• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANG (PKL) DI RSUD INCHE ABDOEL MOEIS SAMARINDA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANG (PKL) DI RSUD INCHE ABDOEL MOEIS SAMARINDA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

OLEH :

RANI OCTAVIANI PUTRI

NIM. 110500144

PROGRAM STUDI MANAJEMEN LINGKUNGAN

JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA

S A M A R I N D A

(2)

Penguji II,

Ir. Dadang Suprapto, MP NIP.196201011988031003

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Laporan PKL : LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANG (PKL) DI RSUD INCHE ABDOEL MOEIS SAMARINDA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

Nama : Rani Octaviani Putri

NIM : 110500144

Program Studi : Manajemen Lingkungan Jurusan : Manajemen Pertanian

Menyetujui/Mengesahkan,

Ketua Program Studi Manajemen Lingkungan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

Ir. Dadang Suprapto, MP NIP. 196201011988031003

Lulus ujian pada tanggal : ... Pembimbing,

Taufiq Rinda A, S.Si, M.Pd NIP.19780517 200912 1 002

Penguji I,

Dr. Ir. H. Suwarto, MP NIP.196410101992031003

(3)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat melaksanakan rangkaian kegiatan selama melaksanakan Praktik Kerja Lapang (PKL) di RSUD I.A. Moeis, hingga tersusunnya laporan ini.

Keberhasilan dan kelancaran dalam pelaksanaan kegiatan PKL ini tidak terlepas dari peran serta dan bantuan dari beberapa pihak, untuk ini dengan segala kerendahan hati dan sikap hormat, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Ir. Wartomo, MP selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.

2. Bapak Ir. Hasanudin, MP selaku Ketua Jurusan Manajemen Pertanian. 3. Bapak Ir. Dadang Suprapto, MP selaku Ketua Program Studi Manajemen

Lingkungan sekaligus sebagai Dosen Penguji II.

4. Bapak Taufiq Rinda Alkas, S.Si, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Praktek Kerja Lapang (PKL).

5. Bapak Dr. Ir. H. Suwarto, MP selaku Dosen Penguji I.

6. Ibu Dr. Hj. Mieke Dhipa Anggraini, M. Kes selaku Direktur Rumah Sakit Umum Daerah I.A. Moeis Samarinda

7. Ibu Sahrina, A.Md. KL selaku Kepala Ruangan Kesehatan Lingkungan 8. Bapak Rusli, A.Md. KL selaku Pembimbing Lapangan

9. Bapak Robi Irawan selaku Operator IPAL 10. Bapak Ardiansyah selaku Operator Incenerator

11. Keluarga tercinta untuk do’a dan kesabarannya serta kakak-kakakku yang telah memberikan dukungan baik secara materil maupun moril.

Semoga apa yang telah mereka berikan kepada penulis baik do’a maupun dukungan moral mendapatkan balasan dari Allah SWT. Amin. Dalam menyusun laporan ini penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi lebih baiknya Laporan Praktek Kerja Lapang (PKL) ini. Semoga laporan ini bermanfaat bagi para pembaca. Amin.

Rani Octaviani Putri

(4)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv DAFTAR TABEL ... v DAFTAR GAMBAR ... vi I. PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Tujuan ... 2

C. Hasil Yang Diharapkan ... 3

II. KEADAAN UMUM RUMAH SAKIT ... 4

A. Gambaran Umum RSUD I.A. Moeis Samarinda ... 4

B. Manajemen RSUD I.A. Moeis Samarinda ... 5

C. Lokasi dan Waktu PKL ... 6

III. HASIL PRAKTIK KERJA LAPANG ... 8

A. Pengolahan Limbah Cair ... 9

B. Pengolahan Limbah Padat ... 23

IV. KESIMPULAN DAN SARAN ... 36

A. Kesimpulan ... 36

B. Saran ... 37

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(5)

DAFTAR TABEL

Nomor Tubuh Utama Halaman

1. Jadwal Kegiatan PKL di RSUD I.A. Moeis Samarinda. ... 7 2. Hasil Kegiatan PKL di RSUD I.A. Moeis ... 8

(6)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Tubuh Utama Halaman

1. Alur Distribusi Air Limbah RSUD I.A. Moeis Samarinda. ... 10

2. Bagan Alur Pengolahan Limbah Cair ... 12

3. Alur Pengangkutan Limbah Medis ... 25

Lampiran 4. Bar Screen / Inlet ... 40

5. Bak Aerasi ... 40 6. Bak Sedimentasi ... 41 7. Bak Klorinasi ... 41 8. Penambahan Kaporit ... 42 9. Penerapan Fitoremediasi ... 42 10. Pencucian Filter ... 43 11. Pemasangan Filter ... 43 12. Insinerator... 44

13. Pengangkutan Limbah Medis dan Non Medis ... 44

14. Penimbangan Limbah Padat Medis ... 45

15. Pembakaran Limbah Padat Medis ... 45

16. Pembuatan Pupuk Kompos ... 46

(7)

I. PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Rumah sakit merupakan pelayanan kesehatan terhadap individu, pasien dan masyarakat dengan inti pelayanan medis baik pencegahan, pemeliharaan, pengobatan dan penyembuhan dengan proses secara terpadu agar mencapai pelayanan kesehatan yang paripurna. Dalam melakukan kegiatan pelayanan kesehatan, rumah sakit menggunakan berbagai bahan, energi, air, udara dan gas. Bahan-bahan yang digunakan adalah bahan kimia dan bahan lain guna keperluan layanan medis maupun non medis. Dalam pemakaian bahan tersebut sebagian besar digunakan, namun juga sebagian tersisa karena volume lebih, atau akibat lain seperti penanganan yang kurang baik sehingga dapat menyebabkan timbulnya limbah baik yang berbentuk padat, cair dan gas. (Ayuningtyas, 2009)

Limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit. Limbah rumah sakit secara umum terdiri dari 3 (tiga) jenis yaitu limbah padat, limbah cair dan limbah gas. Limbah rumah sakit diklasifikasikan sebagai limbah medis/klinis dan limbah non medis/domestik. Penggolongan limbah medis/klinis berdasarkan potensi bahaya yang terkandung didalamnya terdiri dari limbah infeksius, limbah farmasi, limbah sitotoksik, limbah radioaktif dan limbah kimia. Sedangkan limbah non medis/domestik yaitu limbah akibat kegiatan pelayanan rumah sakit seperti sampah sisa makanan pengunjung, sampah aktifitas kantor, aktifitas dapur dan lainnya yang bisa dimasukkan dalam pengelolaan sampah kota. (Departemen Kesehatan,

(8)

Disamping kegiatan pelayanan kesehatan untuk penyembuhan pasien, rumah sakit juga menjadi media pemaparan dan atau penularan penyakit bagi para pasien, petugas, pengunjung maupun masyarakat sekitar yang tinggal dekat rumah sakit yang disebabkan oleh agent (komponen penyebab penyakit) yang terdapat dilingkungan rumah sakit. Oleh karena itu, didalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan rumah sakit perlu menerapkan upayanya untuk meniadakan atau mengurangi sekecil mungkin dampak negatif. (Ayuningtyas, 2009)

Pengolahan limbah yang dilakukan oleh pihak rumah sakit, dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu pengolahan limbah cair dengan menggunakan Instalasi Pengolahan Air Limbah, dimana semua limbah cair yang berasal dari setiap ruangan di rumah sakit ditampung di setiap septic tank yang telah disediakan dan dialirkan menuju IPAL dan dilakukan perlakuan untuk meminimalisir kandungan pada air limbah rumah sakit agar tidak mencemari lingkungan. Sedangkan limbah padat medis yang dihasilkan rumah sakit dilakukan penanganan dan pengolahan dengan menggunakan alat Insinerator dalam pembakaran untuk mencegah pencemaran lingkungan dan limbah padat non medis/domestik yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit, dibuang setiap hari ke tempat pembuangan sampah sementara (TPS).

