon NIM. 110 500 148
PROGRAM STUDI MANAJEMEN LINGKUNGAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
SAMARINDA 2014
Kalimantan Timur
Nama : Rita Simon
Nim : 100500148
Program Studi : Manajemen Lingkungan Jurusan : Manajemen Pertanian
Pembimbing
Fachruddin Azwari S.T. MSi NIP. 19750521 200812 1 001
Penguji I,
Ir.Noorhamsyah, MP NIP. 19640523 199703 1 001
Penguji II,
Taufiq Rinda A., S.Si., M.Pd NIP. 19780517 200912 1 002
Menyetujui/Mengesahkan,
Ketua Program Studi Manajemen Lingkungan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
Ir. Dadang Suprapto, MP NIP. 19620101 198803 1 003
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat melaksanakan rangkaian kegiatan selama melaksanakan Praktik Kerja Lapang (PKL) di RSUD INCHE ABDOEL MOEIS, hingga tersusun laporan ini.
Keberhasilan dan kelancaran dalam pelaksanaan kegiatan PKL ini tidak terlepas dari peran serta dan bantuan dari beberapa pihak, untuk ini dengan segala kerendahan hati dan sikap hormat, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Ir. Wartomo, MP selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.
2. Bapak Ir. Hasanudin, MP selaku Ketua Jurusan Manajemen Pertanian.
3. Bapak Ir. Dadang Suprapto, MP selaku Ketua Program Studi Manajemen Lingkungan
4. Bapak Fachruddin Azwari S.T. MSi selaku Dosen Pembimbing Paktek Kerja Lapang (PKL).
5. Bapak Ir.Noorhamsyah, MP selaku Dosen Penguji I.
6. Bapak Taufiq Rinda Alkas, S.Si, M.Pd Selaku Dosen Penguji II.
7. Rusli, Amd. KL selaku Pembimbing Lapangan serta para staf dan karyawan yang telah mengarahkan penulis dan rekan-rekan untuk lebih giat menjalankan kegiatan PKL.
8. Kedua Orang Tua saya dan Keluarga tercinta, untuk do’a dan kesabarannya yang telah memberikan dukungan baik secara materil maupun moril.
9. Rekan-rekan seperjuangan (Rani,Rio,Indah,Rika, Susan dan rekan-rekan Seperjuangan Semoga apa yang telah mereka berikan kepada penulis baik do’a maupun dukungan moral mendapatkan balasan dari Tuhan Yang Maha Esa Amin.
Dalam menyusun laporan ini penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan, maka dari itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi lebih baiknya Laporan Praktek Kerja Lapang (PKL) ini. Semoga laporan ini bermanfaat bagi para pembaca.
Rita Simon
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... iv DAFTAR TABEL ... v DAFTAR LAMPIRAN ... .... vi I. PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Tujuan ... 2
C. Hasil Yang Diharapkan ... 3
II. KEADAAN UMUM RUMAH SAKIT INCHE ABDOEL MOEIS ... 4
A. Tinjauan Umum Rumah Sakit Inche Abdoel Moeis ... 4
B. Manajemen Rumah Sakit Inche Abdoel Moeis ... .... 6
C. Tinjauan Umum Tentang Limbah Cair ... 9
D. Tinjauan Umum Tentang Limbah Padat ... 11
E. Dampak Lingkungan Terhadap Kesehatan Lingkungan ... ... 13
F. Lokasi Dan Waktu PKL ... .... 14
III. HASIL PRAKTIK KERJA LAPANG (PKL) ... 15
A. Pengolahan Limbah Cair ... 16
B. Pengolahan Limbah Padat ... 27
IV. KESIMPULAN DAN SARAN ... 39
A. Kesimpulan ... …… 39
B. Saran ... …… 40
DAFTAR PUSTAKA ... 41
DAFTAR TABEL
Nomor Tubuh Utama Halaman
1. Jadwal Kegiatan PKL di RSUD Inche Abdoel Moeis. ... 14 2. Hasil Kegiatan PKL di RSUD Inche Abdoel Moeis ... 15
DAFTAR GAMBAR
Nomor Tubuh Utama Halaman
1. Alur Distribusi Air Limbah RSUD Inche Abdoel Moeis Samarinda. ... 23
2. Bagan Alur Pengolahan Limbah Cair ... 24
3. Alur Pengangkutan Limbah Medis ... 30
Lampiran Halaman 1. Lokasi PKL di RSUD Inche Abdoel Moeis ... 43
4. Bar Screen/ INLET ... 44
5. Bak Aerasi ... 44
6. Bak Chlorinasi ... 45
7. Penambahan Kaporit... 45
8. Pemantauan Limbah Medis ... 46
9. Pengangkutan Sampah ... 47
10. Penimbangan Limbah Medis ... 47
11. Membakar Limbah Medis ... 48
12. Mengeluarkan Abu Hasil Pembakaran Dari Incenerator ... 48
13. Tempat Penampungan Abu Dan B3 ... 49
14. Penerapan Fitoremediasi ... 50
15. Pencucian dan Pemasangan Filter ... 50
I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Rumah sakit merupakan satu institusi kesehatan di mana sekelompok orang dengan berbagai disiplin dan keahlian melakukan aktifitas secara bersama dengan preventif, kuratif, promotif dan rehabilitatif. Oleh karena itu, Rumah Sakit memiliki fungsi pemberian pelayanan dalam rangka mendiagnosis, mengobati dan menyembuhkan penderita (orang sakit) sehingga didapatkan kondisi yang sehat dan bebas dari penyakit. (Anonim, 2002 dalam Sutrisnowati, 2004)
Rumah sakit merupakan pelayanan kesehatan terhadap individu, pasien dan masyarakat dengan inti pelayanan medik baik pencegahan, pemeliharaan, pengobatan dan penyembuhan yang proses secara terpadu agar mencapai pelayanan kesehatan yang prima.
Dalam melakukan kegiatan pelayanan kesehatan, rumah sakit menggunakan berbagai bahan, energi, air, udara dan gas. Bahan-bahan yang digunakan adalah bahan kimia, bahan mikrobiologi, dan bahan lain guna keperluan layanan medis maupun non medis. Dalam pemakaian bahan tersebut sebagian besar digunakan, namun juga sebagian tersisa karena volume lebih, atau akibat lain seperti penanganan yang kurang baik sehingga dapat menyebabkan timbulnya limbah baik dalam bentuk padat, cair dan gas.
Limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit. Limbah rumah sakit secara umum terdiri dari 3 (tiga) jenis yaitu limbah padat, limbah cair dan limbah gas. Limbah rumah sakit diklasifikasikan sebagai limbah medis/klinis dan limbah non medis/domestik.Penggolongan limbah medis/klinis berdasarkan potensi bahaya yang terkandung didalamnya terdiri dari limbah infeksius, limbah farmasi, limbah sitotoksik, limbah radioaktif
dan limbah kimia. Sedangkan limbah non medis/domestik yaitu limbah akibat kegiatan pelayanan rumah sakit seperti sampah sisa makanan pengunjung, sampah aktivitas kantor, aktivitas dapur dan lainnya yang bisa dimasukkan dalam pengelolaan sampah kota. (Anonim, 1992 dalam Sutrisnowati, 2004)
Disamping kegiatan pelayanan kesehatan untuk penyembuhan pasien, rumah sakit juga menjadi media pemaparan dan atau penularan penyakit bagi para pasien, petugas, pengunjung maupun masyarakat sekitar yang tinggal dekat rumah sakit yang disebabkan oleh agent (komponen penyebab penyakit) yang terdapat dilingkungan rumah sakit. Oleh karena itu, didalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan rumah sakit perlu menerapkan upayanya untuk meniadakan atau mengurangi sekecil mungkin dampak negatif.
Pengolahan limbah rumah sakit, dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu pengolahan limbah cair dengan menggunakan Instalasi Pengolahan Air Limbah, dimana semua limbah cair yang berasal dari setiap ruangan di rumah sakit ditampung di setiap septic tank yang telah disediakan dan dialirkan menuju IPAL dan dilakukan perlakuan untuk meminimalisir kandungan pada air limbah rumah sakit agar tidak mencemari lingkungan.Sedangkan limbah padat medis yang dihasilkan rumah sakit dilakukan penanganan dan pengolahan dengan menggunakan alat Incenerator dalam pembakaran untuk mencegah pencemaran lingkungan.
