BAB II KAJIAN TEORETIK
E. Penguasaan Mata Kuliah Evaluasi Pembelajaran
Poerwadarminta (1993: 2) mengatakan bahwa penguasaan mengandung arti pemahaman atau kesanggupan untuk menggunakan pengetahuan atau kepandaian. Kata penguasaan tersusun dari kata dasar kuasa yang berarti mampu, mengerti benar dan mempelajari bolak-balik supaya paham. Kata “ penguasaan” secara operasional dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk mempelajari dengan sungguh-sungguh sesuatu hal agar dipahami, sedangkan penguasaan menurut ahli pendidikan merupakan salah satu bentuk perubahan tingkah laku yang didapat dari hasil belajar. Seperti yang dikemukakan oleh Rusyan (1989: 13) menyatakan bahwa belajar dalam arti yang luas ialah proses perubahan tingkah laku yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penggunaan dan penilaian terhadap atau mengenai sikap dan nilai-nilai pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam
berbagai bidang studi atau lebih luas lagi dalam berbagai aspek kehidupan atau pengalaman yang terorganisasi.
Perubahan tingkah laku yang dimiliki oleh siswa merupakan akibat dari proses belajar mengajar hasil belajar merupakan tujuan dari sistem pendidikan yang dilaksanakan. Bloom mengklasifikasikan hasil belajar ini kedalam tiga aspek kemampuan yang dapat dicapai oleh siswa. Sebagaimana dikutip dari Arikunto (1993: 114) menyatakan bahwa ada tiga ranah atau domain besar dalam tujuan pendidikan yang selanjutnya disebut taksonomi yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor. Dari ketiga ranah tersebut ranah kognitiflah yang sering dan paling banyak dinilai oleh para guru atau dosen karena erat kaitannya dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pelajaran.
Kawasan kognitif seperti yang diungkap oleh Regja Mudyahardjo yang dikutip Idris (1992: 12) adalah sebagai berikut kawasan kognitif adalah tujuan pendidikan yang bersangkutan dengan pengetahuan dan pengertian, kawasan ini mencakup kemampuan-kemampuan intelektual mengenal lingkungan. Dikarenakan tingkatan intelektual setiap orang berbeda-beda maka kita perlu mengetahui tingkatan-tingkatan yang terdapat dalam ranah kognitif. Menurut Bloom yang dikutip oleh Ali (1986: 34) ranah kognitif ini mempunyai 6 tingkatan kemampuan yaitu:
a. Pengetahuan (knowledge) b. Pemahaman (comprehention) c. Penerapan (application) d. Analisa (analysis) e. Sintesis (synthesis) f. Evaluasi (evaluation)
Lebih lanjut Nasution (1989: 35) menyatakan tentang keenam aspek kognitif tersebut adalah:
a. Pengetahuan, merupakan kemampuan yang meliputi informasi dan fakta yang dapat dikuasai melalui hafalan untuk diingat.
b. Pemahaman, merupakan kemampuan untuk menyatakan suatu definisi, rumusan kata yang sulit dengan prakata sendiri, dapat pula merupakan kemampuan untuk menafsirkan suatu teori atau melihat konsekuensi atau implikasi, meramalkan kemungkinan atau akibat sesuatu.
c. Aplikasi merupakan kemampuan untuk menggunakan suatu pengertian, konsep, teori yang memerlukan penguasaan pengetahuan dan pemahaman yang lebih dalam.
d. Analisa adalah kemampuan untuk menguraikan sesuatu dalam unsur- unsurnya. Untuk itu diperlukan pengetahuan dan pemahaman yang akan dianalisis, misalnya antara sejumlah gejala dan analisis prinsip-prinsip yang mendasari sesuatu.
e. Sintesis merupakan kemampuan untuk melihat hubungan antara sejumlah unsur.
f. Evaluasi merupakan kemampuan untuk penilaian tentang sesuatu pernyataan atau konsep situasi dan sebagainya.
Untuk membatasi agar penelitian ini dapat mencapai sasarannya, maka dalam penelitian ini hanya akan dibahas tujuan pendidikan yang berhubungan dengan judul penelitian, yaitu penguasaan mata pelajaran evaluasi pembelajaran. Tingkat penguasaan merupakan tingkat keberhasilan siswa setelah mengalami proses belajar, menurut Bloom yang dikutip oleh Ali (1986: 32-33) indikator penguasaan sebagai hasil belajar aspek kognitif meliputi:
a. Memiliki ingatan terhadap bahan pelajaran yang sudah dipelajari sebelumnya.
b. Mampu untuk memahami arti dari suatu bahan yang telah dipelajari. c. Mampu menggunakan suatu bahan yang telah dipelajari kedalam
situasi yang baru atau situasi yang konkrit.
d. Mampu menguaraikan suatu materi atau bahan kedalam bagian-bagian sehingga susunannya dapat dimengerti.
keseluruhan yang baru, yang menitikberatkan pada tingkah laku kreatif dengan cara memformulasikan pola dari struktur baru.
f. Mampu membuat penilaian terhadap sesuatu bahan atau materi berdasarkan maksud dan kriteria tertentu.