B. Tujuan

Praktik Kerja Lapang (PKL) ini dilaksanakan bertujuan untuk:

1. Memahami dan mempelajari proses kegiatan pengolahan limbah cair pada Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Rumah Sakit Umum Daerah Inche Abdul Moeis Samarinda.

(9)

2. Memahami dan mempelajari proses kegiatan pengolahan limbah padat medis pada Insinerator Rumah Sakit Umum Daerah Inche Abdul Moeis Samarinda.

C. Hasil yang diharapkan

Hasil yang diharapkan dari praktik kerja lapang ini adalah:

1. Mahasiswa mampu mempelajari dan memahami tahapan-tahapan penanganan dan pengolahan limbah cair rumah sakit pada Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).

2. Mahasiswa mampu mempelajari dan memahami tahapan-tahapan penanganan dan pengolahan limbah padat rumah sakit pada Insinerator. 3. Mahasiswa dapat menerapkan hasil PKL pada saat bekerja di dunia

(10)

II. KEADAAN UMUM RUMAH SAKIT

A. Gambaran Umum RSUD I.A. Moeis Samarinda

Rumah Sakit Umum Daerah Inche Abdoel Moeis merupakan rumah sakit umum daerah dengan klasifikasi/kelas C yang resmi dibuka oleh Pemerintah Kota Samarinda pada tanggal 24 Januari 2007 yang berlokasi di Kelurahan Harapan Baru Kecamatan Loa Janan Ilir Kota Samarinda Provinsi Kalimantan Timur seluas ± 124.000 m2 dengan luas bangunan 12.175,06 m2 yang terdiri dari dua lantai dan kapasitas tempat tidur adalah 142 tempat tidur. Selama tujuh tahun berjalan, RSUD I.A. Moeis dalam melakukan pelayanan kesehatan dituntut untuk dapat mengembangkan atau menambah kapasitas pelayanan rumah sakit. (Anonim, 2013)

RSUD I.A. Moeis dalam melakukan pelayanan, terbagi menjadi dua yaitu pelayanan medik dan pelayanan penunjang medik. Jenis pelayanan medik meliputi Instalasi Rawat Jalan, Unit Gawat Darurat (UGD), Intensive Care

Unit (ICU), Operation Kammer/Kamar Bedah (OK), Kebidanan, Rawat Inap,

Fisioterapi, Pemulasaran Jenazah dan Poliklinik sedangkan jenis pelayanan penunjang medik meliputi Radiologi, Farmasi, Laboratorium, Rekam Medik, Gizi dan Laundry.

Ruang perawatan yang tersedia pada RSUD I.A. Moeis terbagi menjadi 3 (tiga) yaitu Ruang Mahakam (VIP) terdiri dari 10 tempat tidur dengan fasilitas AC, televisi, kulkas dan 1 tempat tidur untuk penunggu pasien di setiap ruangan, Ruang Karang Mumus (Kelas I, II dan III) terdiri dari 61 tempat tidur dengan fasilitas yang berbeda disetiap kelasnya yaitu AC, televisi, dan kipas angin, Ruang Karang Asam (Bangsal) terdiri dari 67 tempat tidur dengan fasilitas kipas angin serta Ruang ICU/ICCU terdiri dari 4 tempat tidur.

(11)

Sumber air yang digunakan RSUD I.A. Moeis Samarinda adalah PDAM. Sedangkan daya listrik yang digunakan sebesar 240.000 VA dan generator adalah 450 KV serta sarana komunikasi yaitu telepon central 2 induk dengan ± 100 pesawat telepon. (Anonim, 2013)

B. Manajemen RSUD I.A. Moeis Samarinda

Rumah Sakit Inche Abdul Moeis dipimpin oleh 1 (satu) orang Direktur, dibantu dengan beberapa wakilnya serta karyawan yang berada pada bidang manajemen dalam menjalankan tugasnya. Jumlah karyawan yang terdapat di RSUD I.A. Moeis adalah sebanyak 396 orang dengan rincian sebagai berikut: 1. Dokter Spesialis Penyakit Dalam : 1 orang

2. Dokter Spesialis Anestesi : 1 orang 3. Dokter Spesialis Bedah : 1 orang 4. Dokter Spesialis Orthodontic Gigi : 1 orang 5. Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin : 1 orang 6. Dokter Spesialis Patologi Klinik : 1 orang 7. Dokter Umum : 13 orang 8. Dokter Gigi : 2 orang 9. S1 Keperawatan : 9 orang 10. D3 Perawat : 143 orang 11. D3 Keperawatan Gigi : 1 orang 12. D3 Bidan : 21 orang 13. D3 Radiologi : 6 orang 14. D3 Analis Kesehatan : 11 orang 15. S1 Apoteker : 4 orang

(12)

16. D3 Farmasi : 15 orang 17. D3 Fisioterapi : 4 orang 18. D3 Rekam Medis : 1 orang 19. S1 Kesehatan Masyarakat : 3 orang 20. D3 Kesehatan Masyarakat : 2 orang 21. S1 Teknik : 1 orang 22. D3 Teknik : 4 orang 23. D3 Gizi : 3 orang 24. S1 Umum : 11 orang 25. S2 Umum/Kesehatan : 4 orang 26. D3 Umum : 9 orang 27. SMF/SPK : 2 orang 28. SMEA/SMUA/Sederajat : 119 orang 29. SMP : 1 orang 30. SD : 1 orang

Status kepegawaian di RSUD I.A. Moeis Samarinda adalah 132 orang Pegawai Negeri Sipil dan 264 orang Non Pegawai Negeri Sipil. Dalam melakukan pengolahan limbah medis rumah sakit, terdapat beberapa limbah yang diambil atau dikelola oleh pihak ke tiga yang telah bekerjasama dengan pihak rumah sakit. Limbah yang diambil oleh pihak ke tiga berupa lumpur, abu dan sisa hasil pembakaran Insinerator. (Anonim, 2013)

C. Lokasi dan Waktu PKL

Kegiatan Praktik Kerja Lapang (PKL) Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Jurusan Manajemen Pertanian Program Studi Manajemen

(13)

Lingkungan ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Inche Abdul Moeis selama 2 bulan terhitung mulai tanggal 3 Maret sampai 3 Mei 2014. Uraian kegiatan Praktik Kerja Lapang (PKL) tersebut ditunjukkan pada Tabel 1 di bawah ini:

Tabel 1. Jadwal Kegiatan PKL di RSUD I.A. Moeis Samarinda

No. Jenis Kegiatan Tanggal

Pelaksanaan Keterangan

1 Pengenalan alur penampungan limbah cair di RSUD

I.A. Moeis 04 Maret 2014 Observasi

2 Pemahaman fungsi bak pada IPAL 04 Maret 2014 Diskusi dan Observasi 3 Pengelolaan limbah pada IPAL dengan

penambahan kaporit pada bak klorinasi

07 Maret - 03 Mei

2014 Praktik 4 Penerapan fitoremediasi pada bak aerasi (dengan kiambang) 10 Maret 2014 Praktik

5 Pencucian filter IPAL 20 Maret 2014 Praktik

6 Pemasangan filter IPAL 01 April 2014 Praktik

7 Pengurasan bak aerasi IPAL 01 April 2014 Praktik

8 Pengenalan alat Insinerator (cara penggunaan alat) 06 Maret 2014 Diskusi 9 Pengangkutan, penimbangan dan pembakaran

limbah padat medis pada Insinerator 13 April 2014

Observasi dan Praktik 10 Penimbangan abu/hasil sisa pembakaran limbah

medis pada Insinerator 13 April 2014 Praktik

11 Pengumpulan dan penjemuran daun/serasah di

lingkungan RS 24 Maret 2014 Praktik

12 Pembuatan pupuk kompos dari daun/serasah 02 April 2014 Praktik 13 Pengontrolan pupuk kompos 03 - 16 April 2014 Observasi 14 Pengontrolan limbah medis di Ruang Perawatan, UGD dan Kebidanan 28 April - 02 Mei 2014 Observasi

