• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

D. Penguasaan/pengetahuan bioreproduks

Penguasaan/pengetahuan bioreproduksi ternak sangat diperlukan oleh responden dan ini merupakan salah satu modal dasar bagi responden dalam melaksanakan usaha pengembangbiakan ternaknya baik melalui teknologi Inseminasi Buatan ataupun Kawin Alam serta secara umum penguasaan bioreproduksi oleh responden berpengaruh juga terhadap perkembangan dan pertumbuhan populasi ternak.

Penguasaan bioreproduksi responden mencakup umur pubertas ternak, penguasaan tanda-tanda berahi, lama berahi, siklus berahi, waktu mengawinkan setelah timbul gejala berahi, timbul berahi kembali pasca beranak.

1) Umur Pubertas Ternak

Penguasaan responden terhadap umur pubertas ternak dapat dilihat pada Tabel 13 dibawah ini.

Tabel 13. Penguasaan Umur Pubertas

No Umur Inseminasi Buatan Kawin Alam

Pubertas (bln) Jumlah Persentase Jumlah Persentase

(orang) (%) (orang) (%)

1 < 18 15 20 4 5,33

2 18 - 24 40 53,33 37 49,34

3 > 24 20 26,67 34 45,33

Jumlah 75 100 75 100

Sumber : Data Primer Diolah (2013)

Dari data diatas diperoleh bahwa responden Inseminasi Buatan dan Kawin Alam pada umumnya cukup baik dalam menguasai/mengetahui umur pubertas ternak sapi yang dipeliharanya yaitu berada pada kisaran 18-24 bulan dimana untuk responden Inseminasi Buatan sebanyak 40 orang atau sebesar 53,33% dan responden Kawin Alam sebanyak 37 orang atau sebesar 49,34%. Menurut Jainudeen dan Hafez (1993), umur pubertas pada sapi berkisar antara 18-24 bulan.

2) Penguasaan Tanda-Tanda Berahi

Penguasaan responden terhadap tanda-tanda berahi ternak dapat dilihat pada Tabel 14 dibawah ini.

Tabel 14. Penguasaan tanda-tanda berahi

No Skor Inseminasi Buatan Kawin Alam

Jumlah Persentase Jumlah Persentase

(orang) (%) (orang) (%) 1 1 8 10,67 10 13,33 2 2 28 37,33 30 40 3 3 39 52 35 46,67 Jumlah 75 100 75 100 Rata-rata skor 2,41 2,3

Sumber : Data Primer Diolah (2013)

Dari data diatas diperoleh bahwa responden Inseminasi Buatan dan Kawin Alam pada umumnya belum cukup baik dalam menguasai/mengetahui tanda- tanda berahi ternak sapi yang dipeliharanya yaitu dilihat dari rata-rata skor yang didapat dimana untuk rata-rata skor responden Inseminasi Buatan sebesar 2,41 dan rata-rata skor untuk responden Kawin Alam sebesar 2,3, sedangkan untuk skor idealnya adalah 3. Penguasaan tanda-tanda berahi yang masih kurang mempengaruhi kepada keberhasilan inseminasi buatan maupun kawin alam. Menurut Jainudeen dan Hafez (1993), deteksi berahi yang dilakukan dengan tepat dapat meningkatkan efisiensi reproduksi dan mengurangi resiko kegagalan inseminasi (Salisbury & Vandemark 1985).

3) Lama Berahi

Pengetahuan peternak mengenai lama berahi juga menentukan dalam hal keberhasilan pelaksanaan perkawinan/inseminasi. Bila peternak mengetahui berapa lama berahi pada ternaknya, maka dia akan dapat menentukan saat yang tepat untuk mengawinkan/menginseminasikan ternaknya sehingga keberhasilan perkawinan/inseminasi lebih tinggi.

Penguasaan responden terhadap lama berahi ternak dapat dilihat pada Tabel 15 dibawah ini.

Tabel 15. Penguasaan lama berahi

No Lama Inseminasi Buatan Kawin Alam

Berahi Jumlah Persentase Jumlah Persentase

(jam) (orang) (%) (orang) (%)

1 < 15 16 21,33 17 22,67

2 15 – 17 42 56 37 49,33

3 > 17 17 22,67 21 28

Jumlah 75 100 75 100

Sumber : Data Primer Diolah (2013)