B. Tujuan
Praktik Kerja Lapang (PKL) ini dilaksanakan bertujuan untuk:
1. Memahami dan mempelajari proses kegiatan pengolahan limbah cair pada Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Rumah Sakit Umum Daerah Inche Abdul Moeis Samarinda.
2. Memahami dan mempelajari proses kegiatan pengolahan limbah padat medis pada Incenerator Rumah Sakit Umum Daerah Inche Abdul Moeis Samarinda.
C. Hasil yang diharapkan
Hasil yang diharapkan dari praktik kerja lapang ini adalah:
1. Mahasiswa mampu mempelajari dan memahami tahapan-tahapan penanganan dan pengolahan limbah cair rumah sakit pada Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).
2. Mahasiswa mampu mempelajari dan memahami tahapan-tahapan penanganan dan pengolahan limbah padat rumah sakit pada Incenerator. 3. Mahasiswa dapat menerapkan hasil PKL pada saat terjun langsung di dalam
dunia kerja.
4. Mahasiswa menjadi terampil dan berdedikasi tinggi dalam mengaplikasikan hasil PKL di dalam lingkungan kerja.
II. KEADAAN UMUM RUMAH SAKIT INCHE ABDUL MOEIS
A. Tinjauan Umum Rumah Sakit Inche Abdul Moeis 1. Profil Rumah Sakit Inche Abdul Moeis
Rumah Sakit Umum Daerah Inche Abdoel Moeis Nama rumah sakit ini diambil dari nama Gubernur Kalimantan Timur pertama, yakni Inche Abdoel Moeis.merupakan rumah sakit umum daerah dengan klasifikasi/kelas C yang resmi dibuka oleh Pemerintah Kota Samarinda pada tanggal 24 Januari 2007 yang berlokasi di Kelurahan Harapan Baru Kecamatan Loa Janan Ilir Kota Samarinda Propinsi Kalimantan Timur seluas ± 124.000 m2 dengan luas bangunan 12.175,06 m2 yang terdiri dari dua lantai dan kapasitas tempat tidur adalah 142 tempat tidur. Selama tujuh tahun berjalan, RSUD Inche Abdul Moeis dalam melakukan pelayanan kesehatan dituntut untuk dapat mengembangkan atau menambah kapasitas pelayanan rumah sakit. (Anonim, 2013)
RSUD Inche Abdul Moeis dalam melakukan pelayanan, terbagi menjadi dua yaitu pelayanan medik dan pelayanan penunjang medik. Jenis pelayanan medik meliputi Instalasi Rawat Jalan, Unit Gawat Darurat (UGD), Intensive Care
Unit (ICU),Operation Kammer/Kamar Bedah (OK), Kebidanan, Rawat Inap,
Fisioterapi,Pemulasaran Jenazah dan Poliklinik sedangkan jenis pelayanan penunjang medik meliputi Radiologi, Farmasi, Laboratorium, Rekam Medik, Gizi dan Laundry.
Ruang perawatan yang tersedia pada RSUD Inche abdul Moeis terbagi menjadi 3 (tiga) yaitu Ruang Mahakam (VIP) terdiri dari 10 tempat tidur dengan fasilitas AC, televisi, kulkas dan 1 tempat tidur untuk penunggu pasien di setiap ruangan, Ruang Karang Mumus (Kelas I, II dan III) terdiri dari 61 tempat tidur dengan fasilitas yang berbeda disetiap kelasnya yaitu AC, televisi, dan kipas
angin,Ruang Karang Asam (Bangsal) terdiri dari 67 tempat tidur dengan fasilitas kipas angin serta Ruang ICU/ICCU terdiri dari 4 tempat tidur.
Sumber air yang digunakan RSUD I.A Moeis Samarinda adalah PDAM. Sedangkan daya listrik yang digunakan sebesar 240.000 VA dan generator adalah 450 KV serta sarana komunikasi yaitu telepon central 2 induk dengan ± 100 pesawat telepon. (Anonim, 2013)
2. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit Inche Abdul Moeis
a. Mengembangkan pelayanan rumah sakit sesuai kebutuhan pelanggan serta perkembangan ilmu dan teknologi.
b. Menyelenggarakan pelayanan prima kepada masyarakat umum yang membutuhkan sesuai dengan kopetensi rumah sakit.
c. Melaksanakan sistem rujukan sesuai etika rumah sakit dan etika propesi yang berlaku dengan institusi lain
d. Mengengembakan sistem manajemen yang berhasil guna dan berdaya guna
Berdasarkan UU RI Nomor 44 Tahun 2009, rumah sakit mempunyai fungsi sebagai berikut:
a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.
b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan yang paripurna.
c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.Dan Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan
kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.
B. Manajemen Rumah Sakit Inche Abdul Moeis
Rumah Sakit Umum Daerah Inche Abdoel Moeis merupakan rumah sakit umum daerah dengan klasifikasi/kelas C yang resmi dibuka oleh Pemerintah Kota Samarinda pada tanggal 24 Januari 2007 yang berlokasi di Kelurahan Harapan Baru Kecamatan Loa Janan Ilir Kota Samarinda Propinsi Kalimantan Timur seluas ± 124.000 m2 dengan luas bangunan 12.175,06 m2 yang terdiri dari dua lantai dan kapasitas tempat tidur adalah 142 tempat tidur. Selama tujuh tahun berjalan, RSUD Inche Abdul Moeis dalam melakukan pelayanan kesehatan dituntut untuk dapat mengembangkan atau menambah kapasitas pelayanan rumah sakit.
Rumah Sakit kelas C adalah rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis terbatas yang menampung pelayanan rujukan dari puskesmas.Terdapat empat macam pelayanan spesialis disediakan yakni pelayanan penyakit dalam, pelayanan bedah, pelayanan kesehatan anak, serta pelayanan kebidanan dan kandungan. Direncanakan rumah sakit tipe C ini akan didirikan di setiap kabupaten/kota (regency hospital) yang menampung pelayanan rujukan dari puskesmas.
RSUD Inche Abdul Moeis dalam melakukan pelayanan, terbagi menjadi dua yaitu pelayanan medik dan pelayanan penunjang medik. Jenis pelayanan medik meliputi Instalasi Rawat Jalan, Unit Gawat Darurat (UGD), Intensive Care
Unit (ICU),Intensive Care Coronary Unit (ICCU),Operation Kammer (OK),
sedangkan jenis pelayanan penunjang medik meliputi Radiologi, Farmasi, Laboratorium, Rekam Medik, Gizi dan Laundry.
Ruang perawatan yang tersedia pada RSUD Inche Abdul Moeis terbagi menjadi 3 (tiga) yaitu Ruang Mahakam Very Intensive Person (VIP) terdiri dari 10 tempat tidur dengan fasilitas AC, televisi, kulkas dan 1 tempat tidur untuk penunggu pasien di setiap ruangan, Ruang Karang Mumus (Kelas I, II dan III) terdiri dari 61 tempat tidur dengan fasilitas yang berbeda disetiap kelasnya yaitu AC, televisi, dan kipas angin, Ruang Karang Asam (Bangsal) terdiri dari 67 tempat tidur dengan fasilitas kipas angin serta Ruang ICU/ICCU (Intensive Care Unit/Intensive Care Coronary Unit) terdiri dari 4 tempat tidur.Air yang digunakan untuk Berbagai Keperluan RSUD Inche Abdul Moeis Samarinda adalah PDAM. Sedangkan daya listrik yang digunakan sebesar 240.000 VA dan dilengkapi Dengan Kekuatan generator adalah 450 KV serta sarana komunikasi yaitu telepon central 2 induk dengan ± 100 pesawat telepon.