(14)

III. HASIL PRAKTIK KERJA LAPANG (PKL)

Setelah melaksanakan kegiatan Praktik Kerja Lapang (PKL) selama 2 bulan di Rumah Sakit Umum Daerah Inche Abdul Moeis Samarinda, hasil Praktik Kerja Lapang (PKL) dapat dilihat pada Tabel 2 sebagai berikut:

Tabel 2. Hasil Kegiatan PKL di RSUD I.A. Moeis

No. Jenis Kegiatan Tanggal

Pelaksanaan Hasil Keterangan

1 Pengenalan alur penampungan

limbah cair di RSUD I.A. Moeis 04 Maret 2014

Mampu memahami secara

umum tentang alur limbah cair Observasi 2 Pemahaman fungsi bak pada IPAL 05 Maret 2014 Dapat mengetahui fungsi bak

pada IPAL secara umum

Diskusi dan Observasi

3

Pengelolaan limbah pada IPAL dengan penambahan kaporit pada bak klorinasi

07 Maret - 03 Mei 2014

Mengetahui fungsi kaporit

da-lam pengelolaan limbah cair Praktik

4 Penerapan fitoremediasi pada bak aerasi (dengan kiambang) 10 Maret 2014 Dapat menurunkan kadar amoniak dan fospat Praktik

5 Pencucian filter IPAL 20 Maret 2014 Dapat memahami pencucian

setiap bagian filter Praktik 6 Pemasangan filter IPAL 01 April 2014 Mengetahui pemasangan filter

pada IPAL Praktik

7 Pengurasan bak aerasi IPAL 01 April 2014 Agar tidak terjadi penumpukan

lumpur pada bak Praktik

8 Pengenalan alat Insinerator (cara

penggunaan alat) 06 Maret 2014

Memahami dengan baik fungsi

setiap bagian Insinerator Diskusi

9

Pengangkutan, penimbangan dan pembakaran limbah padat medis pada Insinerator

13 April 2014

Mengetahui pentingnya pengemasan limbah sesuai dengan jenis limbah dan cara meminimalisir limbah padat medis

Observasi dan Praktik

10

Penimbangan abu/hasil sisa pembakaran limbah medis pada Insinerator

13 April 2014

Mengetahui jumlah dari sisa pembakaran limbah padat medis

Praktik

11 Pengumpulan dan penjemuran

daun/serasah di lingkungan RS 24 Maret 2014

Menurunkan kandungan air

pada daun/serasah Praktik 12 Pembuatan pupuk kompos dari daun/serasah 02 April 2014 Memanfaatkan sampah organik menjadi pupuk Praktik

13 Pengontrolan pupuk kompos 03 - 16 April 2014

Mengetahui proses perubahan

menjadi pupuk Observasi

14

Pengontrolan limbah medis di Ruang Perawatan, UGD dan Kebidanan

28 April – 02 Mei 2014

Mengetahui proses

(15)

A. Pengolahan Limbah Cair

1. Pengenalan alur penampungan limbah cair RSUD I.A. Moeis

a. Tujuan

Untuk mengetahui alur distribusi limbah cair yang dihasilkan dari setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh pihak rumah sakit.

b. Dasar Teori

Limbah cair rumah sakit adalah seluruh buangan cair yang berasal dari hasil proses seluruh kegiatan rumah sakit yang meliputi: limbah domestik cair yakni buangan kamar mandi, dapur, air bekas pencucian pakaian; limbah cair klinis yakni air limbah yang berasal dari kegiatan klinis rumah sakit misalnya air bekas cucian luka, cucian darah dan lain-lain; air limbah laboratorium; dan lainnya. Air limbah rumah sakit yang berasal dari buangan domestik maupun buangan limbah cair klinis umumnya mengandung senyawa polutan organik yang cukup tinggi, dan dapat diolah dengan proses pengolahan secara biologis, sedangkan untuk air limbah rumah sakit yang berasal dari laboratorium biasanya banyak mengandung logam berat. (Kepmenkes RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004)

c. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan selama pengenalan alur distribusi limbah cair di RSUD I.A. Moeis adalah alat tulis dan kamera.

d. Prosedur Kerja

1) Melakukan observasi limbah yang dihasilkan dari ruang perawatan, poliklinik, laboratorium dan radiologi yang ditampung pada septic tank 1.

(16)

2) Melakukan observasi limbah yang dihasilkan dari ruang tata usaha, VIP, bangsal, mushola, farmasi, fisioterapi, apotik, UGD dan toilet umum yang ditampung pada septic tank 2.

3) Melakukan observasi limbah yang dihasilkan dari kebidanan, ICU, OK, laundry, unit gizi, unit bengkel dan unit kamar jenazah yang ditampung pada septic tank 3.

e. Hasil Yang Dicapai

Hasil yang dicapai dari kegiatan observasi pengenalan alur penampungan limbah cair RSUD I.A. Moeis Samarinda adalah memahami alur distribusi limbah cair ke tempat penampungan sementara sebelum dialirkan ke Instalasi Pengolahan Air Limbah.

Gambar 1. Alur Distribusi Air Limbah RSUD I.A. Moeis Samarinda Ruang Perawatan: a. Kelas 1

b. Kelas 2 c. Kelas 3 Poli Klinik: a. Poli Umum

b. Poli Penyakit Dalam c. Poli Gigi d. Poli Anak e. Poli OBGYN f. Poli Bedah g. Poli THT h. Poli Mata

i. Poli Kulit dan Kelamin Laboratorium Radiologi Ruang TU (Lantai II ) VIP Bangsal Mushola Farmasi Fisioterapi Apotik UGD Toilet Umum Kebidanan ICU OK Laundry Unit Gizi Unit Bengkel

Unit Kamar Jenazah

Septick Tank III Septick Tank II

Septick Tank I

IPAL

(17)

f. Pembahasan

Pemahaman alur distribusi seperti pada Gambar 1. Alur

distribusi air limbah RSUD I.A. Moeis Samarinda, yang dihasilkan

di setiap ruangan yang ada di RSUD sangatlah penting agar dapat mengontrol limbah yang masuk ke dalam IPAL, sehingga tidak terjadi penyumbatan pada setiap septic tank yang dikarenakan oleh limbah padat yang dibuang melalui closet serta tidak terjadi pencemaran lingkungan karena tersumbatnya septic tank yang dapat menyebabkan terjadinya peluberan limbah cair.

2. Pemahaman fungsi bak pada IPAL

a. Tujuan

Tujuan dari memahami fungsi setiap bak yang terdapat pada Instalasi Pengoalahan Air Limbah adalah untuk mengetahui fungsi-fungsi pada setiap bak yang ada di Instalasi

b. Dasar teori

Instalasi Pengolahan Air Limbah adalah sebuah struktur yang dirancang untuk membuang limbah biologis dan kimiawi dari air sehingga memungkinkan air tersebut untuk digunakan pada aktivitas yang lain.

c. Alat dan bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam pemahaman fungsi bak pada Instalasi Pengelolaan Air Limbah adalah alat tulis dan kamera serta panduan atau SOP.

(18)

d. Prosedur kerja

1) Melaksanakan observasi dan pemahaman fungsi bak pada Instalasi Pengolahan Air Limbah.

2) Mendiskusikan fungsi dari Bar Screen, bak Equalisasi, bak Aerasi, bak Sedimentasi, bak Klorinasi dan Filter.

e. Hasil yang dicapai

Selama melakukan observasi dan diskusi mengenai fungsi setiap bak yang terdapat pada Instalasi Pengolahan Air Limbah yang ada di RSUD I.A. Moeis, maka didapatkan skema alur limbah cair yang masuk dan limbah cair yang telah diolah dibuang ke saluran drainase, skema sebagai berikut:

INLET

Gambar 2. Bagan Alur Pengolahan Limbah Cair

f. Pembahasan

Pegolahan air limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit yang ditampung pada septic tank I berasal dari ruang perawatan,

Bak Equalisasi

Bak Aerasi

Bak Lumpur Bak Sedimentasi

Bak Klorinasi Aerasi

Filter Outlet

(19)

poliklinik, laboratorium dan radiologi, septic tank II yang berasal dari ruang TU (lantai II), VIP, bangsal, mushola, farmasi, fisioterapi, apotek, UGD dan toilet umum serta septic tank III yang berasal dari kebidanan, ICU, OK, laundry, unit gizi, unit bengkel/maintenance dan unit kamar jenazah kemudian dialirkan pada Instalasi Pengolahan Air Limbah.