Dari data diatas diperoleh hasil bahwa responden inseminasi buatan menjawab lama berahi antara 15-17 jam adalah sebanyak 42 orang atau 56% lebih banyak dibandingkan responden kawin alam yaitu sebanyak 37 orang atau sebesar 49,33%, sedangkan responden inseminasi buatan yang menjawab lama berahi diluar kisaran 15-17 jam adalah sebanyak 33 orang atau sebesar 44%, angka ini lebih sedikit dibandingkan dengan responden inseminasi buatan yang menjawab lama berahi antara 15-17 jam, sedangkan untuk responden kawin alam yang menjawab lama berahi diluar kisaran 15-17 jam adalah sebanyak 38 orang atau sebesar 50,67%, angka ini lebih banyak bila dibandingkan dengan responden kawin alam yang menjawab lama berahi antara 15-17 jam, ini berarti penguasaan lama berahi pada responden inseminasi buatan lebih baik bila dibandingkan dengan penguasaan lama berahi pada responden kawin alam, seperti yang dikemukakan oleh Blakely dan Bade (1991) bahwa lama berahi sekitar ±16 jam atau antara 15-17 jam (Partodihardjo 1992).

4) Siklus Berahi

Penguasaan responden terhadap siklus berahi ternak dapat dilihat pada Tabel 16 dibawah ini.

Tabel 16. Penguasaan siklus berahi

No Siklus Inseminasi Buatan Kawin Alam

Berahi Jumlah Persentase Jumlah Persentase

(hari) (orang) (%) (orang) (%)

1 < 18 6 8 4 5,33

2 18 – 24 59 78,67 56 74,67

3 > 24 10 13,33 15 20

Jumlah 75 100 75 100

Sumber : Data Primer Diolah (2013)

Dari data diatas diperoleh hasil bahwa responden inseminasi buatan menjawab siklus berahi antara 18-24 hari adalah sebanyak 59 orang atau 78,67% lebih banyak dibandingkan responden kawin alam yaitu sebanyak 56 orang atau sebesar 74,67%, sedangkan responden inseminasi buatan yang menjawab siklus berahi diluar kisaran 18-24 hari adalah sebanyak 16 orang atau sebesar 21,33%, angka ini lebih sedikit dibandingkan dengan responden inseminasi buatan yang menjawab siklus berahi antara 18-24 hari, sedangkan untuk responden kawin alam yang menjawab siklus berahi diluar kisaran 18-24 hari adalah sebanyak 19 orang atau sebesar 25,33%, angka ini lebih banyak bila dibandingkan dengan responden kawin alam yang menjawab siklus berahi antara 18-24 hari, ini berarti penguasaan siklus berahi pada responden inseminasi buatan lebih baik bila dibandingkan dengan penguasaan siklus berahi pada responden kawin alam. Seperti yang dikemukakan oleh Bearden dan Fuquay (1980) serta Toelihere (1985) bahwa siklus berahi standart adalah berkisar antara 18-24 hari, sehingga bila lama siklus berahi memanjang sampai 27-33 hari menunjukkan bahwa sapi memiliki fertilitas yang rendah (Salisbury & Van Demark 1985).

5) Waktu Mengawinkan Setelah Timbul Gejala Berahi

Penguasaan responden terhadap waktu mengawinkan setelah timbul gejala berahi ternak dapat dilihat pada Tabel 17 dibawah ini.

Tabel 17. Penguasaan waktu mengawinkan setelah timbul gejala berahi ternak

No Waktu Inseminasi Buatan Kawin Alam

Mengawinkan Jumlah Persentase Jumlah Persentase

(jam) (orang) (%) (orang) (%)

1 < 8 21 28 18 24

2 8 – 12 53 70,67 45 60

3 > 12 1 1,33 12 16

Jumlah 75 100 75 100

Sumber : Data Primer Diolah (2013)

Dari data diatas diperoleh hasil bahwa responden inseminasi buatan menjawab waktu mengawinkan setelah timbul gejala berahi ternak antara 8-12 jam adalah sebanyak 53 orang atau 70,67% lebih banyak dibandingkan responden kawin alam yaitu sebanyak 45 orang atau sebesar 60%, namun responden inseminasi buatan yang menjawab waktu mengawinkan setelah timbul gejala berahi ternak diluar kisaran 8-12 jam adalah sebanyak 22 orang atau sebesar 29,33%, sedangkan untuk responden kawin alam yang menjawab waktu mengawinkan setelah timbul gejala berahi ternak diluar kisaran 8-12 jam adalah sebanyak 30 orang atau sebesar 40%. Penguasaan waktu mengawinkan setelah timbul gejala berahi ternak pada responden inseminasi buatan dan responden kawin alam sudah cukup baik yaitu berada diatas 50%. Penguasaan waktu mengawinkan setelah timbul gejala berahi ternak yang tepat sangat diperlukan untuk meningkatkan keberhasilan proses inseminasi/perkawinan. Saat yang tepat untuk mengawinkan ternak adalah 8-12 jam setelah tanda-tanda berahi nampak pada ternak (Bearden & Fuquay 1980), dan menurut Toelihere (1985) saat melakukan inseminasi atau perkawinan ternak pada waktu 10 jam setelah timbul gejala berahi akan menghasilkan angka kebuntingan sebesar 82%.

