• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODOLOGI PENELITIAN

B. Metode Penentuan Sampel

3. Pengujian Asumsi Klasik

Model regresi linier adalah suatu analisis kuantitatif yang dapat memberikan informasi mengenai hal-hal tersebut. Pada prinsipnya model regresi linier merupakan suatu model yang parameternya linier dan secara kuantitatif dapat digunakan untuk menganalisis pengaruh suatu variabel terhadap variabel lainnya (Nachrowi dan Usman, 2006:7).

Uji asumsi klasik ini dilakukan sebagai parameter untuk mengukur apakah data yang digunakan ini bersifat blue atau tidak.

Asumsi dasar klasik adalah bahwa hubungan antar variabel independen dengan variabel dependen bersifat linier serta tidak terjadi

57

multikolinieritas, autokorelasi dan heterokedastisitas diantara variabel independen dalam regresi tersebut. Pengujian-pengujian asumsi dasar klasik adalah sebagai berikut:

a. Uji Normalitas

Uji ini dilakukan untuk melihat apakah variabel bebas dan variabel terikat mempunyai distribusi normal. Menurut Singgih (2012:230), tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi, error yang dihasilkan mempunyai distribusi normal atau tidak. Maksud data distribusi normal adalah data akan mengikuti arah garis diagonal dan menyebar disekitar garis diagonal. Dasar pengambilan keputusan dalam uji normalitas adalah (Singgih, 2012:233):

1) Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model memenuhi asumsi normalitas. 2) Jika data menyebar dari garis diagonal dan atau tidak

mengikuti arah garis diagonal, maka model tidak memenuhi asumsi normalitas.

58

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan uji normalitas dengan analisis grafik. Adapun dasar pengambilan keputusan dalam uji ini adalah sebagai berikut:

1) Histogram

Jika histogram standardized regression residual membentuk kurva seperti lonceng maka nilai residual tersebut dinyatakan normal.

2) Normal Probability Plot (Normal P-P Plot)

Menurut Ghazali (2005:161), metode yang lebih handal adalah dengan melihat Normal Probability Plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan ploting data residual akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data residual normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya.

3) Metode Kolmogorov-Smirnov

Uji normalitas menggunakan uji statistik non parametrik Kolmogorov-Smirnov merupakan uji normalitas menggunakan fungsi distribusi kumulatif. Nilai residual terstandarisasi berdistribusi normal jika K hitung < K tabel atau nilai Sig. > alpha (Suliyanto, 2011:75).

59 b. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas merupakan hubungan linier antara variabel independen didalam regresi berganda.(Widarjono, 2010:75).

Multikolininieritas berarti terjadi korelasi linier yang mendekati sempurna antar lebih dari dua variabel bebas. Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi yang terbentuk ada korelasi yang tinggi atau sempurna di antara variabel bebas atau tidak. Jika dalam model regresi yang terbentuk terdapat korelasi yang tinggi atau sempurna di antara variabel bebas maka model regresi tersebut dinyatakan mengandung multikolinieritas. (Suliyanto, 2011:81).

Salah satu cara untuk menguji gejala multikolinieritas dalam model regresi adalah dengan melihat nilai TOL (tolerance) dan Variance Inflation Factor (VIF) dari masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Suatu model regresi yang bebas multikolinieritas adalah mempunyai nilai VIF tidak lebih dari 10 dan mempunyai angka tollerance mendekati 1.

Adapun Hipotesis yang akandiuji untuk membuktikan ada tidaknya multikolinearitas antarvariabel bebas dinyatakan sebagai berikut.

a) Ho : VIF > 10, terjadi multikolinieritas b) H1: VIF < 10, tidak terjadi multikolinieritas

60 c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi yang terbentuk terjadi ketidaksamaan varian dari residual model regresi. Data yang baik adalah data yang homokedastisitas. Homokedastisitas terjadi jika varian variabel pada model regresi memiliki nilai yang sama atau konstan (Suliyanto, 2011:95). Heteroskedastisitas berarti varians variabel gangguan yang tidak konstan. Masalah heteroskedastisitas dengan demikian lebih sering muncul pada cross section daripada time series. Jika varian dari residual suatu pengamatan kepengamatan lainnya tetap, maka disebut heteroskedastisitas.

Tujuan uji asumsi ini adalah ingin mengetahui apakah dalam sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan varians pada residual (error) dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain (Singgih, 2012:238).

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan uji heteroskedastisitas dengan analisis grafik. Adapun dasar pengambilan keputusan dalam uji ini adalah sebagai berikut:

1) Metode Grafik dengan Scatterplot

Pengujian heteroskedastisitas untuk penelitian ini menggunakan grafik scatterplot. Dasar pengambilan keputusan dalam uji heteroskedastisitas (Singgih, 2012:240):

61

a) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit),maka telah terjadi Heteroskedastisitas. b) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di

atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi Heteroskedastisitas.

Salah satu kelemahan pengujian secara grafis adalah tidak jarang kita ragu terhadap pola yang ditunjukkan grafik. Keputusan secara subjektif tentunya dapat mengakibatkan berbedanya keputusan antara satu orang dengan lainnya. Maka dari itu, penulis melakukan pengujian heteroskedastisitas dengan metode Glejser untuk mendukung bahwa dalam model regresi ini tidak terdapat gejala heteroskedastisitas.