Instalasi Pengolahan Air Limbah berdasarkan Gambar 2. Bagan

Alur Pengolahan Limbah Cair, meliputi:

1) Inlet/Bar Screen

Unit ini berfungsi sebagai saringan kasar, seperti kain, kaleng, plastik, kayu yang terbawa air limbah. Bar screen hanya menahan kotoran-kotoran/limbah tersebut yang selanjutnya operator yang harus membersihkan.

2) Bak Equalisasi

Pada bak ini terjadi proses pemerataan awal dengan menambahkan udara pada bak. Selanjutnya limbah cair yang telah dipilah dari bahan-bahan padat dialirkan ke bak aerasi.

3) Bak Aerasi

Bak ini berfungsi untuk melarutkan udara ke dalam air agar bakteri yang ada menjadi aktif. Unit ini berupa bak dengan ukuran tertentu yang dilengkapi dengan alat-alat untuk melakukan aerasi, diffuser yang merupakan ujung dari pendistribusian oksigen (udara) dari blower. Bak aerasi ini harus mampu menampung air untuk berkontak dengan udara dengan waktu kontak/detensi yang cukup, serta jumlah

(20)

udara yang cukup sehingga bakteri aerob mampu untuk menghancurkan zat-zat organik yang terdapat didalam air tersebut. 4) Bak Sedimentasi

Sedimentasi adalah pemisahan partikel dari air dengan memanfaatkan gaya gravitasi. Proses ini bertujuan untuk memperoleh air buangan yang jernih dan mempermudah proses penanganan lumpur. Bak ini berfungsi untuk mengendapkan lumpur yang datang dari bak aerasi untuk mempercepat proses pengendapan. Namun, limbah cair yang berasal dari bak aerasi, tidak hanya mengalir pada bak sedimentasi, sebagian yang berupa lumpur dialirkan ke bak lumpur.

5) Bak Lumpur

Bak lumpur berfungsi menampung lumpur yang berasal dari bak sedimentasi dan bak aerasi. Pada bak ini tidak dilakukan pengolahan apapun karena lumpur tersebut akan diambil oleh pihak ke tiga untuk pengelolaan lebih lanjut.

6) Bak Klorinasi

Unit ini merupakan bak dengan peralatannya untuk melakukan proses desinfeksi, yaitu membunuh bakteri dengan menggunakan kaporit.

7) Aerasi

Pada bak aerasi, limbah cair dilakukan kembali dilakukan kontak dengan udara, namun pada bak ke dua, dilakukan kontak dengan udara secara langsung, ditempat yang terbuka.

(21)

Limbah cair yang berasal dari bak aerasi ke dua, dialirkan pada filter. Filterisasi berfungsi untuk menyaring partikel-partikel yang sebelumnya tidak terendapkan pada bak sedimentasi. Hal ini dilakukan sebelum limbah cair dialirkan ke outlet.

9) Outlet

Outlet merupakan saluran pembuangan limbah cair yang telah diolah, limbah cair tersebut di buang ke aliran drainase.

3. Pemberian kaporit pada bak klorinasi IPAL

a. Tujuan

Tujuan pemberian kaporit pada bak klorinasi di IPAL untuk membunuh bakteri patogen yang terdapat pada limbah cair sebelum limbah cair dibuang ke lingkungan melalui saluran drainase.

b. Dasar teori

Kaporit (Ca(ClO)2) adalah bahan yang digunakan untuk

membunuh mikroorganisme atau bakteri patogen yang terdapat pada air, sebelum air tersebut digunakan oleh manusia untuk keperluan hidupnya. Namun kaporit yang berbentuk serbuk yang digunakan di IPAL, dimaksudkan untuk membunuh bakteri patogen yang terkandung dalam limbah cair sebelum dibuang atau dialirkan ke lingkungan. (Anonim, 2011)

c. Alat dan bahan

Alat dan bahan yang digunakan yaitu kaporit, air, pengaduk, gayung, ember, selang, masker, handscoon, alat tulis dan kamera. d. Prosedur kerja

1) Menuangkan kaporit ± 2 kg yang diambil menggunakan gayung dan dimasukkan ke dalam ember.

(22)

2) Menambahkan air yang dialirkan menggunakan selang ± 5 liter ke dalam ember yang berisi kaporit kemudian dilakukan pengadukan hingga terjadi pencampuran yang merata antara air dan kaporit. 3) Menuangkan air yang telah tercampur dengan kaporit ke dalam

chlorination tank yang sebelumnya telah di isi air dengan kuantitas

± 400 liter.

4) Setelah dituang, dilakukan kembali pengadukan selama ± 5 menit, kemudian keran yang terdapat di chlorination tank di buka untuk mengalirkan campuran kaporit ke bak klorinasi hingga campuran kaporit habis.

e. Hasil yang dicapai

Hasil yang dicapai selama melakukan penambahan kaporit secara manual yang dilakukan di IPAL RSUD I.A. Moeis yang didokumentasikan pada Gambar 5. Penambahan Kaporit adalah memahami dengan jelas jika penambahan kaporit yang dilakukan setiap hari pada bak klorinasi harus sesuai dengan standar operasional prosedur yang telah ditetapkan dan hal tersebut harus dilaksanakan, karena setiap hari limbah cair dibuang ke lingkungan, maka dengan adanya penambahan kaporit maka meminimalisir tersebarnya bakteri patogen yang berasal dari limbah cair kegiatan rumah sakit.

f. Pembahasan

Pengolahan air limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit yang masuk ke IPAL terlebih dahulu akan diolah, salah satu bentuk pengolahannya adalah dengan melakukan penambahan kaporit pada bak klorinasi yang berfungsi untuk mematikan bakteri patogen yang

(23)

terkandung dalam limbah cair tersebut. Hal ini dilakukan agar limbah cair yang dibuang ke lingkungan dapat sesuai dengan ketentuan pemerintah tentang baku mutu air limbah untuk kegiatan rumah sakit berdasarkan dengan Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Timur Nomor 02 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, yaitu batas maksimum mikrobiologi untuk kuman golongan colii adalah 10.000/100 ml.

4. Penerapan fitoremediasi pada bak aerasi

a. Tujuan

Tujuan dilakukannya penerapan fitoremediasi pada bak aerasi dengan menggunakan tumbuhan kiambang adalah untuk menurunkan kadar amoniak dan fospat yang terdapat pada limbah cair.

b. Dasar teori

Istilah fitoremediasi berasal dari kata Inggris phytoremediation; kata ini tersusun atas dua bagian kata, yaitu phyto yang berasal dari kata Yunani phyton (= tumbuhan) dan remediation yang berasal dari kata Latin remedium (= menyembuhkan), dalam hal ini juga berarti “menyelesaikan masalah dengan cara memperbaiki kesalahan atau kekurangan”. Dengan demikian fitoremediasi merupakan penggunaan tumbuhan untuk menghilangkan, memindahkan, menstabilkan atau menghancurkan bahan pencemar baik itu senyawa organik maupun anorganik.

Dengan kata lain fitoremediasi didefinisikan sebagai suatu teknologi pembersihan, penghilangan, atau pengurangan polutan berbahaya, seperti logam berat. Walaupun fitoremediasi memanfaatkan tanaman, tetapi proses pelepasan zat pencemar dapat

(24)

terjadi melalui proses biologis, kimia dan fisik dalam tanaman itu. (Anonim, 2012)

c. Alat dan bahan

Alat dan bahan yang digunakan adalah kiambang, air limbah dan kamera.

d. Prosedur kerja

1) Dimasukkannya kiambang yang berjumlah 2 kg ke dalam bak aerasi.