Rumah Sakit Inche Abdul Moeis dipimpin oleh 1 (satu) orang Direktur, dibantu dengan beberapa wakilnya serta karyawan yang berada pada bidang manajemen dalam menjalankan tugasnya. Jumlah karyawan yang terdapat di RSUD Inche Abdul Moeis adalah sebanyak 396 orang dengan rincian sebagai seperti pada Tabel 1. Berikut :
Tabel 1. Uraian Pekerjaan Jumlah Orang di RSUD Inche Abdul Moeis No Uraian Pekerjaan Dan Ijazah Jumlah 1 Dokter Spesialis Penyakit Dalam 1 orang 2 Dokter Spesialis Anestesi 1 orang 3 Dokter Spesialis Bedah 1 orang 4 Dokter Spesialis Orthodontic Gigi 1 orang 5 Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin 1 orang 6 Dokter Spesialis Patologi Klinik 1 orang
7 Dokter Umum 13 orang
8 Dokter Gigi 2 orang
9 S1 Keperawatan 9 orang
10 D3 Perawat 141 orang
11 D3 Keperawatan Gigi 1 orang
12 D3 Bidan 21 orang
13 D3 Radiologi 6 orang
14 D3 Analis Kesehatan 11 orang
15 S1 Apoteker 4 orang
16 D3 Farmasi 15 orang
17 D3 Fisioterapi 4 orang
18 D3 Rekam Medis 1 orang
19 S1 Kesehatan Masyarakat 3 orang 20 D3 Kesehatan Masyarakat 2 orang
21 S1 Teknik 1 orang 22 D3 Teknik 4 orang 23 D3 Gizi 3 orang 24 S1 Umum 11 orang 25 S2 Umum/Kesehatan 4 orang 26 D3 Umum 9 orang 27 SMF/SPK 2 orang 28 SMEA/SMU/Sederajat 119 orang 29 SMP 1 orang 30 SD 1 orang Total 396 orang
Status kepegawaian di RSUD Inche Abdul Moeis Samarinda adalah 132 orang Pegawai Negeri Sipil dan 264 orang Non Pegawai Negeri Sipil. Dalam melakukan pengolahan limbah medis rumah sakit, terdapat beberapa limbah
yang diambil atau dikelola oleh pihak ketiga yang telah bekerjasama dengan pihak rumah sakit.Dalam melakukan pengelolaan limbah, pihak rumah sakit bekerja sama dengan pihak ketiga. Pihak ketiga melakukan pengambilan limbah berupa abu dan sisa hasil pembakaran Incenerator.
C. Tinjauan Umum Tentang Limbah Cair 1. Definisi
Air limbah rumah sakit adalah seluruh buangan cair yang berasal dari hasil proses seluruh kegiatan rumah sakit yang meliputi: limbah domestik cair yakni buangan kamar mandi, dapur, air bekas pencucian pakaian; limbah cair klinis yakni air limbah yang berasal dari kegiatan klinis rumah sakit misalnya air bekas cucian luka, cucian darah dan lain-lain; air limbah laboratorium; dan lainnya. Air limbah rumah sakit yang berasal dari buangan domestik maupun buangan limbah cair klinis umumnya mengandung senyawa polutan organik yang cukup tinggi, dan dapat diolah dengan proses pengolahan secara biologis, sedangkan untuk air limbah rumah sakit yang berasal dari laboratorium biasanya banyak mengandung logam berat.
2. Sumber Air Limbah Di RSUD Inche Abdul Moeis a)Ruang perawatan
b) Ruang poliklinik c) Loundry
d) Kebidanan e) Ruang gizi/dapur f) Unit gawat darurat g) Kamar jenazah h) Toilet
3. Komposisi Air Limbah
Komposisi air limbah sebagian besar terdiri dari air (99,9%) dan sisanya 0,1% berupa zat padat, yang terbagi atas 70% zat organik (terutama protein, karbohidrat dan lemak) dan 30% anorganik terutama pasir, garam dan logam. 4. Karakteristik Limbah Cair
Karakteristik limbah diperlukan untuk menentukan cara pengolahan yang tepat, sehingga efektivitas dan efisiensinya dapat tercapai. Karakteristik limbah dapat dibagi menjadi 3 golongan yaitu:
a) Sifat fisik
Sifat fisik yang penting meliputi kandungan zat padat, kekeruhan, warna dan temperatur. Jumlah total endapan terdiri dari benda-benda yang mengendap, terlarut dan tercampur.
b) Sifat kimia
Parameter Yang Bisa digunakan Adalah PH (Potensial Hydrogen), COD (Chemical Oxygen Demand), DO (Dissolved Oxygen), BOD (Biological Oxygen
Demand), Nitrogen Organik.kandungan bahan kimia yang ada di dalam limbah
cair. Bahan organik terlarut dapat menghabiskan oksigen dalam limbah cair. Bahan oranik terlarut dapat menghabiskan oksigen dalam limbah serta akan menimbulkan rasa bau yan tidak sedap. Selain itu, akan lebih berbahaya apabila bahan tersebut merupakan bahan yang beracun. Kandungan bahan organikyangsangat tinggi memungkinkan terjadinya proses oksidasi bahan organik oleh mikroorganisme dalam badan air. Proses tersebut akan mengunakan oksigen terlarut dalam air, sehingga pada akhirnya ketersediaan oksigen bagi kehidupan lingkungan tersebut berkurang.
c) Sifat bakteriologis
Parameter yang biasa digunakan adalah banyaknya mikroorganisme yang terkandung dalam air limbah. Keberadaan bakteri dalam unit pengolahan air limbah merupakan kunci sukses efisiensi proses biologi. Bakteri juga berperan penting untuk evaluasi kualitas air.Kandungan bakteri patogen serta organisme golongane-coli terdapat dalam air limbah tergantung dari mana sumbernya. Keterangan ini diperlukanuntuk mengukur kualitas air terutama air yang dikonsumsi sebagai air minum dan air bersih.
D. Tinjauan Umum Tentang Limbah Padat 1. Definisi
Berdasarkan Kepmenkes Nomor 1204 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit Tahun 2004, limbah padat rumah sakit adalah semua limbah rumah sakit yang berbentuk padat sebagai akibat kegiatan rumah sakit yang terdiri dari limbah medis padat dan non medis.
2. Sumber limbah padat
Pada umumnya sumber limbah padat di rumah sakit meliputi: a) Ruang Perawatan
b) Ruang Poliklinik c) Unit Gawat Darurat d) Ruang Kebidanan e) ICU
f) Ruang Operasi g) Ruang Farmasi
3. Karakteristik limbah padat
Karakteristik sampah rumah sakit perlu diketahui dalam kaitannya pada pengelolaan sampah yang baik dan benar.Secara garis besar sampah rumah sakit dibedakan menjadi sampah medis dan non medis.
a) Limbah padat medis
Sampah padat medis adalah limbah yang langsung dihasilkan dari tindakan diagnosis dan tindakan medis terhadap pasien.Termasuk dalam kajian tersebut juga kegiatan medis di ruang poliklinik, perawatan, bedah, kebidanan, otopsi dan ruang laboratorium.Limbah padat medis sering juga disebut sampah biologis. Limbah medis dapat digolongkan menjadi:
1) Limbah benda tajam, yaitu obyek atau alat yang memiliki sudut tajam, sisi, ujung atau bagian yang menonjol yang dapat memotong atau menusuk kulit, seperti jarum, pecahan gelas atau pisau bedah.
2) Limbah infeksius, yaitu limbah yang berkaitan dengan pasien yang memerlukan isolasi penyakit menular dan limbah laboratorium yang berkaitan dengan pemeriksaan mikrobiologi dari poliklinik dan ruang perawatan/isolasi penyakit menular.
3) Limbah jaringan tubuh, yang meliputi organ, anggota badan, darah dan cairan tubuh. Biasanya dihasilkan pada saat pembedahan atau autopsi. 4) Limbah sitotoksik, yaitu bahan yang terkontaminasi oleh obat sitotoksik
selama peracikan, pengangkutan atau tindakan terapi sitotoksik.Dan bahan yang terkontaminasi dari persiapan dan pemberian obat sitotoksis untuk kemoterapi kanker yang mempunyai kemampuan untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan sel hidup.
5) Limbah farmasi, yaitu terdiri dari obat-obatan kadaluwarsa, obat yang terbuang karena batch yang tidak memenuhi spesifikasi atau kemasan yang terkontaminasi, obat yang tidak diperlukan lagi atau limbah dari proses produksi obat.