2) Metode Glejser

Uji heteroskedastisitas dengan metode Glejser dilakukan dengan meregresikan semua variabel bebas terhadap nilai mutlak residualnya. Jika dilakukan dengan meregresikan semua variabel bebas terhadap nilai mutlak residualnya. Jika terdapat pengaruh variabel bebas yang signifikan terhadap nilai mutlak residualnya maka dalam model terdapat masalah heteroskedastisitas.

Gejala heteroskedastisitas ditujukan oleh koefisien regresi dari masing-masing variabel bebas terhadap nilai absolute

62

residualnya. Jika nilai probabilitas lebih besar dari nilai alpha (Sig. > α), maka dapat disimpulkan model tidak mengandung gejala heteroskedastisitas atau dikatakan tidak terjadi heteroskedastisitas apabila t hitung < t table ( Suliyanto, 2011:102).

d. Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya) (Santoso, 2012:241).

Salah satu uji formal yang paling populer untuk mendeteksi Otokorelasi adalah uji Durbin-Watson, yang secara umum bisa diambil patokan sebagai berikut (Santoso, 2012:243):

a) Angka D-W di bawah -2 berarti ada otokorelasi positif.

b) Angka D-W di antara -2 sampai +2, berarti tidak ada otokorelasi.

63 4. Pengujian Hipotesis

Dari perhitungan dengan SPSS 20 akan diperoleh keterangan atau hasil mengenai Uji t, Uji F dan koefisien determinan (R2) untuk menjawab perumusan masalah penelitian. Berikut ini keterangan yang berkenaan dengan hal tersebut yaitu sebagai berikut :

1) Uji Signifikansi Simultan (Uji F)

Menurut Suliyanto (2011:40), uji F digunakan untuk menguji pengaruh secara simultan variabel bebas terhadap variabel tergantungnya. Jika variabel bebas memiliki pengaruh secara simultan terhadap variabel tegantung, maka model persamaan regresi masuk dalam kriteria cocok atau fit. Sebaliknya, jika tidak terdapat pengaruh secara simultan maka hal ini akan masuk dalam kategori tidak cocok atau not fit.

Menurut Nachrowi & Usman (2006:17) Uji-F digunakan untuk menguji koefisien bersama-sama, sehingga nilai dari koefisien regresi tersebut dapat diketahui secara bersama. Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah model regresi dapat digunakan untuk mempengaruhi variabel dependent secara simultan atau tidak, dengan kriteria pengujian tingkat signifikan α = 0,05. Kriteria keputusannya adalah sebagai berikut:

a. Apabila F hitung > F tabel atau memiliki tingkat signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima.

64

b. Apabila F hitung < F tabel atau memiliki tingkat signifikansi > 0,05 maka H0 diterima atau H1 ditolak.

Adapun cara pengujian baik dalam regresi sederhana maupun regresi berganda sama, yaitu dengan menggunakan suatu tabel yang disebut dengan Tabel ANOVA (Analysis of Variance) melalui bantuan program SPSS versi 20.

2) Uji Parsial (Uji T)

Menurut Nachrowi & Usman (2006 : 18) setelah melakukan uji koefisien regresi secara keseluruhan, maka langkah selanjutnya adalah menghitung koefisien regresi secara individu, dengan menggunakan suatu uji yang dikenal dengan sebutan Uji-t. Adapun hipotesis dalam uji ini adalah sebagai berikut:

H0 ditolak apabila : t-hit > t-tabel atau –t hit < -t-tabelH0 diterima apabila : t-hit < t-tabel atau –t hit > -t-tabel

3) Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien Determinasi (R2) bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen. Nilai R2 berada diantara 0 – 1, semakin dekat nilai R2 dengan 1 maka garis regresi yang digambarkan menjelaskan 100% variasi dalam Y. Sebaliknya, jika nilai R square sama dengan 0 atau mendekatinya maka garis regresi tidak menjelaskan variasi dalam Y (Ghazali, 2011:97).

65

Koefisien determinasi memiliki kelemahan, yaitu bias terhadap jumlah variabel bebas yang dimasukkan dalam model regresi di mana setiap penambahan satu variabel bebas dan jumlah pengamatan dalam model akan meningkatkan nilai R2 meskipun variabel yang dimasukkan tersebut tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel tergantungnya.

Untuk mengurangi kelemahan tersebut maka digunakan koefisien determinasi yang telah disesuaikan, Adjusted R Square (R2adj). Koefisien determinasi yang telah disesuaikan berarti bahwa koefisien tersebut telah dikoreksi dengan memasukkan jumlah variabel dan ukuran sampel yang digunakan. Dengan menggunakan koefisien determinasi yang disesuaikan maka nilai koefisien determinasi yang disesuaikan itu dapat naik atau turun oleh adanya penambahan variabel baru dalam model (Suliyanto, 2011:59).

E.Operasional Variabel Penelitian

Dokumen terkait