2) Dilakukan pemantauan terhadap kiambang pada bak aerasi selama 1 minggu.

e. Hasil yang dicapai

Hasil yang dicapai dari penerapan fitoremediasi yang didokumentasikan pada Gambar 6. Penerapan Fitoremediasi adalah meminimalisir polutan yang terkandung dalam limbah cair seperti amoniak dan fospat tidak hanya dengan melakukan penurunan secara kimiawi namun juga dapat dengan memanfaatkan tanaman. Selama 1 minggu dilakukan pengamatan terhadap daya tahan tumbuh kiambang, kiambang mengalami perubahan pada daunnya menjadi berwarna kuning dan layu.

f. Pembahasan

Kiambang merupakan nama umum bagi paku air dari genus

Salvinia. Tumbuhan ini biasa ditemukan mengapung di air

menggenang, seperti kolam, sawah, dan danau, atau di sungai yang mengalir tenang. Kiambang juga dapat digunakan sebagai tumbuhan fitoremediasi, karena kiambang menyerap polutan pada air.

(25)

Jika kadar amoniak dan fospat pada limbah cair diatas baku mutu yang telah ditetapkan, maka air limbah tersebut tidak dapat dibuang ke lingkungan dan akan menjadi permasalahan pihak rumah sakit. Berdasarkan Perda Provinsi Kaltim Nomor 02 Tahun 2011 Tentang

Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air,

kadar fospat pada limbah cair sebelum dialirkan ke lingkungan adalah 2 mg/L sedangkan amoniak adalah 0,1 mg/L.

5. Pencucian dan pemasangan filter

a. Tujuan

Tujuan dilakukan pencucian filter adalah membersihkan filter dari bahan-bahan yang tersangkut di setiap bagian filter. Pemasangan filter harus sesuai dengan standar operasional prosedur, pemasangan dimaksudkan agar limbah cair yang diolah dapat di saring sebelum dibuang ke lingkungan.

b. Dasar teori

Filterisasi adalah proses pemisahan antara air dengan partikel-partikel padat dalam suatu campuran yang heterogen dengan menggunakan media-media filter. (Candra, 2010)

c. Alat dan bahan

Alat dan bahan yang digunakan adalah air, ijuk, arang, karung, alat tulis dan kamera.

d. Prosedur kerja

1) Mengeluarkan bahan-bahan yang terdapat pada tabung filter dengan cara melepas dan membuka alat filter yang sebelumnya terpasang pada badan IPAL.

(26)

3) Mengeringkan arang dan ijuk di atas karung dengan cara di jemur dibawah sinar matahari.

4) Membersihkan tabung filter dengan air yang mengalir dan di jemur dibawah sinar matahari.

5) Memasukkan isi filter sesuai dengan aturan yang ada, yaitu ijuk, arang dan ijuk.

6) Memasang filter pada bagian IPAL. e. Hasil yang dicapai

Hasil yang dicapai dari kegiatan pencucian dan pemasangan filter yang telah didokumentasikan pada Gambar 7. Pencucian Filter dan

Gambar 8. Pemasangan Filter adalah memahami bahwa

membersihkan filter yang merupakan bagian dari IPAL sangatlah penting dikarenakan filter merupakan bagian terakhir sebelum air dibuang ke lingkungan. Meskipun fungsi filter hanya untuk menyaring air limbah dari partikel-partikel padat sebelum di buang ke lingkungan, namun jika tabung dan bahan filter kotor maka air limbah yang akan di buang mengalami perubahan warna menjadi lebih keruh, selain itu penyaringan air limbah tidak akan efisien.

f. Pembahasan

Kekeruhan merupakan salah satu parameter fisik dari limbah cair, karena kekeruhan dapat dilihat dengan mata langsung. Kekeruhan tidak dapat terpisah dari warna, jika kekeruhan dihilangkan maka akan terlihat warna nyata. Tingkat kekeruhan yang tinggi dapat mengindikasikan jika air limbah tersebut terdapat kandungan logam dan sifat keruh limbah membuat hilangnya nilai estetika. (Anonim,

(27)

6. Pengurasan bak aerasi

a. Tujuan

Tujuan dilaksanakan pengurasan bak aerasi adalah membersihkan bak dari adanya penumpukan lumpur yang akan menyebabkan peningkatan kekeruhan dan mempercepat terjadinya proses penumpukan partikel pada bagian filter.

b. Dasar teori

Metode aerobik adalah metode dengan menggunakan bakteri aerob yang dapat berfungsi secara optimal bila tersedia udara sebagai sumber kehidupan. Sebenarnya fungsi udara adalah untuk menyediakan oksigen bagi kehidupan bakteri. Oleh karena itu oksigen dapat disediakan dengan cara membiarkan limbah dalam wadah secara terbuka agar terdapat kontak udara dengan permukaan limbah.

Bak aerasi merupakan kolam terbuka dengan ukuran yang tidak terlalu besar dan tidak terlalu dalam, dikarenakan agar mudahnya sinar matahari mencapai dasar kolam sehingga terjadi fotosintesis pada permukaan tumbuhan dalam air yang akan menghasilkan oksigen. (Anonim, 2009)

c. Alat dan bahan

Alat dan bahan yang digunakan adalah sikat, ember, air,

handscoon, sepatu boot dan kamera.

d. Prosedur kerja

1) Melakukan pengurasan terhadap bak aerasi, pengurasan air dan lumpur yang mengendap.

(28)

2) Membersihkan bagian dasar dan dinding bak aerasi dengan menggunakan sikat.

3) Melakukan pembilasan dengan menyiramkan air bersih pada bagian yang telah di sikat.

4) Menguras kembali bak aerasi yang telah dibersihkan dari sisa-sisa air dari adanya kegiatan pembilasan.

e. Hasil yang dicapai

Hasil yang dicapai dari kegiatan pembersihan bak aerasi adalah pengurasan bak aerasi dari adanya penumpukan lumpur yang terbawa limbah cair akibat dari tidak sempurnanya proses sedimentasi, sangat diperlukan sesuai dengan standar operasional prosedur RSUD I.A. Moeis adalah sebulan sekali, hal ini dilakukan untuk meminimalisir terjadinya peningkatan kekeruhan karena banyaknya partikel yang akan terjebak di dalam filter dan pada akhirnya filter tidak dapat berfungsi dengan baik sehingga dapat menyebabkan penyumbatan pada filter.

f. Pembahasan

Bak aerasi merupakan salah satu bagian yang sangatlah penting pada Instalasi Pengolahan Air Limbah karena pada bagian ini dilakukan pengontrolan oksigen yang disedikan bagi mikroorganisme yang bertugas untuk menguraikan bahan-bahan organik yang terdapat pada limbah cair dalam kondisi aerob, mikroorganisme tersebut berfungsi untuk mengurai bahan-bahan organik yang terdapat pada limbah cair. Sehingga limbah cair dapat sesuai dengan baku mutu yang ditetapkan oleh pemerintah sebelum limbah cair dialirkan ke lingkungan.