6) Limbah kimia, yaitu limbah yang dihasilkan dari penggunaan bahan kimia dalam tindakan medis, laboratorium, proses sterilisasi atau riset.
b) Limbah padat non medis
Limbah padat non medis adalah semua sampah padat di luar sampah padat medis yang dihasilkan dari berbagai kegiatan seperti kantor/ administrasi, unit perlengkapan, ruang tunggu, ruang inap, unit gizi/dapur, halaman parkir, taman, dan unit pelayanan.
E. Dampak Limbah Terhadap Kesehatan Lingkungan
Pengaruh limbah rumah sakit terhadap kualitas lingkungan dan kesehatan dapat menimbulkan berbagai masalah seperti:
a) Gangguan kenyamanan dan estetika, berupa warna yang berasal dari sedimen, larutan dan bau phenol.
b) Kerusakan harta benda, dapat disebabkan oleh garam-garam yang terlarut (korosif, karat), air yang berlumpur dan sebagainya yang dapat menurunkan kualitas bangunan disekitar rumah sakit.
c) Gangguan keanekaragaman hayati, dapat disebabkan oleh virus, bahan kimia, pestisida dan fosfor.
d) Gangguan terhadap kesehatan manusia, dapat disebabkan oleh berbagai jenis bakteri, virus, senyawa-senyawa kimia, pestisida serta logam berat.
F. Lokasi Dan Waktu PKL 1. Tempat
Pelaksanaan kegiatan praktek kerja lapang di Rumah Sakit Umum Daerah Inche Abdul Moeis Samarinda.
2. Waktu
Waktu pelaksanaan praktek kerja lapang dimulai pada tanggal 03 Maret 2014 sampai dengan 03 Mei 2014.
3. Jadwal Kegiatan
Tabel 1. Jadwal Kegiatan PKL di RSUD Inche Abdul Moeis Samarinda
No Jenis Kegiatan Tanggal
Pelaksanaan
Keterangan 1 Pengenalan Tentang IPAL 05 Maret 2014 Diskusi
2 Pemahaman Tentang Alur Pengolahan Limbah Cair
10 Maret 2014 Observasi
3
Praktek Pengolahan Limbah Cair Pada
IPAL(Penambahan Kaporit CaClO)2 Pada Bak Chlorinasi
17 Maret 2014 Observasi dan Praktek
4 Pengenalan Tentang
Incenerator
24 Maret 2014 Diskusi 5 Pengangkutan Limbah Padat
Medis
01 Maret 2014 Observasi dan Praktek 6
Penerapan Fitoremediasi Pada Bak Aerasi (dengan kiambang
10 Maret 2014 Praktek
7
Melakukan Pembakaran Limbah Padat Medis Pada
Incenerator
21 Maret 2014 Praktek
8 Pemantauan Limbah Padat Medis
29 Maret 2014 Observasi 9 Pencucian Filter dan
Pemasangan Filter
01 April2014 Praktek 10 Pencucian dan Pemasangan
Filter
III. HASIL PRAKTIK KERJA LAPANG (PKL)
Setelah melaksanakan kegiatan Praktik Kerja Lapang (PKL) selama 2 bulan di Rumah Sakit Umum Daerah Inche Abdul Moeis Samarinda, hasil Praktik Kerja Lapang (PKL) dapat dilihat pada Tabel 2 sebagai berikut:
Tabel 2.Hasil Kegiatan PKL di RSUD Inche Abdul Moeis No Jenis Kegiatan Tanggal
Pelaksanaan Hasil Keterangan
1 Pengenalan Tentang IPAL
05 Maret 2014 Memahami Fungsi Bak Pada IPAL
Diskusi 2 Pemahaman Tentang
Alur Pengolahan Limbah Cair
10 Maret 2014 Mampu Memahami Alur Pengolahan Air Limbah
Observasi
3
Praktek Pengolahan Limbah Cair Pada IPAL(Penambahan Kaprit Ca(ClO)2 Pada Bak Chlorinasi
17 Maret 2014 Mengetahui Fungsi Kaporit Ca(ClO)2 dalam Pengolahan Limbah Cair Observasi dan Praktek 4 Pengenalan Tentang Incenerator
24 Maret 2014 Memahami Dengan Baik Fungsi Incenerator Diskusi 5 Pengangkutan Limbah Medis Padat 01 Maret 2014 Mengetahui pentingnya pengemasan limbah sesuai dengan jenis limbah dan cara meminimalisir limbah padat medis
Observasi dan Praktek
6 Penerapan
Fitoremediasi Pada Bak Aerasi
10 Maret 2014 Dapat Menurunkan Kadar Pospat dan Amoniak
Observasi dan Praktek 7 Melakukan Pembakaran
Limbah Padat Medis Pada Incenerator
21 Maret 2014 Mengetahui Proses Pembakaran
Praktek
8 Pemantauan Limbah Padat Medis
29 Maret 2014 Observasi
9 Pencucian Filter dan Pemasangan Filter
01 April2014 Dapat memahami pencucian setiap bagian filter dan Cara Pemasangan Filter
Praktek
10 Pembuatan Kompos 02 April 2014 Memanfaatkan sampah organik menjadi pupuk
A. Pengolahan Limbah Cair 1. Pengenalan IPAL
a. Tujuan
Untuk mengelola limbah cair yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit yang sebelumnya telah ditampung pada setiap septic tank yang akan dibuang ke lingkungan sehingga memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan.
b. Dasar Teori
Air merupakan sumber daya alam yang memenuhi hajat hidup orang banyak, sehingga perlu dilindungi agar dapat tetap bermanfaat bagi hidup dan kehidupan manusia serta makhluk hidup lainnya. Dengan adanya hal tersebut maka perlu dilakukan pengendalian pencemaran air agar menjaga kualitas air meliputi pencegahan pencemaran air, penanggulangan pencemaran dan pemulihan kualitas air. (Anonim, 2011)
c. Alat dan Bahan
1) Alat : gayung, ember, pengaduk, selang jaring, masker dan
handscoon, alat tulis dan kamera
2) Bahan : kaporit dan air d. Prosedur Kerja
1) Inlet IPAL (Bar screen) : melakukan pengecekan dan pembersihan setiap hari untuk mencegah terjadinya penumpukan kotoran/sampah (limbah padat) seperti plastik, tali, dan lain-lain yang masuk ke inlet.
2) Bak Equalizing : melakukan pengecekan sistem aerasi untuk mencegah terjadinya kondisi anaerob sehingga dapat meringankan beban BOD yang masuk pada bak aerasi.
3) Bak Aerasi : melakukan pengecekan kekuatan blower pemompaan udara dan sistem aerasi harus stabil untuk mencegah terjadinya turbulensi yang berlebih.
4) Bak Sedimentasi : melakukan pengambilan sampah (limbah padat) setiap hari. Melakukan pengurasan bak sedimentasi dua kali dalam 1 tahun atau tergantung kuantitas lumpur yang ada.
5) Bak Khlorinasi : melakukan pengecekan chlorinationtank untuk pengisian ulang kaporit. Pengurasan bak dilakukan apabila tebal endapan Khlor mencapai 20 cm.
6) Hasil pengolahan dipantau melalui pemeriksaan effluent limbah cair dengan parameter fisik, kimia, dan mikrobiologi sebulan sekali.
7) Melakukan kontrol saluran air hujan sebulan dua kali.
2. Pemberian kaporit pada bak klorinasi IPAL a. Tujuan
Tujuan pemberian kaporit pada bak klorinasi di IPAL untuk membunuh bakteri patogen yang terdapat pada limbah cair sebelum limbah cair dibuang ke lingkungan melalui saluran drainase.
b. Dasar teori
Kaporit CaClO)2 adalah bahan yang digunakan untuk membunuh
mikroorganisme atau bakteri patogen yang terdapat pada air, sebelum air tersebut digunakan oleh manusia untuk keperluan hidupnya.Namun kaporit yang berbentuk serbuk yang digunakan di IPAL, dimaksudkan untuk membunuh bakteri patogen yang terkandung dalam limbah cair sebelum dibuang atau dialirkan ke lingkungan. (Anonim, 2011)
c. Alat dan bahan
Alat dan bahan yang digunakan yaitu kaporit, air, pengaduk, gayung, ember, selang, masker, handscoon, alat tulis dan kamera.
d. Prosedur kerja
1) Kaporit sebanyaknya ± 2 kg, diambil menggunakan gayung dan dimasukkan ke dalam ember.