6) Timbul Berahi Kembali Pasca Beranak

Penguasaan responden terhadap waktu mengawinkan setelah timbul gejala berahi ternak dapat dilihat pada Tabel 18 dibawah ini.

Tabel 18. Penguasaan timbul berahi kembali pasca beranak

No Berahi Pasca Inseminasi Buatan Kawin Alam

Beranak Jumlah Persentase Jumlah Persentase

(hari) (orang) (%) (orang) (%)

1 < 40 10 13,33 0 0

2 40 – 60 38 50,67 25 33,33

3 > 60 27 36 50 66,67

Jumlah 75 100 75 100

Sumber : Data Primer Diolah (2013)

Dari data Tabel 18 tersebut diperoleh bahwa responden inseminasi buatan yang menjawab bahwa timbul berahi kembali pasca beranak pada ternak selama 40-60 hari adalah sebanyak 38 orang atau sebesar 50,67% sedangkan untuk responden kawin alam yang mengatakan timbul berahi kembali pasca beranak pada ternak selama 40-60 hari adalah sebanyak 25 orang atau sebesar 33,33%, ini menunjukkan bahwa penguasaan timbul berahi kembali pasca beranak pada ternak untuk responden inseminasi buatan lebih baik dibandingkan dengan responden kawin alam, hal ini mungkin disebabkan karena pada responden kawin alam penyapihan anak tidak dilakukan secara sengaja sehingga masa menyusui anak menjadi lebih panjang yang mengakibatkan berahi induk menjadi tertunda seperti yang dikemukakan oleh Partodihardjo (1992) berahi pasca beranak pada ternak bisa terjadi lebih panjang yaitu lebih dari 70 hari bila masa menyusui semakin panjang. Sementara menurut Sorenson (1980) bahwa berahi akan muncul setelah beranak berkisar antara 40-60 hari dan menurut Toelihere (1985) kisaran berahi setelah beranak antara 50-60 hari.

Dari hasil penelitian terhadap penguasaan/pengetahuan bioreproduksi peternak baik peternak inseminasi buatan maupun kawin alam dapat dilihat secara umum bagaimana penguasaan/pengetahuan bioreproduksi peternak di daerah penelitian seperti pada Tabel 19 dibawah ini.

Tabel 19. Penguasaan/pengetahuan bioreproduksi peternak

No Penguasaan/pengetahuan Peternak IB Peternak Kawin Alam Bioreproduksi Tahu Tdk Tahu Tahu Tdk Tahu

Jlh % Jlh % Jlh % Jlh % (org) (org) (org) (org) 1 Umur Pubertas Ternak 40 53,33 35 46,67 37 49,34 38 50,67 2 Tanda - Tanda Berahi 39 52 36 48 35 46,67 40 53,33 3 Lama Berahi 42 56 33 44 37 49,33 38 50,67 4 Siklus Berahi 59 78,67 16 21,33 56 74,67 19 25,33 5 Waktu Mengawinkan Setelah 53 70,67 22 29,33 45 60 30 40

Timbul Gejala Berahi

6 Timbul Berahi Kembali Pasca 38 50,67 37 49,33 25 33,33 50 66,67 Beranak

Rataan 60,22 39,78 52,22 47,78

Sumber : Data Primer Diolah (2013)

Dari data diatas dapat dilihat bahwa penguasaan/pengetahuan bioreproduksi peternak inseminasi buatan umumnya lebih baik dibandingkan dengan peternak kawin alam dimana persentase peternak inseminasi buatan yang tahu tentang bioreproduksi sebanyak 60,22% sedangkan untuk kawin alam sebesar 52,22% dengan kata lain lebih dari separuh peternak yang melaksanakan inseminasi buatan mengetahui/menguasai aspek-aspek bioreproduksi, sementara untuk peternak kawin alam persentase peternak yang menguasai/mengetahui bioreproduksi ternak umumnya dibawah angka 50% bahkan ada yang hanya mencapai 33,3% saja. Ini berarti bahwa penguasaan/pengetahuan peternak kawin alam tentang bioreproduksi ternak masih perlu ditingkatkan.

Dokumen terkait