(29)

B. Pengolahan Limbah Padat 1. Pengenalan alat Insinerator

a. Tujuan

Tujuan pengenalan alat Insinerator adalah untuk mengetahui fungsi setiap bagian dari Insinerator agar tidak terjadi kecelakaan kerja saat melakukan pembakaran limbah padat medis.

b. Dasar teori

Insinerator adalah metode yang disarankan untuk memusnahkan limbah padat medis yang dihasilkan kegiatan rumah sakit dengan suhu yang tinggi. Bila Insinerator akan digunakan maka perlu mempertimbangkan faktor ukuran, desain yang disesuaikan dengan peraturan pengendalian udara, penempatan lokasi yang berkaitan dengan jalur pengangkutan sampah dalam kompleks rumah sakit, dan sarana gedung untuk melindungi Insinerator dari bahaya kebakaran. (Aditama dan Hastuti, 2006)

c. Alat dan bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam pengenalan alat Insinerator adalah masker, alat tulis dan kamera.

d. Prosedur kerja

1) Melakukan observasi dan diskusi mengenai alat Insinerator. 2) Pemahaman fungsi setiap bagian yang terdapat pada alat

Insinerator. e. Hasil yang dicapai

Hasil yang dicapai adalah memahami dan mendiskusikan fungsi setiap bagian pada alat Insinerator seperti tangki minyak, burner,

(30)

blower, control panel dan cerobong. Semua bagian tersebut merupakan satu kesatuan dengan Insinerator.

f. Pembahasan

Insinerator yang berfungsi untuk membakar limbah medis, diantaranya terdapat:

1) Tangki minyak yang terdapat didalam Insinerator akan disalurkan melalui burner.

2) Burner berfungsi untuk mengatur pembakaran pada Insinerator. 3) Blower berfungsi untuk meratakan api yang ada dalam Insinerator

agar terjadi pembakaran secara merata.

4) Control Panel berfungsi untuk mengatur temperatur minimum dan maksimum didalam ruang pembakaran dan dapat dikontrol secara otomatis.

5) Cerobong berfungsi mengeluarkan asap hasil pembakaran pada Insinerator.

2. Pengangkutan, penimbangan dan pembakaran limbah padat medis

a. Tujuan

Tujuan dilakukannya pengangkutan limbah medis adalah agar tidak terjadi penumpukan limbah padat medis pada setiap ruangan yang menghasilkan limbah padat medis. Penimbangan limbah medis dilakukan agar mengetahui jumlah atau kuantitas limbah padat medis yang dihasilkan setiap hari. Sedangkan pembakaran limbah padat medis dilakukan untuk meminimalisir terjadinya pencemaran lingkungan dan kesehatan bagi pekerja dan pengunjung rumah sakit dari adanya limbah padat medis dengan golongan berbahaya dan beracun.

(31)

b. Dasar teori

Berdasarkan KEPMENKES Nomor 1204 Tentang Persyaratan

Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit Tahun 2004, limbah padat

rumah sakit adalah semua limbah rumah sakit yang berbentuk padat sebagai akibat kegiatan rumah sakit yang terdiri dari limbah medis padat dan non medis. Sampah padat medis adalah limbah yang langsung dihasilkan dari tindakan diagnosis dan tindakan medis terhadap pasien.

c. Alat dan bahan

Alat dan bahan yang digunakan adalah masker, handscoon, kereta sampah, plastik pengemas (kuning), solar, sekop, sepatu boot, alat tulis, timbangan dan kamera.

d. Prosedur kerja

1) Melakukan pengangkutan limbah padat medis menggunakan kereta sampah pada pukul 06.00 WITA.

2) Pada saat pelaksanaan pengambilan limbah padat medis harus ditempatkan sesuai dengan golongannya.

3) Setelah itu, lakukan penimbangan terhadap semua limbah padat medis yang terkumpul.

4) Kemudian, lakukan pembakaran terhadap limbah padat medis yang telah ditimbang menggunakan alat Insinerator.

e. Hasil yang dicapai

Memahami pentingnya pelabelan limbah padat medis sesuai dengan golongan limbah dan penempatan limbah padat medis yang tajam serta yang berbahaya dan beracun sesuai dengan tempat pengemas. Penimbangan limbah padat medis dilakukan agar

(32)

mengetahui jumlah limbah medis yang dihasilkan setiap harinya sedangkan pembakaran yang limbah padat medis yang sesuai dengan standar operasional prosedur dimaksudkan untuk meminimalisir jumlah limbah padat medis.

Berikut adalah skema pengangkutan limbah padat medis:

Gambar 3. Alur Pengangkutan Limbah Medis

f. Pembahasan

Untuk meminimalisir terjadinya pencemaran terhadap lingkungan, infeksi atau penyebaran penyakit dari limbah tersebut kepada manusia serta adanya penyalahgunaan limbah tersebut sehingga limbah padat medis yang dihasilkan dari kegiatan pelayanan kesehatan, diperlukan pengolahan seperti:

1) Penyimpanan dan pemilahan

a) Limbah medis padat dikumpulkan didalam tempat penampung sampah medis dengan warna kantong plastik pengemas sesuai dengan jenis limbah medis yaitu:

Poli Klinik: - Poli Umum

- Poli Penyakit Dalam - Poli Gigi - Poli Anak - Poli Obgyn - Poli Bedah - Poli THT - Poli Mata

- Poli Kulit dan Kelamin

Insinerator Ruang Perawatan: - Kelas 1 - Kelas 2 - Kelas 3 - VIP - Bangsal

Unit Gawat Darurat Kebidanan

Intensive Care Unit Operation Kammer

(33)

- Limbah infeksius dengan kantong plastik pengemas warna merah

- Limbah farmasi / kimiawi dengan kantong plastik pengemas warna kuning

- Limbah Radiologi, fixer dan developer dikumpulkan dan disimpan didalam jerigen. Limbah benda tajam dikumpulkan didalam wadah yang tahan benda tajam baik berupa botol plastik.

b) Jika terjadi kontaminasi diluar kantong, maka diperlukan kantong plastik baru yang bersih untuk membungkus kantong yang bocor tersebut beserta isinya (double bagging).

2) Pengangkutan limbah medis dari ruangan perawatan, poliklinik, UGD, Kebidanan, ICU dan OK seperti pada Gambar 3. Alur

Pengangkutan Limbah Medis ke tempat penyimpanan limbah B3

dilakukan setiap hari pada pukul 06.00 WITA dengan menggunakan kereta sampah yang tertutup.

3) Jenis limbah yang dihasilkan seperti spuit, ampul, jarum suntik, sampah medis, handscoon dan botol infus.

Pembakaran yang dilakukan pada Insinerator dilaksanakan setiap hari kerja dengan kuantitas maksimal limbah medis yang dibakar adalah 25 kg dengan bahan bakar yang digunakan adalah 15 liter solar setiap pembakaran dan suhu maksimal yang digunakan adalah 12000C. Pembakaran secara manual dilakukan selama 330 menit hingga api mati dengan suhu dibawah dari 10000C dan sisa

(34)

pembakaran didinginkan selama ± 15 menit sedangkan jika pembakaran secara otomatis dilakukan selama 45 menit.

3. Penimbangan hasil sisa pembakaran

a. Tujuan

Tujuan dilakukannya penimbangan hasil sisa pembakaran adalah untuk mengetahui kuantitas abu yang dihasilkan dari proses pembakaran pada alat Insinerator.

b. Dasar teori

Hasil sisa pembakaran yang berasal dari kegiatan pembakaran limbah padat medis rumah sakit merupakan limbah yang termasuk kategori berbahaya dan beracun, maka limbah tersebut masih perlu penanganan lebih lanjut. Penanganan yang dapat dilakukan oleh pihak rumah sakit adalah melakukan pengumpulan terhadap sisa pembakaran kemudian di simpan di dalam bak atau wadah yang tertutup, agar tidak terjadi pencemaran lingkungan maupun menjadi sumber penyakit bagi pekerja dan pengunjung rumah sakit karena adanya bakteri patogen pada sisa pembakaran tersebut.

c. Alat dan bahan

Alat dan bahan yang digunakan adalah masker, handscoon, abu, sekop, plastik, sepatu boot, alat tulis dan kamera.

d. Prosedur kerja

1) Melakukan pengumpulan sisa pembakaran berupa abu menggunakan sekop.

2) Setelah dikumpulkan, dilakukan pengemasan dari hasil pembakaran dengan menggunakan plastik pengemas berwarna kuning.

(35)

3) Melakukan penimbangan abu/sisa hasil pembakaran.