2) Tambahkan air yang dialirkan menggunakan selang ± 5 liter ke dalam ember yang berisi kaporit kemudian aduk hingga tercampur.
3) Tuangkan air dengan campuran kaporit tersebut ke dalam chlorination tank yang sebelumnya telah di isi air dengan kuantitas ± 400 liter.
4) Setelah dituang, dilakukan kembali pengadukan ± selama 5 menit, kemudian keran yang terdapat di chlorination tank di buka untuk mengalirkan campuran kaporit ke bak klorinasi hingga campuran kaporit habis.
e. Hasil yang dicapai
Hasil yang dicapai selama melakukan penambahan kaporit secara manual yang dilakukan di IPAL RSUD Inche Abdul Moeis adalah memahami dengan jelas jika penambahan kaporit yang dilakukan setiap hari pada bak klorinasi harus sesuai dengan standar operasional prosedur yang telah ditetapkan dan hal tersebut harus dilaksanakan, karena setiap hari limbah cair dibuang ke lingkungan, maka dengan adanya penambahan kaporit maka meminimalisir tersebarnya bakteri patogen yang berasal dari limbah cair kegiatan rumah sakit
f. Pembahasan
Pengolahan air limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit yang masuk ke IPAL akan diolah, salah satu bentuk pengolahannya adalah dengan melakukan penambahan kaporit pada bak klorinasi yang berfungsi untuk mematikan bakteri patogen yang terkandung dalam limbah cair tersebut. Hal ini dilakukan agar limbah cair yang dibuang ke lingkungan dapat sesuai dengan ketentuan pemerintah tentang baku mutu air limbah untuk kegiatan rumah sakit berdasarkan dengan Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Timur Nomor 02 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, yaitu batas maksimum mikrobiologi untuk kuman golongan koli adalah 10.000/100 ml.
3. Penerapan fitoremediasi pada bak aerasi a. Tujuan
Tujuan dilakukannya penerapan fitoremediasi pada bak aerasi dengan menggunakan tumbuhan kiambang adalah untuk menurunkan kadar amoniak dan fospat yang terdapat pada limbah cair.
b. Dasar teori
Istilah fitoremediasi berasal dari kata Inggris phytoremediation; kata ini tersusun atas dua bagian kata, yaitu phyto yang berasal dari kata Yunani phyton (= tumbuhan) dan remediation yang berasal dari kata Latin remedium (= menyembuhkan), dalam hal ini juga berarti “menyelesaikan masalah dengan cara memperbaiki kesalahan atau kekurangan”. Dengan demikian fitoremediasi merupakan penggunaan tumbuhan untuk menghilangkan, memindahkan, menstabilkan atau menghancurkan bahan pencemar baik itu senyawa organik maupun anorganik.
Dengan kata lain fitoremediasi didefinisikan sebagai suatu teknologi pembersihan, penghilangan, atau pengurangan polutan berbahaya, seperti logam berat. Walaupun fitoremediasi memanfaatkan tanaman, tetapi proses pelepasan zat pencemar dapat terjadi melalui proses biologis, kimia dan fisik dalam tanaman itu. (Anonim, 2012)
c. Alat dan bahan
Alat dan bahan yang digunakan adalah kiambang, air limbah dan kamera. d. Prosedur kerja
1) Kiambang dengan jumlah 2 kg, dimasukkan ke dalam bak aerasi. 2) Pemantauan dilakukan selama 1 minggu.
e. Hasil yang dicapai
Hasil yang dicapai dari penerapan fitoremediasi adalah meminimalisir polutan yang terkandung dalam limbah cair seperti amoniak dan fospat tidak hanya dengan melakukan penurunan secara kimiawi namun juga dapat dengan memanfaatkan tanaman.Selama 1 minggu dilakukan pengamatan terhadap daya tahan tumbuh kiambang, kiambang mengalami perubahan pada daunnya menjadi berwarna kuning dan layu.
f. Pembahasan
Kiambang merupakan nama umum bagi paku air dari genus Salvinia. Tumbuhan ini biasa ditemukan mengapung di air menggenang, seperti kolam, sawah, dan danau, atau di sungai yang mengalir tenang.Kiambang juga dapat digunakan sebagai tumbuhan fitoremediasi, karena kiambang menyerap polutan pada air.
Jika kadar amoniak dan fospat pada limbah cair diatas baku mutu yang telah ditetapkan, maka air limbah tersebut tidak dapat dibuang ke lingkungan dan
akan menjadi permasalahan pihak rumah sakit. Berdasarkan Perda Provinsi Kaltim Nomor 02 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, kadar fospat pada limbah cair sebelum dialirkan ke lingkungan adalah 2 mg/L sedangkan amoniak adalah 0,1 mg/L.
4. Pencucian dan pemasangan filter a. Tujuan
Dilakukan pencucian filter adalah membersihkan filter dari bahan-bahan yang tersangkut di setiap bagian filter. Pemasangan filter harus sesuai dengan standar operasional prosedur, pemasangan dimaksudkan agar limbah cair yang diolah dapat di saring sebelum dibuang ke lingkungan.
b. Dasar teori
Filterisasi adalah proses pemisahan antara air dengan partikel-partikel padat dalam suatu campuran yang heterogen dengan menggunakan media-media filter. (Candra, 2010)
c. Alat dan bahan
Alat dan bahan yang digunakan adalah air, ijuk, arang, karung, alat tulis dan kamera.
d. Prosedur kerja
1) Alat filter dilepas dan dibuka untuk mengeluarkan bahan yang terdapat dalam tabung filter.
2) Membersihkan arang dan ijuk dengan air yang mengalir.
3) Mengeringkan arang dan ijuk di atas karung dengan cara di jemur dibawah sinar matahari.
4) Membersihkan tabung filter dengan air yang mengalir dan di jemur dibawah sinar matahari.
5) Memasukkan isi filter sesuai dengan aturan yang ada, yaitu ijuk, arang dan ijuk.
6) Memasang filter pada bagian IPAL. e. Hasil yang dicapai
Hasil yang dicapai dari kegiatan tersebut adalah memahami bahwa membersihkan filter yang merupakan bagian dari IPAL sangatlah penting dikarenakan filter merupakan bagian terakhir sebelum air dibuang ke lingkungan. Meskipun fungsi filter hanya untuk menyaring air limbah dari partikel-partikel padat sebelum di buang ke lingkungan, namun jika filter kotor maka air limbah yang akan di buang mengalami perubahan warna menjadi lebih keruh.
f. Pembahasan
Kekeruhan merupakan salah satu parameter fisik dari limbah cair, karena kekeruhan dapat dilihat dengan mata langsung. Kekeruhan tidak dapat terpisah dari warna, jika kekeruhan dihilangkan maka akan terlihat warna nyata. Tingkat kekeruhan yang tinggi dapat mengindikasikan jika air limbah tersebut terdapat kandungan logam dan sifat keruh limbah membuat hilangnya nilai estetika. (Anonim, 2010)
5. Hasil Kegiatan
Gambar 1. Alur distribusi air limbah RSUD I.A Moeis Samarinda
G. Pembahasan
Pemahaman alur distribusi yang dihasilkan di setiap ruangan yang ada di RSUD sangatlah penting agar dapat mengontrol limbah yang masuk ke dalam IPAL, sehingga tidak terjadi penyumbatan Akibat Penumpukan Sampah pada setiap septic tank yang dikarenakan oleh limbah padat yang dibuang melalui closet serta tidak terjadi pencemaran lingkungan karena tersumbatnya septic
tank yang dapat menyebabkan terjadinya peluberan limbah cair.