Penguasaan mata kuliah seseorang dapat diukur dengan menggunakan tes. Sudjana (1995: 35) mengungkapkan bahwa tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dari pengajarnya. Tes dalam mata kuliah Evaluasi Pembelajaran, terdiri dari kuis, ujian tengah semester, dan ujian akhir semester. Hasil dari tes diakumulasikan menjadi skor final. Skor final dalam mata kuliah Evaluasi Pembelajaran, mewakili penguasaan mata kuliah Evaluasi Pembelajaran. Skor final ini yang akan diolah dalam penelitian. 2. Pengertian mata kuliah Evaluasi Pembelajaran
Mata Kuliah Evaluasi Pembelajaran merupakan mata kuliah yang memiliki kompetensi dasar konsep-konsep dasar tentang pengukuran dan penilaian, alat ukur dengan teknik tes dan non tes, mengolah hasil tes, dan memeriksa mutu tes. Dengan standar kompetensi kemampuan mahasiswa melakukan evaluasi pembelajaran dengan benar secara bertanggung jawab. Prijowuntato (2016:8) menjelaskan tujuan evaluasi dalam pendidikan adalah untuk mendapatkan data pembuktian yang menunjukkan sampai mana tingkat kemampuan dan keberhasilan peserta didik dalam pencapaian tujuan-tujuan pembelajaran (kurikuler). Fungsi evaluasi pembelajaran adalah untuk perbaikan sistem dan pengembangan sistem pembelajaran, dan digunakan sebagai dasar akreditasi lembaga pendidikan (Arifin, 2009:20). Penguasaan
mata kuliah Evaluasi Pembelajaran memberikan ketrampilan guru dalam merencenakan penilaian yang tepat, melakukan pengukuran yang benar, dan membuat kesimpulan dan solusi secara akurat.
3. Pengertian Evaluasi Pembelajaran
Arikunto (2012) mengungkapkan bahwa evaluasi adalah serangkaian kegiatan yang ditujukan untuk mengukur keberhasilan program pendidikan. Sebenarnya yang dinilai hanyalah proses belajar mengajar, tetapi penilaian atau evaluasi itu diadakan melalui peninjauan terhadap hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar dan melalui peninjauan terhadap perangkat komponen yang sama-sama membentuk proses belajar mengajar (Winkel, 2004: 531). Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 57 ayat (1), evaluasi dilakukan dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan, diantaranya terhadap peserta didik, lembaga, dan program pendidikan. Evaluasi merupakan kegiatan yang tak terlakan dalam proses pembelajaran dan juga merupakan salah satu komponen pendidikan. Sudah sepatutnya seorang guru memiliki kemampuan menyelenggarakan evaluasi.
Kata “pembelajaran” tidak hanya ada dalam konteks guru dengan peserta didik di kelas secara formal, akan tetapi juga meliputi kegiatan-kegiatan belajar peserta didik di luar kelas yang mungkin saja tidak dihadiri oleh guru secara fisik. Kata “pembelajaran” lebih menekankan pada kegiatan
belajar peserta didik secara sungguh-sungguh yang melibatkan pada kegiatan belajar peserta didik secara sungguh-sungguh yang melibatkan aspek intelektual, emosional, dan sosial (Arifin, 2009: 10). Dengan demikian pengertian dari evaluasi pembelajaran adalah suatu proses atau kegiatan yang sistematis, berkelanjutan, dan menyeluruh dalam rangka pengendalian, penjaminan, dan penetapan kualitas (nilai dan arti) pembelajaran terhadap berbagai komponen pembelajaran, berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu, sebagai bentuk pertanggungjawaban guru dalam melaksanakan pembelajaran.
4. Tujuan Evaluasi
Dalam konteks pelaksanaan pendidikan, evaluasi memiliki beberapa tujuan, seperti untuk mengetahui tingkat kemajuan yang telah dicapai oleh siswa dalam suatu kurun waktu proses belajar tertentu. Hal ini berarti dengan evaluasi guru dapat mengetahui kemajuan perubahan tingkah laku siswa sebagai proses belajar dan mengajar yang melibatkan dirinya selalu pembimbing dan pembantu kegiatan belajar siswanya. Selain itu untuk mengetahui posisi atau kedudukan seorang siswa dalam kelompok kelasnya. Hasil evaluasi itu dapat dijadikan guru sebagai alat penetap apakah siswa tersebut termasuk kategori cepat, sedang, atau lambat dalam arti mutu kemampuan belajarnya. Tujuan lainnya untuk mengetahui tingkat usaha yang dilakukan siswa dalam belajar. Guru dapat mengetahui tingkat usaha siswa, hasil evaluasi yang baik menunjukkan tingkat usaha yang efisien, begitu juga sebaliknya.