4) Dilakukan pencatatan hasil penimbangan dari abu/sisa hasil pembakaran.

e. Hasil yang dicapai

Mengetahui jumlah abu yang dihasilkan pada setiap pembakaran yang dilakukan menggunakan alat Insinerator serta melakukan pencatatan terhadap hasil penimbangan. Penimbangan yang dilakukan dimaksudkan untuk mengetahui kuantitas dan efektivitas dari kegiatan pembakaran yang dilakukan menggunakan Insinerator yaitu mengetahui penurunan jumlah limbah padat medis setelah dilaksanakan pembakaran.

f. Pembahasan

Abu sisa pembakaran harus dikumpulkan dan dikemas agar tidak terjadi pencemaran. Karena pembakaran yang dilakukan pihak rumah sakit tidaklah secara sempurna sehingga terdapat limbah-limbah padat medis yang tidak terbakar secara sempurna. Sisa pembakaran akan diambil alih oleh pihak ke tiga yang telah bekerja sama dengan pihak rumah sakit.

4. Pengumpulan dan penjemuran daun/serasah

a. Tujuan

Tujuan dilakukannya pengumpulan daun/serasah adalah untuk dipergunakan sebagai bahan utama pembuatan pupuk kompos. Penjemuran daun/serasah adalah untuk mengurangi kandungan air pada daun/serasah agar mempercepat proses pembuatan pupuk kompos atau proses dekomposisi daun/serasah menjadi pupuk kompos.

(36)

b. Dasar teori

Serasah adalah tumpukan dedaunan, ranting dan berbagai sisa vegetasi lainnya diatas permukaan tanah. Serasah yang telah membusuk berubah menjadi humus dan akhirnya menjadi tanah. c. Alat dan bahan

Alat dan bahan yang digunakan adalah daun, plastik, handscoon dan kamera.

d. Prosedur kerja

1) Dilakukan pengumpulan daun/serasah di sekitar areal rumah sakit dengan menggunakan plastik sebagai media penampung daun/serasah yang telah di dapat.

2) Melakukan penjemuran daun/serasah menggunakan plastik sebagai alas dimana penjemuran dilakukan dibawah sinar matahari.

3) Melaksanakan pengontrolan daun/serasah agar mengering secara merata.

e. Hasil yang dicapai

Hasil yang dicapai dari kegiatan pengumpulan dan pengeringan daun/serasah yaitu memanfaatkan bahan-bahan organik yang ada disekitar rumah sakit sebagai bahan baku pembuatan pupuk kompos serta penjemuran yang dilakukan untuk mengurangi kadar air pada daun/serasah untuk mempercepat proses pelapukan menjadi pupuk kompos.

f. Pembahasan

Daun/serasah yang berguguran di sekitar areal rumah sakit sangat minim pemanfaatannya sedangkan daun/serasah tersebut

(37)

sangatlah banyak jumlahnya. Setiap hari sekitar 1 bak daun/serasah tersebut dihasilkan. Sehingga perlu pemanfaatan agar sampah organik tersebut dapat berguna, misalnya saja adalah dengan digunakan sebagai bahan baku pembuatan pupuk kompos.

5. Pembuatan pupuk kompos

a. Tujuan

Tujuan dilakukan pembuatan kompos adalah memanfaatkan sampah organik yang ada diareal rumah sakit.

b. Dasar teori

Pupuk kompos adalah merupakan pupuk organik yang terbuat dari bahan-bahan organik seperti jerami, dedaunan dan sebagainya. Pupuk kompos biasanya banyak dibuat oleh masyarakat karena bahan yang digunakan adalah bahan sisa dari kegiatan rumah tangga, sehingga menjadi alternatif masyarakat untuk mengurangi jumlah sampah domestik yang dihasilkan setiap hari dan dapat menjadi sumber penghasilan masyarakat karena pupuk kompos memiliki nilai jual yang ekonomis.

c. Alat dan bahan

Alat dan bahan yang digunakan adalah handscoon, pisau, EM4+gula, wadah, pengaduk, tanah dan kamera.

d. Prosedur kerja

1) Mencacah dedaunan yang telah kering kasar menggunakan pisau. 2) Dilakukan pencampuran dengan tanah dan diaduk hingga

(38)

3) Penambahan EM4 yang sebelumnya telah diaktifkan dengan penambahan gula dan didiamkan selama 6 hari, sebanyak 0,5 liter dan diaduk kembali.

4) Menutup rapat wadah yang digunakan untuk pembuatan pupuk kompos.

e. Hasil yang dicapai

Pembuatan pupuk kompos yang berbahan dasar dedaunan dan ditambahkan tanah serta EM4 yang telah diaktifkan dengan penambahan gula yang didiamkan selama 6 hari adalah pentingnya pemanfaatan bahan organik yang ada disekitar rumah sakit agar tidak mengurangi nilai estetika karena banyaknya penumpukan dedaunan. f. Pembahasan

Pupuk kompos yang dibuat akan diaplikasikan pada tanaman yang ada di sekitar rumah sakit sebagai salah satu bentuk perawatan terhadap tumbuhan-tumbuhan tersebut. Hal ini dikarenakan lambatnya pertumbuhan tanaman yang disebabkan oleh tanah disekitar areal rumah sakit yang asam.

6. Pengontrolan pupuk kompos

a. Tujuan

Tujuan dilakukan pengontrolan pupuk kompos adalah untuk mengetahui proses dekomposisi dedaunan menjadi pupuk kompos. b. Dasar teori

Pengontrolan adalah kegiatan monitoring yang dilakukan secara berkala untuk mengetahui perkembangan sesuatu hal yang diamati. Pengontrolan pupuk kompos dilakukan setiap hari untuk mengetahui

(39)

perkembangan dari proses dekomposisi pada bahan-bahan yang digunakan.

c. Alat dan bahan

Alat dan bahan yang digunakan adalah kamera dan pengaduk. d. Prosedur kerja

1) Melakukan pengontrolan terhadap pupuk kompos selama 2 minggu, setiap hari kerja pada pukul 10.00 WITA.

2) Dilakukannya pengadukan setiap kali dilaksanakan pengontrolan. e. Hasil yang dicapai

Mengetahui apakah dedaunan yang di campur dengan tanah dan EM4 aktif yang sebelumnya sudah ditambahkan gula telah berhasil terdekomposisi menjadi pupuk kompos.

f. Pembahasan

Selama proses pembuatan pupuk kompos harus dilakukan pengontrolan guna mengetahui apakah pupuk telah jadi dan mengetahui tingkat keberhasilan pembuatan pupuk kompos. Pupuk kompos yang telah jadi, biasanya terjadi perubahan pada warna dan tekstur kompos.

7. Pengontrolan limbah padat medis

a. Tujuan

Tujuan dilakukan pengontrolan limbah padat medis disetiap ruangan penghasil limbah medis adalah agar tidak terjadi pencampuran antara limbah medis dan limbah non medis.

b. Dasar teori

Limbah medis ditetapkan sebagai limbah yang dihasilkan dari kegiatan diagnosis pasien, pencegahan penyakit, penelitian dan

(40)

perawatan serta limbah lainnya berasal dari kegiatan perawatan kesehatan, fasilitas dan laboratorium penelitian.

c. Alat dan bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam pengontrolan limbah padat medis yang dilaksanakan pada setiap ruangan adalah kamera dan kamera.

d. Prosedur kerja

1) Melakukan pengontrolan di setiap ruangan penghasil limbah medis.