Ruang Perawatan: a. Kelas 1 b. Kelas 2
c. Kelas 3
Poli Klinik: a. Poli Umum b. Poli Penyakit Dalam c. Poli Gigi d. Poli Anak e. Poli OBGYN f. Poli Bedah g. Poli THT h. Poli Mata
i. Poli Kulit dan Kelamin Laboratorium Radiologi Ruang TU (Lantai II ) VIP Bangsal Mushola Farmasi Fisioterapi Apotik UGD Toilet Umum Kebidanan ICU/ICCU OK Loundry Unit Gizi Unit Bengkel Unit Kamar Jenazah
Septic Tank III Septic Tank II
Septic Tank I
IPAL
INLET
Gambar 2. Bagan alir pengolahan limbah cair Pembahasan
A. Pengolahan Limbah Cair
Pengolahan air limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit yang ditampung pada septic tank I berasal dari ruang perawatan, poliklinik, laboratorium dan radiologi, septic tank II yang berasal dari ruang TU (lantai II), VIP, bangsal, mushola, farmasi, fisioterapi, apotek, UGD dan toilet umumserta
septic tank III yang berasal dari kebidanan, ICU/ICCU, OK, laundry, unit gizi, unit
bengkel/maintenance dan unit kamar jenazah kemudian dialirkan pada Instalasi Pengolahan Air Limbah.
Bak Equalisasi
Bak Aerasi
Bak Lumpur Bak Sedimentasi
Bak Chlorinasi Aerasi
Filter Outlet
Instalasi Pengolahan Air Limbah meliputi: 1) Inlet/Bar Screen
Unit ini berfungsi sebagai saringan kasar, seperti kain, kaleng, plastik, kayu yang terbawa air limbah. Bar screen hanya menahan kotoran-kotoran/limbah tersebut yang selanjutnya operator yang harus membersihkan.
2) Bak Equalisasi
Pada bak ini terjadi proses pemerataan awal dengan menambahkan udara pada bak. Selanjutnya dialirkan ke bak aerasi.
3) Bak Aerasi
Bak ini berfungsi untuk melarutkan udara ke dalam air agar bakteri yang ada menjadi aktif.Unit ini berupa bak dengan ukuran tertentu yang dilengkapi dengan alat-alat untuk melakukan aerasi, diffuser yang merupakan ujung dari pendistribusian oksigen (udara) dari blower. Bak aerasi ini harus mampu menampung air untuk berkontak dengan udara dengan waktu kontak/detensi yang cukup, serta jumlah udara yang cukup sehingga bakteri aerob mampu untuk menghancurkan zat-zat organik yang terdapat didalam air tersebut. 4) Bak Sedimentasi
Sedimentasi adalah pemisahan partikel dari air dengan memanfaatkan gaya gravitasi. Proses ini bertujuan untuk memperoleh air buangan yang jernih dan mempermudah proses penanganan lumpur. Bak ini berfungsi untuk mengendapkan lumpur yang datang dari bak aerasi untuk mempercepat proses pengendapan.
5) Bak Chlorinasi
Unit ini merupakan bak dengan peralatannya untuk melakukan proses desinfeksi, yaitu membunuh bakteri dengan menggunakan kaporit.
6) Aerasi
Pada bak aerasi, limbah cair dilakukan kembali dilakukan kontak dengan udara, namun pada bak ke dua, dilakukan kontak dengan udara secara langsung, di tempat yang terbuka.
7) Filter
Limbah cair yang berasal dari bak aerasi kedua, dialirkan pada filter.Filterisasi berfungsi untuk menyaring partikel-partikel yang sebelumnya tidak terendapkan pada bak sedimentasi.Hal ini dilakukan sebelum air dialirkan ke outlet.
8) Outlet
Outlet merupakan saluran pembuangan limbah cair yang telah diolah.
Pengolahan limbah cair yang dilakukan RSUD Inche Abdul Moeis berdasarkan dengan baku mutu yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur yaitu Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Timur Nomor 02 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air Lampiran I.17 Baku Mutu Air Limbah Untuk Kegiatan Rumah Sakit.
B. Pengolahan Limbah Padat
1. Pengenalan alat Insinerator
a. Tujuan
Tujuan pengenalan alat Insinerator adalah untuk mengetahui fungsi setiap bagian dari Insinerator agar tidak terjadi kecelakaan kerja saat melakukan pembakaran limbah padat medis.
b. Dasar teori
Insinerator adalah metode yang disarankan untuk memusnahkan limbah
padat medis yang dihasilkan kegiatan rumah sakit dengan suhu yang tinggi. Bila Insinerator akan digunakan maka perlu mempertimbangkan faktor ukuran, desain yang disesuaikan dengan peraturan pengendalian udara, penempatan lokasi yang berkaitan dengan jalur pengangkutan sampah dalam kompleks rumah sakit, dan sarana gedung untuk melindungi Insinerator dari bahaya kebakaran. (Aditama dan Hastuti, 2006)
c. Alat dan bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam pengenalan alat Insinerator adalah masker, alat tulis dan kamera.
d. Prosedur kerja
1) Observasi dan diskusi mengenai alat Insinerator
2) Pemahaman setiap bagian yang terdapat pada alat Insinerator e. Hasil yang dicapai
Hasil yang dicapai adalah memahami dan mendiskusikan fungsi setiap bagian pada alat Insinerator seperti tangki minyak, burner, blower, control panel dan cerobong. Semua bagian tersebut merupakan satu kesatuan dengan Insinerator.
f. Pembahasan
Incenerator yang berfungsi untuk membakar limbah medis, diantaranya
terdapat:
1) Tangki minyak yang terdapat didalam Insinerator akan disalurkan melalui burner.
2) Burner berfungsi untuk mengatur pembakaran pada Incenerator.
3) Blower berfungsi untuk meratakan api yang ada dalam Incenerator agar terjadi pembakaran secara merata.
4) Control Panel berfungsi untuk mengatur temperatur minimum dan maksimum didalam ruang pembakaran dan dapat dikontrol secara otomatis. 5) Cerobong berfungsi mengeluarkan asap hasil pembakaran pada Incenerator.
2. Pengangkutan, penimbangan dan pembakaran limbah padat medis a. Tujuan
Tujuan dilakukannya pengangkutan limbah medis adalah agar tidak terjadi penumpukan limbah padat medis pada setiap ruangan yang menghasilkan limbah padat medis. Penimbangan limbah medis dilakukan agar mengetahui jumlah limbah padat medis yang dihasilkan setiap hari. Sedangkan pembakaran limbah padat medis dilakukan untuk meminimalisir terjadinya pencemaran dari adanya limbah padat medis dengan golongan berbahaya dan beracun.
b. Dasar teori
Berdasarkan KEPMENKES Nomor 1204 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit Tahun 2004, limbah padat rumah sakit adalah semua limbah rumah sakit yang berbentuk padat sebagai akibat kegiatan rumah sakit yang terdiri dari limbah medis padat dan non medis. Sampah padat medis adalah
limbah yang langsung dihasilkan dari tindakan diagnosis dan tindakan medis terhadap pasien.
c. Alat dan bahan
Alat dan bahan yang digunakan adalah masker, handscoon, kereta sampah, plastik pengemas (kuning), solar, sekop, sepatu boot, alat tulis, timbangan dan kamera.
d. Prosedur kerja
1) Limbah padat medis diangkut menggunakan kereta sampah pada pukul 06.00 WITA.
2) Pada saat pengambilan limbah padat medis ditempatkan sesuai dengan golongannya.
3) Dilakukan penimbangan setelah semua limbah padat medis terkumpul.
4) Limbah padat medis yang telah terkumpul dilakukan pembakaran dengan
menggunakan alat Insinerator. e. Hasil yang dicapai
Memahami pentingnya pelabelan limbah padat medis sesuai dengan golongan limbah dan penempatan limbah padat medis yang tajam serta yang berbahaya dan beracun sesuai dengan tempat pengemas. Penimbangan limbah padat medis dilakukan agar mengetahui jumlah limbah medis yang dihasilkan setiap harinya sedangkan pembakaran yang limbah padat medis yang sesuai dengan standar operasional prosedur dimaksudkan untuk meminimalisir jumlah limbah padat medis.
Gambar 3. Alur Pengangkutan Limbah Medis
g. Pembahasan
Pengangkutan limbah medis dari ruangan perawatan, poliklinik, UGD, Kebidanan, ICU/ICCU dan OK ke tempat penyimpanan limbah B3 dilakukan setiap hari pada pukul 06.00 WITA dengan menggunakan kereta sampah yang tertutup.