Tujuan evaluasi yang lain, untuk mengetahui sejauh mana siswa telah mendayagunakan kapasitas kognitifnya (kemampuan kecerdasan yang dimilikinya) untuk keperluan belajar. Guru dapat menjadikan hasil evaluasi untuk gambaran realisasi pemanfaatan kecerdasan siswa. Tujuan evaluasi yang terkahir untuk mengetahui tingkat daya guna dan hasil guna metode mengajar yang telah digunakan guru dalam proses belajar mengajar. Metode yang digunakan sudah sepantasnya menyesuaikan kondisi para peserta didik. Apabila metode yang digunakan guru tidak mendorong munculnya prestasi belajar siswa yang memuaskan, guru dapat mengganti metode tersebut atau mengkombinasikan dengan metode lain yang serasi (Rohmah, 2012: 220). 5. Fungsi Evaluasi Pembelajaran
Menurut Ngalim Purwanto (dalam Prijowuntato, 2016: 8) fungsi evaluasi di dalam pendidikan tidak dapat dilepaskan dari tujuan evaluasi itu sendiri. Tujuan evaluasi pendidikan ialah untuk mendapat data pembuktian yang akan menunjukkan sampai mana tingkat kemampuan dan keberhasilan siswa dalam pencapaian tujuan-tujuan kurikuler. Di samping itu, juga dapat digunakan oleh guru-guru dan para pengawas pendidikan untuk mengukur atau menilai sampai mana keefektifan pengalaman-pengalaman mengajar, kegiatan-kegiatan belajar, dan metode-metode mengajar yang digunakan. Fungsi evaluasi dalam pendidikan dan pengajaran dapat dikelompokkan menjadi empat fungsi, yaitu:
a. Untuk mengetahui kemajuan dan perkembangan serta keberhasilan siswa setelah mengalami atau melakukan kegiatan belajar selama jangka waktu tertentu. Hasil evaluasi yang diperoleh itu selanjutnya dapat digunakan untuk memperbaiki cara belajar siswa (fungsi
formatif) dan untuk mengisi rapor, yang berarti pula untuk menentukan kenaikan kelas atau lulus tidaknya seorang siswa dari suatu lembaga pendidikan tertentu (sumatif).
b. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan program pengajaran. Pengajaran sebagai suatu sistem terdiri atas beberapa komponen yang saling berkaitan satu sama lain. Komponen yang dimaksud antara lain adalah tujuan, materi atau bahan pengajaran, metode dan kegiatan belajar mengajar, alat dan sumber pelajaran, dan prosedur serta alat evaluasi.
c. Untuk keperluan Bimbingan dan Konseling (BK). Hasil-hasil evaluasi yang telah dilaksanakan oleh guru terhadap siswanya dapat dijadikan sumber informasi atau data bagi pelayanan BK oleh para konselor sekolah atau guru pembimbing lainnya.
d. Untuk keperluan pengembangan dan perbaikan kurikulum sekolah yang bersangkutan. Seperti telah dikemukakan di muka, hampir setiap saat guru melaksanakan kegiatan evaluasi dalam rangka menilai keberhasilan belajar siswa dan menilai program pengajaran, yang berarti pula menilai isi atau materi pelajaran yang terdapat di dalam kurikulum.
Evaluasi berfungsi untuk mengetahui taraf kesiapan peserta didik pada kelompok tertentu, sesuai kemampuan dan kecakapan masing-masing, juga untuk mengetahui taraf kesiapan peserta didik untuk menempuh program pendidikan, dan untuk memberikan laporan tentang kemajuan peserta didik kepada orang tua, pejabat pemerintah yang berwenang, kepala sekolah, guru-guru, dan peserta didik itu sendiri.
6. Penguasaan Mata Kuliah Evaluasi Pembelajaran dengan bakat keguruan Bakat merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi belajar. Prestasi belajar yang diwujudkan dalam nilai merupakan hasil dari penguasaan terhadap bidang tertentu. Dengan adanya prestasi yang diperoleh mahasiswa, secara teoritis mahasiswa telah menguasai pengetahuan dalam mata kuliah Evaluasi Pembelajaran. Selanjutnya, dengan diberikan waktu yang cukup, kemungkinan besar seorang mahasiswa akan mencapai tingkat
penguasaan yang lebih baik dan diharapkan mahasiswa menjadi lebih terampil, profesional, dan berpretasi tinggi. Mahasiswa yang telah menguasai mata kuliah evaluasi pembelajaran dan bisa menunjukkan nilai sempurna yaitu A, dimungkinkan mahasiswa tersebut berbakat keguruan.
F. Penguasaan Mata Kuliah Perencanaan Pembelajaran