2) Melakukan pelaporan dan mendokumentasikan jika terjadi pencampuran limbah medis dan non medis.

e. Hasil yang dicapai

Pentingnya dilakukan peninjauan terhadap limbah medis yang dihasilkan di setiap ruangan di rumah sakit agar tidak terjadi pencampuran limbah medis dan non medis. Jika terjadi pencampuran dan kesalahan dalam penanganan maka akan menyebabkan pencemaran lingkungan serta penggunaan yang tidak bertanggung jawab oleh pihak lain.

f. Pembahasan

Rumah sakit bertanggung jawab terhadap pengelolaan limbah medis yang dihasilkannya. Rumah sakit seharusnya menetapkan kebijaksanaan yang jelas untuk penanganan, penampungan, pengangkutan dan pembuangan limbah medis. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan limbah medis yaitu pemisahan jenis limbah, pengemasan, pemberian label, penyimpanan, pengangkutan,

(41)

pengolahan dan pembuangan. Hal ini perlu dilakukan agar limbah medis tidak mencemari lingkungan. (Aditama dan Hastuti, 2006).

(42)

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. Pegolahan air limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit yang ditampung pada septic tank I berasal dari ruang perawatan, poliklinik, laboratorium dan radiologi, septic tank II yang berasal dari ruang TU (lantai II), VIP, bangsal, mushola, farmasi, fisioterapi, apotek, UGD dan toilet umum serta septic tank III yang berasal dari kebidanan, ICU, OK, laundry, unit gizi, unit bengkel/maintenance dan unit kamar jenazah kemudian dialirkan pada Instalasi Pengolahan Air Limbah yang meliputi Inlet/Bar Screen, Bak Equalisasi, Bak Aerasi, Bak Sedimentasi, Bak Klorinasi, Aerasi, Filter dan Outlet/Saluran Drainase.

2. Pencucian filter dan bak aerasi dimaksudkan untuk meminimalisir penyumbatan yang dikarenakan penumpukan lumpur di dalam bak aerasi yang akan menyebabkan terbawanya lumpur ke aliran filter dan menyumbat aliran filter, sehingga perlu dilakukan pembersihan minimal sebulan sekali.

3. Untuk meminimalisir terjadinya pencemaran terhadap lingkungan, infeksi atau penyebaran penyakit dari limbah tersebut kepada manusia serta adanya penyalahgunaan limbah tersebut sehingga limbah padat medis yang dihasilkan dari kegiatan pelayanan kesehatan, diperlukan pengolahan seperti penyimpanan dan pemilahan limbah medis serta pengangkutan limbah medis. Limbah padat medis yang dihasilkan dilakukan pembakaran dengan menggunakan Insinerator yang dilakukan setiap hari kerja dengan jumlah limbah padat medis yang dibakar adalah 25 kg dan pembakaran secara manual selama 330 menit dengan suhu

(43)

dibawah 10000C sedangkan pembakaran secara otomatis dilakukan selama 45 menit dengan 15 liter solar untuk sekali pembakaran.

4. Bentuk pengelolaan limbah padat organik berupa pemanfaatan daun/serasah dengan dilakukan pembuatan pupuk kompos yang akan diaplikasikan pada tanaman yang ada di sekitar rumah sakit.

B. SARAN

1. Perlunya penggantian atau perbaikan alat-alat IPAL yang telah rusak agar proses pengolahan berjalan dengan lancar serta perlunya penambahan blower yang berfungsi untuk mengatur sirkulasi udara di dalam IPAL, agar bakteri pada bak aerasi dapat berkembang.

2. Pada sistem pembuangan limbah cair perlu dilakukan pemeriksaan terhadap limbah cair yang telah di olah sebelum di buang ke lingkungan, seperti pemeriksaan pH air.

3. Perlunya penggantian Insinerator agar pembakaran dapat dilakukan secara sempurna.

4. Perlunya bak penampungan limbah medis sementara yang tertutup agar limbah medis tidak menumpuk di areal sekitar Insinerator.

5. Mahasiswa perlu pemahaman secara umum tentang Instalasi Pengolahan Air Limbah dan fungsi-fungsi bak yang terdapat pada IPAL. 6. Mahasiswa harus mengetahui secara tentang Insinerator secara umum

dan memahami fungsi Insinerator.

7. Mahasiswa harus lebih aktif dalam mencari tahu informasi mengenai pengolahan limbah di rumah sakit atau industri.

(44)

DAFTAR PUSTAKA

Aditama dan Hastuti, 2006. Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Jakarta:

Universitas Indonesia

Anonim. 2009. Sistem Pengelolaan Lingkungan dan Limbah Industri. Jakarta:

Universitas Jakarta.

Ayuningtyas, 2009. Proses Pengolahan Limbah Cair di RSUD Dr. Moewardi

Surakarta. Universitas 11 Maret Surakarta. (Diakses pada 28 Juni 2013)

Anonim. 2011. Takaran dan Fungsi Kaporit Untuk Penjernih Air. http://www.saringanair.com/news/3/Takaran-dan-fungsi-kaporit-untuk-penjernih-air. (Diakses pada 18 Mei 2014)

Anonim, 2012. Bioteknologi Lingkungan. Universitas Negeri Yogyakarta. Anonim, 2013. Laporan UKL UPL RSUD I.A. Moeis Samarinda. Samarinda. Candra, Heri Harun. 2010. Perancangan dan Realisasi Model Sistem Pengatur

Proses Filterisasi Air Secara Otomatis.

http://karyailmiah.tarumanagara.ac.id/index.php/S1TE/article/view/2318. (Diakses pada 18 Mei 2014)

Kepmenkes RI. 2004. Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit Nomor

1204. 64 hlm.

Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Timur. 2011. Pengelolaan Kualitas dan

Pengendalian Pencemaran Air Nomor 02. 115 hlm.

Sutrisnowati. 2004. Pengelolaan Limbah Padat Infeksius Rumah Sakit.

(45)
(46)

Gambar 1. Bar Screen / Inlet

(47)

Gambar 3. Bak Sedimentasi

(48)

Gambar 5. Penambahan Kaporit

(49)

Gambar. 7. Pencucian Filter

(50)

Gambar 9. Insinerator

(51)

Gambar 11. Penimbangan Limbah Padat Medis

(52)

Gambar 13. Pembuatan Pupuk Kompos

Gambar

Tabel 1.   Jadwal Kegiatan PKL di RSUD I.A. Moeis Samarinda
Tabel 2.   Hasil Kegiatan PKL di RSUD I.A. Moeis
Gambar 1.   Alur Distribusi Air Limbah RSUD I.A. Moeis Samarinda Ruang Perawatan: a. Kelas 1
Gambar  2.   Bagan Alur Pengolahan Limbah Cair
+7

Referensi

Dokumen terkait

1) Peraturan Pemerintah Nomor. 6 Tahun 2007, tanggal 8 Januari 2007,Peraturan Pemerintah nomor 3 Tahun 2008, tanggal 4 Februari 2008 Tentang Tata Hutan dan Penyusunan

a. Limbah kimia adalah limbah yang dihasilkan dari penggunaan bahan kimia dalam tindakan medis, veterinari, laboratorium, proses sterilisasi, dan riset. Limbah radioaktif adalah

Pengelolaan limbah medis padat B3 adalah penanganan limbah padat B3 (medis) yang dimulai sejak dari pewadahan dan pengumpulan hingga pengolahan dan penimbunan atau pemusnahan.

1. Agar mahasiswa lebih mendalami teor i dan praktek yang diterima di kampus Politeknik Pertanian Negeri Samarinda dengan hasil PKL. Agar mahasiswa/i dapat menerapkan hasil PKL

Sentering alat di atas BM (Bench Mark) dan setting alat total station. BM sebagai base station dan azimut sebagai backsight. 1) Berdirikan statif diatas BM (Bench Mark) dan menekan

pemetaan dibidang pertanahan. 6) Pelaksanaan pendaftaran tanah dalam rangka menjamin kepastian hukum. 7) Pengaturan dan penetapan hak-hak atas tanah. 8) Pelaksanaan

Standardisasi yang secara umum lebih banyak diucapkan standarisasi berasal dari kata Standardize yang artinya menetapkan standar atau menetapkan bentuk yang dijadikan ukuran.

Benda yang lebih ringan (cangkang) akan terhisap dan dikirim ke shell bin untuk dijadikan bahan bakar, benda yang paling berat (kernel utuh) akan jatuh ke dalam Kernel conveyor