Poli Klinik:
‐ Poli Umum
‐ Poli Penyakit Dalam ‐ Poli Gigi ‐ Poli Anak ‐ Poli OBGYN ‐ Poli Bedah ‐ Poli THT ‐ Poli Mata
‐ Poli Kulit dan Kelamin
UGD Kebidanan ICU/ICCU Ruang Operasi Incenerator Ruang Perawatan: ‐ Kelas 1 ‐ Kelas 2 ‐ Kelas 3 ‐ VIP ‐ Bangsal
Pengolahan yang dilaksanakan pada RSUD Inche Abdul Moeis yaitu berupa pembakaran limbah padat medis menggunakan alat Incenerator dimana alat tersebut ditempatkan pada sebuah bangunan. Didalam bangunan tersebut terdapat:
a) Tempat pembuangan sementara limbah medis, berupa bak tertutup. b) Incenerator yang berfungsi untuk membakar limbah medis
Tabel 3. Jenis Limbah Medis
Kegiatan Jenis Limbah Medis
Perawatan Alat suntik, tabung infus, kasa, kateter, sarung tangan, masker, bungkus/botol obat, dan sebagainya
Poliklinik Alat suntik, tabung infus, kasa, kateter, sarung tangan, masker, bungkus/botol obat, dan sebagainya
UGD Alat suntik, tabung infus, kasa, kateter, sarung tangan, masker, bungkus/botol obat, dan sebagainya
Kebidanan Alat suntik, tabung infuse, verban, masker, sarung tangan, pembalut, dan sebagainya
ICU/ICCU Alat suntik, sarung tangan, kain kasa, masker, dsb. OK/Operasi Alat suntik, masker, sarung tangan, tabung infus,
bungkus/botol obat, dan sebagainya
Limbah medis ditetapkan sebagai limbah yang dihasilkan dari kegiatan diagnosis pasien, pencegahan penyakit, penelitian dan perawatan serta limbah lainnya berasal dari kegiatan perawatan kesehatan, fasilitas dan laboratorium penelitian.Limbah padat medis yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit dapat dikategorikan sebagai limbah berbahaya dan beracun dimana limbah tersebut perlu penanganan khusus dan juga dalam pengemasan dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu plastik pengemas berwarna merah dan kuning.
Berdasarkan potensi bahaya yang dapat ditimbulkannya, oleh Departemen Kesehatan RI limbah medis dikategorikan sebagai berikut:
1. Limbah benda tajam, yaitu obyek atau alat yang memiliki sudut tajam, sisi, ujung atau bagian yang menonjol yang dapat memotong atau menusuk kulit, seperti jarum, pecahan gelas atau pisau bedah.
2. Limbah infeksius, yaitu limbah yang berkaitan dengan pasien yang memerlukan isolasi penyakit menular dan limbah laboratorium yang berkaitan dengan pemeriksaan mikrobiologi dari poliklinik dan ruang perawatan/isolasi penyakit menular.
3. Limbah jaringan tubuh, yang meliputi organ, anggota badan, darah dan cairan tubuh. Biasanya dihasilkan pada saat pembedahan atau autopsi. 4. Limbah sitotoksik, yaitu bahan yang terkontaminasi oleh obat sitotoksik
selama peracikan, pengangkutan atau tindakan terapi sitotoksik.
5. Limbah farmasi, yaitu terdiri dari obat-obatan kadaluwarsa, obat yang terbuang karena batch yang tidak memenuhi spesifikasi atau kemasan yang terkontaminasi, obat yang tidak diperlukan lagi atau limbah dari proses produksi obat.
6. Limbah kimia, yaitu limbah yang dihasilkan dari penggunaan bahan kimia dalam tindakan medis, laboratorium, proses sterilisasi atau riset.
7. Limbah radioaktif, yaitu bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop yang berasal dari penggunaan medis atau riset radionuklida.
Untuk meminimalisir terjadinya pencemaran terhadap lingkungan, infeksi atau penyebaran penyakit dari limbah tersebut kepada manusia serta adanya penyalahgunaan limbah tersebut sehingga limbah padat medis yang dihasilkan dari kegiatan pelayanan kesehatan, diperlukan pengolahan seperti:
1) Penyimpanan dan pemilahan
a) Limbah medis padat dikumpulkan didalam tempat penampung sampah medis dengan warna kantong plastik pengemas sesuai dengan jenis limbah medis yaitu:
1. Limbah infeksius dengan kantong plastik pengemas warna merah 2. Limbah farmasi / kimiawi dengan kantong plastik pengemas warna
kuning
3. Limbah radiologi, fixer dan developer dikumpulkan dan disimpan didalam jerigen.
4. Limbah benda tajam dikumpulkan didalam wadah yang tahan benda tajam baik berupa botol plastik.
b) Jika terjadi kontaminasi diluar kantong, maka diperlukan kantong plastik baru yang bersih untuk membungkus kantong yang bocor tersebut beserta isinya (double bagging)
2) Pengangkutan limbah medis dari ruangan perawatan, poliklinik, UGD, Kebidanan, ICU/ICCU dan OK ke tempat penyimpanan limbah B3 dilakukan setiap hari pada pukul 06.00 WITA dengan menggunakan kereta sampah yang tertutup.
3) Jenis limbah yang dihasilkan seperti spuit, ampul, jarum suntik, sampah medis, handscoon dan botol infus.
Pengolahan yang dilaksanakan pada RSUD Inche Abdul Moeis yaitu berupa pembakaran limbah padat medis menggunakan alat Incenerator dimana alat tersebut ditempatkan pada sebuah bangunan. Didalam bangunan tersebut terdapat:
2) Incenerator yang berfungsi untuk membakar limbah medis, diantaranya terdapat:
a. Tangki minyak yang disalurkan melalui burner.
b. Burner berfungsi untuk mengatur pembakaran pada Incenerator.
c. Blower berfungsi untuk meratakan api yang ada dalam Incenerator agar terjadi pembakaran secara merata.
d. Control Panel berfungsi untuk mengatur temperatur minimum dan maksimum didalam ruang pembakaran dan dapat dikontrol secara otomatis.
e. Cerobong berfungsi mengeluarkan asap hasil pembakaran pada
Incenerator.
i. Tangki-tangki dan bak yang berfungsi untuk menampung sementara hasil dari pembakaran berupa abu yang akan diserahkan kepada pihak ketiga untuk pengelolaan lebih lanjut.
Pembakaran yang dilakukan pada Incenerator dilaksanakan setiap hari kerja dengan kuantitas maksimal limbah medis yang dibakar adalah 25 kg dengan bahan bakar yang digunakan adalah 15 liter solar dan suhu maksimal yang digunakan adalah 1.2000C. Pembakaran secara manual dilakukan selama 330 menit hingga api mati dengan suhu di bawah 1.0000C dan sisa pembakaran didinginkan selama ± 15 menit sedangkan jika pembakaran secara otomatis dilakukan selama ± 45 menit.
3. Pengontrolan limbah padat medis a. Tujuan
Tujuan dilakukan pengontrolan limbah padat medis disetiap ruangan penghasil limbah medis adalah agar tidak terjadi pencampuran antara limbah medis dan limbah non medis.
b. Dasar teori
Limbah medis ditetapkan sebagai limbah yang dihasilkan dari kegiatan diagnosis pasien, pencegahan penyakit, penelitian dan perawatan serta limbah lainnya berasal dari kegiatan perawatan kesehatan, fasilitas dan laboratorium penelitian.
c. Alat dan bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam pengontrolan limbah padat medis yang dilaksanakan pada setiap ruangan adalah kamera dan kamera.
d. Prosedur kerja
1) Mengontrol setiap ruangan penghasil limbah medis. 2) Melakukan pelaporan dan mendokumentasikan jika terjadi
pencampuran limbah medis dan non medis. e. Hasil yang dicapai
Pentingnya dilakukan peninjauan terhadap limbah medis yang dihasilkan di setiap ruangan di rumah sakit agar tidak terjadi pencampuran limbah medis dan non medis. Jika terjadi pencampuran dan kesalahan dalam penanganan maka akan menyebabkan pencemaran lingkungan serta penggunaan yang tidak bertanggung jawab oleh pihak lain.
f. Pembahasan
Rumah sakit bertanggung jawab terhadap pengelolaan limbah medis yang dihasilkannya. Rumah sakit seharusnya menetapkan kebijaksanaan yang jelas untuk penanganan, penampungan, pengangkutan dan pembuangan limbah medis. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan limbah medis yaitu pemisahan jenis limbah, pengemasan, pemberian label, penyimpanan, pengangkutan, pengolahan dan pembuangan. Hal ini perlu dilakukan agar limbah medis tidak mencemari lingkungan. (Aditama dan Hastuti, 2006).
4. Pengumpulan dan penjemuran daun/serasah a. Tujuan
Tujuan dilakukannya pengumpulan daun/serasah adalah untuk dipergunakan sebagai bahan pupuk kompos. Penjemuran daun/serasah adalah mengurangi kandungan air pada daun/serasah agar mempercepat proses pembuatan pupuk kompos.
b. Dasar teori
Serasah adalah tumpukan dedaunan, ranting dan berbagai sisa vegetasi lainnya diatas permukaan tanah. Serasah yang telah membusuk berubah menjadi humus dan akhirnya menjadi tanah.
c. Alat dan bahan
Alat dan bahan yang digunakan adalah daun, plastik, handscoon dan kamera.
d. Prosedur kerja
1) Mengumpulkan daun/serasah di sekitar areal rumah sakit.
2) Penjemuran daun/serasah menggunakan plastik sebagai alas dan dilakukan dibawah sinar matahari.
3) Pengontrolan daun/serasah agar mengering secara merata. e. Hasil yang dicapai
Hasil yang dicapai dari kegiatan pengumpulan dan pengeringan daun/serasah yaitu memanfaatkan bahan-bahan organik yang ada disekitar rumah sakit sebagai bahan baku pembuatan pupuk kompos serta penjemuran yang dilakukan untuk mengurangi kadar air pada daun/serasah untuk mempercepat proses pelapukan menjadi pupuk kompos.
f. Pembahasan
Daun/serasah yang berguguran di sekitar areal rumah sakit sangat minim pemanfaatannya sedangkan daun/serasah tersebut sangatlah banyak jumlahnya. Setiap hari sekitar 1 bak daun/serasah tersebut dihasilkan. Sehingga perlu pemanfaatan agar sampah organik tersebut dapat berguna, misalnya saja adalah dengan digunakan sebagai bahan baku pembuatan pupuk kompos.
5. Pembuatan pupuk kompos 1. Tujuan
Tujuan dilakukan pembuatan kompos adalah memanfaatkan sampah organik yang ada diareal rumah sakit.
2. Dasar teori
Pupuk kompos adalah merupakan pupuk organik yang terbuat dari bahan-bahan organik seperti jerami, dedaunan dan sebagainya.
3. Alat dan bahan
Alat dan bahan yang digunakan adalah handscoon, pisau, EM4+gula,
wadah, pengaduk, tanah dan kamera. 4. Prosedur kerja
2) Dilakukan pencampuran dengan tanah dan diaduk hingga tercampur. 3) Penambahan EM4 aktif sebanyak 0,5 liter dan diaduk kembali.
4) Wadah yang digunakan, ditutup rapat. 5. Hasil yang dicapai
Pembuatan pupuk kompos yang berbahan dasar dedaunan dan ditambahkan tanah serta EM4 yang telah diaktifkan dengan penambahan gula
yang didiamkan selama 6 hari adalah pentingnya pemanfaatan bahan organik yang ada disekitar rumah sakit agar tidak mengurangi nilai estetika karena banyaknya penumpukan dedaunan.
6. Pembahasan
Pupuk kompos yang dibuat akan diaplikasikan pada tanaman yang ada di sekitar rumah sakit sebagai salah satu bentuk perawatan terhadap tumbuhan-tumbuhan tersebut. Hal ini dikarenakan lambatnya pertumbuhan-tumbuhan tanaman yang disebabkan oleh tanah disekitar areal rumah sakit yang asam.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Pengolahan air limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit yang ditampung pada septic tank I berasal dari ruang perawatan, poliklinik, laboratorium dan radiologi, septic tank II yang berasal dari ruang TU (lantai II), VIP, bangsal, mushola, farmasi, fisioterapi, apotek, UGD dan toilet umumserta septic tank III yang berasal dari kebidanan, ICU/ICCU, OK, laundry, unit gizi, unit bengkel/maintenance dan unit kamar jenazah kemudian dialirkan pada Instalasi Pengolahan Air Limbah yang meliputi Inlet/Bar Screen, Bak Equalisasi, Bak Aerasi, Bak Sedimentasi, Bak
Chlorinasi, Aerasi, Filter dan Outlet/Saluran Drainase.
2. Pencucian filter dan bak aerasi dimaksudkan untuk meminimalisir penyumbatan yang dikarenakan penumpukan lumpur di dalam bak aerasi yang akan menyebabkan terbawanya lumpur ke aliran filter dan menyumbat aliran filter, sehingga perlu dilakukan pembersihan minimal sebulan sekali. 3. Untuk meminimalisir terjadinya pencemaran terhadap lingkungan, infeksi atau
penyebaran penyakit dari limbah tersebut kepada manusia serta adanya penyalahgunaan limbah tersebut sehingga limbah padat medis yang dihasilkan dari kegiatan pelayanan kesehatan, diperlukan pengolahan seperti penyimpanan dan pemilahan limbah medis serta pengangkutan limbah medis. Limbah padat medis yang dihasilkan dilakukan pembakaran dengan menggunakan Incenerator secara manual selama 330 menit dengan suhu dibawah 1.0000C sedangkan pembakaran secara otomatis dilakukan selama ±45 menit dengan solar 15 liter.
B. SARAN
1. Perlunya penggantian atau perbaikan alat-alat IPAL yang telah rusak seperti
bar screen, communitor, dan dosing pam agar proses pengolahan berjalan
dengan lancar.
2. Perlunya penambahan blower yang berfungsi untuk mengatur sirkulasi udara di dalam IPAL, agar bakteri pada bak aerasi dapat berkembang.
3. Perlunya penggantian Incenerator agar pembakaran dapat dilakukan secara
sempurna.
4. Mahasiswa perlu pemahaman secara umum tentang Instalasi Pengolahan Air Limbah dan fungsi-fungsi bak yang terdapat pada IPAL.
5. Mahasiswa harus mengetahui tentang Insinerator secara umum dan
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2009. Sistem Pengelolaan Lingkungan dan Limbah Industri. Jakarta: Universitas Jakarta.
Anonim. 2011. Takaran dan Fungsi Kaporit Untuk Penjernih Air. http://www.saringanair.com/news/3/Takaran-dan-fungsi-kaporit-untuk-penjernih-air. (Diakses pada 18 Mei 2014)
Anonim, 2013. Laporan UKL UPL RSUD I.A Moeis Samarinda. Samarinda. Aditama dan Hastuti, 2006. Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Jakarta:
Universitas Indonesia
Adisasmito, W. 2007.Sistem Manajemen Lingkungan Rumah Sakit. Jakarta: PT. RAJAGRAFINDO PERSADA
Ayuningtyas, R.D. 2009.Proses Pengolahan Limbah Cair Di RSUD Dr.Moewardi Surakarta.
Kepmenkes RI. 2004. Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. Nomor 1204.64 hlm.
Candra, Heri Harun. 2010. Perancangan dan Realisasi Model Sistem Pengatur
Proses Filterisasi Air Secara Otomatis. http://karyailmiah.tarumanagara.ac.id/index.php/S1TE/article/view/2318.
(Diakses pada 18 Mei 2014)
Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Timur.2011. Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air.Nomor 02. 115 hlm
Sutrisnowati.2004 Departemen Kesehatan, 2002. Pengelolaan Limbah Padat Infeksius Rumah Sakit. Semarang: Universitas Diponegoro.
Gambar 1.Lokasi PKL di RSUD Inche Abdul Moeis
Gambar 3.Bar Screen
Gambar 5.Bak Chlorinasi
Gambar 7. Penuangan Kaporit
Gambar 9.Pengangkutan Sampah
Gambar 11.Membakar Limbah Medis
Gambar 13.Tempat Penampungan Abu
Gambar 15. Melakukan Fitoremediasi Pada Bak Aerasi